"Sakura-chan" panggil seseorang yang tentu saja bukan anggota keluarga kerajaan Uchiha . Keluarga kerajaan Uchiha mengerti tentang tata cara memasukki ruang pribadi seseorang. Setidaknya mereka akan mengetok pintu dan menunggu sang empunya kamar mempersilahkan masuk. Tapi orang ini…..

"Kau datang? Oh Kami-sama, aku sangat merindukanmu" ucap Sakura senang sambil menghambur memeluk orang itu, hingga para pelayan yang berlalu lalang di depan pintu kamar Sakura terdiam karena dua orang berjenis kelamin sama itu berpelukan sambil meloncat loncat kegirangan. Sama sekali tidak menggambarkan keanggunan dan adat kerajaan.

"Tentu saja aku datang Sakura-chan, dan kau tahu, Neji-nii sangat frustasi ketika kau menerima pinangan Uchiha-san. Bagaimana janji kalian untuk menikah dan mempunyai tujuh belas anak nantinya?" nada bicara sang gadis indigo sangat tinggi dan besar. Bahkan suara itu menggema si ruangan besar lantai dua istana Uchiha.

Sakura memerah, apalagi dia melihat para pelayan yang tadi terdiam kini melihat ke arahnya. Ada yang melihat dengan sinis, ada yang menahan tawa, ada pula yang acuh dan menghargai privasi mereka.

"Eng, anno.. Aku tidak tahu. Bisakah kau menjelaskannya pada Neji-nii, Hinata-chan?"

"Hmm, entahlah. Tapi Neji-nii pasti menerima semuanya, karena dia mencintaimu Sakura-chan" Gadis yang diketahui bernama Hinata Hyuuga itu memasang pose berfikir, dengan mata yang menatap ke kanan atas dan beberapa jari untuk menopang dagunya.

Sakura menarik Hinata masuk ke kamarnya dan menutup pintu, sekedar mendapatkan kerahasiaan.

"Lalu aku harus bagaimana?"

"Bagaimana apanya?"

"Pernikahan ini, Hinata-chan"

"Tentu saja kau harus melaksanakannya. Aku bahkan kesini karna di undang oleh Uchiha-san untuk membantumu berdandan. Keluarga Uchiha dan Hyuuga akan makan malam di istana ini"

"A-apa?! Berarti aku akan bertemu Neji-nii?" tanya Sakura dengan mulut terbuka menampakan ekspresi terkejutnya.

"Tentu saja. Apa kau gugup?"

"Entahlah. Apakah Sasuke akan memperlakukan ku dengan baik di hadapan Neji-nii, pokoknya jangan sampai membuat Neji-nii khawatir."

Hinata memutar tubuhnya dan menatap Sakura intens, kedua tangannya pun ia sampirkan pada dua bahu Sakura. Gerakannya begitu anggun dan terkesan menguatkan sahabatnya.

"Neji-nii tidak akan apa-apa. Tugasmu hanya menjalankan pernikahan ini dengan baik. Dan kau harus memberiku keponakan yang lucu dengan pipi yang tembam dan rambut biru donker atau merah muda menggemaskan"

Sakura menerjang Hinata dan memeluknya dalam dekapan yang hangat dan beremosi. Meluapkan sedikit perasaan tak menentu yang singgah di hatinya. Setitik air mata pun menggenang di kelopat mata indah itu, cepat cepat dihapusnya sebelum Hinata melihat. Hinata tentu membalas dekapan itu dengan dekapan yang tenang dan lembut, seolah membagi kedamaian hatinya untuk gadis bersurai merah muda ini.

"Sakura-chan, apa menurutmu Uchiha-san begitu miskin hingga tidak bisa mendatangkan tukang rias yang baik? Dan dia memilih mengundangku karena dia tahu aku akan meriasmu dengan gratis?" sela Hinata dalam pelukan romantis mereka.

"Baka! Kau merusak suasana Hinata-chan." sungut Sakura sambil melepaskan pelukannya.

Mereka tertawa bersama karena tingkah mereka yang masih saja bodoh dan kekanakan. Tapi, dari salah satu dari dua orang bodoh itu akan menikah. Menikah dan menjadi bagian dari keluarga Uchiha yang bergelimang harta dan kehormatan.

~~~ooo~~~

"Uh, kau cantik sekali Sakura-chan. Kau sangat mempesona." Ucap Hinata pada Sahabatnya yang sedang duduk di tepi ranjang.

"Apa aku boleh melihat diriku sekarang Hinata-chan?"

Hinata tidak menjawab. Tapi tangannya bergerak menuntun tubuh jenjang Sakura melangkah ke depan cermin, cermin yang bisa memperlihatkan seluruh badan dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Terlihatlah disana sosok gadis anggun bergaun pink pucat. Gaun itu panjang, menutupi kaki indahnya dan hanya menyisakan telapak kaki nya yang berbalut High Heels berwarna senada. Rambutnya di sanggul asal hingga menyisakan sedikit anak rambut di tengkuk putih itu.

"A-aku jadi semakin gugup Hinata-chan"

Hinata mendengus. "Tidak akan terjadi apa-apa Sakura-chan. Percayalah padaku..." ujarnya meyakinkan Sakura "Sekarang aku harus kembali ke istana ku dan bersiap. Jaaa" Lanjutnya mencubit pipi Sakura. Ia beralih ke atas ranjang mengambil tas tangannya sebelum benar benar pergi dari istana Uchiha.

Sakura hanya menggelengkan kepala melihat tingkah gadis yang sudah sejak kecil dikenalnya itu. Dia begitu kuat dan berani menentang apa yang tidak dia suka, sedangkan Sakura? Hanya bisa pasrah menerima takdir yang di tentukan oleh tetua kerajaan.

~~~ooo~~~

Terlihat seorang pemuda tampan berbalut tuxedo hitam elegan sedang duduk benyilangkan kaki sambil memilih arloji mahalnya di dalam kotak yang di bawa pelayan. Setelah beberapa saat mempertimbangkan yang mana arloji yang pantas di kenakannya malam ini, pilihannya jatuh pada arloji mahal berantai platina hitam mengkilat disertai beberapa mutiara hitam pada bagian atas mesin jam. Jam yang simpel tapi mewah itu sangat pas pada tangannya yang putih dan kekar. Setelah semua penampilannya di periksa, mulai dari sepatu, celana, kemeja dan tuxedo, rambut, arloji serta wajah yang sudah tidak di ragukan lagi, dia melenggang keluar dengan langkah yang tegap dan berwibawa. Langkah nya terhenti di depan pintu untuk bertanya pada salah satu pelayannnya.

"Dimana Calon Permaisuri?" nada bicara nya dingin dan datar seperti biasa.

"Di ruangannya Sasuke-sama, apakah perlu saya panggilkan calon permaisuri kesini?" jawabnya sangat hati hati dan menjaga kesopanan.

"Tidak perlu, aku akan kesana sendirian" ucapnya sambil menekan pada kata 'sendirian'.

Sasuke melangkah lagi, namun belum jauh dia kembali berhenti untuk memesankan sesuatu pada pelayannya.

"Aa, jika Obito mencariku, bilang aku akan turun bersama Sakura"

"Ha'i Sasuke-sama"

Tidak butuh waktu yang lama untuk Sasuke masuk ke kamar calon istrinya dan membuka pintu tanpa salam atau ketukan.

Kriieet

Bunyi pintu terbuka perlahan menunjukan apa yang ada dalam ruangan itu.

"Hey, kenapa Sasuke-san membuka pintu ruanganku sembarangan?! Tidak sopan sekali" ocehnya kesal pada pemuda tampan yang baru saja duduk dengan santai pada Spring Bed nya.

"Kau lama sekali" jawabnya santai tidak mengindahkan ocehan Sakura. Dia malah mengambil ponsel Sakura yang terletak tak berdaya di atas bantal bersarung merah muda itu.

"Kau! Jangan membuka sembarangan ponsel milikku" Sakura mencoba meraih ponselnya di genggaman Sasuke. Sasuke mengelak dan menyembunyikan tangannya yang sedang menggenggam ponsel itu di balik tubuh kekarnya.

"Sasuke-san, tolonglah..."

"Sasuke-san, Sasuke-san, Sasuke-san. Kenapa kau merubah panggilan mu untukku! Kau tahu, kuping ku serasa mau meledak mendengarnya" umpat Sasuke meledak ledak dan telah menghempaskan ponsel Sakura ke lantai hingga hancur berkeping.

"P-po-ponselku" mata Sakura berkaca kaca.

"Lihat, kau bahkan malah mementingkan ponsel brengsek itu daripada aku. Tidakkah kau tahu Sakura, aku bisa membelikan sepuluh buah yang seperti itu, bahkan yang harganya sepuluh kali lipat dari itu, tapi kupastikan tidak akan ada pesan yang kau terima dari sulung Hyuuga itu."

"S-Sasuke-san" gumamnya sambil mempertahankan air matanya yang sudah menggenang di pelupuk mata emerald indahnya.

Grep!

Sasuke menangkap pergelangan tangan Sakura lalu menyudutkan Sakura ke dinding. Sasuke menipiskan jarak antara mereka, sehingga ia merasakan kekenyalan buah dada Sakura di dadanya, kaki nya di letakkan di antara kaki Sakura yang di paksa sedikit mengangkang sehingga gaun Sakura sedikit berantakan. Wajah mereka pun tak kalah dekat, Sakura dapat menghirup lekat aroma yang menguar dari tubuh Sasuke. Dengan posisi yang menggairahkan seperti itu, tak pelak membuat mereka berdua memerah.

"Panggil aku Sasuke-kun!" bisik Sasuke tepat di wajah Sakura.

"Errr.. Ano-"

"Bisa kau mencobanya?"

"Sss-Sasuke-kun" lafalnya seperti anak TK di depan Sasuke.

Sasuke tersenyum miring, dia menempelkan bibirnya pada pipi Sakura yang gembul. Sakura hanya membeku dan terdiam menerima perlakuan Sasuke.

"Anak pintar." puji Sasuke.

Dia pun dengan tak ragu mengecup bibir Sakura. Tak hanya sampai disitu, dia melumat, mengecap dan menggigit kecil bibir Sakura hingga Sakura melenguh tertahan. Sungguh menggairahkan.

Hingga beberapa menit ciuman itu berlangsung, Sasuke akhirnya melepaskan ciuman itu. Dia menarik kebawah Tuxedo nya bermaksut memperbaiki penampilannya agar tak terlalu berantakan.

"Apa yang kau Lakukan Sasuke-san!" umpat Sakura.

"Apa kau mau kuhukum seperti tadi lagi Sakura?" tanya nya santai.

"Um, maksutku Sasuke-kun. Apa yang kau lakukan!"

"Apa aku salah jika aku mencium calon istriku?"

Sakura diam, memang tidak ada yang salah jika seorang calon suami mencium sang istri kan. Hanya Sakura saja yang terlalu sensitif.

"Lipgloss mu terasa sangat manis. Aku kurang begitu suka manis." lanjut Sasuke.

"Hh-hinata yy-yang memakaikannya"

Sasuke hanya tersenyum miring. Ia pun menghampiri Sakura dan merangkul pinggulnya.

'apa lagi sekarang?!' batin Sakura.

"Ayo cepat kita turun dan menjamu mantan kekasihmu di bawah. Ingat, kau duduk di sampingku dan sadari status mu sekarang." ucap Sasuke datar.

Tubuh Sakura hanya mengikuti dorongan Sasuke untuk keluar kamar. Saat ini ia tengah menuruni anak tangga bersama Sasuke yang sedang merangkulnya untuk menemui klan Hyuuga. Ini berat untuknya...

-TBC-

Gommene readers, pendek banget yah? Absurd juga kan fanfic nya?
maaf yah, kondisiku pasca operasi emang sering gak stabil. Ini aja aku nyuri nyuri buat lanjutin fanfic ku. Pengennya sih hiatus, tapi gak tega sama readers setia ku :*

Doain aja ya aku cepet sembuh dan bisa lanjut fanfic nya….

Buat yang review ga Log-in, banyak yang minta lanjut, ini udah aku lanjut. Aku juga baca kok review kalian satu satu. Semua pertanyaan nanti bakalan nongol sendiri secara perlahan kok. Buat yang kritik atau saran, nanti akan ku usahakan jadi lebih baik.

Yang Log-in, cek PM aja yaa..