Zrraaassh

Sore itu hujan turun dengan deras, awan hitam bergulung di langit, sesekali petir terdengar kuat menyambar. Udara yang makin mendingin menggigit kulit tidak diindahkan seorang namja berpakaian tuksedo hitam yang kini sudah basah karena hujan. orang itu berdiri di depan makam seseorang yang dicintainya. matanya yang memang menyipit kini terlihat membengkak di antara guyuran hujan. karena sedari tadi namja itu memang menangis. Para Pelayat sudah pulang setengah jam yang lalu saat hujan mulai berjatuhan. hanya dia sendiri yang bertahan disana sambil memandangi makam istrinya.

Nama yang tertera di nisan itu adalah nama Kim Youngwoong, istri dari namja yang menangis itu. Istrinya yang pergi meninggalkan dia untuk selamanya. istri yang sangat dicintainya, istri sekaligus ibu dari anaknya yang masih berumur 7 tahun.

serasa dunianya runtuh seketika, itu yang dirasakan namja itu. ia tidak pernah menyangka istrinya akan secepat ini meninggalkannya dan anak mereka. padahal mereka baru saja bersama selama 8 tahun. tapi kini ia harus merelakan hidup tanpa istrinya. Ia bingung apa yang akan terjadi pada hidupnya nanti saat tidak ada lagi youngwoong disisinya.

sementara di area luar pemakaman terparkir sebuah mobil mewah roller royce berwarna hitam. terdapat dua namja dewasa di dalamnya dan satu anak lelaki berumur 7 tahun. Anak kecil itu berada dalam dekapan seorang namja imut yang sering dipanggilnya imo. namja imut itu mengelus lembut punggung anak lelaki itu. anak itu masih saja sesegukan sedari tadi, walaupun air matanya sudah mengering, tapi isakannya masih saja keluar hingga membuat tubuhnya bergetar. pandangan Changmin terarah keluar jendela mobil dimana appanya masih berdiri tertunduk di depan makam ibunya dengan ekspresi sedih yang teramat sangat.

"Appa!" Lirihnya.


-0-0- MY SLEEPLESS NAMJA -0-0-


.

Cast :: Jung Yunho, Shim Changmin, Kim Jaejoong, Kim Junsu, Park Yoochun.

Couple :: Yunjaemin, Yoosu.

Disclaimer :: all cast is not mine.

WARNING! :: BL, TYPO(S), AU, OOC, GAK SUKA JANGAN BACA! YANG BACA HARUS TINGGALIN JEJAK

.


Happy reading ^^


"Hyung, berhentilah memberi makan Changmin dengan makanan instan. tidak baik untuk kesehatannya." Gerutu namja imut bernama Junsu. saat ini Junsu dibantu suaminya Park Yoochun tengah sibuk memenuhi kulkas Yunho dengan bahan makanan mentah yang dibelinya dan membuang makanan-makanan instan yang tersimpan di kulkas Yunho ke kotak sampah.

"Aku sudah membelikan beberapa bahan mentah. untuk ayam dan dagingnya sudah kurebus terlebih dahulu, jadi kau hanya tinggal menambahkan bumbu saja jika ingin memasaknya. Dan aku juga membawakanmu kimchi. semuanya untuk persediaan satu minggu, minggu berikutnya aku akan kembali dan membawakan kalian makanan lagi." Cerocos Junsu panjang lebar.

namun yang diajak bicara malah asik berdiri didepan jendela dapur sambil memperhatikan taman belakang rumahnya dengan raut wajah sendu. taman yang dipenuhi bunga yang ditanam oleh mendiang istrinya.

"Hyung!" Yunho tersentak dari lamunannya saat Junsu membentaknya. "Apa kau dengar yang kukatakan tadi?"

"Ye?"

Junsu menghela nafasnya gusar, Hyungnya sama sekali tidak mendengarkan apa yang dikatakannya tadi. "Aku sudah menyiapkan bahan makanan untuk satu minggu di kulkasmu. jangan memberi makan keponakanku dengan makanan instan terus. sekali-kali kau harus memasak untuknya."

"Imo mau membuatku keracunan kalau apa yang memasak?" Cibir Changmin yang sedang duduk di meja makan sambil melahap tiramisu cake yang di bawa Junsu tadi.

"Kau tidak akan keracunan hanya karena masakan appamu minie. walaupun begitu-begitu appamu cukup bisa memasak."

"Kalau appa bisa memasak aku tidak perlu merasakan pahitnya roti gosong tiap pagi dan nasi goreng asin tiap malam." Changmin mengerucutkan bibirnya sebal. kebiasaan appanya yang selalu melamun ketika memasak itulah yang membuat masakannya menjadi tidak keruan.

"Makanya suruh appamu mencari maid or get a new wife." Junsu mulai Sewot.

"Suie~" Yoochun menyentuh pundak istrinya untuk menyadarkan Junsu agar tidak terlalu jauh berbicara.

"Apa? aku benar kan chunie? sudah satu setengah tahun berlalu dan aku bosan melihatnya seperti mayat hidup. hidup segan mati tak mau. dia masih mempunyai tanggung jawab untuk mengurus Minie, bukannya berkutat dengan kesedihannya. kita semua disini merasa kehilangan, tapi tetap saja kita harus tetap menjalani hidup kita. bukannya terus-terusan terpuruk seperti ini." Bentak Junsu lagi lalu segera pergi dari dapur meninggalkan 3 orang disana yang terdiam.

Yoochun menyentuh pundak Yunho. "Hyung, maafkan Junsu. dia tidak bermaksud berkata seperti itu." katanya lalu keluar dari dapur menyusul Junsu.

sedangkan Changmin ikut keluar dari dapur. ia tidak ingin terlibat keheningan yang suram dengan Yunho. Changmin bisa mengerti kenapa imonya bisa marah. ia pun jengah melihat appanya selalu bersedih. ia ingin appanya tersenyum cerah seperti dulu. pasti eommanya akan bahagia melihat appanya bisa move on dari semua ini.

...

...

sementara itu di salah satu tempat di pulau jeju yang indah. Malam itu seorang namja, tampan cantik, berambut coklat, dengan skiny jeans hitam dan T-shirt biru berleher rendah, sedang berbicara dengan kekasihnya yang juga tampan dan terlihat manly di salah satu sudut cafe. wajah namja cantik itu tampak menegang karena marah sekaligus bingung karena tiba-tiba kekasihnya meminta putus dan mengatakan padanya bahwa ia akan segera bertunangan dengan namja lain. Tidak bisa dipungkiri lagi Jaejoong sangat menyayangi namja yang sudah bersama dengannya semenjak dua tahun itu. Namja yang selalu baik terhadapnya dan selalu mencintainya setulus hati kini meminta berpisah.

"There's no why Jae, aku hanya merasa tidak lagi cocok dengan semua ini."

"Pasti selalu ada alasannya 'mengapa'. pasti ada. berikan alasannya!"

"Jae, please... jangan bertingkah seperti ini. ini tidak akan berat untukmu. karena kau memang tidak mencintaiku."

"..." Jaejoong terdiam. lalu menatap laki-laki yang sudah berbagi apartemen dengannya sejak 1 tahun yang lalu itu. ia sangat ketergantungan pada Siwon karena Siwon sering kali memanjakannya, menyayanginya, dan selalu menuruti semua keinginannya. tapi sekarang, ia dipaksa untuk melepaskan soulmatenya itu?. Jaejoong pikir satu tahun cukup untuk Siwon memahami semua yang ada pada dirinya dan Jaejoong pikir satu tahun cukup bagi Siwon memahami perasaanya. tapi ia salah, namja itu hanya memikirkan perasaanya. namja itu hanya peduli dengan apa yang dirasakannya tanpa mau memahami perasaan Jaejoong yang sebenarnya.

"Besok aku akan memindahkan barang-barangku dari apartemen. aku akan pindah secepatnya."

Jaejoong memandang Siwon tak percaya. ternyata Siwon serius dengan kata-katanya.

"Ani. aku yang akan memindahkan barang-barangku. kau tetap tinggal disana."

"Jae."

"Turuti saja kata-kataku." Tekan Jaejoong lalu beranjak pergi meninggalkan Siwon yang memandang kepergian Jaejoong dengan tatapan sendu. sejujurnya ia juga tidak mau dengan perpisahan ini. Tapi ia merasa tidak mampu lagi untuk merebut hati namja cantik itu. namja cantik itu tidak mencintainya. itulah kenyataan yang harus ditelannya bulat-bulat selama dua tahun menjalani hubungan mereka.

...

...

Mobil audi Jaejoong meluncur pelan di jalan raya. tidak ada kesan terburu-buru karena ia bingung harus pergi kemana malam ini. Ia tidak ingin pulang ke apartemen dan bertemu Siwon. ia cukup kesal dengan keputusan Siwon yang meminta putus darinya saat ia mulai merasa nyaman menjalani hubungannya dengan Siwon. Haah~ mungkin dia memang egois.

Bosan memikirkan Siwon, Jaejoong mencoba menyetel radio di mobilnya. lagu berbahasa asing terdengar, Jaejoong bersenandung mencoba mengikuti, namun yang terdengar malah bahasa inggris yang amburadul. karena merasa akan gila tetap mengikuti lagu itu akhirnya ia mengganti saluran lain. kali ini terdengar suara wanita yang menyambut pendengarannya.

"selamat malam, kita berjumpa lagi dalam 'You and Your emotion'. saya dokter Baek seulgi akan menemani malam anda selama satu jam kedepan. Malam ini kita akan membahas tentang 'mimpi dan harapan'. apa yang anda harapkan pada cristmass tahun ini? mungkin anda bisa berbagi cerita dengan saya dalam telepon interactive pada nomor ini xxxxxxx."

Jaejoong tidak terlalu tertarik dengan apa yang dibicarakan oleh wanita peyiar radio itu. tiba-tiba handphonenya bergetar menandakan satu telepon masuk. Jaejoong merogoh saku dan melihat display layar ponselnya tertera nama Siwon. merasa tidak tertarik, Jaejoong mematikan telpon genggamnya lalu melempar ketempat duduk di sampingnya.

"baiklah, kita sudah mendapatkan satu telepon masuk dari Seoul. Hallo there!"

"Halo, ini—beep—Changmin." kali ini suara seorang anak kecil yang terdengar.

"Jangan sebutkan nama depanmu Changmin-ssi. Suaramu terdengar lebih muda dari penelpon lainnya. berapa umurmu? dan kenapa kau masih belum tidur selarut ini?" Tanya si penyiar radio dengan nada ramah.

"aku berumur 8 tahun, aku mengalami insomnia." Terdengar suara tawa dari si penyiar radio mendengar alasan Changmin.

Jaejoonng yang mendengarnya juga ikut tertawa lucu. ia berpikir bagaimana bisa anak ssekecil itu bisa membuat alasan seperti itu?

"Bagaimana bisa anak sekecilmu mengalami gangguan tidur. haha... oke nevermind. Baiklah Changmin-ssi apa harapanmu untuk natal kali ini?"

"Ini bukan untukku, tapi untuk ayahku. aku pikir dia butuh istri baru."

"Anak ini gila."Jaejoong menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum lucu karena mendengar kata-kata anak kecil itu. dunia memang gila, seorang anak menelpon radio dan mengatakan ayahnya butuh istri baru?

"Apa kau tidak suka dengan istrinya yang sekarang?" Tanya penyiar itu lagi.

"Itu masalahnya. dia tidak memiliki istri sekarang."

"Mana ibumu?"

Sesaat tidak terdengar jawaban dari anak itu, bahkan Jaejoong terlihat mulai penasaran.

"Dia sudah meninggal." Jawabnya kemudian.

Jaejoong menutup matanya saat mendengar kata-kata anak kecil itu. kasihan mungkin.

"Maafkan aku. aku turut sedih mendengarnya Changmin."

"Aku sudah cukup menyedihkan, tapi keadaan ayahku jauh lebih buruk."

"Dan kau mengkhawatirkannya."

"Aku menghawatirkannya, dia menghawatirkanku. aku pergi sekolah naik sepeda, dia mengikutiku dengan mobil, seolah aku tidak tahu dia disana. sekarang mendekati natal dan aku ingin menyampaikan harapanku."

.

Yunho House

Sementara itu ditempat si penelpon, Changmin tengah bersembunyi di balik sofa sambil menelpon stasiun radio menggunakan ponsel appanya.

"Apa kau sudah membicarakan ini kepada ayahmu?"

"Tidak."

"Kenapa tidak?"

"Kalau aku membahasnya, appa akan terlihat semakin sedih."

"Kau mau aku bicara padanya?"

"Apa kau gila? Tidak, dia akan membunuhku. menurutnya acara seperti ini adalah acara konyol."

"Apa dia ada di rumah sekarang?"

"Yeah."

"Aku pikir aku bisa membantumu jika aku bisa bicara dengannya." Bujuk si penyiar.

"Entahlah, aku takut."

"Dia tidak akan marah saat dia tahu anaknya sangat peduli padanya." Ujar sang penyiar itu lagi.

Changmin tampak menimbang-nimbang sebentar.

"Oke, tapi kalau aku dimarahi aku bersumpah tidak akan mendengar tayangan ini lagi." Ancam Changmin polos.

"Oke. cukup adil. Siapa nama ayahmu?"

"Namanya Yunho." Changmin pun segera keluar dari belakang sofa lalu segera memanggil ayahnya.

"Appa!"

"Ya?" Sahut sang ayah yang sedang sibuk di dapur sedang mencuci piring bekas makan malam mereka.

"Appa!" Panggil Changmin lagi, sampai appanya datang menghampiri Changmin.

"Ada apa?"

"Ada telpon untuk appa!" Changmin menyerahkan ponsel ke appanya.

"Yeoboseyo!"

"Ne yeoboseyo Yunho-ssi. aku dokter Bae Seulgi dari Jaringan Seoul."

Yunho mengerutkan alisnya sambil melirik ke arah Changmin yang berdiri di seberang ruangan. tepatnya ia sedang menyembunyikan setengah badannya di balik pintu dapur.

"Aku tidak tertarik dengan apapun yang anda jual." Jawab Yunho cepat saat mengira orang yang menelponnya dari agen penjualan barang.

"Aku tidak menjual apapun. anakmu menelpon dan meminta saran untuk mendapatkanmu istri baru."

Oke, sekarang Yunho sangat bingung. "Sebenarnya siapa ini?"

"Dr. Bae Seulgi dari stasiun radio Seoul."

"Oh god. apa kita sedang on air? Changmin, apa-apaan ini?" Histeris Yunho.

Changmin makin menyembunyikan badannya di balik pintu dapur. "Jangan marah padaku appa."
Yunho menatap tajam anaknya. ia bisa melihat Changmin ketakutan, tapi kemudian ia sadar betapa khawatirnya Changmin terhadap keadaannya.

"Sejak istrimu meninggal, anakmu merasa kau selau bersedih. ia sangat menghawatirkanmu."

Yunho melihat anaknya masih saja terpaku ditempatnya berdiri dengan raut wajah bersalah.

"Mungkin berat untukmu bercerita tentang semua ini. tapi mungkin kita bisa bicara dan membuat Changmin merasa sedikit lebih baik."

Yunho terlihat ragu-ragu, apakah ia harus menceritakan masalahnya kepada orang asing ini, hanya untuk membuat Changmin merasa lebih baik?

"Appa kumohon~" rengek Changmin berharap Yunho bisa berbagi cerita kepada dokter psikologi itu.

"Baiklah." Akhirnya Yunho menyetujui saran anaknya.

"Baiklah. sudah berapa lama istrimu meninggal?"

"Sekitar satu setengah tahun yang lalu." Jawab Yunho.

"Apakah kau pernah mencoba menjalin hubungan dengan orang lain setelahnya?"

"Tidak."

"Kenapa tidak?"

...

...

in Jaejoong car

Ditempat lain, Jaejoong masih berada dalam mobilnya berkeliling Jeju. Atensinya sepenuhnya terarah pada pembicaraan yang ada di radio. ia sedikit kesal mendengar wanita di radio yang menurutnya terlalu mencampuri urusan orang lain.

"Maaf dokter, aku tidak bermaksud kasar, tapi—

"kami tidak bermaksud mencampuri urusanmu, aku hanya mencoba membantu."

"Tapi kau terdengar bermaksud seperti itu. it's none of you're business, bitch" Jaejoong mulai Sewot sendiri.

"tapi kau terdengar bermaksud seperti." Kata-kata laki-laki di radio sama dengan perkataan Jaejoong. membuat namja cantik itu tersenyum. ternyata pemikiran lelaki itu sama dengan pikirannya. baguslah.

.

.

Yunho house

"Aku yakin kau adalah seorang ayah yang baik. tapi mestilah ada sesuatu yang salah jika Changmin sampai merasa kau masih terlihat muram."

"Katakan padanya appa selalu terjaga tiap malam!" Ujar Changmin menyela.

"Bagaimana kau bisa tahu?" Tanya Yunho makin bingung. ternyata anaknya memang menyaksikan semua kebiasaanya seteah istrinya meninggal.

"Aku sering mendengar langkah kaki appa mondar-mandir didalam rumah saat larut malam. awalnya aku kira itu pencuri. tapi ternyata itu apa yang sedang gelisah." Changmin mulai mengatakan hal-hal yang ia tahu kepada appanya. berharap sang appa juga mengatakannya pada wanita di radio. padahal tanpa mereka sadari wanita itu bisa mendengar suara keras Changmin, bahkan seluruh korea selatan bisa mendengarnya karena mereka sedang on air sekarang.

"Appa rasa itu tidak perlu dibicarakan." Yunho mulai berjalan mendekati Changmin yang ikut mendekat padanya. mereka berdua kemudian duduk di sofa yang ada di living room, dengan keaadan ponsel Yunho yang masih memakai loudspeaker.

"Kau tahu ini sudah mendekati natal..." Yunho membawa kepala Changmin ke pangkuannya menyuruh anaknya tidur berbantal pahanya. sedang satu tangan yang tidak digunakan untuk memegang ponsel, digunakannya untuk mengelus punggung sang anak. "Dan anakku membutuhkan ibunya saat seperti ini."

"Apa ini berarti kau juga membutuhkan seseorang seperti Changmin membutuhkan seorang ibu?"

"Aku—" Baru saja Yunho ingin membuka mulut, wanita itu memotong perkataannya seenak jidat Yoochun.

"sepertinya kita harus menunda dulu pembicaran ini dengan Mr... well, bagaimana kalau kita panggil dia Mr. Sleepless in Seoul?. kami akan segera kembali mengobrol dengannya setelah mendengar response para pendengar tentang topik bahasan kita malam ini. Silahkan anda menghubungi nomor xxxxxx untuk memberi tanggapan anda untuk Mr. Sleepless in Seoul. untuk Mr. Sleepless kumohon jangan tutup dulu telponnya karena setelah ini kita akan kembali."

Yunho memandang ponselnya dengan tatapan iritasi. "Apa-apaan perempuan ini?"

.

.

Jaejoong menghentikan mobilnya didepan sebuah kedai kopi, untuk membeli secangkir kopi hangat dan roti untuk mengganjal perutnya. Jaejoong memasuki kedai kopi lalu segera mengantri di counter order untuk memesan minuman. tanpa disangka ternyata kedai kopi itu uga sedang mendengarkan radio dalam saluran yang sama dengan yang didengarnya tadi. well, memang acara itu sangat terkenal.

"Aku bertaruh pasti Mr. Sleepless itu tampan, tinggi dan kaya." Ujar Seorang wanita yang mengantri di samping Jaejoong.

"Aku yakin dia itu jelek dan bau karena tidak terurus selama satu setengah tahun." Ujar wanita lainnya.

Jaejoong hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saat mendengar komentar wanita-wanita itu. ternyata cepat juga laki-laki itu terkenal.

"Satu Caramel machiatto please!" Jaeoong mulai memesan makanannya pada pelayan.

"Sepertinya dia laki-laki yang romantis, aku membayangkan bagaimana lelaki sensitive seperti dia menjadikanku istri." Suara ini berasal dari belakang Jaejoong. tapi tunggu dulu, suara itu bukan suara perempuan tapi... Laki-laki.

Jaejoong menoleh laki-laki yang berdiri di belakangnya. oh god, he's face sooo uke.

"Pasti kami akan mengalami kisah cinta yang dramatis." ujar Uke itu dengan nada mellow. membuat Jaejoong merinding seketika. well, walaupun Jaejoong juga seksualnya menyimpang, tapi ia tidak mau mengakuinya secara terang-terangan.

.

"Baiklah, aku menerima satu telepon sebelum kita kembali berbincang dengan Mr. Sleepless. Kwon Yuri, Myeondong silahkan katakan apa yang ingin anda katakan." Ujar sang penyiar radio.

"Ya, eummm... aku hanya ingin tahu dimana aku bisa menemukan alamat pria itu." Kini terdengar suara wanita lain di radio itu.

"Hey besarkan suara radionya. besarkan!"

Seketika kedai kopi itu pun menjadi ribut karena para wanita meminta pegawai kedai kopi membesarkan volume radio. mereka meminta begitu karena ingin mendengar baik-baik dan mencatat alamat yang sedang disebutkan penyiar radio.

Sedangkan Jaejoong segera membayar pesanannya lalu segera kembali ke mobil tanpa mau mengikuti ulah rempong wanita-wanita dan uke disana.

Setibanya Jaejoong di mobil ia kembali menjalankankan mobilnya sambil meminum kopi hangatnya pelan-pelan.

"Apakah kau pernah berpikir banyak orang diluar sana yang bisa memberikanmu cinta sebesar cinta istrimu, bahkan mungkin lebih besar lagi?." Suara penyiar wanita itu kembali terdengar

"Susah untuk kubayangkan."

"Lalu apa yang akan kau lakukan Yunho-ssi?"

"Aku tidak tahu. aku masih belum bisa membuka hatiku. aku masih sangat mencintai istriku. aku terlalu terpengaruh pada sosoknya yang begitu mengagumkan. Dia bagian terbesar dalam hidupku. dan... aah, ini sulit untuk dijelaskan?"

"kenapa?"

"Karena semua itu lebih dari sekedar sebuah perasaan..."

"..."

"ketika aku bertemu dengannya pertama kali, aku merasa seperti...aah~ akhirnya aku menemukannya. dia lah wanita yang tepat untuk melabuhkan cintaku selamanya. it's almost like..."

"Magic/ magic." Jaejoong kembali mengucapkan kata yang sama dengan laki-laki di radio. ia sadar ia begitu saja mengatakan hal ini, dan ia sadar bahwa ini berarti sesuatu. tapi ia tidak tahu apa itu.

"Well, Terimakasih banyak Yunho-ssi sudah berbagi cerita pada kami. kami berharap semoga kau menemukan kebahagianmu kembali. Dan kumohon jangan ragu untuk menelpon kami kembali lain kali."

klik

Jaejoong langsung mematikan radionya saat didengarnya acara tersebut sudah habis. Jaejoong meremas rambutnya. entah kenapa cerita si sleepless itu sedikit mempengaruhi hatinya. terbesit di hatinya rasa penasaran bagaimana rupa laki-laki itu dan kesedihannya ditinggal mati istri tercintanya. pasti sangat berat untuk namja itu dan anaknya.

.

...

"Jae!" Sambut Siwon di depan pintu apartemen mereka.

Jaejoong langsung menerobos masuk begitu saja tanpa menyambut sapaan Siwon. Jaejoong memasuki kamar mereka lalu mengambil koper cukup besar dan memasukan semua baju miliknya dan barang-barang kecil lainnya yang sekiranya muat di kopernya.

"Jae, ini sudah malam, kau mau kemana?"

"Pergi. sesuai permintaanmu."

"Aku tidak pernah memintamu pergi dari apartemen."

"Baiklah. aku pergi sesuai permintaanku, puas?" Jaejoong menatap datar Siwon lalu kembali berkutat dengan barang-barangnya.

"Aku sudah bilang kau tidak perlu pergi dari sini. biar aku saja yang pergi."

"I'm Sorry Siwon-ssi... seingatku apartemen ini milikmu, lalu kenapa harus kau yang pergi?"

"Tapi aku membeli apartemen ini atas namamu."

"Aku tidak pernah memintanya, kan?"

"Tapi aku sudah memberikannya untukmu."

"Kau sudah memutuskan hubungan kita, dan apa kau pikir aku mau jika harus tinggal di apartemen yang penuh kenangan kita?"

"Kenapa? untuk apa merasa terganggu dengan kenangan-kenangan itu? bukankah kau tidak mencintaiku? lalu kenapa kau harus mempermasalahkan hal itu."

"Kau mengatakan aku tidak mencintaimu melalui sudut pandangmu sendiri, kan? kau tidak pernah tahu bagaimana sudut pandangku. mungkin aku memang tidak pernah bisa mengucapkan kata-kata mesra atau bersikap mesra untukmu setiap hari. tapi bukan berarti aku tidak mencintaimu." kata Jaejoong seraya mengunci kopernya lalu menariknya keluar kamar tanpa peduli dengan Siwon yang terdiam mendengar perkataan Jaejoong. apa dia sudah salah membuat keputusan?

"Jae!" panggil Siwon lagi.

Jaejoong menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Siwon. "Besok aku akan menyuruh orang untuk mengangkut barang-barangku yang tertinggal." Ujar Jaejoong sebelum benar-benar pergi dari apartemen Siwon.

...

...

Pagi yang lebih cerah dari hari sebelumnya, dimana matahari bersinar penuh di langit tanpa terhalang gumpalan awan. walaupun udara dibulan desember sangat dingin, tapi tidak menghalangi orang-orang untuk menjalani aktifitasnya seperti biasa.

begitu juga dengan Yunho yang sudah bangun pagi sekali untuk membuatkan anaknya sarapan dan menyiapkan semua keperluan sekolah Changmin seperti yang dilakukan istrinya dulu. ia memasak nasi omelet untuk Changmin dan kali ini Yunho mencoba untuk tidak menggosongkan masakannya lagi dan membuat sarapan anakanya dengan sebenar-benarnya. Ia pikir perkataan Junsu kemarin ada benarnya juga, ia tidak mau hanya karena dukanya terhadap mendiang istri lantas ia mengabaikan Changmin. ia tahu Changmin lebih terluka telah kehilangan ibu di usia yang masih kecil, tapi Changmin akan lebih terluka lagi jika melihat Yunho terus-terusan terpuruk. maka Yunho ingin belajar untuk menjadi seorang ayah yang lebih baik untuk anak semata wayangnya.

"Appa!" sambut suara parau sang anak yang baru masuk ke dapur. penampilan Changmin yang masih mengenakan piama dan wajah yang berantakan cukup menjelaskan bahwa bocah itu baru saja bangun dari tidurnya.

"Selamat pagi minie. omo kenapa kau belum mandi? ini sudah jam setengah tujuh, kau akan terlambat datang ke sekolah." Buru Yunho saat melihat anaknya yang ternyata belum bersiap-siap.

"Sekolah libur." Jawab Changmin sambil duduk di kursi meja makan.

"Libur?" Yunho mengerutkan keningnya bingung.

"Winter holiday!"

"Appa lupa... hee" Yunho menunjukan cengiran watadosnya kepada Changmin.

Sedangkan Changmin menjedotkan kepalanya dimeja makan. mimpi indahnya terganggu karena suara bising yang dibuat appanya di dapur. Padahal ia sudah berencana akan tidur sampai siang.

Yunho kembali fokus kepada masakannya yang kini sudah matang, menatanya di dua piring lalu menyediakannya di meja makan beserta susu untuk Changmin dan kopi untuknya.

"Appa~"

"Hmm?" kemudian Yunho ikut duduk di kursi meja makan diseberang Changmin.

"Soal semalam..."

"Itu tidak akan terjadi lagi, kan?" Potong Yunho cepat. ia memang tidak mau Changmin lancang menelpon radio dan menceritakan kehidupan pribadi ayahnya untuk kedua kalinya.

"Ne!" Changmin mengangguk pasrah.

ting tong

"Bagus. kalau begitu cepat mandi lalu kita sarapan bersama." Ucap Yunho lalu segera pergi ke pintu depan, membukakan pintu untuk orang yang bertamu kerumahnya sepagi ini.

dua orang wanita berdiri di depan pintu rumahnya. satunya berambut merah dan satunya berambut coklat. masing-masing wanita itu mengenakan coat tebal serta sarung tangan untuk menghalau dingin udara winter.

"Anyoenghaseo."

"Ne anyonghaseo."

"Yunho?!" tebak wanita berambut coklat.

"Ye?" Jawab Yunho sedikit bingung.

wanita berambut merah melihat kedalam rumah dan melihat Changmin disana."Kau pasti Changmin." dibalas Changmin dengan anggukan. awalnya ia akan kembali kelantai atas untuk mandi, tapi saat tamu appanya menyebut namanya ia jadi berhenti dan mendekat ke Yunho. Ia sedikit penasaran saat melihat dua wanita asing itu.

"Perkenalkan, aku Hyorin dan ini Hyuna." Yunho menunduk ringan untuk menyapa begitu juga kedua wanita itu.

"Kami tinggal sekitar 5 rumah dari sini. sebenarnya kami mengadakan pesta nanti malam, jika kau tidak keberatan... eumm... kau bisa datang." ujar wanita berambut merah sambil menyelipkan rambut yang jatuh kewajah ke belakang telinganya.

"O-oh... terima kasih, tapi... Maaf aku sudah memiliki rencana dengan anakku."

"Well, ini telepon rumah kami, jika kau tidak bisa tidur saat malam, kau bisa menelpon kami, Mr. Sleepless." Ujar Yeoja yang bernama hyuna setelah menyerahkan kartu namanya, lalu mengedipkan matanya genit. "Kami juga bisa menjadi babysitter dadakan." Tambah Hyorin tak kalah genitnya lalu memandang Changmin yang berdiri di belakang Yunho.

Yunho mengangguk. Hyuna dan Hyorin melambai padanya lalu segera pergi dari sana.

Yunho segera menutup pintu lalu berbalik menghadap Changmin. "Kau pikir berapa banyak orang yang mendengar cerita kita di radio tadi malam?"

"Mereka menyiarkan acara itu di seluruh Korea selatan." Jawab Changmin polos.

"Mwo?!" Yunho histeris. Changmin mengangguk.

"Mati aku." lirih Yunho saat mendapati hidupnya tak akan nyaman lagi setelah ini.

.

.

End?

or

To Be Continue?


Well, how do you think?

adakah yang terasa familiar dari cerita ini?

apakah pantas untuk dilanjutkan?

Jika chingu memintanya untuk di lanjutkan silahkan review banyak.

kalo gak ada tanggapan, saya gak akan lanjutin ceritanya dan di delete.

so, show me your choice, please~ ^^

salam hangat

selena kim