That's Me, Who'll Teach You Anything

Chapter 9

Judul : That's Me, Who'll Teach You Anything.

Author : Sam / SamKou.

Genre : Yaoi, Brothership, A little bit comedy.

Pairing : Baekyeol, HunHan and others.

Cast : Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Luhan, and others member EXO.

.

.

.

HAPPY READING!

.

.

.

-START-

.

.

.

-Author's Pov-

.

Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, Baekhyun tidak masuk sekolah karena keadaan Baekhyun masih tidak memungkinkan. Tidak ada yang salah dengan keadaan fisiknya, hanya saja keadaan mentalnya berbanding terbalik. Ia masih shock, kenangan buruk itu berputar kembali dikepalanya.

Sedangkan Luhan, ia tetap masuk sekolah. Karena kedua orang tuanya telah pulang dari urusan bisnisnya, mereka yang merawat Baekhyun. Dan Kyungsoo terkadang memutuskan untuk bermalam di rumah saudaranya tersebut untuk menemani Baekhyun bersama Luhan. Karena yang dibutuhkan Baekhyun saat ini adalah perhatian dan kasih sayang.

.

.

.

Di Sekolah...

.

"Lu hyung"

"Hmmm"

Saat ini Luhan dengan ditemani oleh Kyungsoo sedang berada dikantin untuk makan siang dan mengistirahatkan diri. Namun sejak tadi Luhan hanya menatap piringnya tanpa disentuh sama sekali. Kyungsoo yang dihadapnnya hanya menghela nafas pelan melihat sepupunya seperti itu.

Kejadian itu tidak hanya berpengaruh bagi Baekhyun, namun berpengaruh juga bagi Luhan dan juga mungkin dirinya. Karena dari semua saudara, Luhanlah yang paling dekat dengan Baekhyun. Dan juga karena masalah ini muncul tak jauh dari hubungan Luhan.

"Lu hyung, aku sudah minta ijin eomma dan appa. Selama Baekhyun masih dalam kondisi sekarang ini aku akan menginap dirumah mu" kata Kyungsoo sambil menggenggam kedua tangan Luhan, memberi sedikit kenyaman bagi Luhan.

"Gomawo Kyungie. Baekhyun... Baekhyun pasti akan senang" balas Luhan dengan seulas senyum lemah dibibirnya.

"Huum. Dan hyung..." kata Kyungsoo sambil melirik kearah nampan Luhan yang masih penuh.

"Kau harus makan, kau tak mau sakit kan? Kalau salah satu dari kita sakit bagaimana kita menjaga Baekhyun eum?"

"Tapi aku tidak bernafsu Kyungie..." rengek Luhan yang langsung mendapat tatapan memaksa dari Kyungsoo.

"Arasseo umma"

"Satu lagi..." lanjut Kyungsoo sembari mengelus pipi Luhan dengan lembut. Memang jiwa keibuan Kyungsoo yang paling kuat diantara mereka bertiga, inilah yang membuat sangat nyaman jika menumpahkan semua gundah kepadanya.

"Berhentilah menyalahkan dirimu oke?"

"Sulit, karena pada kenyataannya aku memang yang salah"

"Sssstt... ini cuma kesalah-pahaman saja. Ya meski berakibat fatal..." ucap Kyungsoo yang mengingat keadaan Baekhyun terakhir kali. Meski Kyungsoo coba menenangkan Luhan, pada daarnya iapun ikut merasa bersalah. Raut sedih kembali terukir diwajah mereka.

"Baekhyun... Meski keadaannya sudah membaik, dia masih menolak untuk masuk. Aku... aku tak apa jika dia harus home schooling lagi. Asalkan dia tidak menutup dirinya... Ini salahku…."

.

-Flashback-

.

"Baekhyunnie~ bagaimana keadaanmu sayang?" tanya mama Luhan yang saat ini sedang menjaga Baekhyun yang terus berbaring diranjangnya. Mengusap lembut rambut Baekhyun dengan sayang, namun tak ada respon yang berarti darinya.

Sudah beberapa hari sejak saat itu Baekhyun tidak melakukan aktivitasnya setiap hari, tidak masuk sekolah bahkan enggan untuk keluar dari kamarnya. Keadaan saat ini sama seperti pertama kali saat ia dirawat oleh keluarga Xi, orang tua Luhan. Ia enggan melakukan apapun, meski terbangun dari tidurnya, dirinya tetap betah berbaring diatas kasur.

Namun selama itu, Luhan, kedua orang tuanya maupun semua saudaranya tetap sabar mengurus Baekhyun. Meski harus pelan-pelan, memberi perngertian, perhatian dan semangat.

"Ah iya Lulu hyungmu sudah pulang. Apa kau ingin makan bersamanya?" tawar mama Luhan lagi. Pasalnya sebelum ini, setiap mendengar nama Luhan disebut, Baekhyun akan merasa senang. Karena Luhan adalah sosok yang paling berharga bagi Baekhyun semenjak kedua orang tuanya meninggal.

"Baekkie aku datang~~"

Dan tak lama Luhanpun datang dengan riang, selalu mencoba untuk membuat suasana disekitar Baekhyun terasa menyenangkan. Namun tetap saja, tak ada balasan dari Baekhyun seperti biasanya. Baekhyun hanya memandang Luhan sejenak, lalu kembali menarik selimutnya.

"Ah mama biar sekarang aku yang bersama Baekhyun, mama bisa istirahat"

"Ah baiklah, baik-baik ya kalian berdua" Luhan tersenyum dan mengangguk.

"Luhan, Baekhyun masih belum mau bicara, kau bujuklah lagi dia ne" Mama Luhan sedikit berbisik, Luhanpun mengarahkan pandangannya ke makhluk kecil yang masih setia diatas ranjang dengan tatapan sedih

"Tentu mama"

"Baiklah, mama tinggal ya" akhirnya beliaupun keluar meninggalkan keduanya, segera Luhan menghampiri Baekhyun.

"Baekkie ayo makan" ajak Luhan sembari mengelus pipi Baekhyun lembut.

"Apa kau mau ini? Ini aku buatkan kau coklat panas kesukaan kita"

"Tidak mau... tidak suka..." lirih Baekhyun. Luhan sedikit terkejut, pasalnya ini adalah minuman kesukaan Baekhyun ditambah lagi, ini kali pertama Baekhyun membuka mulutnya semenjak saat itu.

"Hm? Bukankah-"

"Lulu hyung juga tak menyukainya kan?"

"Lulu hyung tidak menyukai coklat panas yang aku buat... ani... Lulu hyung tidak menyukaiku..." ucap Baekhyun setengah berbisik. Namun dengan jelas terdengar ditelinga Luhan dan dengan tepat melukai hatinya.

"Baek-Baekkie mian tentang... Aku tak bermaksud melakukannya. Apa tanganmu masih terasa sakit eum?" Luhan segera menggenggam tangan Baekhyun, meski sebenarnya ia tahu bahwa luka tersebut telah sembuh, namun tetap saja Baekhyun pasti masih terluka…. Dihatinya.

"Aku sangat menyayangimu maafkan aku yang egois..." Luhan segera melepas tautan tangan mereka dan segera digantikan dengan pelukan hangat.

"Baekkie takut... takut kalau suatu hari Lulu hyung meninggalkanku. Takut bila semuanya meninggalkanku sendirian... Baekkie takut..." Luhan merasakan pelukannya dibalas oleh Baekhyun. Erat, sangat erat seolah takut jika dirinya akan pergi.

"Ani, aku tak akan meninggalkanmu. Aku akan selalu bersamamu. Bukan hanya aku Baekkie, semuanya akan selalu bersamamu..."

"..."

Hening sejenak, hingga...

"Hiks... Baekkie... rinduuu~ sekali Lulu hyung~"

Rindu.

Luhan merasakannya, dengan sangat eratnya pelukan ini, membuktikkan betapa rindunya Baekhyun terhadapnya.

Kalau begitu, apa beberapa waktu lalu dirinya benar-benar mengabaikan malaikat kecil ini. Benar-benar hampir meninggalkannya, benar-benar membuat Baekhyun kesepian.

"Nado Baekkie, hyung merindukanmu, mianhae~"

Meski bukan sepenuhnya kesalahannya, Luhan merasa dirinya yang paling bersalah atas semua ini.

Luhan terus membelai adik kecilnya, memilih menemani Baekhyun dengan membaringkan kedua tubuh mereka. Hal seperti ini sangat ia rindukan, untuk beberapa saat keadaan terasa hening yang kemudian digantikan oleh tarikan dan hembusan nafas yang teratur. Menandakan bahwa orang yang berada dipelukannya telah terlelap.

Diusapnya lembut wajah Baekhyun yang masih tersirat kesedihan tersebut. Dan tak berapa lama kembali terdengar suara, seperti lenguhan. Baekhyun mungkin bermimpi. Dan Luhan tak menyukainya...

"... Jangan... pergi... kesepian..."

Mendengar itu membuat Luhan semakin mengeratkan pelukannya, meyakinkan Baekhyun yang meski tertidur, bahwa ada seseorang paling tidak dirinya yang masih setia disampingnya.

"Ssshhh... Baekkie, hyung disini..." lirih Luhan, sebisa mungkin menenangkan Baekhyun tanpa membangunkannya. Nafasnya sedikit berat, mimpi buruk kah? Mimpi yang selama ini selalu membuat Baekhyun takut, meski saat dirinya terbangun, mimpi itu terus membayanginya, seolah seperti keadaan yang nyata yang selalu membayangi malaikat kecil ini.

Terus saja ia usap rambut halus Baekhyun dan sesekali mencium puncak kepala sepupunya tersebut. Ingin ia mengatakan kalimat yang panjang untuk membuat Baekhyun tenang, tapi sekarang hanya sentuhan hangat yang mampu meyakinkan Baekhyun. Dan sepertinya berhasil, nafasnya mulai kembali teratur.

'Aku janji... aku tak akan meninggalkanku. Tak akan ada lagi yang namanya kesepian, hyung janji..."

.

-Flashback End-

.

.

"Andai saja aku tidak egois..."

Kembali merasa bersalah setelah mengingat semua yang terjadi akhir-akhir ini. Meski Baekhyun telah berangsur membaik, tapi tetap saja...

"Sudah kubilang hyung. Jika memang mau menyalahkan, aku juga salah. Harusnya aku lebih perhatian pada Baekhyun. Harusnya aku mengetahui kekhawatiran Baekhyun. Harusnya-"

"Harusnya kita lebih banyak meluangkan waktu bersama, kita... semuanya..."

Benar, semuanya. Dirinya, Kyungsoo, eomma, appa, orang-orang terdekat, Chanyeol, Kai, dan Se-hun...

Sehun...

Membuatnya berfikir kembali, sejak kejadian beberapa waktu lalu yang menjadi puncak semua ini. Dirinya sama sekali belum bertemu dengan Sehun, atau bisa dibilang menghindari? Ya!

Meski tak bisa dipungkiri, dirinya merindukan sang kekasih. Tapi Sehun memang sedikit keterlaluan...

"Hah~ Benar, kita..." Kyungsoo menghembuskan nafasnya kasar, ia pun merasakan apa yang Luhan rasakan saat ini, bersalah tentu saja.

Luhan kembali dari renungannya karena Kyungsoo, namun suasana hening sejenak.

"Hyung jangan bersedih, semuanya akan kembali seperti semula. Baekhyun akan kembali ceria. Maka dari itu kita tak boleh menampakkan wajah sedih di depannya. Kita... adalah orang yang seharusnya menjadi bagian indah dari kehidupan Baekhyun. Kita akan mengajari dan mengajaknya menjalani hidup dengan bahagia" ucap Kyungsoo sambil memegang kedua bahu Luhan, meyakinkan apa yang ia katakan.

"Ne kau benar Kyungie" Luhan akhirnya tersenyum, benar saat ini bukan waktunya untuk bersedih. Jika dirinya terus bersedih, lalu siapa yang akan membawa kebahagian untuk Baekhyun dan yang ada disekitarnya.

"Sejak kapan kau jadi dewasa seperti ini? Apa berkencan dengan Kai membuatmu seperti seorang eomma eum? Ternyata berpacaran dengannya membuahkan hal seperti ini aigooo…" goda Luhan sembari mengacak pelan rambut Kyungsoo.

"Ya hyung! Kau kira Kai itu apa. Meski dia seperti itu, dia selalu memberiku nasehat yang baik" Kyungsoo mempoutkan bibirnya sambil membenarkan rambutnya.

"Dan itu juga kewajibanku harus bersikap dewasa karena mempunyai sepupu yang seperti anak kecil. Apalagi pacarannya dengan anak kecil seperti Se...hun" Kyungsoo kelepasan, ia tutup mulutnya juga memukul pelan kepalanya sendiri.

'Bodoh' batin Kyungsoo

"Ah hyung mianhae membuatmu..."

"Ah ani, kalau dipikir-pikir memang seperti anak kecil, padahal aku dan Se-"

"Hyung..."

Sebuah suara menginterupsi keduanya. Yang hendak dibicarakanpun akhirnya muncul. Luhan menoleh, senang? Tentu. Kecewa, masih.

"Sehun-ah?" Kyungsoo yang menjawab, karena Luhan hanya diam menatap Sehun dengan pandangan sayu.

Baik Sehun maupun Luhan masih tak ada tanda-tanda untuk memulai aksi. Mereka canggung entah apa. Sejak saat dimana Baekhyun dihempaskan Sehun hingga tersungkur meski itu tindak ketidak-sengajaan, mereka berdua tak saling berkomunikasi ataupun bertemu.

Luhan sibuk dengan pikirannya yang dipenuhi dengan kondisi Baekhyun, dan Sehun sibuk dengan perasaan takutnya. Takut.

Tentu saja dia takut dengan kondisi Baekhyun terakhir kali dirinya melihanya. Meski pada awalnya dirinya jengah dengan tingkah laku kekanakan Baekhyun hingga dirinya tak bisa mengahabiskan waktu dengan Luhan sang kekasih.

Namun, menyaksikan Baekhyun menangis, menangis bukan karena tindakan kasarnya, tapi menangis seakan takut akan kehilangan sesuatu, takut akan ditinggalkan, taku akan kesepian. Mengingatkannya pada dirinya beberapa tahun lalu. Saat dengan teganya kekasihnya meninggalkannya demi namja kaya lain, namun bersyukurlah yang pada akhirnya dirinya bisa bertemu dengan Luhan.

Sejak saat itu dia takut kehilangan orang yang dicintainya, takut jika Luhan suatu hari nanti meninggalkannya. Membuatnya merasakan sakit lagi dan kesepian.

Takut... Kesepian...

Kata itu akhirnya menghantam pikiran Sehun. Mungkin Luhan bagi Baekhyun, sama halnya Luhan bagi dirinya. Dan perasaan takut akan kesepian yang dirasakan Baekhyun mungkin sama dengan apa yang ia rasakan. Kalau begitu mengapa tidak berbagi saja? Bukankah jika lebih menyenagkan jika bersama-sama? Dan tak ada yang namanya kesepian.

Benar mungkin yang kekanak-kanakan bukanlah Baekhyun, namun dirinya. Baekhyun tak pernah terganggu dengan adanya dirinya, Baekhyun tak pernah menunjukkan rasa tidak suka pada dirinya. Bahkan Baekhyun merasa bahagia dengan bertambahnya seorang teman. Malahan Baekhyun memintanya untuk tidak pergi, untuk tidak meninggalkan Luhan...

.

"...Sehunnie jangan pergi"

"Jangan pergi aku mohon~"

"Jangan pergi, jangan tinggalkan Luhannie hyung..."

.

Menyakitkan... Dan saat ini waktu untuk menyelesaikannya. Meminta maaf dan meraih kembali orang yang disayanginya. Menghilangkan rasa sakit itu...

Sehun berjalan lebih mendekat kearah dimana Luhan dan Kyungsoo duduk, sesampainya ia hanya berdiri mematung dengan kepala sedikit tertunduk.

"Duduklah" pinta Kyungsoo yang menyadari Sehun sedikit ragu. Dan Sehunpun dengan malu-malu mendudukkan dirinya didepan mereka berdua.

"Maafkan aku hyung" lirih Sehun namun dengan kesungguhan didalamnya.

"Minta maaflah pada Baekhyun" kali ini akhirnya Luhan berbicara, dengan nada lembut namun tersirat ketegasan disana.

"Tentu hyung... Lalu bagaimana keadaan Baekhyun..." tanyanya dengan khawatir.

"Lebih baik dari terakhir kali kau melihatnya" Sehun kembali tertunduk, menyesal dengan tindakan saat itu, lebih tepatnya dengan tindakannya selama ini.

"Apa kau ingin menjenguk Baekhyun?" Kyungsoo kembali masuk dalam percakapan yang ia tahu ada ketegangan didalamnya.

"Bolehkah?" tanya Sehun yang langsung mendongakan kepalanya. Ia terkejut namun juga lega. Karena dirinya ingin meminta maaf secara langsung. Tapi dirinya juga takut, bagaimana kalau Baekhyun...

"Bagaimana kalau Baekhyun kondisinya kembali memburuk, Kyung?" Luhan berkomentar.

"Aku rasa tidak akan apa-apa hyung" jawab Kyungsoo lembut, yang tahu kekhawatiran Luhan jika Baekhyun bertemu Sehun.

"Tapi bukankah-"

"Bukankah saat itu Baekhyun tidak mau jika Sehun pergi? Tidak mau jika Sehun meninggalkanmu dan meninggalkanya? Jadi aku rasa kedatangan Sehun akan membuatnya mengerti hyung..."

"Mengerti bahwa tak ada yang meninggalkan siapapun. Mengerti bahwa tak ada yang tak menyayanginya. Mengerti bahwa Sehunpun datang untuknya. Benar begitu kan?" Kyungsoo menjelaskan kepada Luhan dampak baik kedatangan Sehun nanti. Dan pertanyaan terakhir ia tujukan pada Sehun.

"N-ne..."

"Baiklah sepulang sekolah kau ikut pulang bersama kami" kata Kyungsoo final, dan Sehun mengangguk menyetujui.

"Eum itu... Chanyeol sepertinya juga ingin bertemu dengan Baekhyun" kata Sehun lagi. Benar, satu ornag lagi yang benar-benar mengkhawatirkan sosok Baekhyun.

"Ani, aku rasa lebih baik untuk hari ini cukup kau saja. Aku masih khawatir dengan Baekhyun. Kita lihat reaksi Baekhyun terlebih dulu" kata Luhan. Mereka berdua menyetujui keputusan Luhan.

Lalu bel masuk pun terdengar, semua anak yang berada di kantin segera bangkit dari duduk mereka untuk menuju kelas, begitu juga dengan mereka bertiga.

Namun saat hendak melangkah keluar kantin, Luhan berhenti karena merasa tangannya ditahan oleh siapa lagi kalau bukan Sehun.

"Hyung~" panggil Sehun lirih, menatap Luhan dengan tatapan sendu.

"Kyung bisa kau kekelas terlebih dahulu dan tolong katakan pada songsaem kalau aku sedikit terlambat" pinta Sehun pada Kyungsoo. Kyungsoo tahu apa yang akan dilakukan Sehun mengangguk dan meninggalkan mereka pergi.

Dan tinggalah Sehun dan Luhan. Sehun menuntun Luhan keruang loker yang sepi masih dengan memegang lengan Luhan.

.

.

.

"Hyung sekali lagi mianhae... mianhae karena semua ini..."

"Yang aku lakukan memang keterlaluan, aku menyesal. Kai sudah menjelaskannya dan akupun sudah sadar dan menyesalinya hyung. Aku minta maaf hyung. Aku egois..."

"Dan aku... merindukanmu hyung" Sehun mengatakan itu semua dengan ekspresi bersalah namun ada keseriusan didalamnya. Terutama untuk yang terakhir.

"Ya kau memang seharusnya menyesal" jawab Luhan.

"Dan akupun merindukanmu..." lanjut Luhan, dan mendengar itu senyuman kecil tercetak dibibir Sehun sesaat.

"Tapi... ada sesuatu yang aku pikirkan"

Sesaat, hanya sesaat.

Kembali wajah Sehun kembali seperti semula, saat mendengar keraguan dikalimat Luhan"

'Tapi...' kenapa kata itu harus keluar.

"Aku berpikir... kita... aku rasa ada baiknya... kita hentikan hubungan ini..."

Sehun membulatkan matanya, benar-benar terkejut. Apa ia tak salah dengar?

'Menghentikan hubungan?' apakah artinya harus putus? Berpisah?

Sepertinya ia tak salah dengar. Kata itu berhasil menancap tepat di dada Sehun. Apakah ini harga yang harus ia terima? Bukankah dirinya sudah menyesal, apa itu belum cukup?

Tentu saja belum, jika kau menyaksikan orang yang kau sayangi kembali terpuruk karena ulahmu. Itu pasti yang dipikirkan Luhan. Tapi tetap saja, ia tak mau dan tak sanggup kehilangan orang yang dicintainya lagi. Tak mampu kehilangan Luhan meski hanya untuk...

"...sejenak..." lanjut Luhan, yang menambah keterkejutan Sehun.

"Hyung apa maksudmu?" Tanya Sehun, meski sebenarnya telinganya menangkap apa yang dikatakan Luhan. Namun hatinya menolaknya.

"Aku... ingin kita untuk pu-"

"Ani" kata Sehun tegas sambil memegang pundak Luhan.

"Apa ini karena sikapku?" Sehun menatap Luhan yang terlihat ragu dengan permintaannya sendiri.

"Ani Sehun, bukan hanya kau. Aku berpikir ini salahku juga, kalau saja aku lebih mengerti apa yang dirasakan Baekhyun. Maka..."

"Ani hyung"

"Jika kita terus menjalaninya pasti akan sulit, aku mencintaimu begitu juga dengan Baekhyun. Akan sulit jika harus memilih salah satu saat kita harus berjalan bersama. Jadi-"

"Jadi kenapa kita tak berjalan beriringan saja?" kali ini Sehun menggenggam erat kedua tangan Luhan. Sejak tadi ia hanya diam mulai Sehun menarik tangannya hingga kini. Jujur Luhan sangat rindu sentuhan Sehun tersebut.

"Ne?"

"Kenapa tidak beriringan saja? Aku, dirimu, Baekhyun, Kyungsoo, Kai, Chanyeol, orang tuamu, sahabat, saudara dan semuanya?" Sehun ingin sekali Luhan menarik kata-kata tersebut. Berpisah dengannya? Mustahil, meski hanya sejenak itu tak mungkin.

"Dunia ini cukup luas untuk kita semua berjalan beriringan bersama hyung. Tidak perlu memilih satu salah satu diantar kami, kita semua bisa hyung…."

"….Dan bukankah Baekhyun akan lebih bahagia jika orang-orang yang ia sayangi bisa berbagi bersama dirinya. Jujur aku pun terkejut saat melihat Baekhyun menangis seperti itu. Aku benci dan takut hanya untuk berfikiran seseorang akan meninggalkanku. Tapi pada kenyataannya aku malah membuat orang merasa takut saat diriku akan pergi..."

"Saat melihat Baekhyun, aku melihat pantulan diriku sendiri. Takut kehilangan seseorang lagi. Maka dari itu hyung kumohon jangan hentikan hubungan ini. Mungkin aku terdengar meminta untuk kepentinganku, tapi tidak hyung aku serius. Ini juga demi kebaikan Baekhyun, dia pasti akan menyalahkan dirinya kembali, begitu juga denganku... karena aku yang membuat Baekhyun merasakan itu lagi..."

"Sehunnie..."

GREB

"Mianhae... hiks karena aku berpikiran sempit, aku tidak bermaksud, aku hanya takut... aku..." Luhan memeluk Sehun dengan erat. Sehun tersenyum bahagia dan membalas pelukan hangat itu. Ia mengerti apa yang dirasakan Luhan, jadi dirnyapun maklum dengan permintaan mustahil Luhan di awal.

"Sssshhh hyung, sudahlah... aku mengerti... kita semua... bersama akan selalu berada disisi Baekhyun ne..." Sehun mengusap pundak dan rambut Luhan yang mulai sesunggukkan tersebut untuk menenangkannya.

"Eumm" Luhan hanya mengangguk masih dalam pelukan Sehun ia rindu aroma tubuh Sehun, ia rindu perlakuan Sehun, ia rindu semua yang ada pada diri Sehun. Ia merindukanya. Bagaimana mungkin tadi ia meminta putus, bodoh. Itu tidak mungkin, membayangkannya saja ia sudah takut. Ia menyesal telah mengataknnya. Tapi beruntung Sehun masih mau meyakinkan dan menggapainya.

"Hunnie..."

"Eum?"

"Sejak kapan kau jadi berpikiran dewasa seperti ini eoh? Kau tidak cocok" Tanya Luhan polos setelah merenggangkan sedikit pelukannya dan menatap wajah Sehun.

"Ya hyung! Aku kekanakan salah, aku bersikap dewasa juga salah! Lalu aku harus bagaimana?" kata Sehun kesal atas pernyataan Luhan.

"Kekeke.." Luhan terkiki melihat ekspresi Sehun yang kesal sambil memanyunkan bibirnya. Dan Luhan kembali memluk Sehun.

"Kau hanya harus menjadi Oh Sehun. My Sehunnie" kata Luhan lirih dengan perasaan bahagia disetiap katanya.

"Ne hyung... gomawo… saranghae..."

"Nado saranghae..."

.

.

.

==00==00==00==

.

.

.

Seperti rencana, mereka bersama-sama menjenguk Baekhyun saat pulang sekolah. Kyungsoo sudah memutuskan memang akan tinggal beberapa hari dikediaman Luhan. Dan Sehun menjenguk sekaligus meminta maaf pada Baekhyun.

Sedangkan Chanyeol, sebenarnya ia bersikeras ingin ikut menjenguk Baekhyun namun dengan alasan yang sudah dijelaskan yaitu untuk melihat dulu bagaiman reaksi Baekhyun nanti, maka akhirnya dengan berat hati Chanyeol menyetujuinya.

Sebenarnya mereka semua tanpa sadar, saat berbicara tentang Baekhyun mereka selalu memasukkan nama Chanyeol kedalamnya. Itu menjelaskan bahwa Chanyeol termasuk bagian terpenting dari kehidupan Baekyhun.

Chanyeol tahu itu, sebagaimana pula Baekhyun. Tapi untuk saat ini biarkan mereka yang mengetahuinya.

.

.

Cklek~

"Baekkie..." panggil Luhan langsung saat ia memasuki kamar Baekhyun.

Baekhyun masih berbaring dikasurnya, namun matanya tak terpejam. Ia hanya melihat keluar jendela entah apa yang sebenarnya ia lihat.

Dan mendengar suara Luhan, Baekhyunpun kemudian bangkit mendudukkan dirinya untuk melihat Luhan. Baekhyun tersenyum manis, meski tidak seperti biasnya yang akan langsung menerjang dan memluk Luhan sekali ia bertemu. Namun itu sudah lebih baik, Baekhyun sudah sedikit tenang.

"Hyung~ Eum Kyungie ada disini juga?" kata Baekhyun saat melihat Kyungsoo yang muncul dibelakang Luhan.

"Eum aku akan menginap disini Baekkie." kata Kyungsoo.

"Benarkah? Bakkie senang, gomawo~"

"Ah iya, ini aku membuatkan catatan pelajaran untuk mu" kata Kyungsoo kemudian sambil mengampiri Baekhyun dan duduk ditepi ranjang.

"Gomawo~"

"Eum Baekkie ada yang mau bertemu denganmu" kali ini Luhan yang berbicara, Luhan terengar senang sekali.

"Denganku?" bingung Baekhyun.

"Adakah yang mau bertemu denganku hyung?" Tanya Baekhyun lirih. Dirinya pasti berpikir tak aka nada yang mau bertemu dengannya karena dirinya hanya anak yang menyusahkan.

"Ne Baekkie, dia sangat ingin bertemu denganmu" Luhan menangkaup wajah Baekhyun meyakinkan Baekhyun, ia tahu apa yang sedang Baekhyun pikirkan saat ini.

"Si-siapa hyung?"

"Tunggu sebentar ne" Luhan segera beranjak dari tempat tidur Baekhyun dan menghampiri pintu kamar yang masih terbuka.

Luhan menghilang sebentar dibalik kamr Baekhyun, namun segera dia muncul dengan seseorang yang ia gandeng untuk untuk masuk mengikutinya.

"Se-sehun?" Baekhyun terkejut melihat kedatangan Sehun.

"Baek-Baekhyun-ah…" panggil Sehun lirih sambil memandang kearah Baekhyun.

"Hampiri dia…" bisik Luhan kepada Sehun, Sehun dengan pelan mulai melangkahkan kakinya menuju ranjang Baekhyun. Kemudian ia ikut bergabung duduk ditepi ranjang.

"Baek-Baekhyun-ah mianhae..."

Sehun benar-benar tulus dalam setiap kata yang ia ucapkan. Sehun melihat Baekhyun yang mencengkeram erat selimut yang menutupi tubuh mungilnya. Dirinya takut bila Baekhyun kembali menangis hiteris setelah ini. Ia takut jika Baekhyun…

GREB

"Sehunnie maafkan Baekkie hiks hiks..." Baekhyun memeluknya.

"Bae-Baekhyun-ah~" Sungguh ia terkejut.

"Sehunnie pasti masih marah, mianhae..."

"Mian~ jangan tinggalkan Luhanie hyung~ Luhannie hyung sangat menyayangimu... Jangan pergi..."

"Jangan tinggalkan Baekkie, mianhae..."

"Baekkie hiks hiks.." Sedari tadi Sehun hanya terdiam mendengar ucapan dan tangisan Baekhyun.

Bagaimana bisa Baekhyun terus meminta maaf padanya. Menangis untuknya dan orang-orang yang dicintai, harus bukan seperti ini. Harusnya Baekhyunlah yang berhak menerima semua poermintaan maaf itu.

Dan tanpa disadarinya, perlahan setets air matanya pun ikut terjatuh, Sehu menangis.

"Baekhyun-ah, sssshh uljima..." Sehun membalas pelukan Baekhyun, ia usap punggung kecil Baekhyun untuk menenangkan Baekhyun. Benar ia ia pikirkan, Baekhyun pasti akan menangis menangis, namun bukan tangisan seperti saat itu. Ia merasa ada kelegaan dihati Baekhyun saat ini.

"Aku... aku yang seharusnya meminta maaf, mian..." Sehun merenggangkan pelukannya dan basah karena air mata milik Baekhyun.

"Aku selalu kasar padamu. Aku egois, aku harusnya juga memperhatikanmu, mian ne.." ia usap air mata yang masih mengalir disudut mata Baekhyun.

"Aku menyayangi Luhan hyung. Dan aku... aku juga menyayangimu Baekhyun-ah..." kata Sehun lembut.

"Sehunnie menyayangiku?" Tanya Baekhyun sedikit tak percaya, ia mengenggam tangan Sehun yang masih berada di wajahnya.

"Ne.. sangat sayang. Semuanya menyayangimu, tak ada yang tak menyayangimu. Jadi berhenti menangis ne..." entah kenapa yang pada awalnya dirinya sedikit tak percaya, kemudian mengangguk kepalanya polos.

"Ne"

"Baekkie juga saying Sehunnie, Luhannie hyung, Kyungie dan semuanya…" kata Baekhyun yang tangisannya telah tergantikan dengan senyuman. Kembali memluk Sehun.

"Baekkiepun menyayangi Chanyeol" lirih Baekhyu, sangat lirih. Entah Sehun mendenagrnya atau tidak. Dan apakah BAekhyunpun sadar dengan apa yang dikatakannya tadi.

==00==00==00==

.

.

.

Sehun masih berada didalam kamar Baekhyun, menemaninya sampai Baekhyun benar-benar terlelap.

Membereskan makanan beberapa makanan yang tersisa dimeja yang sempat dirinya, Baekhyun dan Luhan makan bersama sebelumnya. Menaruh sisa-sisanya diatas nampan untuk segera ia bawa kedapur.

Pluk

Namun sepertinya ia tak cukup hati-hati, menyebabkan beberapa kertas dan sebuah buku jatuh dilantai. Ia pungut barang yang jatuh untuk ditempat ditempat semula, namun saat sebuah buku yang jatuh terbalik diangkat, selembar kertas terjatuh darinya.

"Mmm...ini..."

Selembar foto.

Sehun memperhatikan foto tersebut, terdapat gambar seorang anak sekitar 10-11 tahun difoto tersebut.

"Aku rasa ini bukan foto kecil Baekhyun... Luhan maupun Kyungsoo"

"Sepertinya tidak asing..."

Terkesan familiar.

Sehun terlihat berfikir, seakan tertarik untuk mengingat-ingat foto ditangannya, karena ia seperti mengenalnya.

Cklek

"Sehunnie..."

Namun sepertinya ketertarikan telah beralih kesumber suara.

Sehun menoleh, tersenyum.

"Luhan.."

Segera ia selipkan kembali foto tersebut kedalam buku dan meletakkannya kembali kearah meja. Dan perhatiannyapun terarah kepada Luhan yang baru saja masuk, melupakan siapa figur didalam foto tersebut yang membuatnya penasaran.

.

.

-TBC-

-Author's Pov End-

.

.

.

-TBC-