Angin nakal menerbangkan rambut cokelatku, saat ini aku berada di suatu padang rumput yang dimana tempat ini adalah impianku. Awan putih dan langit biru yang setia menemaniku hari ini berserta angin yang bersamaku. Oh tuhan aku teringat padanya lagi ...

Daku kini menangis
Dikau kini tlah pergi
Memberi seribu duka

Aku membayangkan betapa menyenangkannya bila kau ada di sini, bersamaku. Menikmati segarnya angin dan terpaan sinar cahaya matahari yang langsung mengenai wajah. Tetapi sepertinya itu hanyalah mimpi saja ya? Aku membiarkan bajuku terkena kotor dan mempersilahkan matahari membakar wajahku.

HETALIA
HIDEKAZ HIMARUYA

KEHILANGAN - Christina

Selamanya takkan melihat
Hadirmu seperti dulu, Aku kehilangan

Tidak-tidak, bukan berarti aku bisa melupakanmu, justru aku tidak bisa melupakanmu. Kau selalu hadir dalam benakku dan selalu saja tersenyum saat aku membayangkanmu. Tetapi, saat ini, aku hanya ditemani oleh sebait lagu dan alunan nada piano beserta nada violin indah ini. Menghidupkan I-pod ditengah menikmati indahnya pemandangan benar-benar membuatku ingin menangis.

Terima kasih sudah mau hidup di dalam kehidupanku walau hanya sebentar rasanya dan terima kasih kamu sudah mengenalku. Saatnya kita melangkah ke depan tetapi aku benar-benar tidak bisa melangkah kedepan. Aku kehilangan dirimu yang selalu saja tersenyum saat kau melihatku walaupun aku tidak mengetahui senyuman itu untuk siapa.

Tahukah kau? Hatiku sakit saat kau tidak ada disini bersamaku, bahkan kau pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun padaku. Tapi, bisakah kau memahami perasaanku? Aku tahu kita memang tidak dekat, kita terikat selama inioleh politik, tetapi selama bertahun-tahun ini, aku masih menyimpan rasaku padamu. Sepertinya rasa ini tidak akan pernah padam. Aku tidak bisa menahannya, aku tidak bisa memendam lagi. Aku ingin memelukmu tetapi kenyataannya aku malah berbaring dipadang hijau ini dan sekali lagi mendengarkan lagu kehilangan ini. Segarnya angin dan cahaya matahari masih berusaha untuk menghiburku tetapi entah mengapa itu malah membuatku semakin sedih.

Aku bangun dan membiarkan angin menerbangkan rambutku sekali lagi, biarlah aku seperti ini. Hidup tanpa dirimu dan mengenangmu benar-benar membuatku tersiksa, sekali lagi aku tidak bisa berpaling darimu. Kala jemari-jemari ini menghantam putihnya tuts piano, aku teringat kembali akan dirimu yang suka sekali dengan musik. Lara hati ini membuatku sakit tak tertahankan. Aku mebayangkan lagi kau berbaring di sampingku, membiarkan wajah kita sama-sama terbakar cahaya matahari dan kau tersenyum sangat menawan. Sekali lagi air mata ini tumpah dari pelipis mata, duka ini, aku, aku, aku tidak bisa menahan tangisku. Aku benar benar membutuhkan kehadiranmu dan aku ingin sekali menyentuhmu.

bukankah kemarin kita sedang bermain piano? oh itu sudah lama ya...

Tidak ada apa-apa disini, hanya terdapat rerumputan dan awan yang bergerak sajauh mata memandang. I-podku terus dan terus saja memainkan lagu ini. kenapa? Kenapa aku tidak bisa mengatakannya langsung kepadamu? Aku ingin mengatakannya kepadamu, dipadang rumput ini, bahwa aku mencintaimu. Tetapi, tapi kenapa kau pergi? Aku , aku ingin menangis sepuas –puasnya di bahumu, tetapi sepertinya itu mustahil dan itu hanya angan-anganku saja.

Sekali lagi, aku berbaring diatas hijaunya rerumputan ini, oh Tuhan bila kau berkenan membuatku atau memilihku menjadi penghuni surga, aku tidak keberatan jika harus berdiam diri disini, aku tidak keberatan jika Engkau membuatkan aku tempat padang rumput ini, aku benar-benar tidak keberatan. Oh Tuhan biarkanlah aku merasakan seperti apa cinta dari dia, dia yang aku cintai, dia yang aku kagumi, dan dia yang aku sayangi. Aku bahkan tidak bisa membayangkan bahwa dia itu seseorang yang mampu membuatku menjadi gila seperti ini.

Awan mulai berubah posisinya dan angin mulai kencang, aku suka tempat ini. Bukit ini, serta pohon-pohon karet yang berjejer rapi dibelakang. Aku memotong batang bunga liar yang berwarna kuning dan mencium wangi bunganya sebelum aku kembali menangis.

"ich vermisse dich, Roderich. Aku menunggumu didepan piano kita."

Tertanda

Elizaveta Hedervary