Jaejoong Wanna B

.

End of previous

.

"Namja ini, ia begitu mirip denganmu Joongie. Aku sudah jatuh cinta padanya." ucap Yunho sembari tersenyum manis.

"Bagaimana denganmu Woongie?"

Jaejoong menolehkan wajahnya kearah Yunho, menatap mata musang Yunho yang juga tengah menatapnya dalam.

Sekarang Jaejoongpun bimbang, akankah ia harus mengutarakan kenyataan yang sebenarnya saat ini atau ia harus kembali menutup rapat dan mencari waktu yang tepat? Lama berkutat dengan pimikirannya, akhirnya Jaejoongpun mengambil keputusan.

"Yunho-ah."

Chap 8

.

"Yunho-ah." ucap Jaejoong sambil menatap Yunho dengan pandangan yang sulit diartikan. Yunho sendiri hanya menatap dalam mata bulat Jaejoong, menunggu kelanjutan kata yang ingin diutarakan Jaejoong. Jaejoong benar-benar dalam keadaan bimbang. Apakah ia harus mengatakan yang sebenarnya atau harus tetap berpura-pura sampai ia tahu apa alasan keluarga Shim menyembunyikan identitas aslinya.

"Yunho-ah." ucap Jaejoong lagi. Ditatapnya lekat mata musang Yunho, begitupun sebaliknya. Yunho menatap lembut mata Jaejoong.

"A..aku."

'Apa yang harus kukatakan?'

"Sebenarnya aku-"

Braakkk

"Omo. Hyung, mianhae."

Seketika Yunho menjauhkan dirinya dari Jaejoong dan langsung memandang kesal kearah seorang namja yang menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal.

"Ada apa Yoochun?" tanya Yunho dengan aura dingin menguar disekelilingnya. Melihat Yunho yang dalam keadaan tak bersahabat, Yoochunpun cepat-cepat mengatakan maksud dan tujuannya masuk ke ruangan Yunho itu.

"Leeteuk hyung dan yang lainnya sudah datang." jawab Yoochun cepat-cepat tanpa berani menatap lama Yunho.

"Baiklah, aku akan kesana."

Yunhopun lantas menarik tangan Jaejoong yang tadi masih diam membatu. Beruntung kali ini lagi-lagi ia diselamatkan oleh Yoochun. Setidaknya ia masih mempunyai waktu untuk berfikir apa yang sebaiknya dilakukan.

'Mianhae Yunie'

.

~ .B~

.

Sejak kejadian malam dirumah Yunho, Jaejoong kini lebih sering menghindari namja mata musang itu. Bukannya dirinya tak ingin bertemu Yunienya, namun ia hanya ingin memastikan sesuatu terlebih dahulu. Seperti sekarang, begitu ia melihat sosok Yunho yang masuk ke dalam Cojjee cafe, segera saja ia berlari kebelakang dan tak lupa menyuruh Junsu untuk mengatakan kalau ia tak masuk kerja.

"Junsu-ie, Youngwoong eodiya?" tanya Yunho saat dirinya sudah duduk didepan meja reservasi.

"Emm, Youngwoong hyung tak masuk hari ini." jawab Junsu tanpa menoleh Yunho, ia takut ketahuan tentunya.

"Tak masuk lagi? Bukankah kemarin dan kemarinnya lagi ia tak masuk? Apa kalian menyembunyikan sesuatu?" tanya Yoochun yang rupanya tanggap dengan keadaan.

Glupp

Junsu berusaha setengah mati untuk tak berkata jujur, karna ia juga merasa kasihan melihat Jaejoong yang nampak sangat ingin agar tak bertemu dengan Yunho.

"Sudahlah Chunie, mungkin benar kalau Youngwoong tak masuk hari ini. Tapi Junsu-ie, apa Youngwoong baik-baik saja? Maksudku ia tak sakit kan?" tanya Yunho lagi dengan nada khawatir yang kentara. Junsu menggeleng lemah sebagai jawaban.

Sementara itu, sang obyek pembicaraan tengah mengintip dari balik pintu sambil memperhatikan Yunho. Senyum getir terlukis diwajahnya sebelum ia berbalik menuju halaman belakang.

Duk

"Ouch, appo."

"Omo. Woonie? Mianhae."

Apa yang terjadi? Ah rupanya tadi saat Jaejoong akan membuka pintu halaman belakang, disaat yang bersamaan Dongwoon juga membuka pintu itu dari arah yang berlawanan. Namun ia kalah cepat dengan Jaejoong, dan hasilnya jidatnya pun dengan keras mencium daun pintu itu.

"Woonie, gwencanha?" tanya Jaejoong lalu mendekat kearah Dongwoon. Diamatinya Dongwoon yang tengah mengusap jidatnya yang kini memerah.

"Ne, gwencanha hyung, ini hanya luka kecil." jawab Dongwoon sambil tersenyum agar Jaejoong tak khawatir.

"Aiss, mianhaeyo. Aku tak tahu kalau kau ada disana."

"Ani. Ada apa hyung kemari? Tak biasanya?" tanha Dongwoon dan perlahan menurunkan tangannya dari jidatnya.

"Aku hanya ingin mencari udara segar."

"Hanya itu? Tak biasanya."

"Perasaanmu saja."

"Apa ada yang kau pikirkan? Kau terlihat tak bersemangat hyung."

"Eh, benarkah?"

"Ne, kalau kau ada masalah, bicaralah padaku. Kau bisa mengandalkanku hyung." kata Dongwoon sambil tersenyum cerah kepada Jaejoong.

"Ne, sepertinya tak buruk jika bicara denganmu." jawab Jaejoong sambil tersenyum sebentar.

"Kajja hyung, kita duduk disana." Dongwoonpun mengajak Jaejoong untuk duduk dibangku sebelum Jaejoong mulai bercerita. "Nah, lebih nyaman bukan? Mulailah bercerita hyung."

"Kemarin, aku pergi kerumah Yunho." Jaejoong memulai ceritanya. "Awalnya kami hanya makan malam biasa, bersama Junsu dan juga Yoochun. Namun setelah kami selesai makan, Yunho mulai mengajakku masuk kesalah satu ruangan pribadinya. Dan akupun tahu ruangan apa yang ingin ditunjukkan Yunho padaku, karna bukankah dulu aku sudah sering kesana?

"Aku sangat kaget karna ternyata Yunho masih menyimpan semua foto-fotoku dan merawatnya dengan sangat baik. Aku sempat terhanyut karna Yunho mengatakan betapa ia sangat mencintaiku dan sangat merindukanku. Saat itu aku tak tahu harus berbuat apa, yang ada dipikiranku hanya ingin agar dia tak bersedih lagi, namun aku juga tak bisa mengatakan kalau aku adalah Jaejoong.

"Dan yang lebih membuatku terkejut adalah, saat itu, entah kenapa, Yunho, ia, ia mengatakan kalau ia mencintaiku. Bahkan ia mengatakan kalau aku adalah jawaban Tuhan atas semua doa-doanya. Setelah kepergian Jaejoongnya dan kini aku hadir kembali sebagai Youngwoong. Ia menganggap kalau ini semua adalah rencana indah Tuhan untuknya.

"Aku sangat kaget mendengarnya, walaupun aku dan Jaejoong adalah orang yang sama, namun aku sedikit merasa sedih karna ternyata Yunho bisa berpaling dariku, walaupun ia berpaling kepadaku juga. Aku benar-benar binggung Dongwoon-ah, apa yang sebaiknya aku lakukan? Aku takut kalau aku mengakui kalau aku adalah Jaejoong yang selama ini hilang ingatan, aku takut ia tak mempercayainya."

Jaejoong bercerita panjang lebar mengenai semua hal yang kemarin dialaminya. Sementara Dongwoon hanya mendengarkan dalam diam sambil ikut berfikir cara apa yang baik digunakan.

"Dongwoon-ah, kau mendengarkanku?"

"..."

"Dongwoon-ah."

"..."

"Yak, Dongwoonie! Kau tak mendengarkanku eoh!"

Pletakk

"Ah yah, appo hyung! Kenapa memukulku!" teriak Dongwoon kesal sambil mengusp kepalanya yang berdenyut.

"Kau membiarkanku berbicara sendiri huh! Kau tak mendengarkanku!"

"Yak, aku sedang berfikir hyung, bukannya tak mendengarkanmu! Aiss! Kalau sakit begini bagaimana caranya aku berfikir."

"Mwo? Jadi kau diam karna memikirkan caranya? Aigoo Woonie, mianhae. Aku tak tahu." jawab Jaejoong merasa bersalah, lalu dengan sigap didekatinya Dongwoon lalu mengusap pelan bekas jitakannya.

"Appo?" tanya Jaejoong dan hanya mendapat anggukan lemah dari Dongwoon. "Mianhae ne."

"Ne hyung, gwencan-"

"Kyyaaaa, Youngwoong hyung! Apa yang kalian lakukan?"

Seketika suara melengking milik Junsu mengagetkan Dongwoon dan Jaejoong. Serempak mereka menutup telinga dan menolehkan wajah mereka keasal suara. Bisa dilihat kini Junsu tengah berkacak pinggang dan wajahnya yang nampak sangat tak bersahabat. Dipandanginya Dongwoon dan Jaejoong menuntut penjelasan.

"Yak, hentikan wajah pabo mu itu Junsu-ie! Kau tampak menyeramkan!" dengus Jaejoong sedikit kesal karna kehadiran Junsu yang tiba-tiba.

"Wae? Karna tertangkap basah olehku jadi kalian mau mengalihkan topik eoh? Jelaskan!"

"Apanya yang perlu dijelaskan! Tak ada yang terjadi." kata Jaejoong cuek dan mulai bangkit dari duduknya.

"Oh haruskah aku memberitahumu hyung apa yang aku lihat barusan? Kau dan Woonie, oh-"

"Yak, jangan berkata yang tidak-tidak hyung! Kau ini, aku dan Jae, Youngwonng hyung tak melakukan apapun." bela Dongwoon dan mulai berdiri mengikuti Jaejoong.

"Lalu apa yang kalian lakukan berduaan disini eoh? Dan kau hyung, jadi ini alasanmu kenapa kau menghindari Yunho hyung? Kau tahu, ia sangat mengkhawatirkanmu, ia terus bertanya kenapa kau tak masuk. Ia mengira kau sakit, jelas tergambar diwajahnya ia sangat khawatir." jelas Junsu panjang lebar mengenai keadaan Yunho.

Jaejoong hanya diam mendengar cerita Junsu, bukankah dirinya juga melihat keadaan Yunho tadi sewaku bertanya tentang dirinya. Ah, andai saja ia sudah berani mengungkapkan siapa sebenarnya dirinya, tentu hal ini tak akan terjadi.

"Jadi kau kemari karna menghindari Yunho hyung, Youngwoong hyung?" Jaejoong hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaan Dongwoon.

"Ck, kalian ini. Berhentilah berpura-pura! Katakan, ada hubungan apa diantara kalian?"

Bletak

"Yak! Kenapa memukulku hyung! Sakit tahu!"

"Kau, suaramu merusak gendang telingaku! Kalau kau tak tahu apa yang terjadi, jangan mengambil kesimpulan sendiri."

"Huh!"

"Hyung, apa kau mau mendengar nasehatku?" tanya Dongwoon tiba-tiba. Rupanya ia sudah menemukan cara yang tepat untuk Jaejoong.

"Ne, apa itu?"

"Temuilah Changmin hyung dan tanyakan semua pertanyaan yang ingin kau tahu jawabannya, setelah kau mendapatkan semua jawaban atas pertanyaan itu, kusarankan kau segera jujur padanya."

"..."

"Selama ini hyung tak pernah membohonginya aniya? Kalau kau takut ia tak percaya karna mengira kau membohonginya, jauhkanlah pikiran itu. Karna sejujurnya, kau tak pernah berniat untuk membohonginya."

"..."

"Satu hal yang harus hyung pegang. Percayalah, kalau ia memang jodohmu, ia akan mempercayai semua yang kau ucapkan. Aku yakin rasa cinta dirinya untukmu masih sangat besar. Mendengar ceritamu, aku bisa memastikan hal itu."

"..."

"Bukankah hyung juga masih mencintainya?"

"Eh?"

Dongwoon tersenyum hangat pada Jaejoong, "Ia sudah mau jujur dengan perasaannya, kini giliran dirimu yang harus jujur hyung. Yakinlah!"

Jaejoong menatap lama Dongwoon, atasannya itu benar. Bukankah Yunho sudah jujur mengenai perasaannya yang mengatakan ia masih mencintai Jaejoong? Walaupun ia mengatakan mencintai Youngwoong, namun bukankah Jaejoong dan Youngwoong adalah orang yang sama?

Tak terasa senyum mengembang diwajah Jaejoong, "Gomawo Woonie, gomawo."

"Berjuanglah hyung, aku selalu mendukungmu!"

Sementara Dongwoon dan Jaejoong asik dengan dunianya sendiri, menyisakan Junsu yang hanya bengong melihat dua namja dihadapannya itu. Entah apa yang mereka bicarakan, Junsu sama sekali tak mengerti. Begitupula dengan rasa kesalnya yang tadi entah menghilang kemana.

.

~ .B~

.

Changmin dan Yoseob saling lirik melihat kehadiran namja cantik dihadapannya ini. Dilayangkannya pandangan bertanya kepada namja tampan disebelah namja cantik itu, namun namja itu hanya mengangkat bahu tanda tak mau menjawab.

"Kau mau minum apa hyung?" suara Yoseob terdengar sedikit bergetar. Masih terekam jelas diotaknya ketika beberapa minggu yang lalu Jaejoong datang dengan wajah sangar dan menuntut penjelasan atas semuanya.

"Tak perlu repot-repot. Aku datang kesini untuk berbincang denganmu Changmin." jawab Jaejoong to the point.

Mendengar namanya disebut, membuat Changmim menolehkan wajahnya menatap Jaejoong. "Ada yang ingin kau bicarakan denganku hyung?"

Jaejoong hanya mengangguk sebagai jawaban. Melihat sepertinya Jaejoong sudah ingin bicara dengan Changmin, Dongwoonpun dengan inisiatifnya mengajak Yoseob menjauh dari ruangan itu.

"Seobie, kajja." ajak Dongwoon lalu berdiri. Yoseob yang mengertipun ikut bangun lalu mengikuti Dongwoon menuju halaman belakang.

Kini tinggallah Changmin dan Jaejoong, Changmin tak tahan dengan suasana canggung begini, iapun berinisiatif mengajak Jaejoong bicara, namun Jaejoong sudah lebih dulu berkata-

"Bogoshipo!" itulah kata pertama yang keluar dari bibir Jaejoong, Changmin sendiri terdiam beberapa detik sebelum otaknya berputar cepat dan mengerti maksud Jaejoong. Segera tanpa diperintah, diterjangnya tubuh kecil Jaejoong lalu memeluknya dengan erat.

"Nado hyung, bogoshipo. Mianhae, jeongmal mianhae." ucapnya berusaha menutupi rasa sesak didadanya. Ia akui, setelah ia membeberkan semua kebenaran pada Jaejoong, ia merasa kehilangan namja cantik itu. Sungguh, ia merasa sangat senang sekarang Jaejoong merindukannya.

"Ania, gwencanhayo."

"Hyung, mianhae." ucap Changmin terus menerus, ia merasa sangat bersalah karna menhembunyikan identitas Jaejoong dulu.

"Sudah sudah, sekarang aku kesini meminta penjelasan darimu. Mengapa kau sampai berbuat hal seperti itu?" tanya Jaejoong setelah pelukan ditubuhnya hilang.

"Baiklah, aku akan menjelaskannya hyung." dan bergulirlah cerita Changmin dari awal mengapa dirinya dan keluarganya bisa merencanakan semua itu. Jaejoong menyimak dengan serius semua perkataan Changmin, bahkan pikirannya ikut memutar memori-memori itu. Saat dimana seorang yeoja dengan angkuhnya menghina dirinya, hingga kejadian yang membuat dirinya kehilangan ingatannya. Semua kembali berputar diotaknya.

"Dan akhirnya, kami memutuskan untuk menyembunyikan identitasmu dan berharap kau aman dari semua orang yang berniat mencelakaimu hyung."

Jaejoonh menghela nafas pendek setelah mendengar penjelasan Changmin. Kini ia bisa memahami kalau sebenarnya tak ada niatan buruk keluarga Shim untuk menyembunyikan identitasnya. Justru mereka ingin melindungi dirinya dari orang-orang yang jahat kepadanya. Tak terasa kristal bening meluncur tanpa permisi dipipi mulus Jaejoong.

"Hyung-" rintih Changmin saat melihat Jaejoong menangis.

"Ania, ini tangis bahagia. Kau tahu, aku awalnya berfikiran negatif tentang alasan kalian menyembunyikan identitasku. Tak kusangka kalian justru ingin melindungiku. Aku, benar-benar berterima kasih, aku tak tahu apa yang harus kulakukan untuk membalas kebaikan kalian, aku-"

"Berbahagialah." ucap Changmin cepat memotong ucapan Jaejoong, "Cukup dengan kau berbahagia, itu sudah lebih dari cukup bagi kami." lanjutnya sambil tersenyum memandang Jaejoong.

"Berbahagialah untuk Yunho, aku tahu kalian masih saling mencintai. Tak peduli itu Jaejoong atau Youngwoong, Yunho tetap memilih dirimu. Dirimu dengan dua karakter yang berbeda."

"..."

"Kau harus berkata jujur pada Yunho, aku yakin ia akan menerimanya. Rasa cintanya padamu sangatlah besar, bahkan sejak setahun yang lalu, tak pernah ada orang lain yang mengisi hatinya. Hingga kau hadir lagi dalam hidupnya, dan mengubah sikapnya."

"..."

"Kau, baik itu Jaejoong atau Youngwoong, hanya kau lah yang mampu mengubahnya. Baik dulu maupun sekarang."

"Changmin-ah, gomawo." hanya itu kata yang bisa Jaejoong ucapkan. Bahkan sudah dua orang terdekatnya yang mengatakan hal yang sama. Kini, didalam hatinya sudah tertambat untuk mengakui secara jujur keadaannya.

Dongwoon dan Yoseob yang melihat adegan itupun kini tersenyum ceria, bisa dilihat kini Jaejoong sudah tersenyum seperti biasanya.

'Berbahagialah, Jaejoong hyung'

"Ah, satu hal lagi." ucap Changmin tiba-tiba.

"Nde?"

"Soal Kim halmoni. Sejujurnya, ia memang benar-benar halmonimu hyung."

"Mwo?"

.

.

Setelah perbincangannya dengan Changmin, kini Jaejoong lebih sering tersenyum. Yah, setidaknya ia sudah paham alasan keluarga Shim menyembunyikan identitas dirinya. Sekarang ia sudah mau menerima dan malah berterimakasih untuk keluarga itu.

Sekarang dirinya tengah bersama Dongwoon dan duo Shim menuju rumah Kim halmoni, memang sejak ingatannya kembali ditambah kenyataan yang diterimanya, Jaejoong sempat marah pada Kim halmoni, ia merasa Kim halmoni ingin memanfaatkan hilang ingatannya. Maka dari itu ia pergi dari rumah Kim halmoni dan tinggal bersama Junsu.

"Kita sampai." teriak Changmin saat mereka sudah tiba dirumah Kim halmoni, Jaejoong merasa sedikit gugup. Terang saja, sudah hampir beberapa bulan ia tak bertemu dengan halmoninya itu.

"Hyung-" lirih Dongwoon saat menyadari Jaejoong yang sedikit gugup, "Mideoyo, Kim halmoni pasti mengerti."

Jaejoong menolehkan wajahnya kebelakang ketempat Dongwoon, senyum tipis terlukis diwajah putihnya. "Ne." jawabnya sambil mengangguk kecil.

Jaejoongpun menguatkan hatinya dan mulai keluar mobil, menuju rumah mewah yang selama setahun belakangan menjadi tempat tinggalnya. Duo Shim dan Dongwoon tak ikut turun, mereka menunggu Jaejoong didalam mobil.

Ting tong

Jaejoong memencet bel yang ada dipintu, menunggu dengan cemas siapa yang kira-kira akan membukakan dirinya pintu.

Cekleekk

Perlahan gagang pintu itu berputar dan detik berikutnya pintu terbuka lebar, menampakkan wajah seorang yeoja paruh baya yang nampak kaget atas kedatangannya.

"Halmoni." lirih Jaejoong dan terus menatap yeoja paruh baya itu, airmata sudah menggenang dimatanya. Oh, betapa sejujurnya ia merindukan halmoninya ini. "Hiks, halmoni." ucapnya lagi dan bahkan kini airmata sudah mengalir diwajahnya.

Kim halmoni yang tadinya kaget atas kedatangan Jaejoong, seketika tersadar saat didengarnya isakan dari cucunya itu. Segera tanpa pikir panjang direngkuhnya tubuh Jaejoong dan membawanya kedalam dekapannya. Ikut menangis bersama karna tahu bahwa cucunya sudah mau memaafkannya.

"Jaejoongie. Bogoshipo."

Memang benar, Jaejoong adalah cucu dari Kim halmoni. Eomma Jaejoong adalah anak dari Kim halmoni. Namun Kim halmoni tak merestui hubungan eomma dan appa Jaejoong, sehingga eomma Jaejoong memilih untuk pergi bersama appa Jaejoong dan meninggalkan semua kekayaan yang sebenarnya akan diwariskan kepadanya. Menjadi putri satu-satunya keluarga Kim, membuat eomma Jaejoong selalu mendapat pengawasan dari Kim halmoni. Dan puncaknya saat cintanya tak direstuilah, ia akhirnya memberontak.

Maka dari itu, sejak Jaejoong lahir ia sama sekali tak mengetahui siapa halmoni dan harabeojinya, karena halmoni dan harabeoji dari keluarga appanya sudah meninggal. Sampai beranjak dewasa ia tak mengenal siapa halmoninya. Walaupun sudah mengusir anaknya, namun sejujurnya Kim halmoni sering mengamati anak dan cucunya. Sampai kejadian meninggalnya appa Jaejoong dan kecelakaan yang dialami cucunya, membuat Kim halmoni sadar betapa ia salah sudah menentang keinginan anaknya itu.

"Mianhae Joongie, mianhae."

.

.

Yunho menatap kosong layar televisi yang menayangkan acara berita dilayarnya. Kelihatan sekali namja mata musang itu tak tertarik dengan acara yang ditampilkan televisi itu. Pikirannya melayang memikirkan seorang namja cantik yang sudah beberapa hari ini tak bisa ditemuinya. Padahal rindu sudah memuncak didadanya.

"Huhhh."

Yunho menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Berbagai cara sudah dilakukannya untuk bisa bertemu dengan Jaejoong, namun namja cantik itu nampaknya menghindarinya. Apa ini semua ada hubungan dengan pernyataan cintanya dulu?

"Hyung, aku lapar kajja kita makan." rengek Yoochun sedari tadi kesal melihat kelakuan Yunho itu. "Apa kau mau seharian bengong begitu hyung!" tegurnya karna tak mendapat respon dari Yunho.

"..."

"Yak hyung! Kau ini kenapa eoh! Seperti mayat hidup saja. Tak bersemangat!" kini Yoochun sudah kehabisan kesabaran, tak terasa ia malah berteriak kesal.

"Aku memang mayat hidup, dulu Jaejoongie yang pergi meninggalkanku, sekarang Youngwoongie pun meninggalkanku. Haha, apa aku sebegiu buruknya hingga dua orang yang aku cinta harus pergi meninggalkanku?" Yunho tertawa miris saat mengatakan ini.

"Kenapa Tuhan selalu begitu kepadaku, disaat aku merasa sudah sangat bahagia, tiba-tiba saja Ia mengambil sumber kebahagiaanku. Apa aku salah hanya ingin untuk merasakan bahagia?"

Yoochun yang tadinya kesal, kini jadi merasa bersalah. Ia bisa merasakan betapa frustasinya seorang Jung Yunho karna kehilangan lagi orang yang dicintainya. Bisa dilihat kini Yoochun beranjak pelan mendekat kearah Yunho lalu menepuk pundak hyungnya itu.

"Hyung, tenanglah. Pasti ada rencana indah dibalik semua ini. Bersabarlah." ucap Yoochun tulus lalu tersenyum memandang Yunho.

'Bersabarlah hyung, aku yakin Jaejoong hyung hanya butuh waktu untuk mengungkapkan semuanya. Jika saat itu tiba, aku harap kau menerimanya'

.

~ .B~

.

Seminggu sudah Jaejoong tak menemui Yunho, selama itu ia sebenarnya mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan semua yang terjadi pada dirinya. Sekaranglah waktu yang tepat baginya. Ia berharap segalanya berjalan lancar.

"Dongwoon-ah, aku akan mengatakannya hari ini. Aku harap semuanya lancar." kata Jaejoong saat berada diruangan Dongwoon.

"Ne, aku berdoa untukmu hyung! Hwaiting!"

"Ne. Gomawo selama ini selalu mendukungku."

"Cheonamayo, aku senang bisa membantu hyung yeoppo ku ini." goda Dongwoon membuat Jaejoong mengerucutkan bibirnya sebal.

"Yak, aku namja! Dan aku tidak cantik!"

"Haha, ne ne, hyung, kau tak cantik tapi manis."

"Yak! Menyebalkan!"

"Haha, mian mian. Aku hanya senang menggodamu hyung."

"..."

"Hyung, setelah ini kuharap kau masih mau berteman denganku ne. Karna aku tahu seberapa posesifnya Jung Yunho itu. Aku takut kau akan dikuasainya sendiri, mengingat ia sangat merindukanmu." kata Dongwoon sambil menatap sedih kearah Jaejoong.

Jaejoong menolehkan wajahnya seketika saat mendengar suara lirih Dongwoon, "Hei hei, kenapa jadi sedih begini. Aku tak akan melupakanmu Woonie, kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri seperti Changmin, Junsu dan juga Yoseob. Kalian adalah harta yang sangat berharga bagiku, selama ini kalianlah yang menemaniku, aku sangat menyayangi kalian."

"..."

"Sudahlah, jangan bersedih lagi. Kau mau membuatku terlihat jelek eoh saat bertemu Yunho dengan airmata begini?" tawa Jaejoong saat merasakan airmata jatuh dipipinya. Segera saja dihapusnya airmatanya itu.

"Anio. Aku hanya terbawa perasaan. Ja, kalau begitu cepatlah kesana. Cepatlah temui Yunho, aku menantikan kabar baik darimu. Hwaiting!"

"Ne. Hwaiting."

Setelah memberi semangat satu sama lain, perlahan Jaejoongpun keluar dari ruangan Dongwoon menuju tempat dimana ia sudah berjanji untuk menemui Yunho. Senyum mengembang diwajahnya saat melihat sms dari Yunho yang menunjukkan kalau namja mata musang itu sudah sampai ditempat.

'Yunie, chakamaneyo'

.

~ .B~

.

Yunho hampir saja kehilangan kewarasannya saat dirinya menerima sebuah pesan dari Jaejoong yang memintanya untuk bertemu. Langsung saja ia meloncat-loncat bahagia bagai memenangkan lotre. Yoochun saja sampai terheran-heran melihat Yunho yang meloncat seperti orang gila.

Dan detik berikutnya ia sudah membalas pesan Jaejoong dan bergegas menuju tempat yang sudah ditentukan Jaejoong.

Disinilah ia, disebuah taman yang sangat familiar baginya, taman dimana pertama kali ia berkencan dengan Jaejoong. Jaejoong sengaja memilih tempat ini, karna merupakan tempat favorit mereka dan juga tempat yang aman dari khalayak ramai.

Lima menit berlalu, tak nampak kehadiran Jaejoong ditaman itu. Yunho sempat berfikir kalau ia hanya dikerjai oleh namja cantik itu, namun tak lama berselang sebuah suara halus memanggil namanya dan ia sangat hafal siapa pemilik suara itu.

"Joongie." lirihnya pelan saat mendengar suata itu, dibaliknya tubuhnya guna melihat dengan jelas siapa yang memanggilnya. Dan matanya membelalak sempurna saat melihat sosok namja yang selama ini dirindukannya. Wajah shock masih ia pertahankan sampai sosok dihadapannya itu berhenti tepat dihadapannya.

"Joo..Joongie." ucap Yunho lagi, masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Jaejoong hanya tersenyum menatap Yunho, tak dipungkirinya jantungnya berdetak kencang saat melihat Yunho yang nampak menawan walau hanya dengan T-Shirt abu-abu dan sebuah jaket.

"Joongie, ka..kau kah ini? Joongie?" ucap Yunho sedikit bergetar, perlahan diangkatnya tangannya untuk menyentuh wajah Jaejoong.

"I..ini benat-benar dirimu Joongie? Joongieku?" ucapnya masih menyusuri wajah putih Jaejoong.

Mengapa Yunho bisa berfikir kalau ia adalah Jaejoong? Itu semua karena Jaejoong mengubah penampilannya, dengan mengubah warna rambutnya menjadi hitam pekat kembali. Sesuai dengan warna rambut asli Jaejoong.

"Ini nyata, aku, aku tak bermimpi." ucap Yunho lagi memasang senyum diwajahnya. Segera tanpa pikir panjang, direngkuhnya tubuh kecil Jaejoong dan membawanya kedalam pelukannya. Dieratkannya pelukannya untuk memastikan kalau ini bukanlah mimpi.

"Jooangie, bogoshippo. Bogoshipo, bogoshipo." racau Yunho masih terus memeluk Jaejoong. Jaejoong sendiri tak bisa menahan airmatanya, iapun menangis dan balik memeluk Yunho.

"Nado. Bogoshipo, Yunie."

Deg

Jantung Yunho bergemuruh kencang saat mendengar kembali nama panggilan itu. Ia benar-benar tak menyangka kalau Joongienya akan kembali. Tapi tunggu, bukankah ia akan bertemu dengan-

"Youngwoongie." pekik Yunho tertahan dan refleks melepaskan pelukannya. "Woongie." pekik Yunho lagi saat matanya bertemu dengan mata bulat Jaejoong.

Jaejoong tersenyum pelan saat Yunho melapalkan namanya, dan tak lama ia menggeleng lemah. "Ania Yunie, aku Joongie. Kim Jaejoong." ucap Jaejoong lembut sambil menatap dalam mata musang kekasihnya.

"Kim Jaejoong? Tapi-"

"Ceritanya panjang." ucap Jaejoong cepat memotong ucapan Yunho. "Apa kau ada waktu untuk mendengarkanku?" tanya Jaejoong dan mendapat anggukan dari Yunho.

Yunho sangat bingung dengan apa yang dikatakan Jaejoong awalanya, maka dari itu ia mau menerima tawaran Jaejoong mendengarkan semua ceritanya.

Dan mulailah cerita Jaejoong bergulir dari awal ia kecelakaan hingga detik ini, ia bisa berada dihadapan Yunho, orang yang sangat dicintainya.

.

~ .B~

.

Yunho hanya diam selama Jaejoong bercerita, nampak wajahnya sedikit mengeras menahan emosinya saat mendengar cerita Jaejoong itu. Bukan, bukan dirinya yang merasa bodoh sudah dibohongi tentang identitas Jaejoong yang sebenarnya, namun lebih dari itu, ia sangat kesa karna tak menyadari kalau namja yang sejak pertemuan awalnya di fanmeet itu memanglah Jaejoongnya.

Berkali-kali Yunho berubah ekspresi wajahnya saat mendengar tiap potong cerita Jaejoong, terlebih lagi saat dimana ingatan Jaejoong kembali dan mengalami perang batin dengan keadaannya. Ia merasa bersalah karna tak ada disisi Jaejoong selama namja cantiknya iu hilang ingatan.

"Mianhae." itulah kata pertama yang Yunho ucapkan saat Jaejoong selesai bercerita. Ditundukkannya wajahnya tak menatap Jaejoong. Rasa bersalah menyelimutinya saat kejadian demi kejadian yang tak diketahuinya mengalir mulus dari bibir cherry Jaejoong.

Jaejoong mengerjabkan matanya kaget karna tak menyangka reaksi Yunho sangat jauh dari perkiraannya. Ia awalnya mengira Yunho akan marah-marah karna menyembunyikan identitasnya selama ini setelah ingatannya pulih. Namun apa yang didapatkannya? Justru Yunhonya meminta maaf, mimintaa maaf untuk apa pula.

"Yunie-"

"Mianhae, aku tak bisa menjagamu disaat-saat kau kehilangan ingatanmu. Aku merasa menjadi kekasih yang tak berguna. Mianhae."

"Ani Yunie, kau tak salah. Ini memang sudah jalannya." jawab Jaejoong berusaha menenangkan Yunho. "Yang terpenting sekarang aku sudah ingat semuanya, aku yang harusnya minta maaf karna aku sempat melupakanmu, bahkan selama ini kau tak pernah sedikitpun melupakanku."

Yunho menggeleng pelan dan mulai merengkuh tubuh Jaejoong, "Gwencanha. Benar katamu, yang terpenting sekarang kau sudah ingat semuanya. Dan aku akan menjagamu, kau jangan pernah meninggalkanku lagi. Arraseo?"

Jaejoong hanya mengaggukkan kepalanya dalam dekapan Yunho, menenggelamkan wajahnya didada kekasihnya yang sangat dicintainya itu.

"Awalnya Joongie takut untuk mengungkapkan yang sebenarnya, Joongie takut kalau Yunie tak mempercayainya dan malah marah pada Joongie."

"Pabo! Mana mungkin aku akan marah padamu! Kenapa kau berfikiran seperti itu hmm?"

"Karna Yunie-"

"Saranghae." ucap Yunho memotong ucapan Jaejoong, membuat tubuh Jaejoong menegang. "Aku begitu mencintaimu, mana mungkin aku akan marah." lanjut Yunho masih mendekap Jaejoong, "Saranghaeyo, Joongie." ucap Yunho lagi sambil tersenyum mendekap Jaejoongienya.

Lama tak ada jawaban dari Jaejoong, membuat Yunho sedikit mengernyitkan dahinya. "Joongie?"

"Yun,"

"Wae Joongie?" tanya Yunho dan mulai melepaskan pelukannya. "Waeyo?"

"Bukankah dulu Yunie bilang mencintai Woongie?" jawab Jaejoong dengan mata bulatnya sudah memerah, ditatapnya Yunho dalam.

"Eh? I..itu-" Yunho gelapan menjawab pertanyaan Jaejoong. Sungguh ia lupa kalau beberapa hari yang lalu ia menyatakan cinta pada Youngwoong, padahal Youngwoong dan Jaejoong adalah orang yang sama. Namun saking paniknya ia jadi melupakan hal itu.

"Yunie-" rajuk Jaejoong menunggu jawaban Yunho.

"Anu i..itu, akh!" pekik Yunho saat menyadari sesuatu, "Yah, bukankah Joongie dan Woongie adalah orang yang sama? Jadi aku memang hanya mencintaimu Jaejoongie!" ucap Yunho sambil sedikit memberenggut kesal, ia lupa fakta itu.

"Eoh? Jeongmalyo?" goda Jaejoong sambil mengedipkan matanya menatap Yunho.

"Yak! Aku serius Jung Jaejoong!"

"Yak, jangan sembarangan mengganti margaku beruang!"

"Sebentar lagi kau akan menyandang marga itu!"

"Dalam mimpimu." jawab Jaejoong sambil mempoutkan bibirnya menatap Yunho. Melihat hal menggoda itu, cepat saja membuat sisi beruang Yunho bangun. Langsung saja ia mendekatkan wajahnya pada Jaejoong hendak mencium bibir cherry itu, namun-

Sreettt

Jaejoong malah melengoskan wajahnya saat wajah Yunno sudah sangat dekat dengan wajahnya, mengundang kernyitan diwajah Yunho.

"Waeyo?" tanya Yunho berusaha sabar.

"Sekarang, siapa yang Yunie lihat dalam diri Joongie? Kim Jaejoong atau Kim Youngwoong?" tanya Jaejoong cepat sambil menatap Yunho.

Yunho tersenyum kecil mendengar pertanyaan Jaejoong, ia rasa Jaejoongnya merasa cemburu karna dirinya sempat menyatakan cinta pada Youngwoong.

"Siapapun dirimu itu tak penting bagiku, yang terpenting hati ini sudah memilihmu. Dan lagi, baik itu Jaejoong ataupun Youngwoong, mereka itu hanyalah sebuah nama, yang lebih penting dari semua itu adalah, hanya karna dirimulah, seorang Jung Yunho bisa menjadi orang paling bahagia."

Merasa puas dengan jawaban Yunho, senyumpun terlukis diwajah putih Jaejoong, dan tanpa peringatan diraihnya wajah Yunho lalu menyesap bibir hati yang selama ini dirindukannya. Yunho yang awalnya kaget karna gerakan Jaejoong yang tiba-tiba itu, sekarang malah sudah membalas lumatan-lumatan kecil dibibir kekasihnya. Meluapkan kerinduan yang selama ini bersarang dihatinya.

"Saranghae, Jaejoongie." ucap Yunho saat melepas ciumannya.

"Nado, saranghae Bear." balas Jaejoong tersenyum manis.

Yunho yang sudah sangat merindukan Jaejoongpun kembali menarik tengkuk Jaejoong dan merasakan manis bibir cherry kekasihnya. Menyesapnya dalam, mengulum dan saling memanggut. Ditekannya tengkuk Jaejoong untuk memperdalam ciumannya. Sementara tangan lainnya menarik pinggang Jaejoong agar lebih menempel dengannya.

Sementara itu, tak jauh dari mereka, nampak Dongwoon, Yoochun, Changmin, Junsu dan juga Yoseob menyaksikan kejadian itu dengan mata yang berkaca-kaca. Mereka senang, karena pada akhirnya Yunho dan Jaejoong dapat bersatu kembali.

Bahkan Junsu dan Yoseob sudah menitikan airmatanya. Yoochun sudah menceritakan semuanya pada Junsu saat mereka berada di apartement Yunho dulu. Yoochunpun dengan sigap merangkul Junsu memberi ketenangan, tak jaun beda dengan Dongwoon yang mendekap Yoseob yang menagis sesenggukan.

"Hiks, akhirnya, Jaejoong hyung, hiks, bisa kembali bersama Yunho, hiks, hyung." ucap Yoseob disela isakannya.

"Ne, semoga setelah ini, kisah mereka akan abadi selamanya."

.

.

.

END

.

Omake

Suara teriakan membahana didalam salah satu gedung pertunjukan. Bisa dilihat warna merah mendominasi ruangan itu. Semua orang meneriakkan nama yang sama, membuat gema diseluruh ruangan itu hanya didominasi satu nama.

'U Know Yunho'

Nampak Yunho tengah tersenyum menghadap semua penggemarnya, matanya memancarkan kebahagiaan yang tak terkira sekarang. Karna hal yang lebih membahagiakan dari apapun, kini sudah duduk manis dihadapannya.

"Khamsa hamnida untuk energi kalian. Hari ini, ada satu pengumuman penting untuk kalian. Aku ingin mengenalkan seseorang yang sangat spesial bagiku, dan yang selama ini sudah memenuhi hatiku. Sosok yang selalu ada disaat aku membutuhkannya, dan sosok yang bisa membuatku merasakan kebahagiaan. Sosok itu, adalah Kim Jaejoong."

Segera setelah Yunho mengakhiri kalimatnya, gemurun tepuk tangan menyambutnya, ia tahu kalau fansnya akan sangat mendukung apapun yang menjadi pilihannya.

"Dan sekarang, ditempat ini pula, aku ingin mengatakan sesuatu kepadanya." lanjut Yunho dan mulai turun dari panggung menuju bangku penonton. Lampu sorotpun mengikuti langkah Yunho dan berhenti ketika Yunho sudah berada dihadapan Jaejoong.

Jaejoong yang tak tahu sama sekali apa yang akan dilakukan Yunho hanya bisa menunggu, walaupun agak kaget karna Yunho memperkenalkannya pada penggemarnya, namun ia berusaha tetap tenang.

"Kim Jaejoong, saranghae. Will you merry me?"

Deg

Mata Jaejoong membulat dengan sempurna mendengar ucapan Yunho, sementara kini dihadapannya sudah tersodor kotak merah dan sebuah cincin menyembul dibaliknya. Nafas Jaejoong tercekat saking shocknya. Seketika suasana gedungpun menjadi sunyi menunggu jawaban Jaejoong, Yunhopun tak kalah tegangnya menunggu jawaban Jaejoong.

Jaejoong perlahan kembali kekesadarannya, lalu dengan senyum diwajahnya ia mengangguk dan menjawab pertanyaan Yunho.

"Yes, i will."

Dan seketika suara gemuruh tepuk tangan lah yang menggema dalam gedung itu. Mendengar jawaban Jaejoong membut semua fans Yunhopun ikut merasa senang. Fans Yunho memang sudah tahu mengenai hubungan idolanya dengan Jaejoong, namun mereka menyembunyikan kebenaran itu untuk diri mereka sendiri.

Yunhopun senang luar biasa saat Jaejoong menerima lamarannya, dihadapan Kim halmoni yang duduk menyebelahi Jaejoong, ia secara resmi melamar kekasih hatinya itu.

"Gomawo Joongie." ucapnya dan setelah itu menyematkan cincin polos dengan taburan berlian itu dijari manis Jaejoong. Setelahnya didekatkannya wajahnya pada Jaejoong dan mencium sayang kening Jaejoong.

"Saranghae, Yunie."

Pada akhirnya, kisah cinta Jaejoong yang berlikupun berakhir. Ia dilamar oleh kekasih hatinya tepat didepan penggemar sang kekasih dan sang nenek yang tersenyum hangat melihatnya. Tak ketinggalan para sahabat-sahabatnya yang selama ini sudah mendukungnya.

Bisa dilihat semua orang turut bahagia akan kebahagiaannya. Dongwoon yang tersenyum sambil mengangkat kedua jemlpolnya saat matanya bertemu pandang dengan Jaejoong, tak jauh beda dengan Dongwoon, Changmin, Junsu dan Yoseobpun tersenyum lebar saat melihat Jaejoong. Dari atas panggung tak lupa Yoochun, Dujun, Siwon dan Leeteuk yang menahan haru karna sahabat mereka akhirnya kembali mendapat kebahagiaannya.

Sementara Yunho tak tahu apa lagi yang harus dilakukannya, hanya memandang wajah tersenyum Jaejoong yang tengah melemparkan telepati kepada orang-orang yang selama ini terus membantunya. Kekuatan cinta yang besarlah yang membawa Yunho berani mengambil keputusan untuk melamar Jaejoong, ia tak ingin lagi ada orang yang menyakiti hati malaikatnya itu.

Setelah ini dan seterusnya, Yunho berjanji untuk selalu melindungi Jaejoong dan memberikan kebahagiaan bagi namja cantik yang sebentar lagi akan berganti marga mengikuti marganya itu.

.

.

.

.

.

.

.

Kore de Owarimasu

(End)

Huwaahhhh,,, akhirnya selesai jugaaa...

Maaf kalau ceritanya sedikit membingungkan,, saya ingin menamatkan ff saya supaya tidak ada hutang ff.. Haha ,, Mian kalau akhirnya tidak semanis yang kalian pikirkan,, mian juga kalau ada typo bertebaran..

Gomawo bagi yang sudah mengikuti Ff ini dari awal,, semangat kalian membaca Ff ini memberi motivasi bagi saya melanjutkan ff ini. Sekali lagi gomawo buat kalian readers, reviewers, dan silent reders.. ^^ gomawo jeongmal gomawo ^^

Denpasar 4 Oktober 2013