****| MY SLEEPLESS NAMJA |***

Main Cast :: Jung Yunho, Shim Changmin, Kim Jaejoong.

Rate :: T

Genre :: Family – Romance

Warning! :: TYPOS, AU, OOC, BOYS LOVE, DLDR, Silahkan tinggalkan review setelah membaca.

(Selamat datang untuk reader baru dan untuk reader tetap, terima kasih banyak)


Happy Reading ^^

frustrated Yunho

Bocah penggila makanan itu sudah lengkap dengan seragam sekolah dan tas dipunggungnya, namun bukannya bergegas ke sekolah ia malah melipat tangannya didepan dada dengan mata serius melotot ke arah appanya yang sedang menikmati sarapan pagi itu. Aura yang dikeluarkan anak lelaki itu tampak berbahaya sedang pusat tatapannya hanya asik mengunyah makanan dengan tenang tanpa menghiraukannya.
"Appa, minnie tanyakan sekali lagi, apa yang appa lakukan pada Jaejoong hyung?"
Yunho menghela nafas. Sudah tiga hari ini Changmin menanyakan hal yang sama berulang-ulang. Dan sudah beribu kali pula ia menjelaskan, tapi sepertinya bocah evilnya itu tidak menyerah. "Bukankah sudah kukatakan padamu berkali-kali? Aku tidak melakukan hal-hal yang merugikan padanya. Kami hanya makan bersama berbicara dan... dan—
tidak mungkin bukan, ia mengatakan pada anaknya yang masih kecil bahwa mereka melakukan kegiatan orang dewasa saat itu?
"Dan apa?" Tuntut Changmin. "Appa bekata kasar padanya? Appa menyinggung perasaannya? Katakan!" Tanpa sadar suara Changmin malah terdengar membentak.
Brak
Yunho menggebrak meja kuat hingga piring diatasnya ikut terlonjak, ia melotot marah kepada anaknya."Kau membentakku? Kau baru saja membentak appamu?!" Suara Yunho meninggi. "Aku tidak pernah mengajarimu kurang ajar seperti itu. Apa karena aku tidak pernah memarahimu kau jadi seenaknya seperti ini kepada orang tua?" lama-lama ia jengkel juga menghadapi kelakuan Changmin. "Aku ini ayahmu, bukan temanmu! Jadi, jangan berbicara padaku seperti kau berbicara kepada temanmu! Jangan lewati batasanmu, Jung Changmin!"
Melihat Yunho membentaknya, Changmin terdiam dengan mata memerah. Kemudian ia turun dari kursi dan berlari keluar rumah meninggalkan Yunho yang menyesal karena lepas kendali
"Hey Chwang, ayo cepat kita pergi kita akan terlam—
Kyuhyun yang berpapasan dengan changmin didepan pagar rumah Yunho mengernyit bingung saat Changmin muncul berlinang air mata.
"Hey, kau kenapa?" Changmin berlalu begitu saja tak menanggapi pertanyaan sahabatnya. "Yak! Jung Changmin tunggu aku!"

Yunho meletakan piring kotornya dengan kasar ke dalam wastafel, kemudian menghela nafas gusar. Mengingat pertengkarannya (lagi-lagi) dengan anaknya membuat kepalanya pening sepagi ini hanya karena makhluk yang bernama Kim Jaejoong. Changmin mengaku padanya bahwa setelah malam itu Jaejoong sama sekali menolak menjawab panggilannya bahkan sekedar membalas pesan. Sebenarnya Yunho sudah berpikir bahwa pria itu pasti sedang sibuk dengan pekerjaanya, tapi tak sama halnya dengan pikiran bocah tengik-nya yang merasa ada hal yang tidak beres terjadi antara ayahnya dan hyung kesayangannya itu.
Semakin diingat semakin Yunho kebingungan. Rasanya tidak mungkin ciuman malam itu melukai Jaejoong bukan? Bahkan pria itu sendiri yang memulainya dan Yunho hanya mengikuti instingnya, lagipula Yunho pikir bukankah hal itu yang selama ini Jaejoong inginkan? Yunho menyisir rambutnya kebelakang kemudian menghela nafas penuh frustasi. Kim Jaejong, Kim Jaejoong, Kim Jaejoong, nama itu berputar-putar diotaknya dan kehidupannya belakangan ini dan menciptakan bencana tersendiri.
"Aigoo… Kenapa ia suka sekali membuatku gila?"

Kyuhyun menghentikan sepedanya tepat didepan garasi rumah Yunho disaat ayah kandung sahabatnya itu tengah sibuk mencuci mobil. Bocah berumur sama dengan Changmin itu menstandardkan sepedanya terlebih dahulu sebelum menghampiri Yunho untuk membicarakan sesuatu kepada Yunho. Kalau saja tadi Changmin tidak sedang bersedih sudah pasti Kyuhyun akan menyeret Changmin—yang lagi-lagi menyabotase kulkasnya—pulang. Sebenarnya Kyuhyun masih bingung apa alasan Changmin menangis tadi pagi dan murung sepanjang hari, Changmin belum menceritakannya dan sebagai sahabat yang baik ia akan menunggu hingga Changmin merasa nyaman untuk bercerita padanya. Well, setidaknya berlaku sedikit baik dari biasanya lebih bagus agar apa yang dijanjikan Changmin padanya kemarin tidak akan batal. Akhirnya ia memilih jalan ini mengadukannya pada ayah Changmin sekaligus mengamankan posisinya. Bukan Cuma Changmin yang bisa licik, bukan?
"Kyu, dimana Changmin?" Kening Yunho berkerut saat melihat sahabat anaknya itu hanya membawa tas Changmin tanpa membawa pemiliknya.
"Dirumahku, dia bilang akan pulang terlambat, ingin menenangkan diri katanya."
Yunho mengambil tas Changmin dari kyuhyun. "Menenangkan diri? yang benar saja." Bocah 8 tahun itu memang sok ketua-tuan.
"Jung Ahjussi, aku sama sekali tidak keberatan menjadi tempat Changmin berkeluh kesah saat ada masalah karena itulah gunanya sahabat, bukan?"
"keunde bisakah Jung ahjussi tidak membuatnya sedih? Karena aku akan ikut sedih sebab Changmin lagi-lagi menyabotase kulkas kami. Sejak pulang sekolah hingga saat ini ia terus menangis didepan kulkasku dan memakan semua isinya." Eluh Kyu dengan raut muka nestapa.
"Mwo?"
"Dia bilang padaku itu caranya menenangkan diri. Jadi bisakah ahjussi menjemputnya? Sebelum dia menghabiskan persedian makan bulanan kami, hng?" Rengeknya. Kyuhyun akui dalam hati ia sedikit melebih-lebihkan, tapi ini satu-satunya solusi menghentikan kesedihan sahabatnya sekaligus menyelamatkan isi kulkasnya.
Yunho kembali menghela nafas dan menatap Kyuhyun miris. Changmin benar-benar….

Changmin mengusap ingusnya dan mata sembabnya karena seharian menangis. Sedang ayahnya yang duduk diseberang hanya menatapnya dengan tatapan miris dan sedikit meringis. Setelah menyeret anaknya pulang dan meminta maaf kepada orang tua Kyuhyun, Yunho langsung meminta Changmin duduk bersamanya untuk membicarakan soal pertengkaran mereka tadi pagi. Dan Jadilah saat ini Yunho dan Changmin duduk berhadap-hadapan diruang tengah rumah kecil mereka.
"Kenapa kau bertingkah seperti anak kecil, hng?"
"Karena aku memang anak kecil." Sahut Changmin tegas menolak menatap balik Yunho dan lebih tertarik memperhatikan pot bunga bentuk bebek yang ada di atas meja didepannya.
Yunho tahu ia salah memilih kata-kata namun ia tidak mau mempermasalahkannya. anaknya sangat pintar bicara. "Aku tahu kau marah soal tadi pagi. Maafkan appa, appa benar-benar tidak bermaksud membentakmu."
"Ani, seharusnya minnie yang meminta maaf, karena minnie yang terlebih dahulu membentak. Maafkan minnie appa." Lirih Changmin tertunduk. Tangannya bergerak menghapus air matanya yang kembali jatuh. Ia menyesal sudah melakukan kenakalan yang menurutnya diluar batas.
Changmin menatap anaknya kasihan kemudian segera berpindah duduk ke sisi Changmin. Ia mengelus sebentar kepala anaknya yang masih tertunduk dan merengkuh pundak Changmin kedalam pelukannya. Yunho senang Changmin juga menyadari kesalahannya artinya anaknya masih tahu batasan yang tidak boleh dilewatinya sebagai seorang anak. Tapi Yunho juga mengerti bahwa Changmin adalah buah hati satu-satunya yang seharusnya ia jaga perasaanya.
"Minnie sudah banyak menyusahkan appa dengan permintaan minnie yang aneh-aneh. Kelak Min tidak akan melakukannya lagi."
"Tidak masalah sayang, appa tidak merasa susah karena minnie, bahkan appa selalu memafkan apapun kesalahan minnie itupun jika masih dibatas kenalakalan wajar, arra?"
Changmin mengangguk disela pelukan Yunho. "Keunde appa?"
"Hem?"
"Minnie masih merindukan Jaejoongie hyung."
"Apa segitu rindunya?"
"Ng, minnie rindu dengan masakanya."
"Bisakah kau tidak memikirkan hal lain selain makanan?"
Dan Changmin hanya membalas perkataan Yunho dengan cengiran lima jarinya.
"Baiklah, Nanti appa akan mencoba menghubunginya."

My Sleepless Namja #8

Pagi itu setelah selesai menyiapkan segala keperluan Changmin untuk pergi kesekolah Yunho duduk di tepi ranjangnya. Ia hanya memakai handuk membalut area pribadinya, berniat untuk mandi namun diurungkannnya saat ia melihat ponselnya tergeletak di meja nakas. Entah kenapa pikirannya terbang pada Jaejoong. Yunho menimang-nimang ponsel hitam ditangannya sembari memikirkan perkataan Changmin kemarin. Rasanya enggan untuk menghubungi pemuda yang baru dikenalnya beberapa bulan itu, apalagi ditambah peristiwa malam dimana ciuman itu kembali terjadi, bahkan lebih intim dari sebelumnya. membuatnya sungkan. Ia menimbang-nimbang jika ternyata Jaejoong mengangkat teleponnya apa yang harus dikatakanya? Alasan apa yang akan diberikannya pada lelaki itu. Namun saat ia mengingat janjinya pada Changmin dengan pasrah akhirnya Yunho mendial nomor Jaejoong.
Sekali, dua kali, tiga kali ia mencoba tidak mendapat sahutan dari seberang telepon. Yunho masih berpikir bahwa Jaejoong pasti sibuk hingga tidak sempat mengangkat telponnya, apa lagi saat ini masih terbilang pagi, bisa saja Jaejoong sedang bersiap-siap kerja. Akhirnya Yunho meletakan kembali ponselnya dan berniat mencoba lagi sehabis ia mandi.
Namun apa yang didapatnya setelah mandi tetap sama, teleponnya tidak terjawab. Sudah lima kali ia mencoba tetap suara 'tuut' yang panjang kemudian dijawab operator wanita yang mengatakan nomor yang dituju sedang tidak bisa dihubungi. Ini aneh, benar-benar aneh. Yunho pikir tadinya Jaejong pasti menjawab dengan cepat ketika ia memanggil, namun dugaannya salah, dan mungkin bisa dibilang Yunho terlalu pede. Alih-alih menyerah, otak Yunho malah berkeras berpikir bahwa Jaejoong tidak mengangkatnya karena sibuk. Dan Yunho kembali memutuskan akan mencoba lagi setelah ia selesai membereskan pekerjaan rumah tangganya yang menumpuk. Ia maih terlalu penasaran.

"Aigoo.. pinggangku." Yunho meringis saat pinggangnya serasa ngilu akibat kegiatan bersih-bersih yang dilakukannya. Semenjak istrinya meninggal semua pekerjaan rumah ia tangani, Mulai dari menyapu, mengepel hingga mencuci pakaian dilakukannya sendiri.
Bukan Yunho tidak mampu untuk menyewa pembantu hanya saja ia merasa masih sanggup mengurus rumah yang hanya diisi dua orang. Lagi pula rumahnya tidak sebesar mansion, hanya rumah kecil bertingkat dua yang terdiri dari 3 kamar dilantai atas, ruang tamu, ruang tengah, dapur merangkap ruang makan. Yunho lebih suka mengerjakan urusan rumahnya sendiri, walaupun terkadang Jung Junsu adiknya juga akan datang dan membantu hyungnya mengurus rumah.
Bicara tentang Junsu, ia baru sadar belum melihat adiknya dan adik iparnya mengunjungi mereka sebulan terakhir ini.
"Aku rasa mereka bulan madu lagi." Sungut Yunho. Well, pasangan yang sudah empat tahun menikah itu selalu bertingkah bak pengantin baru selalu mesra dan selalu mesum. Terlebih lagi si jidat yang kadar mesumnya terhadap Junsu di ambang batas.
Drrrttt
Ponselnya bergetar sebentar menandakan satu pesan masuk. Tanpa ia sadari otaknya langsung berpikir bahwa itu Jaejoong dan hatinya berharap bahwa itu benar berasal dari Jaejoong. Tatapan tertariknya tadi sekejap berubah malas saat membaca isi dan siapa yang mengirimnya pesan.

From : Junsu
Hyeong… malam nanti aku dan Chunnie akan mampir.
Kami baru saja pulang dari liburan di Jeju.
Mian tidak memberitahumu..Hihi.
Aku membawa banyak oleh-oleh untukmu dan Changmin. Tunggu kami ne~ saranghae. xoxo

Yunho memotar bola matanya malas, ternyata apa yang didudaganya tadi tepat sasaran. Tidak berniat membalas malah Yunho kembali mendial Nomor Jaejoong. Ia masih sangat penasaran. Sebelum menekan tombol 'panggil' Yunho melirik jam digital disudut kanan atas layar ponselnya.
"Ini jam istirahatkan? Seharusnya dia tidak lagi sibuk." Ujar Yunho pada dirinya sendiri.
Namun sama seperti tadi, yang menyambut telponnya bukan orang yang diharapkannya melainkan suara operator yang mulai terdengar menjengkelkan ditelinga Yunho. "Hya, ahjumma! aku tidak mau mendengarkan suara jelekmu itu. Sambungkan saja aku pada Jaejoong, Kim Jaejoong eoooh!" Pekiknya jengkel sebelum meletakan ponselnya dengan kasar di meja. Keningnya berkerut dan raut kesal tercetak jelas di wajahnya.
Sejurus kemudian Yunho berpikir mungkin saja Jaejoong tidak mau mengangkat telponnya karena pria cantik itu pasti mengira Changmin yang menelpon. Yah, memang biasanya Changmin menggunakan ponsel Yunho jika ingin menghubungi Jaejoong. Akhirnya Yunho memutuskan untuk mengirim pesan terlebih dahulu, ia rasa membalas pesan seharusnya tidak terlalu mengganggu waktu pria cantik itu, bukan.

To : Kim Jaejoong
Kenapa kau tidak mengangkat teleponku?
Ini aku, Yunho.

Yunho mengetuk-ngetukan jarinya ke paha sedang tangan satunya membantu menopang kepalanya dilengan sofa. Hening menyelimutinya saat ini, hanya ada suara jarum jam dan detakan jantungnya sendiri yang berharap benda di atas meja yang tak luput dari awasannya akan berbunyi atau sekedar bergetar memberitahunya bahwa ada respon dari pesannya.

Semenit...
Lima menit...
sepuluh menit...

Yunho tak tahan. Ia melompat menyambar ponselnya kemudian mengetik pesan lain.
To : Kim Jaejoong
Ya! Kenapa tidak membalas pesanku?
Sudah aku bilang ini aku, Yunho.

Mengetik pesan lagi...
To : Kim Jaejoong
Sebenarnya kau kenapa?
Tidak ada angin tidak ada hujan kenapa kau bersikap seperti ini, eoh?
Changmin memarahiku karena kau tidak mengangkat teleponnya.

Lagi...
To: Kim Jaejoong
Yah! kau benar-benar tidak mau membalasnya?

Lagi...
To : Kim Jaejoong
Benar?

Dan lagi...
To: Kim Jaejoong
Geure, jangan balas saja.
Selamanya. Jangan balas, jangan datang lagi!

Prak
Entah sudah berapa kali ponsel hitam itu mendarat kasar diatas meja. Sedang pemiliknya tengah memandang gusar pada benda mati itu, bibir hatinya sibuk melontarkan makian.
"Yaa! Sebenarnya apa masalahmu? Kau pelit sekali bahkan membalas pesan saja tidak bisa? Bukan hanya kau saja yang sibuk, aku juga, neon arra?!" Yunho menunjuk-nunjuk ponselnya dengan sengit lalu merebahkan dirinya kasar disofa panjang.
"Assh.. jinja, ternyata tidak hanya gay, tapi kau juga sangat menyebalkan."

Sesuai apa yang disampaikan Junsu kepada Yunho di SMS sebelumnya, sorenya pria chubby yang telah beralih marga menjadi Park Junsu itu muncul didepan pintu rumah Yunho bersama sang suami dan tiga koper besar serta dua tas berukuran sedang. Keduanya berbaju khas hawai dan tersenyum cerah.
"Aloha!" Teriak keduanya riang. Sedangkan Yunho dan changmin yang menyambutnya memandang cengo pasangan selalu merasa diri mereka itu pengantin baru.
"Melihatmu dengan kulit terbakar matahari dan rambut pirang begitu, seperti melihat bule kecelup tar."
"Tapi bukankah aku terlihat eksotis dan sexy?" Junsu berujar genit. "Benarkan, Chunie?"
"Ne, baby." Yoochun mengacungkan kedua jempolnya, sedang Yunho dan Changmin memandang keduanya malas.
"Apa tidak ada makanan untukku? Aku tidak mau gantungan kunci ini." Changmin melempar kembali dua buah gantungan kunci berbandul lumba-lumba dan tulisan yang berbunyi aloha hawai kepada Junsu.
"Jauh-jauh dari sana imo hanya membawa gantungan kunci, baju dan miniatur pohon kepala?" Changmin memandang tak minat barang-barang yang dibawa Junsu.
"Kelapa Min." Koreksi Yoochun.
"Wae? Disini kan jarang melihat pohon kelapa, jadi aku membawa miniaturnya, habis kalau yang asli di pesawat tidak akan muat." Tawa Junsu kemudian pecah karena kata-katanya sendiri.
"Kenapa tidak sekalian membawa pasir pantai dan air lautnya, eoh?"
Junsu menjitak kepala Changmin. "Kau pikir imo bodoh?"
"Memang." Gumam Changmin seraya mengelus kepalanya.
"Tapi apa yang terjadi pada Yunho hyung. Wajahnya terlihat tidak menyenangkan?" Sela Yoochun. Junsu dan Changmin ikut memandang Yunho yang berjalan menuju beranda belakang tanpa menaruh minat pada kedatangan Junsu ataupun oleh-oleh mereka.
"Jaejoong hyung, dia tidak mau mengangkat telponnya. Padahal kemarin aku yang galau sekarang malah appa."
"Jaejoong nuggu?"
"Calon istri appa." Changmin menghela nafas sebelum melanjutkan. "Setidaknya itu rencananya..tapi sepertinya sekarang tidak berjalan baik."
"Tapi Jaejoong, tidak terdengar seperti perempuan."
"Dia laki-laki. Tapi minnie berani sumpah dia bahkan seribu kali lebih cantik dari Ahra."
"Mworago?!"kedua pamannya terpekik tak percaya.
"Hya bocah! Kau mau membuat hyungku jadi gay?" Junsu berkacak pinggang dengan muka kesal.
"Waeyo? Tidak boleh?" Tanya Changmin dengan muka polosnya.
Junsu membungkuk mendekati Changmin dan mengangkat sebelah tangannya, Changmin siap-siap melindungi kepalanya ketika selanjutnya ia merasakan tepukan halus di puncak kepalanya.
"Yah, neon daebak."
"Honey?" Sela Yoochun. Ia dan Changmin sedikit bingung.
"Haha... itu memang pantas didapatkannya, dia selalu bilang hubungan seperti itu menjijikan dan sekarang dia malah terjebak didalamnya." Ujar Junsu penuh semangat. Ia geli sendiri mengetahui kakaknya akan sadar bahwa setatus straightnya ternyata tidak lah se-straight itu.
"Keponakanku memang yang terbaik." Perkataan Junsu membuat suaminya sendiri geleng-geleng dan Changmin tersenyum lebar saat mengetahui pikiran imonya tidak berbeda jauh dengannya.
Setelah makan malam berakhir, Junsu menyediakan beberapa dessert dan bir di meja makan dimana Yunho dan Yoochun tengah berbincang. Junsu bergabung bersama Yunho dan Yoochun setelah membereskan cucian piringnya. Sedangkan Changmin berada di seberang ruangan sibuk menonton tv dan memakan cemilannya.
"Bagaimana Hubunganmu dengan Ahra? Apa ada perkembangan?" Junsu memulai dengan pertanyaan basa-basi terlebih dahulu.
"Perkembangan apa, bahkan pacaran saja tidak?"
"Kau tidak menyukainya, ya?"
"Dia tertawa seperti hyena." Changmin menyela dari seberang ruangan.
"Kau terlalu berlebihan." Timpal Junsu.
"Changmin sangat tidak menyukainya. Dan sekarang anak ini malah terobsesi dengan pria bernama Kim Jaejoong. Dia benar-benar ingin aku menjadi gay."
"Itu bagian yang paling aneh."
"Tidak itu bagian yang paling gila.'
"Well ini takdir. Ia cantik, pintar memasak dan single. Aku tahu kau tidak ingin melakukan ini tapi kau butuh istri. Lagipula Changmin menyukainya." Changmin mengangguk kencang saat tatapan Junsu mengarah padanya. "It's perfects!"
"Perfect jidat suamimu." Sungut Yunho.
"Appa, kyuhyun bilang ini seperti kau mengenal Jaejoong dikehidupan lain, namun kau tidak bisa bersamanya dikehidupan ini. Hati kalian akan terasa lengkap saat kalian bersama, seperti puzle. Ini bisa jadi jodoh terakhirmu." Changmin menghampiri meja makan dan bergabung bersama ketiga orang dewasa itu.
"Aku tahu itu karena aku masih muda dan murni, aku terhubung dengan kekuatan kosmik." Tambah bocah kecil itu membuat Junsu dan Yoochun menatapnya konyol.
"Siapa yang bilang begitu? Aku harap kau tidak berencana menikahi Kyuhyun."
"Aku tidak berencana begitu, tapi kami sudah berciuman. Aku rasa hal itu bisa saja terjadi." Ujar Changmin polos kemudain pergi dari tempat itu menuju lantai atas. Tepat setelah itu Yunho membeku seolah jantungnya berhenti berdetak mendengar ucapan anaknya. Sedangkan Junsu dan Yoochun hanay berpandangan kaku.
Astaga Changmin~

Pagi-pagi sekali Yunho sudah rapi dengan jaz kerjanya, hari ini wakil direktur memintanya datang kekantor untuk membicarakan proyek baru. Kabarnya ada perusahaan lain yang ingin memakai jasa Yunho untuk merancang sebuah gedung. Kebetulan juga kerjasamanya bersama perusahaan Go sudah rampung ditandai selesainya pembangunan. Yunho memutuskan untuk berangkat bersama Changmin pagi ini, ia rasa sudah terlalu lama tidak pernah mengantar anaknya ke sekolah, setelah mengantar Changmin ia akan meneruskan perjalanan kekantornya. Setelah Changmin memasuki mobil dan duduk manis disana, Yunho segera menstarter mobilnya memasukan persneling dan mulai menjalankan mobil.
Changmin tidak banyak bicara selama perjalanan, ia terlalu sibuk dengan rubiknya. Yunho melirik anaknya dari ekor mata kemudian sedikit berdehem untuk mencairkan suasana, ada hal yang ingin dibahasnya dengan Changmin.
"Jadi, apa itu benar?"
"Ya?" Gumam Changmin tanpa mengalihkan perhatian dari rubiknya.
"Kau dan Kyuhyun... ehem.." Yunho sedikit canggung meneruskan kalimatnya, otaknya masih tidak mempercayai ucapan Changmin semalam. "Kau..berciuman dengan Kyuhyun."
"Ya."
Mendengarnya Yunho spontan menginjak rem mobilnya mendadak membuat Changmin hampir saja terbentur dashboard kalau saja tidak dilindungi seatbelt.
"Kau gila, ya? Berapa umurmu sampai kau melakukan hal seperti itu? Bagaimana aku mempertanggung jawabkan pada ibumu disurga nanti? Dia pasti mengutukku dari surga, astaga."
Yunho berteriak seperti orang terserang panik, dan Changmin memandang appanya yang seperti kebakaran jenggot.
"Appa jangan berlebihan."
"Jangan berlebihan katamu? Anakku akan menjadi gay dan kau bilang aku jangan berlebihan?"
"Appa, aku kan tidak bilang menyukai Kyuhyun, aku hanya bilang aku menciumnya bukan berarti aku melakukannya karena aku menyukainya. Itu hal yang tidak di sengaja, lagi pula aku tidak menyukai kyuhyun, aku masih bermimpi untuk mempunyai istri cantik dan sexy, dan juga masih bermimpi untuk melakukan sex dengan perempuan saat aku dewasa nanti, jadi appa jangan khawatir."
Lagi-lagi Yunho seperti tersambar petir saat mendengar kata-kata sex keluar dari mulutt Changminnya yang masih sangat kecil.
"YAH! Dari mana kau dengar kata-kata itu?"
"Yoochun ahjusii."
"Park Yoochun kau akan mati ditanganku." Geram Yunho berbahaya.
"Tapi itu benarkan appa, kalau orang sudah menikah akan melakukannya? Appa juga melakukanya dengan eomma, kan? Mungkin nanti juga appa akan melakukannya dengan Jaejoong hyung. Katanya sex itu asyik, loh appa." Changmin berujar dengan segenap kepolosannya, membuat Yunho ingin mencekik dirinya sendiri karena merasa gagal mendidik sang anak.
"Aku bersumpah akan membuang bonekamu, memotong uang jajanmu dan menggembok kulkas jika kau masih terus menyebut kata-kata sialan itu!"
Dan Changmin sukses terdiam mendengar ancaman appanya. Padahal Changmin belum mengerti secara pasti apa itu sex, Yoochun hanya mengatakan padanya bahwa sex itu berarti tidur di peluk orang yang kita sukai, itu saja.

Seunghyun tengah melihat-lihat laporan yang diusulkan rekannya ketika Yunho masuk dengan wajah muram di pagi yang lumayan cerah. Seunghyun memilih menyusul Yunho yang ngeloyor pergi keruangannya tanpa menyapa.
"Apa ada masalah lagi dengan pengganggu orientasi sexualmu?" Seunghyun mengangkat alisnya bermaksud menggoda Yunho yang tengah memasang muka masam.
"Sedikit, tapi lebih ke Changmin." Ujar Yunho yang tengah sibuk menyiapkan beberapa file. "Pagi ini dia berbicara tentang sex kepadaku."
"Waw, itu mengejutkan."
"Itu gila. Kau tahu berapa umurnya dan dia sudah lancar menyebut sex."
"Well, kau tahu bagaimana siaran televisi zaman sekarang, kan?"
"Aku harus benar-benar membatasi tontonannya dan pergaulannya dengan adik iparku yang mesum." Sungut Yunho.
Seunghyun menduduki ujung meja kerja Yunho dan kembali bertanya. "Lalu apa masalahnya dengan Jaejoong?"
"Bisakah kita tidak menyebut nama itu hari ini? Telinga dan otakku rasanya sakit tidak hentinya dikelilingi nama sialan itu." Sergah Yunho.

"kau sedang galau, ya? sepertinya orang itu benar-benar berhasil mempengaruhimu." Seunghyun tertawa kecil membuat Yunho jengkel.

"Sudah kubilang bukan begitu, Jaejoong tidak muncul dan tidak mengangkat telpon hampir seminggu ini, membuat Changmin mengamuk padaku. Dia bilang aku yang menyebabkan Jaejoong jadi seperti itu."

"Mungkin ciumanmu malam itu kurang dahsyat." Gurau Seunghyun tanpa memandang suasana hati Yunho yang tidak baik.

"Bicara denganmu hanya menambah beban pikiranku."

Kata Yunho kemudian kembali keluar dari ruangannya diakhiri bantingan pintu cukup keras yang membuat senghyun terkejut. Dari pada meladeni Seunghyun yang membuat darahnya meninggi lebih baik ia sgera menuju ruang pertemuan dimana atasannya sudah menunggu.
Seunghyun mendecih, "Sepertinya masalahnya serius."

Yunho memasuki ruang pertemuan kemudian segera membungkuk memberi salam kepada atasannya sedangkan tamunya tengah duduk dalam posisi membelakanginya. Ketika dipersilahkan duduk Yunho mengambil tempat tepat didepan tamu hingga seketika dia lumayan terkejut saat melihat siapa orang yang akan memakai jasanya kali ini.
"Kau—
"Direktur Baek, tidakkah ada orang lain diperusahaan ini yang bisa kugunakan selain dia?" Orang yang tidak lain adalah Jaejoong, orang yang lancang tidak mengangkat telponya atau smsnya sekalipun.
Jaejoong memandang Yunho dingin dari balik kacamata coklatnya yang menggantung dihidung, sedang Yunho sedikit merasa berbeda saat melihat Jaejoong kali ini dalam balutan jaz kerja semi formal dengan rambut yang biasanya menjutai dikening kini di wax keatas memperlihatkan wajah tampan itu sepenuhnya. Tapi Yunho tidak mengerti dengan tatapan Jaejoong serta kata-kata namja itu yang begitu dingin, ia tidak melakukan sesuatu yang salah, kan?
"Ah, begini presdir Kim, Jung Yunho adalah arsitek terbaik yang kami miliki. Saya rasa dia cocok untuk menangani proyek anda." Ujar direktur Baek memberi penjelasan.
"Tapi aku mendengar bahwa Jung Yunho sedang menangani proyek lain, bukan? aku tak suka pekerja dengan pikiran yang terbagi-bagi, aku ingin seseorang yang menangani pekerjaan ini dengan fokus, jadi aku rasa Jung Yunho-ssi tidak cocok."
Kenapa sih dia? Batin Yunho bingung.
"Bukan begitu, itu—
"Maaf presdir Kim, tapi keterlibatanku dengan perusahaan Go sudah berakhir, kami sudah merampungkan pembangunannya." Jelas Yunho menyela kata-kata direkturnya.
"Benarkah? Tapi aku masih tetap tidak mau menggunakanmu. Direktur Baek, aku tahu perusahaan ini terbaik yang ada di korea, masa hanya satu orang ini yang ada disini?" Jaejoong berujar ketus membuat Yunho mau tidak mau merasa kesal juga dengan sikap Jaejoong.
"Aa.. itu presdir Kim, untuk sekarang hanya Yunho-ssi yang bebas, jika anda mau menunda pembangunan selama satu bulan mungkin aku bisa meminta insinyur lain untuk mengerjakannya."
"Oh, jadi tidak ada pilihan lain, ya?" Jaejoong melepas kacamatanya dan segera membenahi sikap duduknya. Pembangunan gedung baru tidak bisa ditunda sampai sebulan, jadi ia rasa tidak ada gunanya berkeras. "Keure arraseo, aku akan menjelaskan detail rencananya pada Yunho-ssi."
Setelah mendengar Jaejoong akhirnya setuju, direktur Baek undur diri dikarenakan memiliki pekerjaan lain. Sepeninggal direkturt Baek, Yunho hanya terlibat suasana dingin dan kaku yang dibuat Jaejoong.
Jaejoong meminta sebuah file kepada asistennya kemudian melemparnya ke atas meja tepat didepan Yunho. Sebenarnya saat ini Yunho tengah menebak-nebak tentang sikap Jaejoong yang tidak biasa, ia rasa ada sesuatu yang salah disini.
"Semua detail rencanannya ada di sana." Jaejoong menunjuk file dengan dagunya.
Bukannya segera memeriksa filenya Yunho malah menatap Jaejoong kemudian mendesiskan nama namja cantik itu.

"Jae."
"Pembangunan harus segera diselesaikan jadi aku perlu rancanganmu secepatnya."
"Jae!"
"Aku harap dalam waktu kurang dari dua minggu aku menerima sketsa kasarnya."
"Kim Jaejoong
"Jung Yunho-ssi, bisakah kau berhenti menyebut namaku seperti itu?" Sergah Jaejoong. "Bisakah kau fokus dengan apa yang kita kerjakan sekarang?"
Yunho tidak memperdulikan ucapan Jaejoong dan terus bicara. "Sebenarnya ada apa denganmu?"
Begitu Juga dengan Jaejoong yang tampak menghindar. "Bagaimanapun aku sudah menjelaskan garis besarnya padamu, jika ada pertanyaan kau bisa tanyakan pada skertarisku." Jaejoong beranjak dari duduknya kemudian tanpa salam apapun Jaejoong pergi begitu saja dari ruangan itu meninggalkan Yunho yang penuh kebingungan.
"Aigoo... sebenarnya ada apa dengan orang itu?!" Gumamnya frustasi.

Sesampainya di rumah Yunho membanting pintunya sesaat memasuki rumah, membuka jaketnya dan kemejanya dengan kasar kemudian membantingnya dikursi. Ia menggeram jengkel, Sikap Jaejoong sewaktu dikantor tadi cukup membuatnya geram. Bagaimana bisa orang yang sudah menciumnya dua kali kemudian bersikap seperti itu? Apa Jaejoong sedang mempermainkannya? Sedang bercandakah dia? Memang seharusnya ia tidak mengenalnya dari awal, orang yang bernama Kim Jaejoong itu benar-benar pintar mengendalikan stres termometernya.
"Aassh kim jaejoong itu... astaga kau benar-benar mau mati, ya?" Erang Yunho.
"Jaejoong hyung, waeyo?"
"Bisakah kau tidak menyebut namanya?" Ketus Yunho pada Changmin yang baru saja turun dari lantai atas.
"Tapi barusan kau menyebut namanya."
"Aku tidak ingin membahasnya." Yunho menghempaskan diri ke sofa. Disusul Changmin yang duduk di sebelahnya.
"Apa kau bertengkar dengan Jaejoong hyung?"
"Bertengkar? Yang disebut bertengkar itu kalau kita tahu letak permasalahannya dimana. Ini tepatnya dia mengabaikanku seolah ia tidak pernah mengenalku. Bahkan aku saja tidak merasa menyakitinya, lalu kenapa dengan sikapnya itu, hng?"
"Katanya tidak mau dibahas." Celetuk Changmin.
Yunho memandang anaknya jengkel. "Lebih baik kau menjauh dariku, kau hanya akan membuatku bertambah gila." Yunho mengibaskan tangannya.
"Appa sudah membuat masalah jadi appa harus membereskannya. Karena appa aku tidak bisa melihatnya lagi."
"Masalah apa yang kubuat, sih?"
"Mana kutahu." Changmin menggedikan bahunya santai, tanpa terlalu peduli dengan kegalauan sang appa membuat Yunho mendecih. "Tapi aku rasa memang sebaiknya appa meminta maaf padanya. Mungkin ada yang membuat dia tersinggung."
"Kau bercanda?" Yunho menatap Changmin, dan anaknya itu hanya menatapnya balik dengan serius.

Malamnya setelah mengantar Changmin tidur Yunho mondar-mandir tidak jelas dikamarnya. Ingin tidur tapi seperti biasa ia tidak bisa tidur, ingin mengerjakan pekerjaannya tapi moodnya saat ini sedang kacau. Ia bingung dengan pikirannya saat ini, entah hanya penasaran atau memang Jaejoong telah memakan sebagian isi otaknya hingga hanya laki-laki itu yang berada disana.

"Masa aku menyukainya?"

"Secepat itu?" Omelnya pada dirinya sendiri. Yunho jadi berpikir perkataan Seunghyun waktu itu benar, ini semua efek satu kecupan Jaejoong.

Yunho membanting dirinya di ranjang. Yunho teringat juga kata-kata Changmin tadi pagi, lebih tepatnya dibagian 'Mungkin nanti juga appa akan melakukannya dengan Jaejoong hyung'. Yunho memang sudah lama tidak melakukan sex dan rasanya ia merindukan sensasinya, tapi ketika otaknya memaksa membayangkan bagaimana jadinya jika ia bercinta dengan Jaejoong membuatnya menggelinjang geli dan bisa saja ada sedikit rasa penasaran disana.

"Aku pasti sudah gila." Lirih Yunho penuh nestapa. Ia menutup kepalanya dengan bantal berharap kantuk menyerangnya hingga ia dapat mengeyahkan Jaejoong dari otaknya. Tapi usahanya percuma, jam belum menunjukan pukul 4 pagi, itu berarti ia masih belum bisa tidur.

Yunho memutuskan turun ke lantai bawah dan mengambil beberapa botol soju dikulkas. Ia membawanya ke ruang tengah, menghidupkan Tv kemudian meminum sojunya. Yunho merasa sedikit tenang tapi itu tidak bertahan lama ketika ia menyadari sesuatu. Di sofa yang ia duduki ini adalah tempat dimana ia menindih Jaejoong dan menciumnya dan tepat saat itulah otaknya kembali memutar kejadian tersebut.

kepala Yunho melunglai dan tertunduk, lama ia dalam posisi itu, merenungkan semuanya, mempertimbangkan semuanya. Hingga ia sampai pada satu titik pemikiran bahwa terlepas dari salah dan tak salahnya, lazim dan tak lazimnya perasaan ini tapi ia terpaksa menerimanya mau tidak mau, karena tanpa ia sadari sosok Kim Jaejoong sudah terlalu banyak melekat pada pikirannya, walaupun banyak penyangkalan yang akan dilakukan Yunho tapi masalah hati bukan perkara mudah untuk diabaikan, yang harus dilakukannya sekarang adalah meyakinkan perasaanya mencari tahu apakah perasaan itu bisa disebut dengan cinta atau hanya sebatas histeria hati yang terlalu melebih-lebihkan. Ya, ia harus memastikannya.

Jadi, Yunho mengangkat kepalanya. Ia sudah tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Pandangannya tertuju pada sesuatu yang tergantung diantara mantel-mantel miliknya dan milik Changmin didekat pintu rumah. Malam itu Jaejoong meninggalkan syall dan mantelnya. Ini memang akan menjadi alasan klise tapi ini akan membawanya bertemu Jaejoong. Ia ingat dengan kartu nama milik sekertaris Kim Jaejoong yang ia dapat tadi pagi, disana ada nomor telepon seseorang yang bisa ia mintai informasi tentang alamat tempat tinggal Kim Jaejoong.

Dari sini saja Yunho mulai menebak-nebak

Mungkin ia memang menyukai Jaejoong. Tapi yang paling pasti adalah...

kenormalannya hanya tinggal kenangan!


T.B.C

maaf kalau kurang memuaskan..

siapa yang ngomong dibawah chap kemaren itu dan apa maksudnya di chap depan ketahuan.

chap ini khusus untuk yunho yg galau dan yunho yg frustasi menghadapi trouble maker kecilnya dan jaejoong

dengan senang sy ktakan chap depan MSN tamaaatttt... (kalo gada perubahan.. sih)

makasih yang udah ngeluangin waktu untuk baca cerita ini terlebih lagi yang udah berbagi review-reviewnya. Yang udah ngu setia kelanjutan cerita yang lamanya pake banget, dan juga yang udah nge-fav or follow cerita ini.. jeogmall ghamsaheyo .

setelah cerita ini tamat baru lanjutin pregnant sampe tamat

banyak bener yang minta ff jadul sya cinta untuk eomma, ya? mian itu sudah sengaja dihapus karena suatu keperluan.

kalo mau cepet jangan lupa reviewnya ne~ saranghae! (kim selena)