I have a crush with my ex's boyfriend

Author : Do Sung Gyeol

Main pair : KaiSoo/KaiDO

Rate : M (for all)

Genre : Romance

Warning : I never write straight fic except for a slight, I never write GS, classic story, ini ngebut, OOC, typos(s), bahasa ga disensor, full NC!, blablabla. Bad!Kai, teacher!Kyung Soo.

a/n : please read the warn before you read! BIG WARNING! Saya memutuskan untuk membuat chapter ini sebagai chapter akhir, makanya ceritanya bakal ngebut banget. Gamsahamnida~

The chara belongs to God and this fic belongs to me

.

.

.

.

Kai masih menunjuk pada kakek itu dengan mulut menganga. Matanya bergerak mulai dari bawah hingga akhirnya bertatapan langsung dengan bola mata yang sudah hampir rabun itu. Kai benar-benar tidak mengerti siapa sebenarnya kakek itu. Setahunya, sonsaengnimnya ini tinggal sendirian.

Dan beberapa hari (atau mungkin minggu) sebelumnya saat Kai mengunjungi rumah Kyung Soo untuk meminta maaf pun sama sekali tidak ada suara orang tua. Kecuali...

Kecuali jika kakek ini adalah selingkuhannya?

Kai menggelengkan kepala.

"Ya! Dari tadi kau hanya diam sambil menunjuk kearahku! Sebenarnya siapa kau dan ada keperluan apa?" sentak kakek itu dan membuat Kai kembali ke alamnya.

"Harusnya aku yang bertanya padamu siapa? Kenapa kau ada dirumah ini"

Seketika kakek itu langsung memukul kepala Kai dengan tongkatnya. "Bicaralah dengan sopan pada orang tua!"

"Sshh... appoyo.." desis Kai sambil mengusap puncak kepalanya yang terasa benjol. Kai kembali menatap kakek itu, kali ini dengan tatapan kesal. "Sebenarnya kakek siapa?"

"Tentu saja aku pemilik rumah ini"

"Mwo? Jangan bercanda, ini rumah sonsaengnimku! Kau kakek tua jangan suka- aduh!" Kai kembali mengaduh kesakitan saat pukulan kedua kembali mendarat di kepalanya. Kakek itu pun kemudian melangkah mundur dan membanting pintunya tepat dihadapan Kai.

BLAM

Kai tersentak, dia mencibir kakek itu dan bermaksud pergi. Namun beberapa langkah, Kai ingat kalau ia masih harus mencari tahu dimana keberadaan Kyung Soo sekarang.

Kai pergi menemui kakek itu lagi.

"Josonghamni-"

BYURRR

"Pergi dari sini atau aku teriaki pencuri?" ancam kakek itu.

Kai mengusap wajahnya, "MWOYA- ah.. jebal abeoji, aku kesini mau bertemu dengan seseorang"

"Sudah kubilang disini hanya ada aku yang tinggal"

"Jinjja? Tapi dimana sonsaengnimku yang tinggal disini sebelumnya?"

"Kyung Soo pergi ke kampung halamannya di Goyang, tapi dia menyuruhku untuk tidak mengatakannya pada- ... ups"

Kai menyunggingkan senyumnya, "Kamshamnida abeoji". Kai segera berlari entah kemana.

Sang kakek merutuki kesalahannya tadi. Memang dasarnya sudah tua, terkadang dia lupa mana yang rahasia dan mana yang bukan.

"Lagipula siapa itu Kyung Soo?" ucap kakek itu sejenak, kemudian masuk ke dalam rumahnya.

.

.

.

Tidak ada yang lebih baik selain kampung halaman sendiri. Kyung Soo menghirup udara bersih itu sebanyak-banyaknya. Ia mengangkat tas kerjanya, dengan langkah mantap ia pun pergi dari rumahnya menuju tempat kerjanya yang baru hari itu.

Sebulan berlalu semenjak kejadian Kyung Soo di PHK atas tindakannya yang mencemari nama baik sekolah tempat ia mengajar dulu. Kyung Soo sempat mengalami depresi berat karena tekanan itu. Ia juga tidak bisa melupakan sosok Kai yang membuatnya menjadi uring-uringan.

Tetapi, Kyung Soo bertekad bahwa perjuangannya dalam menjalani hidup tidak akan berhenti sampai disini. Ia harus bisa melupakan masa lalunya dan memulai hidup yang baru.

Pekerjaan bisa dengan mudah ia dapatkan. Hei, Do Kyung Soo itu adalah seorang sonsaengnim dengan gelar yang hebat. Mana mungkin ia tidak akan mendapatkan pekerjaan hanya karena sebuah insiden kecil? Setidaknya itu motivasi Kyung Soo.

Setelah menelusuri beberapa sekolah yang ada di kampung halamannya. Akhirnya, Kyung Soo pun sekarang kembali diangkat sebagai pengajar sekolah menengah. Kyung Soo lega karena ia akhirnya bisa jauh-jauh dari yang namanya masalah. Apalagi orang itu pasti tidak akan menemukannya disini.

Kyung Soo tertawa puas.

"Ah, aku bisa terlambat" gumamnya saat melihat arloji. Kyung Soo segera berlari, ia tidak boleh membuat kacau di hari pertamanya mengajar.

.

Setelah dilakukan penyambutan kecil, Kyung Soo berkenalan dengan seluruh sonsaengnim disana. Ia juga sempat diajak mengelilingi sekolah. Baru kemudian Kyung Soo di persilakan mengajar sesuai dengan kelas yang sudah ditentukan oleh kepala sekolah.

Hari ini ia kedapatan mengajar di kelas F, seharusnya Kyung Soo mengajar kelas B. Tapi karena kebetulan sonsaengnim yang harusnya mengajar kelas F tidak masuk, jadi terpaksa Kyung Soo yang harus menggantikan.

"Rasanya dejavu" gumam Kyung Soo saat berjalan menuju ruang kelas itu.

Saat tiba di kelas, ia sedikit kaget saat tahu kelasnya sekarang merupakan kelas yang paling buruk dari semua kelas. Jelas saja, kelas itu bergelar F. Kyung Soo menghela nafas pasrah melihat murid-murid kelas itu.

Tidak ada seorangpun yang bertampang baik-baik. Semuanya menyimpang dari aturan. Kyung Soo merutuki nasibnya. Mengapa di hari pertama mengajar ia sudah mendapatkan kelas seperti ini? Rasanya Kyung Soo trauma.

Dengan wajah pucat dan dipenuhi aura suram, Kyung Soo memasuki kelas itu.

Dan ketika melihat seorang sonsaengnim masuk, ajaibnya para murid itu segera duduk rapi di bangkunya masing-masing. Berlagak seperti anak tk polos yang siap menerima pelajaran dari sonsaengnimnya. Kyung Soo tertohok, matanya membuat sembari melihat para muridnya.

"A- anyeong hasseo" ucap Kyung Soo yang dibalas oleh para muridnya.

"Sebelumnya perkenalkan, aku sonsaengnim baru di sekolah ini. Namaku Do Kyung Soo, kalian bisa memanggilku Do sonsaengnim. Harusnya aku mengajar dikelas lain, tapi kebetulan hari ini aku menggantikan sonsaengnim kalian yang tidak masuk. Jadi-"

Tok Tok

Kyung Soo dan seluruh murid dikelas itu segera menolehkan kepala mereka saat pintu kelas ada yang mengetuk.

"Ya silakan masuk" ucap Kyung Soo.

"Sonsaengnim? Josonghamnida, aku hanya ingin mengantar seorang murid baru di kelas ini"

"Murid baru?" tanya Kyung Soo. Rupanya selain guru baru ada murid baru juga, pikir Kyung Soo.

Kemudian sonsaengnim itu mempersilakan sang murid baru untuk masuk.

"Kamsahamnida sonsaengnim"

Suara itu, kaki itu, warna kulit itu, perawakan itu, senyuman itu! Kyung Soo membelalakan matanya sangat lebar. Mulutnya menganga melihat siapa yang menjadi murid baru dikelasnya. Para murid perempuan berteriak histeris, saling menggumamkan pendapat mereka.

"Kalau begitu permisi, saya harap kau betah di sekolah ini Kim JongIn" pamit sonsaengnim itu.

"Tentu saja saya akan sangat betah disini sonsaengnim" jawabnya dengan wajah penuh arti.

Kyung Soo gelagapan. Kai, yang rupanya menjadi murid baru dikelasnya itu hanya meliriknya sambil menyunggingkan seringaian.

"A- anak-anak, rupanya selain sonsaengnim kita juga mendapatkan murid baru disekolah ini. Nah murid baru, silahkan memperkenalkan diri" kata Kyung Soo dengan ekspresi yang sangat sulit diartikan.

"Kim JongIn imnida, kalian bisa memanggilku Kai" ucap Kai setelah membungkuk dan memperkenalkan diri.

"Kalau begitu... anda boleh duduk di kursi paling belakang di sebelah sana"

Kai segera menurut setelah Kyung Soo perintahkan untuk mengambil tempat duduk. Yang Kyung Soo lihat sejak tadi, murid barunya itu hanya tersenyum sambil melirikkan mata padanya seperti menantang.

Kyung Soo kesal! Bagaimana Kai bisa berada disini? Oh... kenapa dunia ini begitu sempit hingga ia harus bertemu lagi dengan anak kurang ajar itu? Begitulah apa yang ada di dalam otak Kyung Soo saat ini.

.

.

.

"Sonsaengnim!"

Kyung Soo segera mempercepat langkahnya di lorong sekolah.

"Sonsaengnim!"

Kyung Soo makin mempercepat langkahnya, berusaha menghiraukan panggilan itu.

Tiba-tiba langkahnya terhenti saat orang yang memanggilnya itu berhasil meraih tangannya. Kyung Soo berbalik, menunjukkan wajah masamnya pada orang yang menahannya tadi.

"Hey, kenapa wajahmu seperti itu huh?"

"Sudah seharusnya aku berekspresi seperti ini! Harusnya kau tahu!" bentak Kyung Soo.

"Sonsaengnim, kemana saja kau selama ini? Aku mencarimu"

"Kau tidak berhak untuk tahu, itu bukan urusanmu! Lagipula aku sudah muak melihat wajahmu itu Kai!"

Kai mendengus, ia kemudian membawa Kyung Soo ke sebuah ruangan yang kosong disana.

"Yak! Lepaskan aku! Tinggalkan aku sendiri!" teriak Kyung Soo.

Kai mengunci ruang itu. Lalu ia segera menghadang Kyung Soo kembali di dinding. Kyung Soo masih melotot melihat Kai.

"Belum puaskah kau menghancurkan hidupku?" lirih Kyung Soo, matanya terlihat berkaca-kaca.

"Dengarkan aku sonsaengnim, aku benar-benar minta maaf karena aku ceroboh. Tapi sungguh, aku tidak pernah sekalipun menyebarkan fotomu untuk artikel itu. Miyoon yang melakukannya, dia mengambil handphoneku ketika aku berada di rumahnya dan menyebar fotomu juga berita bodoh itu. Percaya padaku sonsaengnim"

"Oh begitu? Jadi waktu itu kau tidak pulang karena sibuk merencanakan itu semua? Cih, licik sekali kalian!"

Kai menggeram, "Sonsaengnim dengarkan perkataanku baik-baik. Aku pergi kerumahnya bukan untuk merencanakan itu. Saat istirahat waktu itu, aku baru sadar handphoneku tidak ada. Makanya aku pergi kerumahnya untuk mengambil handphoneku kembali. Tapi yang aku lihat dia tidak ada disana" jelas Kai.

"Kau bohong Kai! Kau bohong!" bentak Kyung Soo.

"Aku tidak bohong sonsaengnim, aku bersumpah aku tidak berbohong"

"Pergi dari hadapanku! Aku tidak ingin melihatmu lagi! Aku sudah bersusah payah pergi kemari hanya untuk melupakanmu dan hal itu tapi kau malah muncul lagi dihadapanku! Aku benci padamu Kai!" Kyung Soo meronta minta dilepaskan, namun Kai malah semakin memperkuat genggaman tangannya pada Kyung Soo.

Tenaga Kyung Soo perlahan melemah, namja itu menunduk sambil terisak. Kai hanya menatapnya dengan rasa bersalah.

"Aku... aku benar-benar tidak mengerti, kenapa kau senang sekali membuatku menderita Kai? Aku bahkan tidak mengenalmu sebelumnya tapi kenapa kau melakukan ini?" Kyung Soo menangis.

"Sonsaengnim, aku mencintaimu"

Perkataan itu sukses membuat Kyung Soo terdiam. Apa ia tidak salah dengar? Muridnya itu menyatakan cinta padanya? Kyung Soo tidak mengerti.

"M- mwo?"

"Saranghae sonsaengnim, aku mencintaimu. Aku mencintaimu sejak pertama kali melihatmu di atap waktu itu" Kai melembutkan suaranya. Kyung Soo mendongakkan kepalanya menatap Kai.

"Apa maksudmu Kai?" lirih Kyung Soo.

"Aku terjerat oleh matamu, senyummu, semuanya. Dan entah mengapa aku tidak terima saat tahu kalau ternyata Miyoon mempermainkanmu"

Kyung Soo menyerinyit, Kai menghela nafasnya. Mengapa sulit menjelaskan yang sebenarnya pada sonsaengnimnya ini.

"Sonsaengnim maafkan aku, tapi aku memang sudah merencanakan semuanya dari awal. Aku berencana merusak pernikahanmu dengan Miyoon karena wanita itu hanya mempermainkanmu. Aku tidak terima seseorang yang tulus mencintai pasangannya di khianati seperti itu."

Kai mengusap wajah Kyung Soo lembut, "Kau terlalu baik untuknya, kau terlalu baik untuk dikhianati".

Kyung Soo masih tidak bisa berkata-kata. Pernyataan yang meluncur dari mulut Kai masih mengiang-ngiang di kepalanya. Dan entah mengapa Kyung Soo jadi mendadak lemot.

"Sonsaengnim?" panggil Kai saat melihat Kyung Soo yang tidak bergerak sejak tadi.

"Kai aku tidak mengerti apa yang kau katakan tadi" ucap Kyung Soo dengan polosnya.

Kai mengejek Kyung Soo, "Aigoo sonsaengnim, kau itu guru berprestasi. Mengapa sekarang kau jadi lemot seperti ini?"

"Yak! Berani sekali kau mengejek sonsaengnimu! Sudah kubilang aku benci padamu Kai, pergi dari hadapanku sekarang juga!" bentak Kyung Soo sambil melepaskan tangan Kai yang menggenggamnya sejak tadi.

Tiba-tiba Kai menariknya kembali, menyudutkannya kembali di dinding lalu mencium bibirnya dengan lembut.

Kyung Soo membelalakkan matanya, ia ingin menolak namun tidak bisa. Bibir itu mendarat dan melumatnya dengan lembut. Membuat Kyung Soo terlena dengan setiap gerakannya.

"Saranghae sonsaengnim, maukah kau melupakan kejadian itu dan memaafkanku?"

"Lalu setelah itu kau akan pergi?"

"Kau bercanda?"

"M- mungkin.." Kyung Soo mengalihkan pandangannya. Wajahnya merah padam. Kai terkikik lagi melihat sonsaengnimnya.

"Aku benar-benar mencintaimu" lalu Kai kembali melumat bibir kenyal sang sonsaengnim. Mengulum dan menghisapnya seolah-olah benda itu hanya miliknya seorang.

Dan entah kenapa Kyung Soo menjadi tidak keberatan saat Kai menciumnya seperti itu. Yang ia tahu ia menikmatinya. Tangan Kyung Soo melingkar di leher Kai, menekan tengkuknya agar lebih memperdalam ciumannya.

"Mmm... mmhh... ahmhh..." suara kecipak dari mulut mereka menandakan bahwa mereka benar-benar saling menikmati bibir masing-masing.

Kai membawa Kyung Soo menuju keatas meja, menelentangkan tubuhnya disana. Tak peduli bertumpuk-tumpuk kertas harus berjatuhan akibat Kyung Soo yang berada diatasnya. Kai kembali menciumi wajah Kyung Soo.

Bibir Kai lalu mengarah pada leher dan dadanya. Tangan Kai mengusap-usap sekitar dada Kyung Soo. Terkadang ia meremasnya kuat dan mencubiti sesuatu yang menonjol keras dibalik kemeja yang Kyung Soo kenakan.

"Aahh... Kaihh..."

"Sonsaengnim kau menikmatinya?" ejek Kai. Kyung Soo menutup wajahnya namun Kai segera menarik tangannya kembali dan mencium bibirnya ganas.

Sambil memanjakan sekitar badannya, Kai terus memonopoli bibir Kyung Soo. Giginya menarik-narik bibir bawah Kyung Soo yang tebal. Lalu ia gigit hingga sedikit berdarah. Kyung Soo meringis.

"Sshhh..." Kai segera mengecup bekas gigitannya tadi.

Tangan nakal Kai mulai turun untuk membuka celana Kyung Soo. Ia kemudian mengusap-usap gundukkan kecil yang terdapat disana. Kyung Soo memejamkan matanya sembari menahan desahannya.

"Mmm... nnhhh..."

"Sonsaengnim, jangan tahan desahanmu keluarkan saja" ucap Kai sambil menyentil gundukkan itu berkali-kali.

"Kaihh... jangan menggodaku"

Kai menurunkan celana Kyung Soo hingga sampai mata kakinya, kemudian ia membukakan kaki Kyung Soo lebar-lebar. Kai menggigiti kulit sekitar paha dalam Kyung Soo dengan gemas. Entah yang keberapa kalinya Kyung Soo harus meringis dan mendesah secara bersamaan.

Kyung Soo mengigiti lengannya, tak kuasa menahan desahannya akibat Kai yang terus saja menjilati sekitar pahanya. Matanya terpejam erat sambil menyebut nama Kai walaupun tak jelas.

Kai mengeluarkan milik Kyung Soo dari persembunyiannya. Tangannya meremas-remas lalu mengurut milik Kyung Soo yang mungil.

"Anghh... Ka- Kaihh..."

"Hmm?" Kai mengecupi ujung kejantanan Kyung Soo dan menciumnya. Lidahnya menjilati batang itu dari atas ke bawah. Kai pun tak lupa menghisap dua bola milik Kyung Soo dengan kuat. Membuat Kyung Soo membuka mulutnya lebar-lebar namun ia tak kuasa harus mengeluarkan desahannya karena itu akan sangat keras.

Kai menarik-narik kulit disekitar lubang Kyung Soo. Lidahnya mulai menyeruak membasahi akses masuk untuknya nanti.

Kyung Soo tak henti-hentinya mendesah, meremas apapun yang berada di dekatnya. Tangannya sudah membiru akibat ia gunakan sebagai penahan desahannya.

"K- Kai! Akhh-" pekik Kyung Soo saat Kai mulai memasukkan tiga jarinya sekaligus kedalam lubangnya.

Kai mulai mengocok lubang Kyung Soo dengan jarinya. Sambil merenggangkan jemarinya agar lubang itu mampu melebar.

"Sonsaengnim, bisakah kau membantuku?"

"M- mwohh?"

Kyung Soo membangunkan tubuhnya saat Kai mengeluarkan ketiga jemarinya. Ia lalu melihat Kai membuka resleting celananya dan mengeluarkan kejantanannya yang lebih besar.

Kyung Soo merangkak mendekati benda itu. Ia segera menggenggamnya dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

Dibantu oleh Kai, Kyung Soo menggerakkan kepalanya maju mundur. Kai dibuat keenakan, lidahnya terus menjilati bibirnya sendiri sambil memperhatikan Kyung Soo yang sedang mengocok kejantanannya.

"Aahhh... bagus sonsaengnim... ini sangat enak mhhh..."

Kemudian Kai melepaskan Kyung Soo dari kejantanannya. Kai membaringkan Kyung Soo kembali, bersiap memasukkan miliknya yang sudah tegang ke dalam lubang Kyung Soo.

Tangan Kyung Soo dituntun untuk memeluk leher Kai. Sebelumnya Kai mengusap dulu rambut Kyung Soo dan melepaskan kacamatanya. Kai tersenyum, akhirnya ia bisa melihat lagi manik itu dari dekat.

"Aku akan memasukkannya" ucap Kai sambil mencium kening Kyung Soo. Sementara Kyung Soo memeluk leher Kai erat dan membuka kakinya lebar-lebar.

Kai memasukkannya perlahan, Kyung Soo memekik tapi Kai segera membungkamnya dengan sebuah ciuman. Kai mendorong lagi pinggulnya hingga miliknya sudah tertanam seutuhnya di dalam lubang Kyung Soo.

Butuh waktu beberapa detik bagi Kyung Soo untuk mempersiapkan dirinya. Kai senantiasa menunggu hal itu. Dan tak lama kemudian, Kyung Soo menyuruh Kai untuk bergerak.

Kai menghentak-hentakkan pinggulnya sedangkan Kyung Soo hanya bisa mendesah tak karuan sembari mencakari punggung Kai yang masih berbalut seragam.

"Sonsaengnim, apa kau unghh tidak pernah bermain lagi hingga lubangmu menjadi sempit kembali huh?"

"M- mwoyahh Kai aku tidak pernah mau melakukan hal itu oohh Kaiihh... aahh disana"

Sepertinya Kai berhasil menemukan titik kenikmatan Kyung Soo, ia menyeringai dan segera menekan titik itu dalam-dalam.

Kyung Soo berteriak sambil meremas rambut Kai. Kepalanya mendongak, pandangannya kabur melihat isi ruangan itu.

Sampai akhirnya Kyung Soo sadar kalau mereka tengah berada di klub jurnalistik. Disana juga terdapat cctv yang menyala. Buru-buru Kyung Soo meminta Kai untuk berhenti.

"K- Kai, hentikan ini sekarang juga"

Namun seolah Kai tidak mempedulikan itu, ia terus saja mempercepat gerakannya sambil menciumi Kyung Soo.

"Kai! Ada cctv yang merekam kita Kai! Cepat hentikan! Aku tidak mau kalau harus dipecat untuk yang kedua kalinya!"

"Aahhh sonsaengnim ini benar-benar nikmat unghh... lubangmu benar-benar sempit"

"Apa kau mendengarkan aku Kai?"

Kyung Soo memukul punggung Kai beberapa kali. Ia berusaha mendorong tubuh namja itu dari atasnya.

Merasa risih Kai pun berhenti dengan ekpresi tidak terima.

"Ada cctv yang merekam kita Kai! Aku ingin kita menghentikan ini" ucap Kyung Soo sambil berusaha bangun.

Kai memanyunkan bibirnya, tapi beberapa saat kemudian ia kembali menindih tubuh mungil dibawahnya. Mata Kyung Soo membulat lagi, "KAI!"

"Cctvnya tidak menyala sonsaengnim" kata Kai sambil mejamahi leher Kyung Soo.

"Ngh... Jangan sembarangan Kai! Aku lihat lampunya menyala, cctvnya menyala- aaahh Kai jangan sentuh itu aahh" Kai sepertinya berhasil menyentuh titik kenikmatan Kyung Soo kembali.

"Kai nghh ooh he- hentikan! Aahh disana~" Kyung Soo tidak bisa mengontrol desahannya. Kali ini Kai benar-benar menulikan pendengarannya dan bermain dengan kasar.

Pada akhirnya mereka pun melanjutkan kembali aktivitas mereka tanpa memedulikan cctv itu.

.

.

.

"Sonsaengnim" panggil Kai.

"Sonsaengnim~" Kai menusuk-nusuk pipi Kyung Soo dengan jarinya.

"Ayolah jangan seperti itu, aku yakin cctvnya tidak akan menyala. Lagipula kualitas kamera cctv itu jelek tidak mungkin orang akan tahu kalau itu kita" ucap Kai pada Kyung Soo yang masih saja cemberut gara-gara kejadian tadi di sekolah.

Kyung Soo masih tidak terima, ia takut kalau ia akan dikeluarkan lagi akibat perbuatan konyol Kai. Dan lagi kenapa Kai lagi-lagi harus tinggal dirumahnya? Membuat Kyung Soo semakin kesal saja.

"Ngomong-ngomong sonsaengnim, rumahmu disini lebih besar daripada yang di Seoul. Ranjangnya juga lebih luas, jadi aku bisa tidur denganmu setiap hari" kata Kai sambil merangkul Kyung Soo.

"KIM JONGIN KELUAR DARI RUMAHKU SEKARANG JUGA!" Kyung Soo mengamuk sambil melempari Kai dengan bantal.

"A- ampun sonsaengnim! Jangan seperti itu aku minta maaf! Aaah appo!" Kai mengaduh kesakitan karena Kyung Soo terus memberikannya penyerangan.

"Tidak! Aku tidak akan memaafkanmu sampai kapanpun Kai!"

"Wa- waeyo sonsaengnim? Bukankah kau bilang kau sudah memaafkanku? Bahkan tadi kita melakukan seks- aawww" Kyung Soo memotong perkataan Kai dengan sebuah cubitan keras di tangannya.

Sonsaengnim dengan kacamata tebal itu lagi-lagi memunggungi Kai sambil melipatkan tangannya kesal. Ia kesal karena Kai selalu mengganggunya, ia kesal karena Kai terus mengikutinya, ia kesal karena Kai tinggal bersamanya, ia kesal karena Kai dengan mudahnya menyatakan perasaan padanya, dan ia kesal karena ia juga harus mencintai murid kurang ajar seperti Kai. Pokoknya, Kyung Soo kesal dengan semuanya.

"Chagiya" panggil Kai dengan lembut, ia melingkarkan lengannya di pinggang Kyung Soo.

Kyung Soo menghela nafas, lalu berbalik menghadapnya. "Kau menyatakan cinta padaku, tapi bukankah kau sendiri masih berstatus dengan Miyoon?"

"Hm? Siapa itu Miyoon? Apa aku pernah mengenalnya? Aku tidak pernah berhubungan dengan wanita seperti itu"

"Kai, kau benar-benar murid kurang ajar" ucap Kyung Soo sambil menempelkan bibirnya pada bibir Kai.

Dan satu hal lagi yang membuat Kyung Soo kesal. Ia kesal karena ia mencintai namja yang merupakan bekas dari mantan kekasihnya dulu.

END

Epilogue

"Chanyeol-ah! Ada penyusup yang masuk ke ruangan kita!" teriak Baekhyun, seorang anggota klub jurnalistik yang menjabat sebagai wakil ketua.

"Mwoya? Berantakan sekali, coba cari apakah ada barang yang hilang?" titah Chanyeol sang ketua klub.

Mereka berdua segera menggeledah ruangan itu. Takut jika beberapa barang berharga milik klubnya dicuri. Sekalian membereskan beberapa kertas yang berserakkan dimana-mana.

"Yuck! Apa ini?" tanya Chanyeol saat tangannya menyentuh sesuatu yang lengket di meja itu. Ia kemudian mengendusnya, "Hoek! Rasanya aku mengenal bau ini"

Baekhyun hanya memperhatikan Chanyeol yang masih berkutat dengan jari-jarinya. Kemudian, Baekhyun sadar kalau cctv diruangan itu menyala. Ia pun segera menghampiri Chanyeol.

"Chanyeol-ah, cctvnya menyala, ayo kita lihat siapa yang menyusup ke ruangan kita" kata Baekhyun.

"Ah! Kau benar Baek!"

Mereka berdua pun segera pergi melihat rekaman dari cctv itu. Mereka mencoba meneliti wajah dari sang penyusup.

"Uh... Baek, tidakkah kau berpikir... ini..." Chanyeol menggantung kata-katanya, lebih tepatnya ia tidak bisa mengatakan apapun saat melihat rekaman cctv itu.

Baekhyun pun ikut mematung saat melihat rekaman cctv itu. Bagaimana bisa dua orang namja melakukan seks diruangan mereka, bahkan saat mereka tahu kalau ada cctv menyala disana?

Chanyeol dan Baekhyun sama-sama meneguk saliva, kemudian mereka saling bertatapan.

"Chanyeol-ah, apa barusan kita sudah menonton video porno?"

"Entahlah Baek, tapi sesuatu dibawah sana terasa menegang"

Chanyeol dan Baekhyun sama-sama menoleh pada bagian yang Chanyeol maksud. Sejenak keduanya pun hening.

END

a/n.

Maafkan author karena telah menelantarkan ff ini selama berabad-abad *lebay*

Dan maaf kalau hasilnya kurang memuaskan jangan bunuh author tolong.

Yang penting tetep support EXO

XOXO