A/N:

Di cerita ini Hinata punya dua nama,

Nama sebelum ingatannya kembali dan sebelum Naruto menyadari kalau dia Hinata = Yuuki

Nama sesudah ingatannya kembali dan sesudah Naruto menyadari kalau dia adalah Hinata = Hyuuga Hinata

Disini juga ada tokoh bernama Murasaki Hitomi, ibunya Hinata. Itu tokoh fiksi yang Kaze buat sendiri.

.

Sebelumnya gomennasai, Anastasia itu dari 21 Century Fox Movie. Bukan dari Disney. Aku baru ngeh setelah diberi tahu salah satu reader. Terimakasih atas koreksinya.


NARUTO FANFICTION

Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Warning: TYPO and OOC

Pairing: NaruHina

goGatsu no kaze present

-DECEMBER-

Based from 21 Century Fox Movie: Anastasia


Yuuki mengatur nafasnya. Ia menjaga agar pikirannya tetap tenang sehingga menghindarinya dari perbuatan yang ceroboh. Gadis indigo itu memperhatikan keadaan sekelilingnya. Mencari celah yang ia perlukan untuk kabur dari para pria yang memiliki niat jahat kepadanya. Amethystnya ia pejamkan, ia membayangkan hal-hal menyenangkan yang pernah ia lewati. Ia melakukan hal itu agar rasa takutnya tak semakin menjadi-jadi.

"Kau lebih tenang daripada yang aku duga," ucap Suigetsu yang berada di sebelah kiri Yuuki.

Yuuki diam dan tak mau menanggapi. Ia tak mau Suigetsu dan orang-orang diruangan itu mendengar suara gemetarnya lagi. Ia tak mau dianggap pengecut sehingga mereka bisa menekannya lebih jauh lagi. Hey, ia gadis yang tangguh. Karena terlalu tangguh makanya Konan melepasnya untuk meninggalkan panti asuhan.

"Hyuuga Hinata," suara yang berasal dari ketua orang-orang yang berada disini itu membuat Yuuki menoleh kaget, "Putri dari Hyuuga Hiashi dan Murasaki Hitomi. Memiliki satu kakak laki-laki dan adik perempuan. Kehilangan ingatannya ketika umur empat tahun. Apa aku salah?"

Terdengar suara lengkikan yang membuat kepalanya sakit, sama sakitnya ketika ia melihat foto seorang wanita ketika dirumah Paman Teuchi. Yuuki memejamkan matanya lekat-lekat. Kedua tangannya meremas kepalanya yang semakin sakit, "Hentikan," gumamnya.

Orochimaru tersenyum licik penuh kemenangan. Tanpa menghiraukan Yuuki, ia terus bercerita, "Apa kau tahu kalau ayah dan kakakmu telah mati," ia perlahan mendekati Yuuki yang memunggunginya, "Tanganku ini yang mencabut nyawa mereka," pria setengah baya yang memiliki rambut hitam panjang itu tertawa dengan puas. Membuat Yuuki semakin muak mendengarnya.

"Yamete kudasai*," gumamnya lagi dengan nada yang lebih memilukan. Dadanya terasa sesak, air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya. Tangannya gemetar karena menahan marah dan takut.

"Tapi itu semua belum cukup!" Orochimaru berteriak dan meraih wajah Yuuki, "Hidupku tak akan tenang jika tak membunuh kalian semua. Setidaknya itulah yang diharapkan Kabutoku."

Yuuki mencoba menyingkirkan tangan Orochimaru dari wajahnya, dan usahanya berhasil. Ia menangis. Sekarang bukan hanya tangannya, tubuhnya pun ikut gemetar, "Apapun alasannya, membunuh tetaplah membunuh. Kau pikir orang yang bernama Kabuto itu akan senang jika kau menjadikannya alasan untuk membunuh?" Yuuki memberanikan diri untuk melawan.

Seringai keluar dari wajah Orochimaru, "Dia pasti setuju karena dia adalah anakku. Bahkan kalau Hitomi mati, dia akan lebih senang lagi. Tapi sebelum itu aku harus membunuhmu dulu sebagai pancingan agar Hitomi keluar dari persembunyiannya."

Yuuki menatap Orochimaru dengan tatapan benci. Orang-orang di ruangan itu seakan bisa merasakan aura yang dikeluarkannya, "Dia tak akan menyelamatkanku. Aku tak memiliki hubungan apapun dengannya. Mana mungkin dia mengantarkan nyawanya untukku."

Ketua mafia itu mendengus melecehkan, "Dia seorang ibu, kau ingat?"

Kepala Yuuki semakin sakit. Nafasnya semakin tidak teratur, ia terengah-engah. Sekuat tenaga ia berusaha untuk tidak merintih. Kedua tangannya tak henti meremas kepalanya. Tiap menit, tak ia duga, kepalanya semakin berat dan sakit. Dan dalam hitungan detik, segalanya berubah menjadi gelap.


-DECEMBER-


"Kiba, berikan ini kepada Hitomi-sama kalau ia tidak mau menemuimu," Naruto menyerahkan sebuah kotak musik pada Kiba. Kotak musik yang ia simpan sejak empat belas tahun yang lalu.

Kiba mengangguk, "Serahkan semuanya padaku. Kau harus menyelamatkan Yuuki," setelah itu Kiba pergi bersama tiga orang anggota Akatsuki yaitu Deidara, Kakuzu, dan Zetsu.

"Sebaiknya kita berangkat juga," ajak Itachi.

Naruto bersama tujuh anggota sisanya naik mobil dan menuju ke tempat Yuuki berada. Mereka terbagi dalam tiga mobil berjalan beriringan yang berisi tim inti Akatsuki. Di belakang tiga mobil tersebut terdapat beberapa mobil lagi yang mengawal mereka. Naruto menjadi sedikit diam ketika diperjalanan. Ini tak seperti biasanya. Ia bukan pemuda yang betah untuk muram seperti ini. Tapi entah kenapa ia jadi malas untuk melakukan apapun. Hal itu ia rasakan semenjak Yuuki diculik.

Pemuda beriris sapphire itu menggelengkan kepalanya. Ia tak boleh patah semangat. Sekarang misinya adalah menyelamatkan Yuuki. Ia tak tahu apa yang akan terjadi jika misi ini gagal. Nyawa seseorang dipertaruhkan. Seseorang yang sangat berharga tentunya.

"Lalu, apa yang bisa kau jelaskan pada kami?" tanya Obito yang masih belum percaya dengan motif Naruto.

Pemuda bersurai blonde itu menghela nafas sejenak, "Aku tak berbohong pada kalian. Sungguh. Aku disini hanya untuk mempertemukan Hitomi-sama dengan putrinya."

"Tapi Hitomi-sama sudah memiliki Hanabi-sama sebagai putrinya. Dan Hitomi-sama juga tak pernah berkata apapun tentang putrinya yang lain," balas pria bermata gelap itu.

"Kau sendiri nanti juga akan menyadari, bahwa diriku tak bohong. Gadis yang akan kita selamatkan nanti bagaikan cerminan Hitomi-sama ketika masih muda. Kau nanti bahkan akan bingung dibuatnya," jelas Naruto lagi. Apa yang dikatakan pemuda bermata sapphire itu benar. Yuuki memang sangat mirip dengan mantan majikannya itu. Hanya bedanya terletak pada potongan rambut saja.

"Kita sudah sampai," Kisame yang saat ini jadi pengemudi mereka memperlambat laju mobil. "Ini kawasan Orochimaru. Kita harus lebih waspada. Siapkan senjatamu," lanjutnya.

Itachi menghubungi mobil yang ada di belakang mereka agar bersiap-siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Sementara itu, anggota yang ada di mobil Naruto sudah mengeluarkan senjata mereka masing-masing.

"Ini," Itachi melemparkan shotgun pada Naruto. "Setidaknya kau juga harus memiliki senjata untuk melindungi diri."

Naruto mengangguk lalu memperhatikan senjata yang diberikan Itachi. Ia memang baru kali ini memegang senjata. Sebelumnya ia hanyalah petarung tangan kosong. Entah apa yang terjadi kalau ia menekan pelatuk senapan itu. Tapi sebaiknya ia tak melakukannya. Hanya saja niat baik Itachi untuk memberikannya senjata tak ia tolak.

"Kau tetaplah di dekatku. Yang mengenali gadis itu adalah kau," ucap pria bersurai hitam panjang tersebut. Naruto hanya bisa mengangguk.

Setelah itu, Itachi memberikan isyarat dengan tangannya. Dalam hitungan detik, para pria berpakaian putih-putih itu telah menyebar di sekitar rumah Orochimaru. Selain membawa tim inti Akatsuki, Itachi juga sudah menyiapkan sekelompok orang untuk memperbanyak jumlah mereka. Kalau dihitung semuanya berjumlah lima puluh orang.

"Itachi, kalau seandainya aku menemukan Sasuke, apa yang harus aku lakukan?" tanya Kisame dengan mata yang tetap bersiaga.

Itachi nampak berpikir sejenak, "Jika ia melawan, lawan balik. Jika tidak, kau abaikan saja. Sasuke itu urusanku."

Tanpa berkata apa-apa lagi, Kisame mengangguk dan meninggalkan mereka berdua, Itachi dan Naruto. "Naruto, kau lihat jendela itu?" pria itu menunjuk sebuah jendela berukuran besar yang terletak di lantai dua. Letaknya cukup tinggi untuk dijangkau.

Naruto mengangguk, "Ya, aku melihatnya."

"Kemungkinan besar gadis itu berada disana. Itu perkiraanku."

"Berapa banyak perkiraanmu yang meleset?" tanya Naruto.

"Kurasa tidak pernah," jawab Itachi dengan nada datar.

Naruto setengah tidak percaya dengan ucapan Itachi. Pria yang disampingnya ini memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Auranya juga berbeda dengan anggota yang lain. Yah, walau aura para anggota Akatsuki memang berbeda satu dengan yang lainnya.

"Itachi," seseorang berambut blonde sebahu menghampiri Itachi, "Pintu belakang penjagaannya kurang bagus. Kita bisa menerobos masuk dari sana."

Itachi mengangguk sejenak setelah itu ia mengahadap Naruto dan lima orang yang mengawalnya dan memberikan isyarat tangan agar mengikutinya untuk meninggalkan tempat mereka mengintai saat ini.

"Tunggu, Itachi-san," cegah Naruto.

"Nani?"

Pemuda bermata sapphire itu menarik nafas sejenak, "Sepertinya aku harus tetap disini."

"Eh?"

"Begini, Itachi-san. Kalau benar yang kau katakan bahwa Yuuki ada di dalam ruangan itu, aku harus mencari cara agar bisa masuk ke dalam. Kau beserta anggotamu bisa menerobos masuk lewat pintu belakang. Ketika perhatian mereka teralihkan, aku bisa menyelinap masuk melalui pohon itu," Naruto menunjuk sebuah pohon yang ada di dekat jendela ruangan tersebut. Sepertinya cabang pohon itu lumayan dekat dengan daun jendela.

"Aku bisa saja meninggalkanmu disini. Namun kau tidak boleh sendirian. Aku akan meminta Hidan untuk menemanimu," Hidan mengangguk setuju mendengar permintaan Itachi.

"Serahkan saja padaku. Dewa Jashin akan selalu memberikan keberuntungan untukku," terlihat raut bangga di wajah pria itu.

"Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku serahkan yang disini semuanya pada kalian," dalam hitungan detik Itachi dan para anggota yang mengikutinya sudah menghilang dari pandangan Naruto dan Hidan.


-DECEMBER-


"Oka-san, ada yang ingin bertemu denganmu," ucap Hanabi. Hitomi yang sedang merangkai bunga di ruang bacanya nampak sedikit terkejut. Jarang sekali ada yang ingin bertemu langsung dengannya. Biasanya mereka hanya menyerahkan dokumen atau bertemu dengan sekretarisnya saja.

Hitomi lalu beranjak ke ruang tamu diikuti Hanabi dibelakangnya. Ia melihat tiga anggota Akatsuki dan satu orang yang baru pertama kali ia lihat. Ketika ketiga anggota Akatsuki itu melihat Hitomi yang sedang menuruni tangga, mereka berdiri memberikan hormatnya dengan sedikit membungkukkan badan. Kiba juga mengikuti apa yang mereka lakukan.

"Konichiwa, Hitomi-sama. Maaf mengganggu waktu istirahat siang Anda," ucap pria bersurai hijau dengan suara datarnya, Zetsu.

Hitomi tersenyum. Mata Kiba sedikit terbelalak karena ia sangat mengenali senyuman itu. Itu senyuman yang juga dimiliki oleh Yuuki. Ternyata apa yang Naruto katakan benar. Yuuki sangat mirip dengan ibunya.

"Kalian jauh-jauh datang dari perbatasan kesini pasti karena ada hal penting yang ingin kalian sampaikan kepadaku," Hitomi duduk di salah satu sofa di hadapan mereka bertiga. Hanabi berdiri di belakang sofa tunggal yang di duduki Hitomi, "Hana-chan, tolong bertahukan Seno bahwa kita kedatangan tamu. Minta dia untuk menyiapkan minuman dan makanan ringan," tanpa berkata apapun Hanabi meninggalkan mereka berempat.

Deidara berdeham sejenak, "Ano, Hitomi-sama. Sebenarnya yang memiliki keperluan dengan Anda adalah anak ini," pria bersurai blonde panjang itu melihat ke arah Kiba.

Kiba sudah siap, bahkan sangat siap untuk mengatakan banyak hal pada nyonya Hyuuga yang sekarang dihadapannya ini, "Sebelumnya perkenalkan, namaku Inuzuka Kiba. Yoroshiku onegaishimasu," pemuda bergigi taring itu memejamkan matanya sejenak dan sedikit menenangkan diri, "Ano...," Kiba mengeluarkan sebuah foto dari sakunya, "Apa ini milik Anda?"

Hitomi mengambil foto yang diberikan Kiba. Matanya membelalak seketika. Sebelah tangannya menutup mulutnya tanda tak percaya. Itu dirinya dan putrinya, Hinata. Seingatnya, rumah yang mereka tinggali dulu sudah terbakar habis. Bahkan sehelai pakaianpun tak tersisa. Tapi kenapa pemuda itu memiliki fotonya?

"I-ini, darimana kau dapatkan foto ini?" tanya Hitomi. Terlihat air mata sudah menggenangi pelupuk matanya.

"Temanku yang memilikinya. Apa benar yang di foto itu adalah Anda?"

Hitomi mengangguk pelan, "Putriku," lirihnya. Air mata jatuh perlahan di wajahnya yang cantik.

"Aku tahu keberadaannya," ucap Kiba lagi.

"Tidak mungkin," gumam Hitomi seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bahkan aku sendiri tak bisa menemukannya hingga sekarang. Tak mungkin. Kau pasti bohong."

"Percayalah padaku, Hitomi-sama. Satu hari yang lalu, kami bersama putri Anda. Namun sekarang dia diculik dan temanku yang memiliki foto ini sedang menyelamatkannya dengan anggota Akatsuki yang lain," jelas pemuda penyuka anjing itu.

"Kau hanya pembohong yang hanya menginginkan uang imbalan, bukan?" Hitomi tetap tak percaya. "Sudah berpuluh-puluh orang yang datang padaku dan bilang bahwa mereka menemukan Hinata, putriku. Namun, tak ada satupun dari mereka yang membawa pulang putriku. Kau hanya menipuku, 'kan?"

Hanabi yang baru tiba di ruang tamu sangat terkejut melihat ibunya yang menangis, "Hey, kenapa ibuku menangis? Apa yang kau lakukan pada ibuku?"

"Kenapa kalian tak membantuku?" Kiba mengaharapkan Akatsuki sedikit membantunya. Namun mereka dari tadi hanya diam bagaikan patung penyangga yang ada di kuil-kuil bangsa Yunani.

"Tugas kami hanyalah membawamu kesini dengan selamat. Secara teknis sebenarnya tugas kami telah selesai. Namun sepertinya ada yang menarik," ucap Kakuzu dengan santainya.

'Akatsuki no yaro*,' batin Kiba mengumpat tajam pada ketiga pria yang bersamanya saat ini. Sekarang ia sendirian menghadapi pelototan Hanabi yang bagaikan pedang bermata ganda.

"Sebaiknya kau meninggalkan rumah ini sekarang juga," perintah Hanabi yang rasanya tak bisa diganggu gugat.

"Eh?" Kiba hanya bisa terpaku dan tak dapat membalas perkataan Hanabi. Kuso! Ia bahkan belum menceritakan semuanya pada Hitomi.

"Keluar!" bentak Hanabi lagi, "Deidara-san, Kakuzu-san, dan Zetsu-san, gomen. Aku hanya bermaksud kasar pada pemuda ini."

"Kami mengerti, Hanabi-sama," lagi-lagi dengan santainya Kakuzu menimpali.

Kiba menatap pria itu dengan tatapan yang tajam. Jika saja tatapan bisa membunuh, mungkin Kakuzu sudah tewas mengenaskan dengan tubuh yang tercincang menjadi puluhan potong. Seenaknya saja para Akatsuki itu membiarkan ia dibentak dengan seorang gadis. Kiba sepertinya melupakan sesuatu. Ah iya, ia masih punya senjata andalan.

"Ano, Hitomi-sama. Ada satu benda lagi yang ingin kuberikan padamu," Kiba mengeluarkan kotak musik yang tadi Naruto berikan padanya, "Temanku yang menemukan benda ini. Dia adalah pemuda yang menyelamatkan Anda dan putri Anda dari amukan orang-orang yang ingin melenyapkan keluarga Anda empat belas tahun yang lalu."

Tangan Hitomi bergetar menerima benda yang diberikan Kiba. Kotak musik itu adalah hadiah yang ia berikan pada Hinata ketika ulang tahunnya yang ke empat. Ia masih ingat betul. Bahkan kejadian itu terasa bagikan kemarin. Tak akan pernah ia lupakan begitu saja.

"Putriku," Hitomi kembali terisak. Bahkan Hanabi yang berada disampingnyapun juga mengeluarkan air mata. "Putriku, dimana dirinya sekarang? Dimana putriku? Dimana Hinata?"

"Saat ini temanku dan anggota Akatsuki yang lain sedang menyelamatkannya. Ia diculik oleh seseorang yang bernama Orochimaru. Tadi aku sudah mengatakannya pada Anda," jelas Kiba. Ia menghela nafas lega. Sepertinya Hitomi sudah mulai percaya padanya.

"Orochimaru," gumam wanita yang berparas sama dengan putri sulungnya itu. Raut wajahnya lalu berubah tegang seketika, "Putriku! Putriku dalam bahaya! Tolong selamatkan putriku!" tubuhnya bergetar hebat. Hanabi juga kebingungan. Baru pertama kali ia melihat ibunya seperti ini.


-DECEMBER-


Naruto berjalan mengendap-endap. Sebisa mungkin ia tak mengeluarkan suara sedikitpun. Tinggal beberapa langkah lagi ia sampai di pohon yang ada di bawah jendela ruangan tersebut. Mata sapphirenya mengawasi pintu yang berjarak beberapa meter dari tempatnya bersembunyi. Shotgun yang Itachi berikan sudah siaga dari tadi, siap menembak kapan saja.

"Oi, sampai kapan kau mau ada disini?" bisik Hidan yang kini berada di belakangnya.

"Sst!" matanya kembali mengawasi daun pintu lagi. "Jangan berisik. Nanti mereka dengar."

"Kono baka*! Kalau pergerakanmu seperti ini, gadis itu pasti sudah mati ketika kita tiba disana," geramnya sambil menepuk kepala Naruto.

Benar juga apa yang dikatakan Hidan. Ia sendiri yang bilang untuk bergerak cepat, tapi sekarang ia malah menghabiskan waktu dengan percuma. Dengan segenap kelincahannya ia lalu bergerak dari semak-semak satu ke semak-semak yang lainnya hingga akhirnya mereka berdua tiba di bawah pohon. Jika diperhatikan, jendela itu tak terlalu tinggi. Namun tetap saja sangat sulit jika tak menggunakan tangga atau alat bantu lainnya.

"Aku yang akan naik. Tolong kau jaga disini," tanpa persetujuan Hidan, Naruto langsung memanjat pohon tersebut. Shotgun yang ia bawa diselipkan di celana bagian depan. Dengan sangat hati-hati ia bergerak. Ia usahakan agar pelatuk pistol itu tak tertarik dan menembakkan peluru ke tubuhnya sendiri. Akan sangat memalukan bila ia mati sia-sia karena peluru yang tak sengaja tertembak dengan posisinya yang di atas pohon.

Sekuat tenaga ia meraih pinggiran balkon tersebut. Tanpa ada kesulitan yang berarti, Narutopun akhirnya bisa berada di depan jendela tersebut. Ketika Hidan melihat Naruto yang telah tiba di jendela itu, ia lalu kembali bersembunyi dibalik semak-semak. Tak berapa lama kemudian, terdengar suara tembakan pistol dari arah belakang rumah. Naruto yang mengintip keadaan di dalam ruangan sampai dibuat kaget. Tapi ia beruntung, karena suara tembakan itu membuat orang-orang yang menjaga Yuuki jadi pergi meninggalkan ruangan.

Ia lalu mencari cara untuk membuka jendela tersebut. Wah, sepertinya benar yang dikatakan Hidan. Dewa 'apalah namanya itu' membawa keberuntungan dalam misinya sejauh ini. Jendela tidak terkunci. Naruto dengan tanpa susah payah masuk ke dalam ruangan.

Ia sedikit miris ketika melihat sosok yang ada di depannya. Sorang gadis dengan tangan yang terikat dibelakang tergeletak begitu saja di lantai. Naruto cepat-cepat mendekat, memeriksa gadis itu, yang ternyata adalah Yuuki.

"Yuuki! Yuuki! Sadarlah," tangannya mengguncang tubuh dan wajah Yuuki. Naruto lalu mendekatkan telinganya ke wajah Yuuki, "Yokatta," perasaan lega luar biasa melanda Naruto. Perasaan itu sangat melegakan bagaikan air yang menghujani tanah kering.

"Tou-san...Ka..Kaa-san...Nii-san," gumamnya lirih. Perlahan manik amethystnya menampakkan warnanya, "Naruto," airmatanya mengalir. Ia terisak, "Tou-san...Kaa-san...Nii-san," kata itu terus-menerus ia gumamkan.

Tanpa sadar, Naruto merengkuh gadis itu, "Irasshaimase*, Hinata-sama." Pemuda itu kembali memanggil sang gadis dengan nama aslinya. Sepertinya Hinata juga sudah mengingat segalanya. Ia peluk erat tubuh gadis yang gemetar itu. Ia sangat ketakutan sampai-sampai tak bisa berkata apapun selain yang ia gumamkan tadi.

"Naruto," tubuhnya semakin gemetar.

Pemuda bermata sapphire itu melepaskan pelukannya dan melepas ikatan yang membelenggu Hinata, "Ayo kita pergi dari sini, Hinata-sama."

Dengan mantap Hinata menganggukkan kepalanya. Gadis itu mencoba bangun sendiri, namun sepertinya tenaganya telah hilang entah kemana. Naruto yang melihatnya lalu membantunya untuk berdiri, "Arigatou, Naruto." Hinata sangat lega. Ia hampir saja mati ketakutan di tempat ini. Kehadiran Naruto benar-benar membuatnya, sekali lagi, sangat lega.

"Sangat mengharukan."

Naruto dan Hinata bersamaan menoleh ke asal suara. Tubuh mereka mendadak terpaku, "Siapa kau?" tanya Naruto dengan setengah berteriak.

"Ah, maukah kau memperkenalku padanya, Hyuuga Hinata?" si pemilik suara melangkah ke arah mereka. Naruto tidak tahu, bahwa setiap langkah yang Hinata dengar bagaikan suara lonceng kematian yang semakin lama semakin keras.

Naruto sadar, gadis yang ada di sampingnya itu kembali bergetar ketakutan. Pegangan tangannya pun semakin mengencang, "Daijobu, Hinata-sama?" Namun Hinata tak menjawab.

Sosok itu makin lama makin mendekat. Memperlihatkan seorang pria berumur lima puluhan dengan surai hitam panjangnya menyeringai licik ke arah mereka berdua, atau lebih tepatnya ke arah Hinata.

"Perkenalkan, namaku Orochimaru. Sang pencabut nyawa."


-DECEMBER-


-To Be Continue-


Yamete kudasai: Tolong hentikan/diamlah

Akatsuki no yaro: Dasar Akatsuki brengsek/kampret

Kono baka: Dasar bodoh/tolol

Irasshaimase: Selamat datang

.

Ho-Hollaaaa mina-sama!

Haduh Kaze sampai gagap, ehehe

Gomen karena updatenya terlalu lama. Mood Kaze meneruskan fic ini lagi naik turun soalnya

Mumpung lagi semangat, yasudah Kaze selesaikan dalam waktu beberapa jam. Takut idenya kabur lagi

Oh iya, Kaze mau memberitahukan pada kalian. Dihitung mulai updatenya fic ini, Kaze bakalan hiatus selama beberapa bulan. Nggak tau kapan akan mulai lagi

Banyak kerjaan di dunia nyata yang harus diselesaikan dengan segera. Doakan ya, agar kerjaan cepat selesai dan segera berkarya di FFn lagi

Yosh, see you soon. I'll miss you all, my dear reader-san

Arigatou atas segala bentuk dukungannya selama ini