"Mencintai adalah sebuah anugerah. Maka dari itu, saat Tuhan memberi anugrah kepadaku untuk bisa mencintai dan mendapatkanmu, aku akan selalu menjagamu— bagaimana pun caranya."
.
.
.
.
Overload
[by Choi Rinri & Kim Hyojung]
Main Cast : Kim Jongwoon & Kim Ryeowook
Rated : M
Genre : Romance & Drama
Warning : YAOI, OOC, Adult Fanfic, & Don't like don't read.
.
.
.
.
"Jangan ikat hyung lagi, Ryeowook," lirihnya saat melihat kedua tangannya yang mulai terlilit oleh kain-kain, mengikat kuat kedua pergelangan tangannya dan membuat pergerakannya terkunci karena masing-masing kedua tangannya terikat di sisi ranjang. "kumohon…"
Ryeowook hanya tersenyum simpul. Seolah tak mendengar namja di hadapannya yang terus memohon, dan dengan santainya ia kembali melanjutkan pekerjaannya. Mengikat kuat kedua tangan namja yang (Ryeowook berani bersumpah) memiliki wajah sangat tampan itu.
"Ini waktunya tidur ya, Jongwoon hyung." ujarnya mengingatkan, mengulang perkataannya seperti yang ia ucapkan saat pertama kali membuka pintu dan mengunjungi Jongwoon siang ini. Tubuh berperawakan kecilnya berjalan mendekat, duduk di samping namja yang masih terbaring di ranjang dengan keadaan yang tak menyenangkan.
Sejenak ia mempusatkan perhatiannya pada meja nakas yang berada di belakangnya. Kemudian dengan telaten kembali membereskan alat-alat medic yang selalu dibawanya. Kali ini sebuah suntikan berjarum panjang berada di tangannya. Menatap dengan intens dan tersenyum penuh arti saat melihat cairan menetes di ujungnya.
"Cukup, kau sudah menyuntikku sebanyak tiga kali hari ini." Jongwoon menatap waspada saat melihat Ryeowook yang kembali 'bermain' dengan alat-alat yang paling dibencinya itu. Sejenak mengusap ujung suntikannya dengan kapas, dan kini Ryeowook meraih pergelangan tangan Jongwoon.
Jongwoon saat ini benar-benar dalam titik terendah. Sekitar 20 menit yang lalu Ryeowook datang ke kamarnya lalu menyutikan obat penenang (yang menurut Jongwoon membuatnya seperti hampir mati), dan sekarang Ryeowook kembali ingin menyuntiknya. Kadang Jongwoon berpikir, kenapa Ryeowook tidak langsung menyuntik mati saja.
Walau tubuhnya lemas, tapi Jongwoon masih bisa berontak, setidaknya walau bagi Ryeowook justru terdengar seperti rengekan bayi yang menggemaskan. Menggerakan tangannya tak beraturan, dan Ryeowook sampai harus bangkit dari duduknya agar dapat memegang pergelangan tangan Jongwoon dan menyuntiknya dengan mudah.
Jongwoon dibuat kalap, tapi Ryeowook masih memasang wajah tenangnya dan justru tersenyum manis saat melihat Jongwoon yang mulai tak tenang. Berhasil mengunci tangan Jongwoon, tapi sekarang Ryeowook dibuat kewalahan karena Jongwoon yang terus berteriak dan membenturkan kepalanya pada kepala ranjang.
Dan saat itu juga, tanpa menunggu lama, Ryeowook langsung membungkam Jongwoon dengan bibirnya. Menciumnya dengan dalam, dan Ryeowook dapat merasakan nafas hangat Jongwoon yang terengah-engah. Ryeowook menutup mata dengan tenang, berbeda dengan Jongwoon yang memejamkan mata dengan kening yang mengkerut.
Saat merasa Jongwoon lebih tenang, Ryeowook tak ambil banyak waktu dan langsung menyuntikan jarumnya pada pergelangan tangan Jongwoon. Membuat namja tersebut memejamkan matanya erat karena merasakan ngilu di area urat nadinya.
Setelah menarik keluar jarum suntiknya, Ryeowook menyudahi ciumannya. Dan ia dibuat geli saat melihat wajah Jongwoon yang memerah dan sibuk mengatur nafas.
"Kau terlihat semakin tampan dengan raut wajah seperti itu, hyung." goda Ryeowook sembari membersihkan ujung jarum suntikannya dengan kapas, lalu menatanya kembali di kotak yang terdapat alat-alat khusus miliknya di dalamnya.
Jongwoon hanya diam, kemudian memalingkan wajahnya. Ia sendiri tidak tahu harus berkata apa. Karena yang ia tahu, obat penenang Ryeowook mulai berfungsi pada tubuhnya. Membuatnya merasa lemas, mengantuk— dan ia tak tahu apa debaran halus di jantungnya juga salah satu efek suntikan yang diberikan Ryeowook atau bukan.
Namja berwajah manis itu melirik jam yang berada di dinding ruangan tersebut. "Sudah jam 1 siang, kau harus benar-benar tidur." ujarnya lagi. Sedangkan Jongwoon memilih memejamkan mata dan menuruti ucapan Ryeowook.
Ryeowook membenarkan posisi jas kerjanya yang sedikit berantakan. Kemudian memasukan kembali kotak hitam berisi alat-alat medicnya pada tas jinjing yang dibawanya. Setelahnya ia pun kembali mendekatkan wajahnya pada Jongwoon yang masih memilih memalingkan wajah.
"Kim Jongwoon," ucap Ryeowook, sembari mengusap anak rambut Jongwoon yang mulai memanjang dan menutupi keningnya. "aku mencintaimu, sangat mencintaimu." Lanjutnya, sebelum ia melangkah keluar kamar dan benar-benar meninggalkan Jongwoon sendirian di ruangannya.
"Jangan banyak bertingkah, karena aku selalu mengawasi apa yang memang menjadi milikku, Kim-Jong-Woon."
.
.
[TBC]
.
.
[A/N]
Saya saat ini (ceritanya) lagi hiatus buat update hehehe. Tapi hiatus saya gagal karena salah satu sahabat saya mengajak untuk berkolaborasi(?) membuat fanfic YeWook. Kim Hyojung namanya. Dia awalnya ingin menjadi author, tapi berhubung dia bingung cara mempublish cerita jadi dia nitip(?) di saya. Lagipula saya dan dia memang dari dulu ada keinginan untuk bikin fanfic bareng hihihi.
Selamat datang(?) untuk Kim Hyojung yeaaaa! Bertambah lagi author yang akan bersama-sama melestarikan Fanfic YeWook hohoho.
Dan inilah ceritanya. Masih prolog-pendek-gantung, emang hehehe. Chap depan lebih nitik beratin di flashback, tapi ada penjelasan juga kok. Jadi jangan bosen ya buat nunggu :3
Be-te-wee untuk fanfic saya sendiri, lagi on the way ya ._. hehehe. Aduh kebanyakan ngomong banget ini haha.
Sayonara dan kami tunggu review kalian :-)
21 April 2013
Untuk semua readers terbaik kami,
[CHOI RINRI & KIM HYOJUNG]