Pair : SasuNaru,ItaKyuu, DLL.
Disclaimer : Masashi kishimoto
Rate : T
Gendre: Hurt,Romance,Familly
WARNING!
MENGANDUNG YAOI (BOYSLOVE), ANEH,IDE PASARAN, TYPO, OOC,DLL
.
.
~Akira Naru-desu~
Mengucapkan
"HAPPY READING! GAK SUKA, JANGAN MAKSAIN BACA!"
^^,
.
.
CHAPTER ENDING...
.
.
Pestanya selesai. Waktu menunjukkan lebih dari tengah malam. Seharusnya orang-orang berlomba untuk dapat mengistirahatkan tubuhnya.
Namun tidak bagi Naruto, Kyuubi, Sasuke dan Itachi. Mereka terjebak dalam suasana canggung yang diciptakan oleh kedua kakak beradik keturunan Uzumaki-Namikaze itu. Naruto dan Kyuubi.
Sebenarnya, apa yang sedang mereka lakukan dibalkon kediaman Senju itu?
Awalnya, hanya ada Naruto dan Sasuke saja. Pemuda yang kini baru mengetahui bahwa dirinya adalah cucu konglomerat, cukup membuat Naruto belum terbangun dari keterkejutannya. Karena itu, sebagai 'calon suami' yang baik, maka dengan senang hati Sasuke membawa Naruto ketempat yang tenang dan sepi, sambil curi-curi waktu buat bermesraan. Itulah Sasuke, sekali dayung dua pulau terlampaui. Cerdas dan licik. Namun sialnya, Itachi mengendus keberadaan mereka. Dan dengan lancangnya merusak momen bahagia Sasuke yang sedang berduaan dengan Naruto. Sekarang, inilah yang terjadi.
Canggung dan awkward.
Karena jengah, Sasuke yang tak pernah mengawali pembicaraan kini memulai dengan terpaksa. "Ada apa?" Pertanyaan yang sederhana, namun cukup bagus untuk mencairkan ke-awkward-an itu.
Naruto nampak sekali kekakuannya ketika ia hanya dipandangi sedemikian rupa oleh kakaknya.
"Kyuu.." Itachi menyenggol Kyuubi, karena kekasihnyalah biang situasi canggung ini. "Rileks. Dan lakukanlah dengan baik. Ini kesempatanmu pada Naru-chan," bisiknya ketika Kyuubi hanya diam. Itachi mendesah diam-diam. Bukannya tidak mengerti, ia tahu bahwa kekasihnya yang galak ini sedang dilanda rasa grogi yang luar biasa.
Sasuke memutar matanya oniksnya – malas. "Hn. Kalau tidak ada yang akan kalian perlukan disini, lebih baik kalian pergi saja," tukas Sasuke mengusir. "Mengganggu saja," lanjutnya menyebalkan dengan mengibaskan tangannya – terganggu.
Well..
Kalimat itu cukup membuat Kyuubi emosi. Anak unggas, batinnya memaki. Itachi sendiri mendeathglare Sasuke, yang ditanggapi tak peduli si adik. Adik kurang ajar, memang.
"Tinggalkan aku dan Naruto disini," kata Kyuubi akhirnya. Walaupun dengan nada yang sangat gugup. "Aku ingin berbicara dengan Naruto. Berdua saja," tukasnya ketika melihat roman wajah Sasuke yang hendak protes.
Naruto terlihat bingung, namun ia mengangguk mantap saat melihat pandangan permohonan yang dilayangkan Kyuubi kepadanya. "Teme, tinggalkan kami berdua," ucap Naruto yang mengerti dengan sikap enggan Sasuke.
"Hn." Dengan berat hati, Sasuke meninggalkan Naruto. Diikuti oleh Itachi dibelakangnya. Sebelum lenyap ditelan pintu, Itachi sempat melemparkan senyuman semangat kepada kekasih oranyenya.
Setelah kepergian dua Uchiha, terjadi keheningan diantara kakak beradik yang sudah lama tidak saling tergur sapa ini.
Kyuubi tak pernah merasa segugup ini. Namun ia telah memantapkan hatinya. Karena, sudah tidak ada alasan lagi baginya untuk mengabaikan Naruto. Ia harus meminta maaf kepada adiknya, dan memulai dari awal hubungan persaudaraan mereka yang renggang.
"Naru," panggil Kyuubi memulai.
Naruto tersenyum senang ketika ia pertama kali mendengar Kyuubi memanggilnya dengan nada yang lembut seperti itu. Dan senyuman itu membuat Kyuubi semakin percaya diri untuk hubungan mereka. "Naru, maafkan Kyuu-nii," lirihnya dengan pelan.
Rasanya, Kyuubi ingin menangis ketika mengatakan itu. Apalagi melihat reaksi adiknya yang terperangah sedemikian rupa. "M-maafkan Kyuu-nii, Naru. Maafkan Kyuu-nii.."
Kyuubi terus saja mengulang, sementara Naruto terlihat mematung. Safirnya membola dengan linangan air mata bahagia. "K-kyuu-nii.."
"Maaf kakak telah membencimu, Naru.. Maaf kakak selalu memarahimu, Naru.. Maaf kakak selalu mengabaikanmu, Naru. Maaf kakak selalu bersikap buruk padamu, Naru. Maaf kakak tidak menyayangimu, Naru.. Hiks.. M-maaf kak –"
Bruukk!
Kyuubi tak dapat melanjutkan kalimatnya karena sang adik kini tengah memeluknya dengan erat. Naruto menggeleng dengan terisak. "T-tidak, Kyuu-nii.. Kakak tidak usah mi-minta maaf. Naru sudah memaafkan Kyuu-nii dari dulu. Naru selalu menyayangi kalian. Kyuu-nii, Dei-nii dan Tou-san."
Kyuubi kehilangan kata-kata. Astaga! Kemana mata mereka selama ini? Mereka mengabaikan anak sebaik ini? Kyuubi tak bisa mengontrol air matanya karena rasa bersalah. Ia memeluk erat adiknya. Ia cium beberapa kali kepala Naruto dengan penuh sayang. "Aku juga menyayangimu, Naru."
Naruto tak pernah membayangkan ini akan terjadi kepadanya. Kyuubi, kakaknya yang paling tua memeluknya dan menciumnya penuh sayang. "Kyuu-nii, Naru tidak bermimpikan?" tanyanya ketika ia masih belum percaya bahwa mimpinya kini menjadi kenyataan.
Kyuubi menggeleng seraya mencium kening Naruto dengan lembut. "Tidak, Naru. Maukah Naru memaafkan Kyuu-nii? Kita mulai semuanya dari awal, ne? Kyuu-nii janji, akan selalu menyayangimu dan melindungimu."
Naruto tertawa renyah mendengarnya. "Kyuu-nii, biacara apa?" tanyanya geli, "Memangnya Naru selama ini tidak tahu, kalau Kyuu-nii selalu melindungi, Naru?"
"Hmm?" Kyuubi tak mengerti dengan perkataan adiknya.
Safir bundar itu memandang Kyuubi dengan penuh sayang. "Naru tahu kalau Kyuu-nii selama ini menolong Naru. Saat Naru hampir diculik, saat Naru hampir dibully dijalan, saat Naru hampir dicopet, dan semuanya yang telah Kyuu-nii lakukan diam-diam, Naru tahu," ucap Naruto membuat Kyuubi melongo karena aksi heroik diam-diamnya ternyata ketahuan. "Dan Naru juga tahu, Kyuu-niilah yang merekomendasikan beasiswa sekolah, Naru. Hingga, Naru bisa ikut aksel. Kyuu-nii juga yang menyuruh Shukaku-san untuk merekrut Naru di kafenya," sambungnya lagi membuka rahasia Kyuubi.
Kyuubi semakin melongo. "Kau tahu?" tanyanya horor.
Naruto terkikik. Ia menyentuh hidungnya dengan jempol, kemudian berseru dengan percaya diri. "Naru, kan tidak bodoh, ttebayo! Naru itu jenius!"
Sang kakak sweatdrop. "Astaga!" Desah Kyuubi tak percaya. "Jadi, kau –"
"Hihihii.. Naru tahu kok, alasan kenapa Kyuu-nii melakukan itu semua," potong Naruto geli. "Kyuu-niilah yang membuat Naru terus bertahan," katanya lagi.
Kyuubi kembali memeluk adiknya dengan gemas. "Kau ini.."
"Heheh~, arigato Kyuu-nii~"
Lalu, kedua kakak beradik itu terlarut dengan tawa bahagia. Kyuubi tak pernah memprediksikan hal ini. Mungkin, Naruto memang tidak sepolos yang ia pikirkan. Cukup berbahaya juga. Padahal semua orang dapat ia kelabui, nyatanya Naruto mengetahuinya.
Jadi, selama ini ia berakting jadi kakak yang jahat itu percuma?
Hah.. Namun, apapun yang terjadi, Kyuubi sudah tak peduli. Terpenting, ia sudah merasa sangat lega dan bahagia.
Sementara itu dibalik pintu. Sasuke dan Itachi sedang mengintip.
"Kau menangis?" tanya Sasuke dengan raut wajah jijik kepada kakaknya.
Itachi mengambil sapu tangan dan melap air matanya yang tak sengaja ia teteskan. "Aniki terharu," katanya dengan nada yang membuat Sasuke merinding, karena nada lebay itu keluar dari mulut kakaknya yang kalem dan penuh karisma.
Sasuke mengernyit dan mengambil langkah untuk menjaga jarak dari kakaknya. Takut ketularan. Keluar dari jalur Uchiha memang terlihat menjijikan, pikir Sasuke kejam menilai kakaknya.
Sasuke tak ambil pusing, lalu ia bergegas untuk membuka pintu. "Mau kemana, Sas?" tanya Itachi setelah kembali dari kenistaannya.
"Kau kira aku akan diam saja melihat adegan incest itu, Hah?"
Itachi melongo. "Kau berlebihan, Outoto."
Sasuke tak peduli. Ia segera membuka pintu dan menghentikan adegan peluk-pelukan dan cium-ciuman KyuuNaru dengan tidak berperikeadik-kakak-an.
"Dasar posesif," komentar Itachi.
.
.
AAAAA
.
.
Iruka tak pernah tersenyum senyaman malam ini. Betapa leganya ia saat melihat bagaimana raut bahagia Naruto malam ini. Pelukan Hashirama pada tubuh kecil anaknya, membuat Iruka yakin bahwa disanalah akhir dari kisah menyedihkan kehidupan sang Uzumaki. Lengan kokoh Hashirama, akan sama kokohnya dengan kuasanya didunia. Dibawah lindungan tangan kokoh itu, Iruka percaya, setelah hari esok Naruto akan selalu baik-baik saja.
Ia tak perlu khawatir lagi Naruto akan disakiti.
Ia tak perlu lagi menunggu dengan cemas kepulangan Naruto saat sekolah.
Ia tak perlu takut lagi Naruto pulang dalam keadaan menyedihkan dan babak belur.
Karena..
Nama Senju dibelakang nama Naruto cukup membuat orang berpikir ribuan kali, walaupun hanya sekedar untuk menyindir ataupun menghina.
Siapa yang berani?
Astaga! Penantiannya selama belasan tahun terbayar sudah.
Malam ini, ia akan merayakannya dengan Kakashi. Setelah mengantarkan Minato, Iruka bergegas keluar dan menemui kekasihnya yang telah siap berdiri didepan gerbang.
"Sudah siap berpesta, Koi?" goda Kakashi dengan kerlingan genit pada Iruka yang mendadak bulshing.
.
.
Malam ini Minato tak bisa tidur. Dipikirannya terus berputar bagaimana ia menghabiskan uangnya.
"Aku akan menjadi orang terkaya di Negri ini, dan mungkin dengan Senju, aku akan menjadi salah satu orang terkaya di Dunia," bisiknya berdialog sendiri.
Diotaknya terus menerus Minato membayangkan dirinya menjadi konglomerat. Dan rencana bagaimana ia mengalihkan harta Senju menjadi miliknya.
Sementara itu, di kediaman Senju, Hashirama tengah tertidur dengan lelapnya. Untuk pertama kalinya ia bisa tertidur dengan sangat lelap.
Karena..
Cucu-cucunya, Naruto dan Kyuubi, kini tengah bermalam di Mansionnya. Dan untuk Naruto, cucunya itu akan menjadi penghuni tetap mansion besarnya. Setelah kepastian esok.
Betapa Hashirama sangat bahagia.
Kebahagiaannya bertambah ketika ia mengetahui cucunya yang ia anggap 'nakal', ternyata sangat menyayangi Naruto. Kyuubi dengan jelas memperlihatkan kebajikannya didepan Hashirama dengan membela Naruto, walaupun Kyuubi haruslah mengorbankan Minato dan Deidara. Hashirama kini tahu semuanya dari Itachi. Dengan banyak bukti yang diberikan sulung Uchiha itu kepadanya, membuat Hashirama berbangga hati memanggil Kyuubi keatas podium, bersamanya dan Naruto.
Waktu itu, Kyuubi bahkan nyaris pingsan karena kesenangan.
.
.
AAAAA
.
.
Pagi hari menyambut dunia. Pemuda dengan surai blonde panjangnya tengah terbaring di sofa, pada ruang perawatan Sasori. Dia, Deidara Namikaze. Anak kedua dari Minato itu nyatanya tidak pulang ke mansion, ia berjanji kepada Gaara untuk menjaga Sasori sampai Gaara pulang.
Tapi..
Setelah Gaara pulangpun, Deidara enggan untuk meninggalkan ruangan dimana Sasori berbaring. Kemarin sore, Sasori untuk pertama kalinya membuka mata. Dokter menyatakan bahwa Sasori telah sadar dan keluar dari fase komanya. Akan tetapi, Sasori tak lama membuka matanya. Karena, setengah jam kemudian Sasori kembali pingsan. Menurut data pemeriksaan dokter, itu adalah hal yang wajar. Si pasien masih belum kuat. Berita baiknya, Sasori akan segera sadar – cepat atau lambat. Maka, kemarin malam ia dipindahkan dari ICU ke ruang perawatan.
Betapa Deidara bahagia.
Semangat hidupnya teramunisi kembali. Harapan itu masih ada. Tuhan masih berbaik hati padanya. Masih mau mendengar doanya.
Walaupun, pada kenyataannya, Deidara kini menyadari betapa buruk dirinya.
Pukul tujuh pas, suara alarm Deidara berbunyi. Tak membutuhkan waktu yang lama, bagi pemuda itu untuk bangun dari tidurnya. Lalu, Deidara mencuci muka kekamar mandi. Setelahnya, ia duduk disamping Sasori. Ada perubahan diwajahnya yang semula mendung. Kini, Deidara terlihat lebih segar.
"Ohayo, Danna.."
Hanya keheningan yang menjawab. Tapi, Deidara tetap tersenyum. "Aku yakin, hari ini Danna akan siuman, un."
Kembali, Deidara memandang Sasori dengan lembut. Menunggu selama lima belas menit terdiam, akhirnya Deidara merasa sedikit bosan. Ia menatap sekeliling dan menemukan dua roti cokelat dan susu kotak. Si Namikaze kedua itu tersenyum lagi.
Pasti Gaara, pikirnya senang ketika ia menyadari ada makanan itu dimeja. Karena lapar, akhirnya ia memutuskan untuk sarapan. Tak sengaja, matanya melihat sebuah remot televisi. Ia berinisiatif untuk menghibur dirinya dengan menonton televisi.
Dan?
Klik..
Televisi pun menyala. Hal pertama yang Deidara lihat adalah hot news. Ia cukup terkejut ketika mendengar judul topik terhangat itu.
PESTA BESAR SENJU UNTUK MENYAMBUT CUCUNYA.
Dengan gambar Naruto dan Hashirama yang berada dipodium. Adegan itu berulang-ulang. Sehingga, Deidara yang awalnya mengira salah melihat, menjadi yakin bahwa yang berada ditelevisi itu adalah Naruto. Adiknya.
Astaga!
Disana juga ada Kyuubi. Dan Hashirama dengan jelas mengucapkan bahwa dia mempunyai dua cucu kebanggaannya. Hanya dua. Naruto Uzumaki dan Kyuubi Namikaze.
Deidara tidak termasuk. Apa artinya ini?
Mata hijau kebiruannya menatap kosong pada layar televisi. Ada rasa perih, karena lagi-lagi Deidara merasa dirinya selalu tidak berguna.
Namun..
"Mungkin inilah hukumanku," katanya berbisik pedih, "aku yakin kakek tahu bagaimana kami memperlakukan Naruto selama ini," lanjutnya mengingat siapa Hashirama Senju.
"Tidak berguna," lirihnya pada diri sendiri ketika tiba-tiba pikirannya mengingat apa yang telah ia lakukan selama ini. "Betapa egoisnya aku..," katanya lagi dengan pahit.
"Apa yang sudah aku lakukan selama ini?"
Lalu, Deidara menatap Sasori. Ia mematikan televisi. Dan ia menangis sendirian. Menyembunyikan wajahnya dibalik telungkup tangannya yang menyangga pada ranjang.
Yang tak disadari Deidara adalah mata hazel pemuda berambut merah itu kini sedang menatapnya bingung.
.
.
AAAAA
.
.
"Makanlah yang banyak, Nak," perintah Hashirama ketika melihat Naruto yang hanya memandangi seluruh makanan mewah yang tersaji di meja makan bak istana kerajaan itu.
Naruto menelan ludahnya. Lalu, menatap Kyuubi dan kakeknya secara bergiliran. "Ha?"
Kyuubi terkekeh. "Naru, ini bukan dirumah, disini kau bebas mau makan apapun," katanya menyembunyikan nada pahitnya.
"Jadi, cucuku setiap hari selalu memakan makanan yang tak layak?" Hashirama mendelik galak kearah Kyuubi.
Si sulung Namikaze nampak salah tingkah. "Ha – ugh."
"Tidak, Kek. Naru selalu makan enak dan layak, kok!" seru Naruto membela Kyuubi yang terpojok dengan tatapan mengerikan Senju. "Hanya saja, Naru sangat kaget melihat makanan sebanyak ini untuk sarapan, ttebayo!"
Naruto nyengir kearah kakeknya lalu berkata kembali seraya menggaruk kepala pirangnya yang tak gatal. "Naru, jadi bingung bagaimana cara menghabiskannya, hehehe~"
Hashirama tertawa keras mendengar perkataan cucunya yang lucu. "Kau tak perlu menghabiskannya, Nak. Kau cukup makan seperlunya sampai kau kenyang."
Naruto mengernyit tak suka mendengar perkataan kakeknya. "Tapi, sayang makanan sebanyak ini harus dibuang," katanya dengan sedih.
"Hahaha!" Hashirama kembali tergelak. "Tidak usah khawatir. Disini masih banyak orang yang mau menghabiskannya," ucapnya seraya mengerling kearah para pelayannya.
Naruto mangangguk mengerti, lalu tersenyum lebar. "Oh.. Kalau begitu, selamat makan!"
"Selamat makan!" Koor mereka menyahut Naruto.
Naruto mengambil pancake dengan madu dan sirup stroberi sebagai toping. Jus apel sebagai minumannya. Lalu, merekapun memakan sarapan paginya dengan hikmat.
Ini adalah kali pertama para pelayan melihat tuannya, Hashirama, sarapan pagi dengan suasana yang begitu hangat. Kehadiran Naruto ternyata berkontribusi banyak bagi kediaman yang selalu sepi ini.
Setelah mereka menghabiskan beberapa makanan. Hashirama membuka percakapan kembali. "Sepulang kalian sekolah, nanti sore kakek tunggu disini."
Naruto dan Kyuubi mengangguk.
"Ada hal yang harus diselesaikan," katanya lagi misterius.
Naruto hendak bertanya penasaran, namun kerlingan mata kakeknya yang menatapnya dengan pandangan 'jangan – tanya – apapun,' membuatnya mempoutkan bibirnya sedikit kesal.
"Jiiji gak seru," komentarnya menuai gelakan kakeknya. Kyuubi geleng-geleng dan tersenyum ketika melihat bagaimana ia melihat adiknya merajuk.
Hal yang tak pernah Naruto lakukan dirumahnya. Kyuubi sangat menikmati momen ini. Naruto yang manja adalah keinginan Kyuubi yang selama ini ia idamkan. Karena gemas, Kyuubi mengacak rambut Naruto.
"Dasar. Ayo aku antarkan kesekolah," ajak Kyuubi kepada adiknya. Naruto dan Kyuubi hendak berpamitan kepada kakeknya untuk pergi kesekolah dan kuliah bersama.
"Kalian berdua yakin akan pergi berdua saja?"
Naruto dan Kyuubi saling berpandangan, bingung. "Ya," jawabnya dengan kompak.
Hasirama melihat kearah belakang kedua cucunya. Mereka mengikuti pandangan Hashirama.
Dan?
"Sepertinya tidak," ujar Hashirama dengan nada geli.
Kyuubi mendengus. Naruto melongo. "Keriput/ Teme?"
Disana, dibelakang meja makan berdiri Sasuke dan Itachi dengan pakaian rapi. Kedua pangeran dingin itu tersenyum kearah mereka. "Selamat pagi!" sapanya ramah layaknya seorang host club. Naruto dan Kyuubi sampai mengernyit aneh ketika melihat bagaimana kekasihnya bersikap tidak biasa.
Apa-apaan mereka itu?
"Selamat pagi, Itachi-kun, Sasuke-kun," jawab Hashirama.
Itachi mengangguk penuh hormat kepada Hashirama , lalu berkata penuh percaya diri. "Izinkan kami untuk menjemput permaisuri kami, Hashirama-jiisan."
"Hn." Sasuke bergumam dan mengangguk mantap, tanda setuju.
Tampaknya kedua Uchiha ini memang sangat percaya diri, sehingga memanggil Hashiramapun layaknya memanggil kakeknya sendiri. Jiwa 'kepemilikannya' memang tinggi.
Sementara itu, Kyuubi dan Naruto wajahnya sudah memerah karena malu sekaligus kesal pada kekasihnya, karena dengan entengnya menyebut mereka 'permaisuri'.
Biarpun Uke, mereka tetap pria sejati, ttebayo!
"Hahahah – Dasar anak muda," ujar sang kakek merasa terhibur dengan kelakuan anak muda itu.
Lalu?
Merekapun berangkat bersama menuju sekolah dan kampus masing-masing.
.
.
Sesampainya di sekolah, Naruto mendapatkan suasana yang berbeda dari biasannya. Pandangan yang biasa memandang rendah dirinya, ataupun kadang yang tak peduli terhadapnya, kini mata-mata itu tertuju kepada Naruto dengan pandangan takut-takut dan kagum.
Rasanya aneh sekali. Apalagi saat ia berjalan, ia akan mendapatkan satu sapaan – hanya sekedar untuk ucapan selamat pagi dan memberinya senyuman. Naruto menjadi pusat perhatian.
Rupanya, kerja para media memang sangat cepat dan canggih. Hanya dalam beberapa jam saja, membuat pandangan dunia berubah menjadi jungkir balik. Naruto yang awalnya selalu merasa menjadi orang yang bukan siapa-siapa, dan menjadi bahan bulan-bulanan orang-orang, kini serasa menjadi seorang artis.
Perubahan yang menyenangkan, namun cukup merepotkan.
Oya, sejauh Naruto berjalan, matanya tidak melihat orang-orang yang selalu setia membully-nya.
Naruto tak tahu, bahwa mereka sedang ketar ketir memikirkan nasibnya yang telah membully cucu dari seorang Senju. Ketakutan, sehingga tak berani walau hanya untuk melihat Naruto.
Lain Naruto, lain juga Sasuke. Tampaknya Sasuke kurang suka dengan perubahan ini. Karena para Uchiha dikutuk dengan rasa kepemilikan yang tinggi, maka melihat kekasihnya mendadak menjadi sorotan publik, membuatnya tak nyaman dan sangat cemburu.
Maka, tidak heran sepanjang ia berjalan, sepanjang itupula Sasuke melemparkan deathglare. Tak ketinggalan tangannya yang semakin merangkul Naruto dengan sikap posesifnya.
Bukan apa-apa. Tapi, menyaksikan bagaimana kekasihnya mendapatkan berbagai pandangan kagum, senyuman ramah – yang dibalas tak kalah ramah dari Dobe-channya, itu bukan merupakan pemandangan yang asik. Tapi, sangat membuatnya kesal. Hingga, pikirannya sampai pada imajinasi dimana ia mengamankan Naruto dikamarnya saja, dan tak mengizinkan Naruto bertemu siapapun.
Karena,
Naruto Uchiha itu hanya miliknya. Tidak untuk dibagi-bagi. Bahkan hanya sekedar senyuman saja, semuanya miliknya.
Sepertinya, Sasuke mulai gila. Bahkan ia dengan seenak udelnya, mengganti marga kekasihnya.
"Haah... Pagi yang indah," desah Naruto mendudukkan dirinya diatas bangku.
Sasuke tak menggubris. Ia duduk disamping Naruto, dan diam.
Naruto menyeringai. "Sekarang aku tahu rasanya jadi kau, Teme!"
"Hn?"
Si pirang terkekeh. "Menjadi orang terkenal itu merepotkan dan cukup lelah. Yaa.. Tapi, rasanya menyenangkan juga."
Sasuke menaikan sebelah alisnya dengan elegan, "Baru satu hari saja kau sudah sombong, Dobe."
Lidah Sasuke memang tajam dan pandai memancing siapapun emosi.
"Siapa yang sombong! Kau menyebalkan, brengsek!"
Tak heran, Naruto langsung marah. Tapi, namanya juga Uchiha. Ia tak peduli. Alih-alih merasa tidak enak karena membuat sang kekasih marah, dia malah menikmati ekspresinya.
"Ohayo."
Sapaan itu datang dari Gaara. Naruto langsung melupakan kekesalannya kepada Sasuke dan beralih kepada Gaara dengan cengiran lima jarinya yang khas. "Ohayo, Gaara!"
Gaara tersenyum kecil pada sahabatnya. Ia menyimpan tas dan segera duduk didepan Naruto. Wajahnya lebih terlihat segar, Naruto menyadarinya. Biasanya, Gaara yang seperti ini membawa berita yang baik. Mungkin saja itu datang dari kabar Sasori. Jadi, Naruto bertanya, "Bagaimana keadaan Sasori-senpai, Gaara?"
Gaara tersenyum, namun Sasuke mendelik tak suka.
"Aniki..."
.
.
AAAAA
.
.
"Bagus. Keadaannya stabil. Ini kejadian yang sangat langka dan luar biasa. Dengan kondisi separah ini, Sabaku-san dapat bertahan. Luka-lukanya mengering dengan cepat, namun masih ada operasi yang harus dijalani, untuk tulang-tulang yang patah," jelas sang dokter. Pria paruh baya itu kembali membaca catatannya. Ia adalah dokter yang menggantikan Yugao Uzuki, karena Sasori telah dipindah rawatkan.
"Lalu, kenapa Sasori-Danna tidak bisa bergerak dan berbicara, dok?"
"Itu karena efek koma dan tulang yang patah, sehingga gerakkannya sangat terbatas. Karena,rata-rata tulang penggeraklah yang patah. Sabaku-san, masih belum tersadar sepenuhnya karena trauma, sehingga mengakibatkan kekakuan pada lidahnya."
Deidara mendengarkan dengan seksama dan hati yang cemas. "Apakah ada kemungkinan lumpuh?" tanya Deidara dengan getir dan takut.
Sang dokter menggeleng seraya tersenyum, membuat Deidara lega. "Tidak. Karena sejauh pemeriksaan kami, luka fatal yang diderita Sabaku-san hanya dikepala saja," jelasnya.
Namikaze kedua itu terlihat terpukul. "Jadi, kemungkinan yang terjadi adalah amnesia permanen?"
"Ya. Untuk hal itu kami meminta maaf, karena satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Sabaku-san adalah operasi pada tengoraknya. Namun, karena mengalami geger otak maka saraf memorynya terganggu."
Tersenyum sedih, Deidara menggeleng. "Tidak, dok. Kami sangat berterima kasih atas pertolongannya. Bisa sembuhpun, kami sangat bersyukur."
Kali ini sang dokter mengangguk setuju. "Ya. Sejujurnya, kami tidaklah optimis Sabaku-san akan dengan cepat mengalami perkembangan ini. Biasanya, butuh bertahun-tahun untuk kembali siuman."
Deidara terenyak. Bertahun-tahun? Seminggupun ia menunggu Sasori membuka mata, ia hampir putus asa. Rasanya, lebih baik ia mati ketimbang menunggu dalam ketakutan dan keputusasaan.
.
.
Sasori sedang tertidur. Ini menunjukan pukul dua belas siang. Hari ini Deidara memang bolos sekolah. Terhitung, ia sudah dua hari membolos. Tak masalah. Ia adalah siswa yang terbilang berprestasi, jangankan dua hari, dua minggupun tak masalah bagi Deidara. Karena dari kemarin ia belum mengganti baju, maka ia putuskan untuk pulang kerumahnya saja.
Sesampainya dirumah Deidara melihat mobil Itachi terparkir dihalaman rumahnya. Artinya, Kyuubi ada disana.
Bukankah Kyuu-nii harusnya ada kuliah? Batin Deidara bertanya.
Namun, ketika ia masuk kemansion megah Namikaze itu, terlihat Kyuubi sedang menuruni tangga menuju dapur. Ia menaikkan sebelah alisnya ketika melihat cara jalan Kyuubi yang aneh dan pincang. Samar-samar ia dapat mendengar kelutusan dan sumpah serapah Kyuubi terhadap kekasihnya , Itachi. Seperti, 'Sialan si keriput itu!' atau 'Si brengsek menipuku! Dia menjebakku dengan obat perangsang! Mati saja!'
Pertanyaan Deidara seperti langsung terjawab.
Rupanya, kejahilan calon kakak iparnya sedang kumat. Tidaklah aneh, jika Itachi membuat Kyuubi membolos kuliah karena alasan libidonya.
"Kyuu-nii, kenapa?"Seperti biasanya Deidara selalu ingin menggoda.
Dengan matanya yang mengerling jahil kepada kakaknya, Deidara kembali berkata, "Kenapa jalan Kyuu-nii pincang seperti itu?"
Pada pijakan tiga terakhir tangga, Kyuubi berhenti. Tak seperti biasanya Kyuubi terdiam. Kemudian hanya menatap Deidara dengan tatapan datar dan dingin.
Hening.
Deidara menatap kakaknya dengan bingung. Ucapannya tak tersampaikan ketika Kyuubi hanya melewatinya begitu saja tanpa berkata apapun saat ia hendak memanggil kakaknya kembali.
Deg..
Hati Deidara mencelos.
Ini adalah kali pertama Kyuubi bersikap dingin dan tak peduli kepadanya. Merasa ada yang salah, Deidara mengikuti Kyuubi dibelakang dan memanggilnya. Namun, seperti tak mendengar apapun, Kyuubi sama sekali tidak menghiraukannya.
Ada apa dengan Kyuubi? Kenapa Kyuubi bersikap seperti kepada Naruto? Deidara tidak suka diacuhkan. Rasanya sangat sesak dan sakit.
"KYUU-NII!"
Akhirnya Kyuubi menoleh karena teriakan adiknya yang tak pelan. Dilihatnya wajah sang adik yang hendak menangis. Memandangnya tak mengerti. "Kenapa Kyuu-nii mengacuhkanku?" tanyanya seraya memegang dadanya erat – seperti sedang kesakitan.
Kyuubi menatap tangan itu dengan tatapan malas. Deidara masih berakting, pikirnya tak suka. Jujur saja, Kyuubi sangat kecewa kepada Deidara. Sikapnya kepada Naruto masih ia tolerir, karena kebencian Deidara kepada Naruto adalah karena pengaruhnya juga. Banyak alasan untuk Deidara membenci Naruto.
Tapi, adakah alasan yang pantas untuk Deidara membohonginya? Sejauh yang Kyuubi ingat, ia tak pernah sekalipun menelantarkan Deidara dengan kasih sayangnya yang melimpah.
Aquamanire dan rubi saling menatap.
Hati Deidara begitu linu saat mendapati mata kakaknya yang menatapnya penuh kekecewaan dan amarah.
"Berhentilah, Dei.."
Deidara tak mengerti.
"Berhentilah berbohong untuk mendapatkan simpati orang lain. Kau menyedihkan adikku," ucap Kyuubi kecewa menohok hati Deidara secara telak.
"A-Apa maksud K-kyuu-nii?"
"Aku tidak tahu apa alasanmu membohongiku dan semua orang. Tapi, aku tanya satu hal," ucapnya berhenti sebentar hanya untuk memastikan ekspresi adiknya yang kalut, "untuk apa kau menyembunyikan operasi jantungmu? Terlebih padaku?"
Disanalah Deidara tahu kesalahannya sehingga membuat kakaknya teramat kecewa kepadanya. Ia kehilangan kata-kata untuk menjawab.
Setelah melihat Deidara yang shock. Kyuubi meninggalkan adiknya tanpa menunggu jawaban sang adik.
Biarlah.. Biar Deidara dapat merenungi kesalahannya. Itulah yang Kyuubi pikirkan.
Ia amat menyayangi Deidara. Namun, sikap adiknya sungguh sudah keterlaluan.
.
.
AAAAA
.
.
Meja nomor tiga di kantis KHS menjadi pusat perhatian seluruh siswa. Enam siswa tampan duduk mengelilingi meja makan dengan menu makan siang masing- masing. Shikamaru, Neji, Sasuke, Naruto, Kiba dan Gaara. Seperti biasanya mereka akan kekantin bersamaan. Tiga pasang sejoli yang selalu sukses membuat orang-orang gigit jari. Karena, enam pangeran sekolah itu sudah mempunyai pasangan masing-masing.
Naruto menyeruput kuah terakhir tomyam Ramennya. Terdengar sangat lezat. "Yummy~.. Oh.. Bagaimana rencana liburan yang kau usulkan itu, Kib?" Tadi, sebelum makan siang mereka sedang membahas liburan musim panas dan katanya Kiba mempunyai rencana yang seru. Naruto antusias.
Sebelum menjawab, Kiba meminum milkshake cokelatnya. Glup. "Uhm.. Neji bilang, dia mempunyai resort di Shibuya. Disana juga ada pantainya. Begitukan, Neji?" Kiba melirik kearah kekasih Gaara itu.
Neji mengangguk, sebelum ia membersihkan krim yang terdapat disisian bibir Gaara.
Kiba dan Naruto menyeringai ketika melihat wajah sahabat berambut merahnya merona.
"Neji," geram Gaara atas sikap Neji yang kelewat romantis. Ini bukan lagi berdua, batin Gaara kesal.
"Nah.. Kalau begitu. Bagaimana kalau kita semua liburan bersama kesana?" tanya Kiba seraya menatap antusias semua orang.
Gaara dan Neji mengangguk setuju.
"Shika?" panggil Kiba meminta pendapat kekasihnya.
Seperti biasa Shikamaru akan berekspresi malas. Namun, ketika melihat pandangan berharap dari Kiba, mau tak mau ia tersenyum juga. "Akan merepotkan. Tapi, kalau kau mau, baiklah," jawabnya, kemudian mengelus surai cokelat Kiba. Si majikan Akamarupun bersorak senang.
Sekarang, tinggal Naruto dan Sasuke.
"Teme ayo ki –"
"Tidak, Dobe." Sasuke memotong sebelum Naruto mengakhiri kalimatnya
Eh?
Naruto melotot protes kepada Sasuke. Sementara yang lain, terlihat sedang menatap bingung kepada Sasuke yang kini masih setia dengan wajah flat tidak pedulinya.
"Teme~, kenapa tidak ikut?"
"Aku bilang tidak, ya tidak," sahut Sasuke masih dengan wajah datar tanpa melirik sedikitpun kearah si pirang yang kini sedang kesal. Malah sibuk dengan gamenya.
Si Pirang tak habis pikir. Ia menggoncangkan tubuh kekasihnya. "Tapi, aku mau ikut, Teme!"
Sasuke menatap Naruto dengan tatapan tajamnya. Namun, hal itu cukup dimerengerti bahwa keputusan Sasuke tidaklah akan berubah.
"Ya sudah, kau tidak usah ikut. Aku saja yang ikut," putus Naruto. Yang lainnya masih asik melihat interaksi pirang- raven ini.
Kini giliran Sasuke yang melotot kearah Naruto. "Tidak bisa," sanggah Sasuke dengan nada tegas. "Jika aku tidak ikut, kau pun tidak, usuratonkachi. Dengar, tidak ada penolakan. Kita akan berlibur sendiri. Berdua saja." Sasuke berkata dengan nada mutlak dan tatapan yang telak.
"Brengsek."
Terjadi keheningan untuk beberapa saat karena ketegangan yang diciptakan sepasang kekasih itu.
Lalu?
"Maaf, teman-teman," ucap Naruto memandang sahabat-sahabatnya dengan pandangan tak enak. "Si Teme memang seenaknya sendiri," sambungnya dengan wajah cemberut.
Sasuke memutar matanya.
"Aku ingin sekali ikut bersama kalian. Tapi, entah sejak kapan dia merenanakan liburannya sendiri," tukas Naruto lagi seraya melirik sinis kepada Sasuke.
Gaara tersenyum. "Tidak apa-apa, Naru."
Kiba mengangguk seraya tersenyum lebar penuh maklum. "Betul. Mungkin memang Sasuke sudah merencanakan liburan kalian sebelumnya."
"Kita bisa liburan bersama, lain kali," sambung Gaara ketika melihat Naruto semakin tak enak.
"Hn," gumaman puas dari Sasuke membuat Naruto mendecih.
Sial! Uchiha memang menyebalkan. "Dasar bossy."
.
.
AAAAA
.
.
"Bagaimana, Kakashi?"
"Minato-san sedang dalam perjalanan kemari, Tuan."
Hashirama mengangguk. "Siapkan jamuan untuknya. Kita butuh satu jam untuk mengunggu cucu-cucuku datang," perintahnya yang langsung dilaksanakan Kakashi.
Lalu, Hashirama menuju keruang tamu. Disana sedang duduk, pengacara Aburame dan pengacara Yamanaka. Pria penuh karisma ini mengangguk sebagai ucapan selamat datang.
"Selamat sore, Senju-sama."
"Hmm."
Hashirama duduk dikursi tunggal. "Semuanya sudah diatur?" tanyanya memastikan.
Aburame yang menjawab, "sesuai kehendak Tuan."
Kemudian, pengacara Yamanaka melanjutkan, "Benar, Kakashi-san telah memberitahu eksekusi yang harus kami lakukan."
"Bagus. Lalukanlah dengan sempurna," perintahnya selalu ingin semuanya berjalan sesuai keinginannya.
"Pasti, Tuan." Hashirama menyeringai puas.
.
.
Satu jam kemudian, sekelompok orang berkumpul di ruang rapat Mansion Senju yang megah itu. Hashirama duduk di kepala meja. Kecuali, Minato, Yahiko, Naruto, Kyuubi dan kedua Uchiha yang selalu tak ingin lepas dari sisi kekasihnya juga beberapa orang lainnya.
Hashirama memperkenalkan dua pengacara kepada mereka. "Ini Mr. Aburame dan Mr. Yamanaka. Mereka bekerja di biro pengacara yang mewakili Senju Corp ."
Minato tersenyum tak sabar.
"Mereka akan membacakan laporan dan surat warisku. Mereka akan mengambil alih pertemuan ini," katanya memungkas.
Sementara itu, Naruto nampak kebingungan. Sedang apa mereka sebenarnya? Tiba-tiba sepulang sekolah, Naruto diseret untuk kesini. Bahkan tidak ada waktu hanya sekedar mengganti baju. Ia sangat kaget, ketika tiba disana sang ayah sudah duduk di meja rapat ini. Dan bertambahlah heran, ternyata disana juga banyak orang.
Ada apa?
"Kakek, sebenarnya ini ada apa?" tanyanya kepada sang kakek.
"Diamlah, Naruto. Kau akan tahu nanti." Minato berkata dengan tidak sabar. Ia duduk terpisah dari yang lain. 'Aku bukan saja akan mendapatkan harta itu, aku juga akan menghancurkan kalian,' batin Mintao melirik kearah Naruto dan Hashirama.
Naruto menunduk mendapatkan delikan dari sang ayah.
Hashirama sekuat tenaga untuk mempertahankan tangannya agar tidak mengepal, geram.
Pengacara Aburame mengangguk. "Baiklah."
Dihadapannya ada beberapa berkas besar bertulisakan 'HASHIRAMA SENJU – SURAT WARIS'
"Saya sudah menyiapkan salinan untuk semua pihak yang berkepentingan, sehingga kita tidak perlu membahas segala detail teknis. Disini, Tuan Hashirama telah memutuskan bahwa ahli warisnya secara tunggal di berikan kepada cucunya, Uzumaki Naruto."
HAH?!
Naruto kaget.
Sambil tersenyum Kyuubi melirik kearah adiknya. 'Aku bersyukur untukmu, Naru.'
"Disini tercantum lima persennya akan diberikan sebagai hadiah kepada Kyuubi Namikaze."
Kyuubi menatap kakeknya terharu dan penuh terima kasih. Hashirama tersenyum sebagai balasan.
Minato sedang berkata dalam hati, 'Bagus. Nanti, Naruto akan kusuruh untuk memberikan atas nama Namikaze.'
"Seperti yang telah anda ketahui. Senju Corp memiliki aset-aset sekitar delapan miliar dollar. Dan seluruhnya, kini telah resmi Naruto Uzumaki menjadi pewaris tunggalnya." Aburame mengangguk kearah Hashirama.
"Dan untuk proyek yang sedang kita tangani, pemegang kuasa jatuh kepada..." Aburame melirik kepada Hashirama untuk memastikan, dan setelah mendapatkan anggukan pasti dari Hashirama ia melanjutkan. "Jatuh kepada.."
Minato nampak sekali menahan napas tak sabar.
"Senju corp," tandas pengacara Aburame.
Minato terenyak. "Kenapa?" tanyanya kaget dan tak mengerti.
Buru-buru pengacara Aburame menjelaskan. "Sebelumnya, proyek ini memang dipegang oleh Rasengan Corp. Akan tetapi, Hyuuga dan Uchiha membatalkan ikut serta, sehingga untuk menghindari kerugian maka Senju mengambil alih semuanya. Total saham yang di pegang Senju adalah 55 persen, dan Ransengan Corp 45 persen. Dipastikan sekarang pemegang kekuasaan atas proyek ini adalah Senju."
"Kenapa Hyuuga dan Uchiha tidak berkomunikasi dulu denganku? Aku juga bagian dari proyek ini," berang Minato yang nampak tak terima.
Sasuke melihat bagaimana ayah Naruto itu panik, menyeringai senang. 'Sudah dimulai,' batinnya.
Pengacara Aburame berdehem. "Maaf, sebelumnya Namikaze-san. Tapi, dalam kontrak yang sudah tertulis, peraturannya mengatakan si pemengang saham bebas menjual sahamnya kepada siapapun. Sehingga, keputusan dari Hyuuga dan Uchiha adalah murni keinginan mereka sendiri."
'Tenang Minato,' batin Minato ketika ia sudah diambang batas kekesalannya. 'Tidak apa-apa. Karena pada akhirnya, semuanya akan kau kuasai,' tambahnya lagi ketika ia teringat sekarang pewaris Senju adalah Naruto. Artinya sama saja. Hanya nama yang berubah. Begitulah pikiran Minato, menenangkan dirinya sendiri. Ia senang dengan pikirannya itu.
"Baiklah. Aku mengerti," tukasnya tersenyum penuh topeng kewibawaan.
"Untuk selanjutnya, pengacara Yamanaka akan melanjutkan," ujar Aburame.
Pengacara berambut pirang panjang mulai membuka dokumen yang sedari tadi ada dihadapannya. Semuanya kini terfokus kepadanya, menanti apa yang sebenarnya akan disampaikan pengacara itu. "Saya akan memulai dari wasiat dan kehendak terakhir dari mendiang Uzumaki Kushina."
Tunggu!
Apa katanya tadi?
Para Namikaze itu nampak terkejut mendengar perkataan dari sang pengacara. "Apa artinya ini, kek?" kali ini Kyuubi yang bertanya bingung.
Hashirama tersenyum sebelum menjawab. "Sebelum Naruto lahir, ia memberiku wasiat dan kehendak terakhirnya. Ia menitipkan sesuatu yang penting untuknya kepadaku. Ia berkata, bahwa : jika ia tidak sempat melakukannya, maka akulah yang akan melakukannya."
Semuanya masih tampak tak mengerti.
"Kushina? Dia merahasiakan ini dariku?" bisik Minato terkejut.
"Bolehkan saya melanjutkan?" Tanya Yamanaka ketika melihat semuanya malah sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Lanjutkanlah," perintah sang Senju.
"Baiklah. Disini tertulis bahwa mendiang Kushina adalah pemegang hak asuh dan wali atas Uzumaki Naruto. Namun, jika ia meninggal atau melepaskan status walinya, maka secara otomatis hak asuh dan wali di pegang oleh Hashirama Senju, ayah dari mendiang Uzumaki Kushina. Dalam kehendak terakhirnya, Uzumaki Kushina melepaskan marga Uzumaki dari Naruto Uzumaki, dan mengubahnya menjadi Senju Naruto."
Minato langsung berdiri. "Apa maksud anda?!" mukanya pucat pasi. "Anda bercanda, bukan? Ini pasti lelucon!" seru Minato dengan suara parau.
Naruto nampak membatu.
"Tenanglah!" Yamanaka berpaling pada Hashirama dan Kakashi yang nampak menikmati momen ini. "Saya bisa membuktikan keabsahan dan keaslian surat wasiat ini. Disini juga ada tanda tangan dan tulisan tangan, juga cap jari dari mendiang Uzumaki Kushina."
"Tapi, bukankah jika begitu seharusnya hak asuh atas Naruto ada ditanganku? Aku ayah dari anak itu! Namikazelah seharusnya yang berhak atas semuanya!" Seru Minato tak terima penuh emosi.
Kyuubi tegang. Detik- detik kehancuran Namikaze akan segera datang. Dan itu sangat menyakitkan ketika ia akan melihat ayahnya sendiri hancur dihadapannya. "Kyuu," lirih Itachi memegang erat tangan kekasihnya untuk menguatkan. Kyuubi melirik, ia tersenyum lemah. "Kau kuat," semangat Itachi kembali menjadi amunisi Kyuubi untuk tetap tenang.
Pengacara Yamanaka segera menguasai kondisi. "Biarkan saya menyelesaikan ini!" suaranya cukup keras untuk membuat semuanya kembali tenang.
Minato terlihat sekali sangat marah.
"Anda benar, seharusnya memang pemegang hak asuh Naruto dari awal adalah anda, sebagai ayahnya. Tetapi, disini juga tercantum bahwa anda tak pernah menandatangani surat akta kelahiran Naruto. Artinya, anda tak pernah mengakui bahwa Naruto Uzumaki adalah salah satu putera anda."
Kalimat panjang itu bukan hanya menohok Minato, tetapi juga begitu menyakiti hati si bungsu pirang.
Sasuke ingin sekali memeluk kekasihnya yang kini terpukul atas kenyataan fakta itu. Apa daya, ia hanya bisa meraih tangan kekasihnya. Naruto menangis.
Astaga! Bahkan kelahirannya tak pernah diakui ayahnya.
Apa salahnya?
Minato teringat waktu dulu Kushina memohon kepadanya untuk menandatangina. Ia menolak keras karena bayi itu berambut pirang, bermata biru dan laki-laki. Bodoh. Mana tahu situasinya akan seperti ini. Lalu, bagaimana dengan rencananya menguasai harta Senju dan menjadi salah satu terkaya didunia? Ketika ia tak punya hak apa-apa lagi atas Naruto? Minato termangu-mangu. Kejadian ini bagaikan mimpi buruk. Ia tidak lagi Minato Namikaze, multi jutawan. Ia hanya pengusaha biasa.
"Saya akan melanjutkan. Dalam suratnya ia mempunyai beberapa pesan untuk kalian semua. Izinkan saya membaca tulisan terakhir Kushiha Uzumaki."
Semuanya mendengarkan pengacara Yamanaka dengan seksama.
"Teruntuk anakku Tersayang, Uzumaki Naruto.
Anakku, maafkan Kaa-san. Mungkin mendapatkan ini kau sangat terkejut. Ketahuilah anakku, aku melakukan ini semua karena aku sangat mencintaimu.
Kaa-san tak pernah ingin surat ini tersampaikan kepadamu, karena itu artinya aku telah tiada dan kau telah menderita selama lima belas tahun kau hidup. Ini keinginan terakhir Kaa-san. Berbahagialah, Nak. Sudah cukup kau menderita. Sekarang, hiduplah bersama kakekmu. Dia akan menyanyangi seperti Kaa-san yang menyanyangimu. Tolong, penuhi harapan terakhirku. Hiduplah menjadi seorang Senju. Lakukanlah untuk Kaa-san. Bahagiakanlah kakekmu, karena Kaa-san tak pernah mau menggunakan nama Senju dibelakang namaku. Maka, tebuslah kekecewaan kakekmu kepada Kaa-san.
Naruto, anakku..
Maafkan Kaa-san karena tak bisa membuatmu bahagia. Aku mencintaimu."
Mendengarnya, Naruto menangis tersendu-sendu. Ya Tuhan.. Naruto kehilangan kata-kata. "A-ku juga sangat mencitaimu, Kaa-san," lirihnya begitu pedih saat teringat mendiang ibunya. "A-ku berjan-ji akan meme-nuhi semua ke-inginanmu," sambungnya mampu didengan semua orang. Hashirama tersenyum bangga.
"Untuk Kyuubi dan Deidara..
Putera-puteraku yang hebat. Kaa-san juga sangat mencintai kalian. Kaa-san tak pernah membeda-bedakan kasih sayang untuk anak-anakku. Namun, mengertilah kenapa kaa-san selalu bersama Naru-chan. Dia masih kecil. Dia tak pernah mendapatkan kasih sayang siapapun selain Kaa-san dan Iruka. Kaa-san tak pernah membenci kalian atas sikap kalian terhadap adik kalian. Kerana Kaa-san yakin suatu saat kalian akan mencintai Naru-chan sebagaimana seharusnya.
Kyuu, jagalah Dei-chan dan Naru-chan. Kau adalah anak andalan Kaa-san dan Tou-sanmu. Hiduplah dengan baik dan raihlah cita-cita kalian.
Kaa-san mencintai kalian."
Kyuubi mengangguk dengan air mata yang tak henti mengalir dikuda rubinya. "Aku janji, Kaa-san," lirihnya.
"Untuk suamiku tercinta, Minato.
Anata, apapun, bagaimanapun, siapapun dirimu.. Selamanya aku akan tetap mencintaimu.
Jagalah permata-permata hati kita, untukku.
Di kehidupan selanjutnyapun aku berharap kaulah yang akan menjadi ayah dari anak-anakku. Karena, aku sangat mencintaimu.
Satu yang kuminta, jangan melihat Naruto sebagai dirimu dimasa lalu. Naruto adalah Naruto, buah cinta kita. Lupakan masalalumu, karena semuanya melihat dirimu yang sekarang. Bukan yang dulu.
Maafkan aku yang tak pernah bisa memberimu seorang puteri. Yakinlah, ini semua kehendak Tuhan.
Minato, aku mencintaimu. Sampai nafas terakhirku."
Minato terpekur. Dia terlihat belum menerima sama sekali apa yang terjadi. "Ini mimpi.. Bohong..," racaunya.
"Ini semua hanya akal-akalan kalian, berdua!" Raung Minato menunjuk Naruto dan Hashirama.
Naruto tercekat. "Ayah.."
"Biadab! Kalian biadab!"
"Tou-san cukup!" Bentak Kyuubi. "Cukup! Kau sudah keterlaluan," cicit Kyuubi dengan suara mengecil dan bergetar. "Kumohon.. Kembalilah seperti dulu.."
Minato menatap Kyuubi dengan tajam. Ia bangkit dengan lesu. "Kau bahkan ikut dengan orang-orang keparat itu?" Minato melotot dengan bengis dan kecewa. Setelah itu ia berbalik, hendak meninggalkan pertemuan ini.
Hashirama angkat bicara. "Masih ada satu hal."
Minato menoleh.
Hashirama mengangguk kepada dua orang pria yang bediri dedepan pintu. Pintunya membuka, dan dua orang tadi masuk kedalam ruangan.
"Halo, Minato," desis Orochimaru menyeringai.
"Lama tak jumpa," lanjut seseorang yang berdiri dipinggir Orochimaru. "Sudah lama sekali anda tidak datang kepadaku," lanjutnya dengan ramah.
"Kalian.." Minato terbelalak ketika melihat dua orang itu. "Orochimaru dan Dokter Mei.."
Titik terang itu timbul ketika Kyuubi menemukan obat penenang tingkat tinggi di laci kerja Minato tempo hari. Kemudian, Kyuubi bersama Itachi menyelidiki, sejak kapan Minato mengkonsumsi obat itu. Ternyata sudah cukup lama, yaitu lima tahun setelah meninggal Kushina. Lalu, Kyuubi menyelidiki riwayat kesehatan ayahnya.
Dan?
Disanalah ia tahu, bahwa Minato adalah mantan penghuni rumah sakit jiwa. Minato adalah pasien gangguan jiwa dengan kata lain, gila. Dari penyelidikannya, Kyuubi menemukan satu nama. Mei Terumi. Dia adalah dokter yang selalu menangani Minato. Kemudian, Kyuubi menemuinya, dan Mei menceritakan semuanya. Kushina adalah perawat yang menangani Minato. Dengan kesabarannya, akhirnya Minato mengalami perubahan. Minato akan bereaksi baik jika Kushina yang menemaninya. Satu tahun, akhirnya Minato dinyatakan sembuh. Semuanya, karena Minato jatuh cinta kepada Kushina. Kushinapun membalas cintanya. Dua tahun mereka pacaran, akhirnya pada usia 24 tahun mereka memutuskan untuk menikah. Namun, setiap tiga bulan, Minato tetap harus berkonsultasi. Tiga tahun sebelum kematian Kushina, Minato tak pernah lagi datang.
"Aku tidak gila!"
Minato pernah membentak Mei ketika Mei berusaha untuk membujuk Minato kembali. Akhirnya, Mei kehilangan cara dan hanya bisa berharap Minato tak akan kambuh.
"Tapi sekarang lain, Minato-san," kata Mei menatap prihatin mantan pasiennya. "Kau harus kembali. Ada yang salah dengan dirimu yang sekarang. Kembalilah sebelum terlambat."
"AKU TIDAK GILA, SIALAN!"
"Kau memang tidak gila. Tapi, hampir gila!" balas Mei tak takut. "Melihatmu, aku tahu. Dirimu yang sebenarnya tidak seperti sekarang!"
"APA-APAAN INI SEMUA?! KALIAN SEMUA BRENGSEK! AKU TAHU, INI SEMUA RENCANAMU'KAN BOCAH SIALAN! KAU BOCAH PEMBAWA SIAL!" Raung Minato tak terkendali kepada Naruto yang ketakutan.
Naruto menggeleng tak mengerti. Hatinya begitu nyeri melihat ayahnya. Segera, Sasuke memeluk Naruto dan menatap penuh kepada Minato.
Sialan!
"MINATO!" Teriak Hashirama karena tak tahan cucunya dihina seperti itu. "Orochimaru! Buka semua rahasianya!"
Minato terkejut.
"Minato.. Minato.. Sudah ku katakan. Kaulah yang akan hancur. Menemaniku," kata Orochimaru dengan nada mengejek.
Lalu?
Orochimaru menceritakan semuanya. Bahwa bukan Narutolah yang menyebabkan Kushina terbunuh. Tapi, Minato sendiri.
Kyuubi dan Naruto terpukul mendapati kenyataan itu. Kyuubi menatap adiknya sedih. Selama sepuluh tahun Naruto harus menanggung beban yang berat sendirian. Ia selalu menyalahkan dirinya atas kematian sang Ibu. Naruto yang malang. Betapa banyak ia menderita sendirian.
Dengan memantapkan hati, Kyuubi berbicara kepada Mei. "Dokter Mei, saya mohon.. Bawalah ayah kami, dan sembuhkanlah dia," ucapnya lemas.
Mei tersenyum, lalu mengangguk. "Aku akan berusaha sebaik mungkin. Demi Kushina, sahabat baikku."
Lima menit kemudian, grup dari rumah sakit jiwa membawa Minato yang sejak tadi sudah meraung-raung gila. Umpatan, sumpah serapah seperti, "AKU AKAN MEMBUNUH KALIAN SEMUA!" atau "AKU TIDAK GILA! KALIANLAH YANG GILA!" lalu setelahnya tertawa layaknya setan.
Bersamaan dengan itu, sekelompok polisi memborgol Orochimaru untuk diadili. Pria ular itu hanya pasrah, dengan akhir nasibnya yang nahas. Selamat tinggal dunia, batinnya.
Naruto menatap ayahnya yang sedang meronta dengan tatapan yang sedih. "Sembuhlah Tou-san.. Karena, aku takkan pernah berhenti berharap untuk mendapat pelukanmu."
.
.
AAAAA
.
.
Seminggu kemudian...
Kenyataan yang sangat berat untuk diterima Naruto. Bertubi-tubi fakta yang dia terima tak hentinya membuatnya terkejut. Namun, sekarang ia mulai menerimanya. Menerima takdirnya sebagai seorang Senju Naruto. Hidupnya akan berubah mulai saat ini. Perubahan yang baik.
Tak salah ia telah bersabar selama ini.
Naruto kini harus siap menjadi seorang pewaris tunggal Senju Corp.
Pagi-pagi sekali, Sasuke sudah berada di Mansionnya. Ya, Naruto sudah pindah ke mansion kakeknya. Kyuubi dan Deidara tinggal berdua dirumahnya yang dulu. Hari ini adalah hari pertama liburan musim panas. Sesuai yang di rencanakan Sasuke – yang menurut Naruto ilegal karena tidak diskusi dulu dengannya – hari ini mereka berdua akan liburan.
Entah kemana. Hanya Sasuke yang tahu.
Karena cinta, Naruto akhirnya mengalah dan ikut liburan berdua dengan Sasuke, tidak memilih liburan bersama ShikaKiba dan NejiGaa. Dan sebagai informasi tambahan, entah Sasuke memberi suap apa kepada kakeknya, sehingga Hashirama mengizinkannya begitu saja. Padahal, Hashirama itu sangat protektif kepada Naruto.
Liburan full seminggu pula!
Bagian itu Naruto tidak setuju. Pergi berdua saja sedikit membuat Naruto curiga, apalagi seminggu. Bersama Sasuke? Ayolah.. Kenapa kakeknya pura-pura polos bahwa Naruto tidak akan 'di- apa- apakan' pemuda mesum itu?Mau protes segimana juga, si kakeknya yang ternyata tengil itu sepenuhnya memihak kepada si Teme.
Naruto jadi bingung, siapa cucu kandung Hashirama.
Apa mungkin, diam-diam mereka sudah melakukan suatu perjanjian dibelakang Naruto?
Mengingat sifat licik dan setan kekasihnya, Naruto curiga Sasuke berhasil menjebak dan memanipulasi pikiran kakeknya.
Namun, pada akhirnya Naruto pergi jua.
"Dobe-koi, ayo kita berangkat," bisik Sasuke mesra ketika Naruto hanya terpaku melihat ketampanannya.
Well, tampilan kasual Sasuke emang menambah nilai ketampanannya. Lebih segar.
"Sebenarnya kita pergi kemana, Teme?"
Dan seringai Sasuke membuat Naruto mengernyit curiga. "Ra-ha-sia."
Mereka bepergian dengan santai dengan mobil ferarri milik Sasuke. Kadang Sasuke berhenti ketika suasana romantis melanda mereka. Mereka berbagi sebotol minuman dan snack disebuah arena pemberhentian. Berbagi satu cone es krim di pemberhentian selanjutnya. Mereka saling menjilati es krim itu, lalu berciuman. Saling menjilat, lalu berciuman. Sampai semua itu bercampur aduk tak sesuai lagi urutan. Seraya mendengus geli, Sasuke membersihkan sisa cokelat disisian bibir Naruto dengan tangannya. Lembut. Naruto terbawa s uasana, dan kembali berciuman.
Apapun yang mereka lakukan, Sasuke selalu menyentuhnya. Entah dimana, entah bagaimana, tangan pemuda raven itu selalu berada di tubuh Naruto. Sehingga, setiap orang yang melihat akan langsung tahu bahwa kedua pemuda ini adalah sepasang kekasih yang sedang dilanda kasmaran.
"Suke, bisakah kau meminimalisir kemesumanmu saat kita di tempat umum?"
"Nope. Mereka harus tahu, bahwa kau itu milikku, Dobe."
Oh.. Naruto lupa. Selain mesum, Sasuke juga punya sifat posessive yang luar biasa.
Semakin mereka dekat ke pantai, daratan yang mereka lalui semakin datar. Mereka melintasi garis batas dari Suna, menuju Kiri. Beberapa kilo setelahnya tampak jembatan yang mengarah kepulau resort. Resort itu kombinasi harmonis antara pemandangan laut dan Suna. Pohon-pohon maple membentang diantara pohon-pohon pinus yang lebat.
"Indah sekali, ttebayo!" Ujar Naruto ceria.
Sasuke menyeringai. "Hn. Jauh lebih indah daripada rencana liburanmu bersama teman-temanmu, Dobe."
Naruto manyun. Tapi, dalam hatinya ia setuju.
Satu jam kemudian, mereka tiba di dermaga. Sebuah yacht putih dan mewah ditambat tepat pada saat matahari tenggelam, jauh disebelah barat pulau. Satu pemandangan yang menakjubkan. Bola raksasa oranye itu memantulkan hamparan keemasan di permukaan air dan menghiasi langit dengan warna merah – jungga dan ungu.
"Bukankah kubilang, liburan kita disini lebih indah dan spektakuler?" bisik Sasuke ditelinga Naruto begitu mereka berdiri di dermaga, dengan lengan kekarnya yang memeluk pinggang pemuda pirang itu.
"Ya, tapi ini lebih indah dari yang kubayangkan."
Sembari menatap ke kejauhan dengan membisu, mereka menikmati pemandangan sampai matahari benar-benar menghilang dan berganti dengan warna biru keunguan.
"Hn. Ayo, akan ku tunjukkan Double Dobe, kepadamu."
What the?
"Itukah nama kapalmu, Teme?!"
"Hn, tak salah lagi."
"Brengsek. Kau sedang mengejekku?!"
"Sama sekali tidak."
"Sialan! Apa kau tidak punya nama yang lebih bagus lagi? Aku tidak mau menaiki kapal yang diberi nama seperti itu,ttebayo!" Naruto ngambek. Tangannya ia lipat didepan dada. Gaya khasnya lagi ngambek.
Sasuke Cuma tertawa dan berseru, "Kau punya nama yang lebih baik?"
"Baka! Tentu saja. Kau pikir aku itu kau Teme? yang tidak kreatif sama sekali!" sembur Naruto. "Aku akan menaiki kapal itu kalau namanya Gamakichi, ttebayo!"
"Kau menamai kapalku dengan nama kodok?" Sasuke berusaha untuk tidak cengo ketika ia teringat dengan celengan koleksi milik Naruto yang berwujud kodok. Kalau tidak salah namanya, Gamabunta, Gamakichi, Gamatatsu, Gamaruci, Gama-gama lainnya.
"Setidaknya itu lebih baik dari pada namamu!"
"Hn." Akhirnya Sasuke mengalah. Walau kurang srek dengan nama itu."Biar kuajak kau berkeliling."
Naruto takjub. "Kau bisa mengendarai sebuah yacht?"
"Hn," gumam Sasuke dengan sombong. Lalu mereka menaiki Gamakichi.
Yacht itu berukuran 2,8 kali 1,6 meter. Terkesan nyaman dan mewah. Naruto sama sekali tidak tahu apa-apa soal kapal. Tetapi, Gamakichi sepertinya memiliki segala kenyamanan sebuah rumah yang diatur secara ringkas. Dek kapal itu terlihat begitu mewah dan bersih.
"Malam ini kita akan menginap disini. Besok pagi, aku akan mulai berkeliling lautan Jepang."
Naruto tersentak. Ia mengangguk. "Baiklah. Em.. Kapalnya sangat nyaman. Perlu bantuan?" tanya Naruto setelah berkomentar atas kapal itu ketika melihat Sasuke mengangkat kopor milik mereka.
Sasuke mencuri ciuman singkat dibibir Naruto, meski dalam. "Hn. Tidak usah. Kau istirahatlah dulu."
Naruto setuju. Ia lalu duduk di sofa berukuran dua orang dan menyamankan tubuhnya atas perjalanan panjang tadi. Sementara itu, Sasuke tengah memasuki kamar yacht itu untuk membereskan barang mereka. Naruto tersenyum senang. Benar kata Sasuke, liburan kali ini pasti akan menyenangkan. Membayangkan ia berlayar berdua bersama Sasuke di laut yang tenang dan indah ini membuatnya tak sabar menanti hari esok. Romantis sekali. Ia akan menyelam bersama ikan dan mencari kerang dan Sasuke akan menemaninya. Toh kata Sasuke ia akan berlayar di laut aman yang tidak ada hiunya.
Sasuke keluar dari kamar.
"Naru.."
Senyum Naruto lambat laun menghilang saat melihat Sasuke dengan seksama. Pemuda itu hanya memakai celana pendek. Setengah telanjang. Dan seringai di wajah kekasihnya, entah kenapa membuat suasana hati Naruto memburuk.
"Kenpa kau tidak memakai bajumu, Teme?"
Sasuke mendudukan diri nya disamping Naruto. oniksnya memandang safir penuh hasrat dan misterius. Sorot mata yang tak pernah gagal membuai Naruto. Sasuke menangkup wajah Naruto dengan sebelah tangannya. "Sudah seharian ini aku mendambakanmu." Ia lalu menarik Naruto mendekat kepadanya, senti demi senti, "Aku sudah tidak sabar lagi."
Naruto menelan ludahnya. Ia tahu ini berbahaya. Tapi, Sasuke terlalu mempesona dan memenjarakannya.
Sasuke menunduk dan mendapati bibir merah nan mungil Naruto merekah – mengundang, menantikan ciumannya. Saat ibu jarinya dengan lembut membelai rahang berkulit tan Naruto, lidahnya dengan santai menjelajahi rongga mulut pemuda manis itu. Membuai, mendesak dan membangkitkan reaksi menggiurkan di sekujur tubuh mereka. Dan erangan lirih keluar dari mulut Naruto.
"Aku mencintaimu." Sasuke menjauh untuk mengucapakan kata cinta itu.
Kemudian lidahnya menguasai mulut pemuda bermata biru itu sekali lagi dengan kebuasan yang semakin meningkat dan membuatnya terangsang. Lengan kekar pemuda raven itu melingakar di tubuh Naruto bagaikan rantai baja, kokoh dan tak mudah lepas. Sasuke merapatkan tubuhnya kepada Naruto, menyingkronkan tubuh mereka bagai puzzle, menyurukkan bukti cintanya di lekuk tubuh agak feminim Naruto. Tangan Sasuke menyelinap nakal di balik kaos yang Naruto pakai, menekan, mengangkat dan memijat. Karena sentuhan itu, Naruto merinding dengan kenikmatan bagai madu yang tumpah.
"S-Sasuke..," Naruto terkesiap pelan. "Jangan sekarang," katanya berusaha melepaskan diri – takut terbuai lebih jauh.
Sasuke dengan tidak rela melepaskan Naruto. Ia memandang tak sabar wajah merah dan mata sayu kekasihnya. "Kenapa?" tanya Sasuke serak.
"Terlalu cepat," ujar Naruto malu.
Namun, sepertinya Sasuke tak peduli. Dirinya sudah dikuasai nafsu dan gairah. Ia mencium Naruto dengan berapi-api. Satu menit dan melepaskannya kembali. "Sudah lama aku menantikan ini. Aku tidak akan melepaskan kesempatan ini," geram Sasuke.
Naruto memandang Sasuke ngeri. "T-Teme! Kau mesum sekali!"
Sasuke hanya menyeringai. "Lalu?"
Naruto menggeleng. "Kita disini akan liburan! Bukan – bukan –ugh itu!"
"Hn?"
Wajah Naruto memerah sempurna.
"Kau pikir kita sedang liburan?" tanya Sasuke dengan nada menggoda. "Tidak, Dobe-chan. Aku meminta izin kepada kakekmu untuk berbulan madu," tandasnya tanpa beban.
Naruto melongo hebat. "Heh?"
"Berhenti menampakkan wajah Dobemu, Dobe."
"Kau pikir kita sudah menikah? Enak saja berbulan madu. Dan, APA-APAAN KAKEK TUA ITU?!"
Sasuke tersenyum setan. Naruto merinding. "Kita akan menikah setelah lulus sekolah."
Si pirang kehabisan kata-kata, mulutnya menganga. "KAPAN AKU SETUJU, BRENGSEK?!"
Sasuke menggeleng menyebalkan. "Aku tidak butuh persetujuanmu," katanya sinting. "Kakekmu sudah memberi restu," tambahnya lagi membuat Naruto hampir sakit jantung.
"K-kau gila! Kalian gila! Seenaknya saja. Siapa bilang aku akan menikah denganmu?"
Sasuke memandang tajam Naruto. Matanya berkilat misteri. Naruto semakin merinding. "Kau tidak ingin menikah denganku?" katanya begitu dingin dan menusuk.
Naruto pucat pasi. "Bu-bukan begitu! Maksudku tidak secepat itu, Teme!"
Sang Uchiha mendesah lega. Kata-kata Naruto tadi membuatnya hampir kehilangan arwah. "Kau ku maafkan," bisiknya seraya menyentuh pipi berhias tanda lahir layaknya tiga lembar kumis kucing. Imut sekali. Ia mengecup bibir Naruto lagi.
"Kita akan menikah tahun depan. Setelah itu, aku tidak akan membiarkanmu pergi dari sisiku ataupun ketempat yang jauh dariku." Tangannya menangkup wajah Naruto. Ia menaikan Naruto pada pangkuannya. "Meski hanya dalam satu malam."
Naruto meringgis. Sebelum tenggelam dalam sentuhan Sasuke, si blonde mengucapkan kata-kata kepada kekasihnya. "Dasar bossy."
Sepertinya, Naruto memang tidak pernah bisa menolak Sasuke.
.
.
END
.
.
OMAKE
Hashirama meneguk sampanye mahalnya. Ia memandang kolam yang di penuhi ikan koi. Ia medesah lega dan melirik Kakashi.
"Kakashi.. Apa kau tahu kenapa aku membiarkan cucuku pergi persama pemuda Uchiha itu?"
Kakashi tampak bingung tak menemukan jawaban apapun dalam pikirannya. "Tidak, Tuan."
Kakek Naruto itu tertawa renyah. "Karena aku tidak sabar ingin menantikan seorang cicit."
Kakashi semakin bingung. "Maksud anda?"
Kerlingan mata sang Senju nampak penuh misteri. "Siapapun yang akan menjadi pendamping Naruto. Baik itu lelaki atau perempuan, aku akan tetap memiliki generasi."
EEEEEHHH?
"M-maksud anda Naruto-sama bisa hamil?"
Hashirama mengangkat bahunya. "Siapa yang tahu," katanya penuh teka teki. Lalu, pria paruh baya itu bangkit dari kursinya.
Ia hendak masuk kedalam kamarnya, namun baru beberapa langkah ia berhenti dan berujar kepada Kakashi. "Kakashi, buatkan aku rancangan pesta pernikahan paling meriah dan agung untuk cucukku."
Dan?
Mulut pelayan setia Hashirama itu menganga dengan tidak elitnya.
.
.
OWARI
.
.
TAMAT? KYAAAAA!
Ternyata bukan mimpi! Akhirnya aku bisa menamatkan fic agak rumit ini.
Syukurlah, sejauh ini endingnya sesuai harapan awalku. Sempat pesimis karena WB dan keabisan ide.
Aku senang! #curhat
Mudah-mudahan reader-san juga seneng dengan ending yang seperti ini. Aku gak mau ada yang kecewa lagi atas ending yang aku buat. #lirik Love in Shibuya
Sekedar info, aku sampe ngebul gara-gara mikir banget buat ending ini.. Hohoho..
Maklum, otak aku pas-pasan. Untuk akhir dari SasoDei saya gak mau bikin adegan roman mereka. biarlah Deidara berjuang sendiri untuk membuat Saso jatuh cinta. Dan dikeluarga juga aku bikin gitu, yaaa... fantasi reader aja mau jadi gimana nasibnya. Hehe..
Untuk Minato, aku gak bisa lebih kejam dari itu. soalnya, aku gak rido kalo minato jadi jahat apalagi gila. Kesiksa saat bikin adegan Minato jahat itu. huwee... aku ngefans ameett ama die..
Dan yaaa.. Untuk SasuNaru? Silahkan terjemahknan sediri.. Hehehe..
Super thanks buat Reader, reviewer, follower, dan Fave'er, yang udah setia buat fic ini..
Selamat jumpa di omake Love in Shibuya dan kelanjutan BASTARD UCHIHA!
I LOVE UUU..
Review for last, plis... ^^,
Met idul fitriiii bagi yang merayakan..
#PelukCium
Jaaa!