Sunshine in the Storm

By : Malfoy1409

Naruto belong to Masashi Kishimoto

Standard Warning

Cerita ini sepenuhnya imajinasi saya. Jadi jika ada kesamaan jalan cerita dengan cerita lain, kemungkinan besar kami berjodoh (?)

Happy Reading

Chap 1 : Prolog

Langit di Konoha sedang cerah hari ini. Berwarna biru cerah dengan sedikit badan matahari yang terlihat. Jalanan Konoha juga tampak tak begitu ramai seperti biasanya.

Angin menyibakan lembut surai gadis indigo yang sedang berjalan di jalan sepi Konoha. Sesekali bibir mungilnya mendendangkan lagu-lagu dengan suara yang pelan, hanya akan terdengar jika kalian berada disebelahnya.

Langkah pelannya terasa begitu anggun dimata beberapa pejalan kaki yang kebetulan lewat dihadapaannya. Heiress Hyuuga ini memperlihatkan senyum manisnya saat orang yang lewat menyapanya.

Langkah kakinya terhenti kala mata lavender itu menangkap gerakan kakak sepupunya yang berlari kecil kearahnya. Neji terlihat menghampiri Hinata dengan senyum diwajahnya.

"Anda dicari oleh Tsunade-sama, Hinata-sama" Neji menyampaikan pesan yang dialamatkan pada Hinata melalui dirinya.

"Ada apa Niisan?" Hinata menatap mata Neji sembari bertanya hal tersebut.

"Saya kurang tau, Hinata-sama"

"Baiklah, terima kasih Niisan. Aku pergi dulu, Jaa" Hinata berjalan perlahan meninggalkan Neji dibelakangnya. Kaki mungilnya ia langkahkan menuju tempat Tsunade yang tadi memanggilnya.

Neji menatap punggung Hinata yang semakin lama semakin menjauh. Hatinya terasa miris menyadari kalau selama ini Hinata tak pernah memiliki perasaan yang sama dengan apa yang dia rasakan untuk Hinata. Sempat beberapa kali Neji hendak mengungkapkannya, akan tetapi kebetulan atau tidak Hinata selalu memotongnya dengan topik pembicaraan yang lain. Apakah ini penolakan halus dari sang Heiress Hyuuga?

-o-

.

.

.

.

Disebuah ruangan yang cukup besar telah berkumpul beberapa teman sekawan Hinata. Ada Naruto, Sakura, Kiba, Shino, Shikamaru dan Sai dll. Mereka tampaknya sedang mendiskusikan sesuatu yang bisa dibilang penting atau malah sangat penting. Raut wajah Tsunade tampak sedikit kacau karena tak bisa menemukan sesuatu hipotesa yang masuk akal untuk kasus kali ini.

"Bagaimana bisa ini terjadi?" Tsunade yang sedari tadi hanya terus mengulang pertanyaan-pertanyaan yang sama 'Bagaimana bisa ini terjadi?' itulah pertanyaan yang terus diulang oleh Tsunade, pertanyaan itu juga yang membuat mereka semua yang ada disana ikut berfikir.

"Kami juga tidak tahu" Naruto kini mengeluarkan suaranya, calon Hokage ini juga terdengar sama frustasinya dengan Tsunade. Shikamaru tampak berfikir keras mencari sebuah dugaan yang masuk akal.

"Kemana Hinata? Kenapa belum datang juga?" Tsunade mulai lagi dengan nada yang lebih putus asa.

"Mungkin dalam perjalanan. Tadi aku sudah meminta Neji memanggilnya" Jelas Sai pada Tsunade agar lebih tenang.

Tak lama kemudian terdengar suara ketukan halus yang berasal dari pintu. "Masuk"

"Permisi, maaf saya terlambat" Hinata memasuki ruangan tersebut dengan seburat merah diwajahnya karena melihat Naruto juga ada disana. Belum berubah memang, bahkan setelah pertarungannya dengan Pein yang menyebabkan dirinya hampir mati.

"Ya. Tak apa" Tsunade mengambil gelas yang berisi air lalu meminumnya perlahan. Ia merasa kerongkongannya sangat kering. "Kalian akan kuberi misi"

"Kalian tau bahwa beberapa waktu yang lalu kita kehilangan salah satu ninja terbaik yang kita punya?" ya Konoha kehilangan salah satu ninja terkuatnya, Uchiha Sasuke yang tak lain adalah orang yang tadinya dianggap penghianat desa. Meskipun ia membantu Konoha besar-besaran dalam perang dunia ninja namun setelahnya ia tetap tak kembali ke Konoha. Sudah dengan sekuat tenaga Naruto dan Sakura membujuk, memaksa Sasuke untuk kembali ke Konoha tapi hasilnya tetap saja sia-sia.

Mendengar perkataan terakhir Tsunade tiba-tiba satu ruangan itu bungkam. Sakura dan Naruto adalah orang yang paling merasa tidak nyaman dan menunjukan raut wajah paing sedih diantara semua yang ada disana.

"Namun bukan itu masalah kali ini" Tsunade menghela nafasnya lagi "Kalian tau warisan berharga turun temurun Konoha?" Semua yang ada disana mengangguk mantap mendengar pertanyaan Tsunade. Daun waktu adalah peninggalan turun temurun Konoha yang dijaga setengah mati oleh para tetua serta dalam pengawasan dan perlindungan yang sangat ketat. Daun waktu ini berfungsi untuk menghentikan segala pergerakan waktu dan dapat membalikan waktu jika dalam penggunaannya diletakan secara terbalik. Daun waktu tak pernah digunakan lagi semenjak ratusan tahun yang lalu karena penggunaannya yang seakan mempermainkan takdir dan merusak sistem waktu pada semestinya. Daun waktu juga mengacaukan Konoha beberapa ratus tahun yang lalu karena berada pada tangan yang salah.

"Hampir saja ada yang berhasil mencuri Daun Waktu" Hinata yang baru tau mengenai hal ini sedikit terkejut mendengar fakta yang diucapkan oleh Tsunade. Hinata jelas mengetahui kalau penjagaan Daun waktu tidaklah sembarangan.

"Aku juga tidak tau mengapa hal itu bisa terjadi Hinata, jadi jangan pandang aku seperti itu" Tsunade berkata dengan nada yang sudah terlihat lelah.

"Ma-af Tsunade-sama"

"Jika saja Kakashi tak datang tepat waktu mungkin saja Daun Waktu sudah hilang. Kakashi juga merasakan Cakra yang tak ia kenal di dekitar tempat penjagaan. Itu berarti seseorang yang berusaha mencurinya berasal dari luar Konoha" Semua terlihat dengan serius mendengarkan ucapan Tsunade.

"Aku ingin kalian mengembalikan Daun Waktu ke tempat semestinya dia berada" Semua mata menatap Tsunade dengan wajah yang menunjukan bahwa mereka tidak mengerti dengan ucapan Tsunade.

"Kalian ini begitu bodoh" Semua yang ada disana hampir saja memekik dikatakan bodoh oleh Tsunade. Shikamaru hanya menggumam.

"Dahulu Daun Waktu itu ditemukan disebuah lereng gunung bebatuan di utara dunia ini. Penemunya membawanya ke Konoha maka jadilah Daun Waktu itu ada di Konoha. Menurut legenda jika kita meletakannya di tempat dimana ia berasal maka kekuatan Daun Waktu akan hilang" Tsunade kembali meraih gelasnya dan meminum beberapa tegak air yang ada di dalamnya.

"Berarti tak akan ada Daun Waktu lagi? Wah sayang sekali" Naruto menyeletuk yang ditanggapi dengan tatapan Tsunade yang bisa dibilang menusuk

"Dasar bodoh. Lebih baik musnah dari pada harus terjadi perang dunia ninja lagi. Benda itu terlalu menggoda untuk tak digunakan. Apabila ada ditangan yang salah akan teramat berbahaya"

-o-

.

.

.

.

Hujan rintik masih menyertai setiap langkah pemuda berambut raven ini. Di hutan yang terasa lebih lembab dari hutan yang ada di Amegakure ia terus melangkahkan kakinya. Setapak demi setapak ia terus melangkah. Tak dapat terhitung sudah berapa banyak tempat yang menjadi pelariannya.

Merasa lelah ia mengistirahatkan tubuhnya dibawah pohon yang tak jauh dari tempat ia berdiri semula. Semenjak mengetahui segala kebenaran yang terjadi pria ini tak pernah percaya lagi pada apapun kecuali jika Itachi hidup lagi, mungkin ia akan percaya pada kakaknya itu.

Rasa bersalah yang tak tehingga selalu menghantui setiap tidurnya. Dimana ia tau kalau ia membalas dendam pada orang yang salah, orang yang ternyata sangat teramat menyayanginya. Ia mulai membenci hidupnya mulai saat itu. Bukan hanya hidupnya tapi juga dunia yang berputar disekeliling kehidupannya.

-o-

.

.

.

.

"Lalu apa Tsunade-sama tau dimana letak pasti berasalnya Daun Waktu?" Tanya Hinata dengan sehati-hati mungkin.

"Tidak" mendengar jawaban Tsunade semua yang ada disana benar-benar tak habis pikir. "Tapi aku tau cara menuju kesana"

Hanya Shikamaru yang terlihat menganggukan kepalanya. "Lalu?" Tanya Sakura kemudian

"Kalian akan aku bagi menjadi beberapa formasi Tim yang baru untuk saling melindungi dalam perjalanan"

"Tunggu Tsunade-sama" potong Naruto yang berhasil mencuri perhatian satu ruangan ini, semua mata sekarang menatap kearahnya "Kenapa kau memilih kami? Kenapa tidak Kakashi atau siapa? Kami masih muda, apa kau tidak takut kalau kami menghianati kepercayaan ini?"

Pertanyaan Naruto disambut dengan anggukan setuju teman-temannya.

"Bocah bocah.. Aku percaya pada kalian. Lagipula Kakashi dan Neji punya tugas yang lebih penting dari ini" Kata Tsunade tegas menatap satu persatu mata yang ada diruangan tersebut.

-o-

.

.

.

.

Merasa tidurnya tidak nyenyak Sasuke membuka lagi kedua matanya. Sudah beberapa hari atau beberapa minggu ini ia sangat sulit untuk merasakan dijemput alam mimpi. Cih, pasti sekarang mataku sudah mirip bocah pasir itu Batin Sasuke.

Sebenarnya ia merasakan sakit dikepalanya akibat kurang tidur. Tapi ia tetap tak bisa memejamkan matanya lagi, setiap ia masuk kealam bawah sadarnya ia selalu saja mendapat kilasan-kilasan masa lalunya yang kelam.

Ia mendadak teringat ajakan sahabat bodohnya untuk kembali ke Konoha. Sasuke tetap tidak mau kembali karena jujur saja Sasuke masih merasakan dendam membara pada desa kelahirannya itu dan juga ia tak mau bertemu dengan penduduk bermuka dua yang ada di Konoha.

Konoha lah yang menyebabkannya menjadi satu-satunya Uchiha di dunia saat ini. Rasanya lebih buruk daripada kematian menjemputnya.

Dendamnya pada konoha belum sepenuhnya hilang meskipun tak dapat ia pungkiri kalau ia merindukan seseorang di Konoha.

-o-

.

.

.

.

Hinata segera keluar ruangan setelah pembicaraan ini selesai. Perjalanan akan dimulai tiga hari lagi dengan formasi yang berbeda dari biasanya. Sekarang kaki mungilnya sedang mengarah menuju kediaman Hyuuga. Hinata semakin mempercepat langkahnya tatkala ia memperhatikan langit yang sepertinya akan mengeluarkan air matanya.

Langit Konoha sudah tak secerah tadi. Yang tadinya berwarna biru sekarang berubah keabu-abuan. Tak ada lagi matahari yang terlihat memancarkan hangatnya di langit Konoha. Yang ada sekarang hanyalah mendung yang tak terbendung lagi untuk memuntahkan isinya.

Merasakan rintikan air yang semakin kuat, Hinata memutuskan untuk berteduh disebuah kedai ramen yang tak jauh dari tempat ia berdiri. Kedai ramen ini terlihat sederhana akan tetapi ramen yang ditawarkan di kedai ini sangat menggiurkan. Hinata dengan perlahan membuka pintu kedai ramen tersebut. Iris lavendernya memasang raut senang melihat seseorang yang tak begitu jauh dari jangkauan matanya.

-o-

.

.

.

.

"Bagaimana Kakashi?" orang disebrang Kakashi menatap penuh harap kearahnya. Seolah-olah jawaban Kakashi akan sangat berarti untuk kasus kali ini.

"Aku belum tau siapa pelakunya. Tapi akan aku selidiki bersama Neji. Besok kami berdua akan berangkat menuju Amegakure, entah mengapa aku yakin sekali kalau orang itu berasal dari sana" Kakashi menjawab dengan suaranya yang bisa dibilang tak begitu bernada karena berbicara sembari berpikir.

"Baiklah. Kalau ada kemajuan dalam hal ini segera kabari aku se-ce-pat-nya"

"Hn" Kakashi menganggukan kepalanya.

-o-

TBC

Hai :D jumpa lagi sama saya

Ya ampun ict yang itu aja belom tamat udah bikin lagi ya ? heheh maaf

Saya mau minta bantuan kalian boleh ?

Ada yang mau kasih saran ke saya kombinasi tim yang pas?

Maaf kalo fict ini banya kekurangannya -_-

Hehe arigatou

See you

:D

Malfoy1409