Stepmother? Oh No!

.

.

.

[Chapter 2]

.

.

"Aku tidak akan pernah menganggapmu ibu!"

.

.

.

Satu minggu lagi merupakan hari perayaan ulang tahun Huston School. Para anggota OSIS dan beberapa guru disibukkan dengan berbagai persiapan. Yunho meletakkan beberapa map di meja sang ketua OSIS yang membutuhkan goresan tanda tangan ketua. Tangannya membuka pintu ruangan OSIS berniat kembali ke kelas. Tapi ia justru dikejutkan dengan sesorang berdiri di depan pintu. "Jeejoong?" Seru Yunho mengenali juniornya. Tentu saja mengenalnya, Jaejoong juga adalah tetangga Yunho. Bahkan ia sudah mencintai namja cantik ini sejak sekolah menengah pertama. Namun, ia belum berani mengungkapkan perasaannya sampai sekarang. Apalagi sekarang ia mengetahui bahwa sahabatnya Siwon juga menyukai Jaejoong. Tak mungkin ia harus bersaing dengan sahabatnya sendiri. Baginya persahabatanlah yang utama.

"Kau mencari Siwon? Kembalilah nanti, ia sedang ada rapat di ruang guru", Lanjutnya. Raut wajah Jaejoong tampak sedikit kecewa.

"Ah begitu. Baiklah aku akan kembali nanti." Jaejoong hendak pergi, tetapi ia kembali berbalik. "Emm.. hyung, apakah nanti sore kau ada waktu? Aku ingin mengajakmu ke cafe Hee Gi noona. Hari ini adalah hari pertama pembukaan cafe."

"Benarkah? Hee Gi noona sudah membuka cafenya? Aah.. noonamu memang hebat." Ujar Yunho tersenyum. Sebagai tetangga mereka saling mengenal anggota keluarga masing-masing. "Baiklah. Aku juga ingin mengucapkan selamat untuk Hee Gi noona."

"Hey.. bagaimana luka memarmu Jae?"

"Siwon hyung sudah mengobatinya kemarin." Hati Yunho sedikit kecewa mendengarnya. Namun segera ia hapus rasa cemburu yang menyerangnya dan tersenyum.

"Baguslah." Ucap Yunho tersenyum berusaha menutupi perasaannya.

.

.

.

.

.

Siwon, Yunho, dan Yesung memilih meja di dekat jendela untuk menghabiskan waktu istirahat mereka di kantin. Obrolan-obrolan ringan bergulir di tengah perbincangan. Pandangan Yunho menangkap seorang junior yang duduk terdiam sendirian di salah satu meja kantin. "Hey.. tumben sekali anak itu duduk tenang. Sepertinya hari ini ia belum membuat masalah." Ujar Yunho memperhatikan juniornya. Yesung tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Yunho. "Maksudmu Donghae?" Matanya mengikuti arah pandang Yunho. Begitupula Siwon. "Siapa lagi?" Balas Yunho tertawa tipis.

Baru saja mereka bertiga menyangka hari ini mereka terbebas dari mengurusi persoalan Donghae. Suara keributan terdengar di telinga mereka. Salah satunya adalah suara yang tak asing lagi, Donghae. Ketiganya kompak menghela nafas. Dugaan mereka salah.


"Siwon menarik tangan Donghae menuju ruangan OSIS. Jam pelajaran telah usai beberapa menit yang lalu. Mereka baru saja keluar dari ruang BK stelah sang guru BK memberikan petuahnya kepada Donghae. Siwon membuka pintu ruangan. "Donghae, sebagai hukumanmu kau harus membersihkan ruangan ini. Haah...", Siwon menghela nafas. "Setengah jam lagi aku akan kembali. Kau harus sudah menyelesaikannya." Ia meninggalkan Donghae sendirian di ruang OSIS.

Donghae memulai hukumannya dengan merapikan beberapa tumpukan dokumen. Menata dokumen-dokumen di rak, menyapu lantai, mengelap meja, membersihkan jendela, dan terakhir ia meletakkan kardus yang diberikan seorang pengurus OSIS ke atas rak. "Selesai." Ucapnya sembari menepuk-nepukkan tangan. Membersihkan tangannya dari debu. Lengan baju dan jasnya masih tergulung sebatas siku. Ini sudah empat puluh menit semenjak Siwon menyuruhnya membersihkan ruangan. Tetapi Siwon belum juga kembali. Meskipun lelah, ia sangat senang karena setidaknya ia bisa dekat dengan Siwon karena hukuman ini.

Karena bosan menunggu, akhirnya Donghae tertidur di kursi dengan kedua tangannya yang terlipat menyangga kepala di meja. Membersihkan ruangan menguras sebagian besar tenaganya.

.

.

.

Arloji di pergelangan tangan Siwon menunjukkan pukul 3.25 p.m. Karena memberi pengarahan kepada anggota baru klub basket yang diikutinya, ia lupa pada Donghae. Dengan tergesa kakinya melangkah menuju ruang OSIS. Baru disadarinya bahwa memberikan hukuman untuk membersihkan ruang OSIS bisa menjadi kesalahan. Karena bisa saja Donghae bukan membersihkan tetapi malah membuatnya semakin berantakan jika mengingat perilaku Donghae. Tangannya segera membuka pintu dan ia sungguh bersyukur karena apa yang dibayangkan tidak terjadi. Matanya menatap sekitar, mengamati bahwa ruangan telah rapi dan bersih dibandingkan sebelumnya. Ia tersenyum lega. "Dimana dia?" Tanyanya pada diri sendiri. Siwon memasuki ruangan dan menemukan seseorang yang dicarinya tengah tertidur.

'Bukankah jika ia tenang seperti ini dia sangat manis?'

Siwon menggeleng-gelengkan kepalanya menghapus pikiran yang aneh menurutnya. "Donghae.. bangunlah", Siwon mengguncang tubuh Donghae dengan pelan, berusaha membangunkan. "Donghae." Serunya lagi mendekat. Namun, Donghae malah mengigau dan memukul wajah Siwon dengan tangannya, meskipun pukulan itu pelan karena Donghae masih berada di bawah alam sadarnya. "Yah!" Siwon terkejut dengan tamparan Donghae. Sedikit kesal, ia tinggalkan Donghae dan duduk di kursinya, menyelesaikan berkas laporan.


5.00 p.m.

Siwon menguap beberapa kali. Laporan sudah ia selesaikan. Ia hendak membangunkan Donghae lagi, tetapi ternyata Donghae telah bangun terlebih dahulu. "Kau sudah bangun? Pulanglah ini sudah jam lima sore." Ungkapnya. Siwon pun telah menenteng tas. Donghae sedikit linglung memikirkan apa yang sebelumnya terjadi. Beberapa detik kemudian ia baru teringat kalau ia tertidur karena menunggu Siwon. Ia mendekati Siwon dan berkata, "Hyung.. ijinkan aku tidur di rumahmu nde?" Ia sungguh malas pulang ke rumah mengingat kejadian kemarin malam. Apalagi mengingat wajah wanita bernama Heechul itu.

"Apa?"

"Ayolah Siwon hyung.. ku mohon~" rengeknya. Dengan terpaksa akhirnya Siwon memperbolehkan Donghae menginap di rumahnya. Siapa tahu ia bisa mendapatkan informasi kenapa Donghae tidak ingin pulang ke rumah.

"Cepatlah." Dan Donghae bersorak gembira di dalam hatinya. Ia akan menginap di rumah Siwon.

.

.

.

"Siwon.. siapa dia? Apa dia pacarmu?" Nyonya Choi menyambut kedatangan anaknya dan menatap seseorang di samping Siwon. Donghae menjadi sedikit salah tingkah dan tersenyum menanggapi perkataan nyonya Choi.

"Bukan Mom, dia juniorku di sekolah."

"Selamat malam Bibi. Aku Donghae. Bolehkah aku menginap di sini semalam?" Ucap Donghae terus terang. Nyonya Choi tersenyum mendengarnya. Bukankah anak ini sangat lucu dan polos? Pikirnya. Tentu nyonya Choi tak tahu bagaimana perilaku Donghae di sekolah. Ternyata wajah polos dan manis Donghae dapat diandalkan untuk situasi seperti ini. Siwon menatap Donghae heran. jarang sekali Siwon mendengar ucapan sopan dan manis dari mulut Donghae. Biasanya hanya teriakan dan amukan anak itu yang Siwon dengar.

"Tentu saja, masuklah. Siwon, ajak Donghae ke kamarmu. Pinjamkan baju untuknya." Siwon mengangguk pasrah dan menarik tangan Donghae menuju kamarnya.

.

.

.

Donghae dengan pakaian milik Siwon bersiap menaiki ranjang Siwon. Namun Siwon segera menghentikannya, "Ya! Siapa yang menyuruhmu tidur di sana? Kau tidur di sofa!" Ujarnya lantang. Dengan kesal Donghae menuruti perintah Siwon. Dia hanya menumpang, wajar jika ia harus mematuhi perintah pemilik kamar. Berbaring di sofa dan menggerutu tak jelas di belakang Siwon. Sementara sang pemilik kamar masih berkutat dengan laptop miliknya. Karena bosan, Donghae mendekati Siwon dan melihat apa yang dikerjakan. Proposal. Oh, sepertinya Siwon sedang membuat proposal untuk pencairan dana kegiatan sekolah.

Bosan. Akhirnya Donghae memutuskan tidur saja. Karena tubuhnya yang lelah, dengan segera ia terbuai ke alam mimpi.

.

.

Siwon terganggu dengan deringan ponsel yang terus berbunyi sejak semenit yang lalu. Ia cari asal suara dan menemukan ponsel Donghae di dalam tas sekolah.

Home calling…

Sedikit ragu Siwon menjawab panggilan tersebut.

'Tuan muda Donghae, kenapa jam segini Anda belum pulang? Kalau Tuan Besar tahu, tuan bisa dimarahi.'

"Ah, maaf.. aku Siwon teman Donghae."

'Apa sesuatu terjadi pada tuan muda? Dimana dia?'

"Tenanglah, Donghae bersamaku. Apakah ia tidak mengatakan apapun?" Siwon mengelus tengkuknya canggung. Merasa tak enak karena Donghae ternyata tidak memberi kabar pada orang rumah. Meskipun bukan dia yang mengajak Donghae menginap.

'Ada apa? Apa dia terluka?'

"Oh.. tidak. Donghae menginap di rumahku. Dia sudah tidur, apa kau ingin berbicara padanya? Aku akan membangunkannya-"

'Tidak perlu. baiklah kalau begitu.'

"Maaf, karena membuatmu khawatir." Bahkan Siwon heran kenapa dia berucap maaf seperti itu.

'Tuan muda mungkin lupa memberitahiku. Maaf jika tuan muda merepotkanmu Siwon.'

"Ah.. tidak."

Siwon meletakkan kembali ponsel Donghae ke dalam tas. Beralih memandang Donghae yang tertidur di sofa. "Bocah ini. Hah..," Siwon menghela nafas, tak mungkin baginya berterus terang bahwa Donghae merepotkannya pada Tuan Park. Ia masih memiliki sopan santun. Akhirnya ia memutuskan untuk tidur saja.


oOo

Heechul menata beberapa perabotan rumah yang baru. Mengganti foto-foto yang ada dengan foto yang baru. Ia tersenyum memandang hasil kerjanya.

Donghae memasuki rumah dengan mata yang terus tertuju pada layar handphone digenggamannya. Tak sengaja ia menabrak Heechul hingga jus jeruk di tangan Heechul tumpah membasahi dress yang dikenakannya. "Akh! Kamu lagi kamu lagi. Kamu sengaja ya?" Ucapnya dengan nada tinggi. Donghae melirik malas dan mengacuhkannya. Tangan Heechul menahan Donghae yang akan berlalu pergi. "Ingat ya Hae, aku akan menjadi ibu mu sebentar lagi jadi kamu harus menurut."

"Apa? Ibu? Sampai kapanpun aku tak akan menganggapmu ibu!" Ujarnya ketus. Heechul tampak emosi dengan tingkah Donghae. "Dasar anak nakal!" Tangannya melayang hendak menampar Donghae ketika suara Hangeng terdengar mengucap salam. Segera Heechul berpura-pura menangis tersedu-sedu. Hangeng yang baru pulang dari kantor terkejut melihat Heechul menangis. Didekatinya sang calon istri dan anaknya. "Ada apa ini?" Tanyanya melihat Donghae. Donghae mengalihkan pandangannya, jengah. "Chulie.. ada apa?" Matanya ganti memandang Heechul.

Heechul memeluk Hangeng dan menangis. Seolah mengadukan apa yang dialaminya. "Donghae bilang ia tak mau menganggapku ibunya Han", tangisnya semakin kencang di dada Hangeng. Sementara Donghae melotot kesal pada wanita dipelukan ayahnya. Bukankah tadi wanita itu berperan menjadi nenek sihir, mengapa sekarang seolah-olah ia adalah seorang Cinderella yang tertindas. Mulutnya sudah gatal untuk berucap pedas pada nenek sihir di hadapannya. Tetapi ucapan Hangeng membuat ia gagal mengutarakan makiannya. "Donghae, apa itu benar?" Hangeng berkata dengan tegas.

"Kenapa appa lebih percaya pada wanita itu daripada anakmu sendiri?" Protesnya kesal.

"Donghae, cepat minta maaf."

"Aku tak mau!" Ucapnya keras menolak perintah ayahnya. Dengan cepat ia meninggalkan keduanya menuju kamar. Menutup pintu kamar dengan keras yang mengakibatkan Pak Park terkaget. Kepergiannya diiringi teriakan Hangeng, "Appa tak akan memberimu uang saku selama seminggu!"

Pak Park memandang pintu kamar Donghae dengan prihatin. Keadaan rumah menjadi tak tenteram akhir-akhir ini setelah Heechul menginjakkan kakinya di rumah ini. Ia hanyalah lelaki tua yang menyayangi Donghae dan menginginkan kebahagiaan bagi keluarga dimana ia mengabdi. Sangat lancang jika ia mencampuri urusan tuannya. Yang bisa dilakukannya hanya memberikan yang terbaik untuk keluarga ini.


oOo

Perayaan ulang tahun sekolah telah berakhir sebulan yang lalu. Para panitia kegiatan dapat bersantai setelah menyelenggarakan acara dengan sukses.

"Siwon, apa dua hari ini Donghae menghubungimu?" Yesung bertanya. Mereka berdua bersama Yunho tengah berkumpul di kantin seperti biasa.

"Memang sedekat itu hubungan Siwon dengan bocah itu?" Yunho tertawa melirik Siwon. Sementara Siwon tersenyum menanggapi sindiran sahabatnya. Sikap Siwon terhadap Donghae memang sedikit lebih baik setelah Donghae pernah menginap di rumahnya. Tak seperti dulu yang selalu bersikap ketus pada Donghae. Tapi, bukan berarti mereka adalah teman akrab bukan.

"Tidak. Memangnya ada apa?" Jawab Siwon. Yesung hanya berpikir mungkin Donghae menghubungi Siwon karena ia tahu Donghae memendam perasaan terhadap sahabatnya itu.

"Dia tak masuk sekolah selama tiga hari. Aku menanyakan pada teman sekelasnya tapi tak ada yang tahu. Kau tahu bukan, Kim seonsaengnim selalu menyerahkan hal-hal seperti itu kepada pengurus OSIS." Yesung mencoba menutupi alasan yang sebenarnya. Tentu ia sangat mengkhawatirkan Donghae.

"Yah, dia memang begitu. Sejak kapan pengurus OSIS menjadi asisten Guru BK?" Yunho menyetujui ucapan Yesung.

"Jadi? Kapan kita ke rumahnya?" Sahut Yunho kemudian. Memandang kedua sahabatnya.

"Nanti sa-", ucapan Siwon terhenti saat ponselnya bordering. Kedua temannya memandang seakan bertanya. "Tunggu sebentar." Siwon melihat layar handphonenya yang menampilkan sebuah nama.

-Donghae calling-

"Hallo, Donghae?" Yesung dan Yunho serempak memandang Siwon.

'…'

"Tapi Donghae tidak ada di sekolah hari ini."

'…'

"Baiklah, aku akan mencoba mencarinya setelah pulang sekolah nanti."

'…'

"Apa yang dikatakannya Siwon? Siapa yang menelefon?" Yesung bertanya penasaran. Ia khawatir terjadi apa-apa pada Donghae.

"Tuan Park, pelayan di rumah Donghae. Dia menanyakan keadaan Donghae karena tadi pagi wajah Donghae pucat. Tadi pagi Donghae pamit pergi ke sekolah, Tuan Park ingin menghubunginya, tetapi ponsel Donghae tertinggal."

"Tapi bukankah hari ini Donghae tidak ke sekolah?" Sahut Yunho bingung.

"Itulah Yun, Tuan Park sangat khawatir setelah aku memberitahunya. Ia meminta bantuanku untuk mencarinya."

"Kami akan membantumu. Bukankah sudah tugas kita menangani bocah itu?" Ucap Yunho mencairkan suasana. Mereka bertiga tersenyum mendengarnya. Perasaan khawatir sedikit menganggu Siwon dan Yesung. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Ocehan Yunho tak dipedulikan oleh keduanya.

.

.

.

7.00 p.m.

"Bocah itu, kemana sebenarnya dia?" Siwon tak tahu harus mencari Donghae dimana. Beberapa teman sekelas Donghae sudah ia tanyai tapi tak seorang pun yang tahu. Beberapa tempat yang mungkin dikunjungi Donghae juga sudah Siwon datangi. Tapi nihil. Sudah 5 jam ia berkeliling, tubuhnya sangat lelah.

"Lebih baik aku pulang terlebih dahulu, setelah mandi aku akan mencarinya lagi."

Siwon memasuki gerbang rumahnya dengan memijit pundaknya yang terasa pegal. Pandangannya menangkap seseorang berdiri di depan pintu rumahnya.

'Siapa? Bukankah Dad dan Mom belum pulang dari New York?' Siwon bertanya-tanya hingga ia dapat melihat siluet wajah sosok tersebut.

"Donghae?" Serunya tak percaya. Ia segera berlari dan menangkap tubuh Donghae yang limbung. "Donghae? Apa yang terjadi?" Tubuh Donghae menyandar dalam dekapan Siwon yang menahannya agar tak terjatuh. Bau alkohol tercium, Siwon yakin Donghae mabuk.

"Ah.. hyu- uung.. mereka hik tak boleh menikah. Siwon hyu..ng-", setelah mengucapkan kata-kata itu, Donghae pingsan dalam pelukan Siwon. Dengan tubuhnya yang lebih tinggi dan berotot, ia mampu menahan berat tubuh mungil Donghae. Rasa khawatir menghinggapinya. Segera ia gendong tubuh Donghae ke kamar.

.

.

"Siwon.. kami pulang dulu ok? Aku sungguh heran, kenapa bocah itu pergi ke rumahmu? " Gerutu Yunho tak habis pikir. Yesung terdiam, ia tahu alasan mengapa rumah Siwon yang dituju Donghae. Hatinya sedikit tak rela meninggalkan Donghae bersama Siwon. Mereka berdua segera datang ke rumah Siwon setelah Siwon memberitahu bahwa Donghae berada di rumahnya.

"Baiklah, hati-hati. "

Siwon kembali ke kamarnya setelah mengatar kedua sahabatnya pulang. Donghae masih terbaring di kasurnya. Ia mengambil ponsel hendak menghubungi Tuan Park. Namun, niatnya terhenti. Kembali teringat ucapan Donghae sebelum pingsan. Ia menebak bahwa Donghae memiliki masalah dengan keluarganya. Sebulan bersama Donghae, sedikit banyak membuatnya mengerti. Donghae hanya seorang yang kesepian.

Walaupun bukan seorang psikolog atau konselor atau apapun itu, Siwon memahami kenakalan Donghae mungkin karena rasa kesepian yang ia alami. Ia memperhatikan Donghae yang tertidur pulas. 'Apa masalahnya seberat itu?' tanyanya dalam hati.

Lamunannya buyar saat handphonenya bergetar.

-1 message from Jaejoong-

Hyung, kenapa kau pulang duluan? Aku mencarimu tadi ,

Bibir Siwon melengkungkan senyum melihat emoticon yang dikirimkan Jaejoong. Jarinya segera mengirim balasan.

To: Jaejoong

Maaf, aku lupa memberitahumu. Aku ada urusan mendadak. Kau menungguku? Lain kali cepatlah pulang jika aku tak mengunjungi kelasmu. Mengerti?

From: Jaejoong

Urusan apa? Oh baiklah. Aku mengerti! Selamat malam hyung ^.^

Siwon meletakkan ponselnya. Sedikit menghela nafas. Ia bimbang, ia yakin bahwa perasaannya pada Jaejoong masih sama. Ia masih menyukai Jaejoong. Tapi, mengapa Donghae juga muncul dipikirannya? Ia mengusap wajahnya, bingung dengan perasaannya sendiri.


.

.

"Anak ini masih tidur? YA! Bangun pemalas!" Teriak Siwon membangunkan Donghae. Ini sudah pukul 6.00 a.m. mereka harus bersiap-siap jika tak ingin terlambat ke sekolah.

Donghae yang masih setengah sadar dibawa Siwon ke kamar mandi. "Buka mulutmu Hae!" Perintahnya. Mata Donghae terpejam, tapi ia menuruti perintah Siwon. Kepalanya terasa sangat pusing. Tanpa aba-aba, Siwon memasukkan kedua jarinya ke tenggorokan Donghae membuat Donghae membuka kedua matanya dan memuntahkan isi perutnya. "Hoeekk.. uhuk.. uhuk..", Siwon memijat pelan tengkuk Donghae. Ia membantu Donghae cepat sadar dari mabuknya.


Sarapan pagi telah terhidang di meja makan keluarga Choi. Seorang pelayan melangkah pergi meninggalkan majikannya. "Hyung, kenapa aku bisa berada di rumahmu? Aah.. aku sama sekali tak ingat apa yang terjadi", keluh Donghae memegangi kepalanya.
Siwon menggelengkan kepala, "Sudahlah, cepat sarapan dan ganti bajumu dengan seragamku."

.

.

.

"Hyung, apa kau tak punya kemeja seragam yang lain? Ini tak pas." Donghae merentangkan tangan memperlihatkan kemeja kebesaran Siwon di tubuhnya. Mati-matian Siwon menahan tawanya yang hampir meledak. Wajahnya memerah menahan tawa. "YA! Aku tak punya ukuran seragam yang pas denganmu. Sudahlah, pakai saja itu. Cepatlah jika kau tak ingin ku hukum karena terlambat nanti." Donghae mendengus kesal, tapi apa boleh buat. Untung saja celana seragam miliknya tidak kotor sehingga bisa ia kenakan. Kalau tidak, mungkin ia akan memakai celana seragam Siwon yang pastinya akan membuat ia terlihat seperti ondel-ondel.

.

.

Donghae berjalan di sisi Siwon, lengan seragamnya ia gulung beberapa lipatan. Jas sekolah milik Siwon sengaja tak dipakainya, tentu karena agak besar. Tak ada percakapan berarti dari keduanya. Donghae terus melamun tak bersemangat hingga Siwon enggan memulai pembicaraan. Wajah Donghae tampak sedikit pucat akibat pengaruh alcohol yang membuat kepalanya masih pusing pagi ini.

Donghae berjalan menuju kelas. Para siswa memandangnya dengan tatapan kasian, mengejek. Mereka membicarakan Donghae di belakang. Sementara Donghae sendiri tak tahu menahu apa yang terjadi, hanya bisikan-bisikan tak mengenakkan dari para siswa. Gerah juga dibuatnya. Apalagi kondisi fisik dan emosinya sedang tak baik.

Di lorong ia berpapasan dengan Jaejoong. "Hey, lihat siapa yang datang ke sekolah hari ini", ejek Jaejoong. Dua orang teman Jaejoong menertawakan Donghae.

"Bukan urusanmu!" Bentak Donghae meninggalkan Jaejoong. Ia sedang tak berminat untuk berdebat. Kepalanya pusing.

"Ck, pantas saja kelakuannya seperti itu. Keluarganya tak utuh. Ibu tiri? Haha..", tangan Donghae mengepal mendengar celotehan seorang siswa bersama temannya. Tanpa pikir panjang, ia berbalik dan memukul wajah siswa tersebut hingga tersungkur. Teman siswa tersebut yang tak terima, balas mendorong dan memukul perut Donghae. Mengetahui fisik Donghae yang sedang tak sehat, dua orang siswa itu menghajar Donghae lagi. Namun, seruan seseorang membuat keduanya bergegas kabur.

"Donghae!" Siwon membantu Donghae berdiri, tetapi tiba-tiba Donghae berlari menjauhi Siwon. Siwon dibuat cemas dengan hal itu, apalagi melihat air mata yang menetes dari kedua bola mata Donghae. Kabar yang beredar di sekolah tentu sudah diketahuinya. Hal itulah yang menyebabkan dirinya tak tenang sekarang karena memikirkan Donghae.

.

.

.

"Kau mendengar kabar yang beredar kan?" Yunho bertanya menyelidik kepada sahabatnya. Kabar tentang ayah Donghae yang akan menikah lagi. "Hey, sejak kapan kau cerewet sekali Yun?" Kata Siwon sebal. Tak ingin membahas berita yang disebar orang tak bertanggung jawab. Pikirannya sedang tertuju pada satu orang. Ia khawatir hingga membuat dirinya gusar.

"Apa? Si anak nakal itu? Ah.. benar, hampir setiap sudut sekolah membicarakannya." Seorang teman yang duduk di depan meja Yunho menanggapi perkataan Yunho. Siwon masih menulis sesuatu di bukunya, tak memperdulikan pembicaraan Yunho dan Yoochun. "Ah.. kasian sekali bocah itu, semua orang membicarakannya. Jika itu aku, aah.. haruskah aku keluar dari sekolah ini?" Ucap Yoochun dengan menggebu-gebu.

"Diamlah jidat! Aku tak bertanya pendapatmu. Tapi.. ngomong-ngomong bagaimana dengan bocah itu ya?" Siwon berdiri dan pergi meninggalkan kelas. Hatinya kesal mendengar pembicaraan kedua temannya. "Won.. kau mau kemana?" Tanya Yunho menghentikan langkah Siwon.

"Hanya mengecek keadaan." Jawab Siwon dan berlalu pergi.

"Ah! Ada apa dengannya? Aneh sekali." Yoochun mengamati Siwon yang berjalan keluar kelas. Yunho mengedikkan bahunya tanda tak tahu.

"Sudahlah, mana lolipopmu? Berikan padaku!" Yunho merebut permen lolipop di tangan Yoochun.


Siwon lagi-lagi harus pulang terlambat karena mencari beberapa sponsor untuk kegiatan sekolahnya. Beruntung ia sempat pulang dan membawa mobilnya. Ia baru saja keluar dari sebuah toko kue. Tiba-tiba seseorang memanggilnya, "Won hyung? Apa itu.. kau? Haha mengapa kau selalu ada dimana-mana huh?" ucapnya terbata. Donghae dengan mata sayunya tertawa. Tubuhnya berjalan sempoyongan.

"Donghae? Kau mabuk lagi?" Siwon memegang kedua bahu Donghae. "Ku antar pulang ok?" Sebelum Siwon menariknya, Donghae melepas genggaman tangan Siwon. Membuat Siwon yang sudah khawatir menjadi bingung.

"Pulang? Huh.. aku tak mau pulang hik." Donghae menggerakkan kakinya, berjalan sempoyongan. Tubuhnya berkali-kali hampir terjatuh. Siwon yang ada di dekatnya selalu siap siaga menangkap tubuh Donghae. "Tapi Hae, kau harus pulang. Pak Park dan ayahmu sangat mengkhawatirkanmu."

"Aku tak mau pulang hik.." terpaksa Siwon menyeret Donghae. Membawanya bersandar pada badan mobilnya yang terparkir di pinggir jalan agar Donghae tak terjatuh. "Kenapa kau hik.. membuatku seperti ini huh?" Donghae yang mabuk mulai berceloteh tak jelas. Siwon memandangnya khawatir. Tangan kirinya memegang pinggang Donghae agar tak terhuyung ke depan. Sementara tangan kanannya membuka pintu mobil. "Kau mabuk Hae." Ucapnya. Donghae bergerak kembali membuat tubuhnya terhuyung ke depan. Kedua tangan Siwon memegang pinggang Donghae menjaga keseimbangan.

"Kenapa kau selalu membuatku sakit hik.. kenapa bukan hik.. aku hyu..ung? Tidakkah kau menyadari huh.. aku hik.. menyu..kaimu hyung", Donghae memegang bahu Siwon dan tanpa aba-aba mencium bibir Siwon.

DEG

Siwon terpaku, tapi ia tak menolak ciuman Donghae. Beberapa saat kemudian Donghae melepas ciumannya dan tersenyum kepada Siwon. Detik selanjutnya ia jatuh tertidur di pelukan Siwon yang menahannya. Siwon masih terckejut bukan main dengan apa yang dilakukan Donghae. "Apa?" Seakan baru tersadar dari mimpinya. Matanya memandang wajah Donghae yang menyandar di bahunya tak percaya. Oh tidak.. mengapa jantungnya berdebar kencang seperti ini?

.

.

.

"Sayang.. tenanglah, Donghae pasti baik-baik saja."

"Bagaimana bisa tenang? Dia anakku satu-satunya Chulie. Pak Park.. apa sudah ada kabar dari Donghae? Kau sudah menghubungi teman-temannya?" Ucap Hangeng tak tenang. Pak Park menunduk hormat dan tersenyum menenangkan, "Dia baik-baik saja Tuan. Dia berada di rumah temannya."

"Benarkah? Kalau begitu tunggu apalagi? Antar aku menjemputnya." Hangeng beranjak dari duduknya diikuti Heechul.

"Sebaiknya tak usah Tuan. Donghae baik-baik saja di sana. Ia aman bersama Siwon."

"Siwon? Siapa dia? Kau mengenalnya?"

"Dia teman Donghae. Dia anak yang sangat sopan. Anda tak perlu khawatir."

"Baiklah. Tapi.. pastikan hal seperti ini tak terjadi lagi. Seminggu lagi kami akan menikah. Aku ingin Donghae membantu persiapan pernikahan kami."

"Baik tuan." Hangeng berlalu ke kamarnya. Heechul berjalan menghampiri Park, "Pastikan anak itu tak membuat ulah." Ucapnya tak ramah dan mengikuti Hangeng ke kamar. Park menggeleng prihatin. Ia tak ingin Donghae mendapat perlakuan tak baik dari Heechul kelak.

oOo

Siwon berjalan mondar-mandir di kamar. Jantungnya masih berdegup kencang mengingat apa yang terjadi pada dirinya. Donghae menyukainya dan menciumnya. Hatinya seolah mengembang senang. Tapi ia tak mengerti kenapa ia harus senang. Ia bingung apakah ini hanya karena terbawa suasana atau memang dirinya jatuh cinta pada Donghae.

"Aargh.. dia membuatku gila!" Siwon memandang wajah Donghae yang tertidur di ranjangnya. 'Ok.. aku akui dia memang manis. Tapi.. sejak kapan aku menyukainya? Apa aku sudah tak menyukai Jaejoong?' Siwon sibuk memikirkan perasaannya. Ia harus melakukan sesuatu untuk membuktikan perasaannya sendiri.

.

.

To be continued...

.

.

eh pada dapat feelnya gak sih ini?

Tapi saya mau ngucapin makasih dulu :D buat:

Arum Junnie l KittYoongFisHae l Lee Suhae l casanova indah l CuteFishy l haexhyuk l arumfishy l Yulika19343382 l nnaglow l Kim Haemi l princelee86 l sellinandrew l HimaKawaii l Lullu20 l risaawaw

dan juga yang sudah membaca dan suka^^

Donghae: Oo.. ada beberapa pertanyaan yang masuk.

risaawaw: Heechul jangan jadi ibu tiri yang buruk

Heechul: Apa karena mulutku terlalu pedas mereka memberiku peran seperti ini?

Lullu: Hae jadi bad. Apa terjadi cinta segi 5?

Siwon: Dia sungguh tak cocok dengan peran itu. Cinta segi 5 terdengar keren~ :^)

Himawari: Donghae berantemnya lucu. Siapa malaikat penolong Hae? Yunho dan Siwon menyukai Jaejoong?

Jaejoong: Adegan itu sangat konyol~ Aku memang mempesona *smile

Donghae: Ayo lakukan lagi hyung~

Jaejoong: ?

sellinandrew: Heechul punya anak Siwon?

Donghae: Bukan.. bukan.. Heechul hyung-

Heechul: Diamlah!

Dara: Donghae jadi troublemaker!

Donghae: Apa kau menyukainya? Bagaimana peranku?

Haemi: Ceritanya bakal kayak cinderella?

Siwon: Simba akan melindungi cinderella :^)

nnaglow: akhirnya ff SiHae~

Siwon: Kami serasi bukan?

Donghae: Bagaimana dengan Eunhyuk?

Yulika: mau~

Yesung: Apa kau menyukainya?

arum: SiHae moment kurang!

Siwon: Datanglah ke dorm.. aku dan Donghae berlatih adegan ciuman setiap malam.

Donghae: *shy

haexhyuk: Kesel ama Siwon!

Donghae: Ahaha~ dia memang menyebalkan~

Yesung: *tertawa

cutefishy: Malaikat penolongnya Yesung?

Yesung: Aku akan memberimu tanda tangan

casanova: Siapapun pasangan Hae pasti ok!

Heechul: Ya~ meskipun dia sangat bodoh tapi aku menyayanginya.

Donghae: Bodoh? Aku pintar!

Suhae: Yeye suka hae!

Yesung: Jadi mana yang lebih serasi? YeHae atau SiHae?

KittYoongFisHae: Lanjut!

Siwon: bagaimana dengan chapter ini? :^)

Arum: Heechul jadi orang baik?

Hangeng: Hati-hati jika bertemu dengannya.

Review?

Adakah yang punya ide cerita menarik untuk kelanjutannya?