Disclaimer : All Character belong to Masashi Kishimoto
Tittle : With All My Heart
Genre : Romance, Angst
Rate : T
Pairing : NaruSaku slight SasuKarin, dll.
Inspirated : Untuk quote kali ini, Muki terinspirasi dari lagu 'Intuition' ( ). Semoga suka! ^^
Warning : OOC, AU, gaje, abal, ancur, minim deskriptif, typo(s), death chara, dll.
.
.
Chapter 6 : Don't leave me! (Ending)
.
.
I get a feeling that you'll leave me. It felt different from before, your cold. I can't let you go. Why would you say goodbye if you told me that you love me? I can't let you go like this. Never, because I love you. Don't try to leave me with only an excuse—Sakura Haruno—
oooOOcherryblossomOOooo
.
.
"Sakura-chan, aku tidak pernah benar-benar menyukaimu. Sejujurnya aku hanya ingin bermain-main saja denganmu karena kau adalah seorang idola. Sejak dulu aku memang bermimpi untuk bisa berkencan denganmu, tapi sekarang aku sudah lelah bermain-main..."
"Kau bohong, Naruto!" kata Sakura, memotong kalimat Naruto. Ia benar-benar tidak ingin mendengar Naruto melanjutkan kalimatnya. Rasanya begitu sesak mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Naruto. Ditambah lagi, ekspresi Naruto yang terlihat sangat serius dan dingin membuatnya semakin takut. Boneka teddy bear yang sejak tadi di pegangnya pun terjatuh ke lantai.
'Apakah hubungan kami akan benar-benar berakhir? Bukankah sampai kemarin semuanya masih baik-baik saja?' batin Sakura berkecamuk,
"Aku tidak bohong," jawab Naruto dengan meyakinkan,
"Jadi mulai sekarang kita berpisah, kau tidak perlu menemuiku ataupun menghubungiku lagi, dan aku juga tidak akan pernah menemuimu ataupun menghubungimu lagi Sakura!" tambah Naruto tanpa suffix 'chan' yang selama ini tak pernah terlewatkan olehnya.
Deg. Sakura hanya tertegun mendengar setiap kalimat yang di ucapkan Naruto dengan sangat lancar. Hatinya remuk redam, dadanya benar-benar terasa sesak dan Sakura merasa sangat sulit untuk bernafas.
'Jadi hubungan kami benar-benar berakhir sampai di sini? Kenapa? Kenapa semuanya jadi seperti ini? Kumohon, katakan semua ini hanya mimpi!' pinta Sakura dalam hatinya,
"Maafkan aku Sakura, dan terimakasih banyak untuk kebaikanmu selama ini. Sayonara!" tambahnya masih dengan nada suara yang dingin. Naruto mebelakangi Sakura, ia pun segera masuk ke dalam rumahnya, menutup pintu, dan melangkah pergi meninggalkan Sakura yang masih berdiri mematung di depan pintu.
Sakura langsung terduduk lemas di atas lantai. Air matanya semakin mengalir deras. Ino menghampiri Sakura, memeluk gadis itu sambil menepuk-nepuk pelan punggungnya agar Sakura sedikit lebih tenang. Ino bisa merasakan tubuh Sakura bergetar hebat, tangisan Sakura semakin kencang, hingga akhirnya ia ikutan menangis. Shikamaru yang masih tampak berpikir segera pergi menyusul Naruto.
.
.
Naruto menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, tetapi ia tidak bisa beristirahat sama sekali. Ia berusaha memejamkan matanya tapi tidak juga berhasil membuatnya tertidur. Jantungnya mulai berdenyut tidak normal lagi, membuat dada kirinya terasa sangat sakit.
"Naruto apa kau bodoh?" tanya Shikamaru yang langsung duduk di ranjang Naruto,
"Tadi aku pasti sangat menyebalkan, benar kan?" sambung Naruto lirih, suranya sedikit tercekat karena ia berusaha menahan sakit di dadanya.
"Mmm, tadi kau benar-benar menyebalkan. Troublesome."
"...tapi kau tetap mau berteman dengan orang menyebalkan ini kan, Shika?"
"Tentu saja, kau adalah sahabatku."
"Kalau begitu, maukah kau memenuhi permintaan sahabatmu yang menyebalkan ini?"
"Kau mau minta apa dariku?"
"Jangan katakan pada Sakura-chan, kalau semua yang aku katakan tadi adalah bohong!" Tidak ada jawaban dari Shikamaru, ia hanya menghela nafas panjang.
"Shikamaru onegai!" ucap Naruto, suaranya bergetar. Naruto merasakan dadanya semakin sakit.
"Naruto daijoubu?" tanya Shikamaru yang mendengar suara Naruto tidak seperti biasanya.
"Daijoubu desu..." jawab Naruto bohong,
"Kau tidak sedang berbohong, kan?" tanya Shikamaru cemas,
"Shikamaru kau akan memenuhi permintaanku, kan?"
"Baiklah, tapi sebenarnya apa alasanmu melakukan ini?"
"..."
"Sakura-san sangat mencintaimu. Dia terlihat bahagia saat bersamamu, dan ku lihat kau juga sama sepertinya tetapi kenapa? Kenapa kau lakukan ini, Naruto?"
"Kau salah, Shika! Aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa membahagiakan Sakura-chan...aku..." kalimat Naruto terhenti, dadanya semakin terasa sakit. Naruto memegang dada kirinya erat-erat. Ia tidak sanggup lagi menahan rasa sakitnya.
"Aaarrgghhh..." erang Naruto yang merasa sangat kesakitan.
"NARUTO! Kau kenapa?"
Naruto masih bisa mendengar suara Shikamaru yang mulai panik. Ia bahkan bisa melihat Shikamaru yang semakin mendekatinya, tetapi ia benar-benar sudah tidak punya tenaga lagi, bahkan hanya untuk sekedar menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
"Kumohon ambulance, cepatlah datang!" suara panik Shikamaru kini terdengar sayup-sayup di telinga Naruto. Shikamaru terlihat sedang menelepon seseorang dengan wajah pucat, tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena pandangannya semakin kabur.
"Naruto!"
"Shi-shika, a-aku s-sangat me-mencintai Sakura-chan..." ucap Naruto, terdengar sangat lirih dan lemah. Detik berikutnya Naruto langsung tidak sadarkan diri.
oooOOcherryblossomOOooo
.
.
.
"Lho, Ino...Sakura-san?" Gaara tampak heran karena melihat kedua gadis itu tengah menangis,
Ino menoleh ke arah sumber suara, dan reflek berdiri setelah melepaskan pelukkannya dari Sakura. Sakura sendiri ikut berdiri di samping Ino sambil menyeka air mata di pipinya dengan kasar,
"Gaara-sama?"
"Gaara-sama..." panggil Sakura, suaranya terdengar sangat lemah dan lirih. Mata emerald-nya yang tampak kosong mengarah lurus ke depan.
"Ya?"
"Bawa aku pergi dari sini!"
"Hah?"
"Bawa aku pergi dari tempat ini, onegai!"
Gaara menatap Sakura dengan seksama. Pasti telah terjadi sesuatu. Ia kemudian mengalihkan pandangannya pada Ino. Gadis itu terlihat tidak seperti biasanya, begitu juga dengan Sakura saat ini. Sepertinya telah terjadi sesuatu diantara Sakura dan juga Naruto.
"Sebenarnya aku ke sini karena ingin menemui Kushina-basan, tapi baiklah...kita pergi dari sini. Ke rumahku saja ya?" kata Gaara. Ia kemudian meraih tangan Sakura dan membawanya pergi meninggalkan mansion Namikaze.
"Tunggu, aku ikut!" ujar Ino yang kemudian mengambil boneka teddy yang tadi di jatuhkan oleh Sakura. Gaara hanya tersenyum kecil lalu mengangguk.
Sepanjang jalan, Sakura terus diam melamun. Gadis itu tidak mengeluarkan suara sedikit pun dan matanya terus menatap kosong ke luar jendela. Sementara itu, sambil menyetir Gaara sesekali menoleh ke arah Sakura, merasa cemas dengan keadaan gadis itu.
Di jok belakang, Ino juga hanya diam sambil memejamkan matanya. Ia tengah berpikir apa yang sebenarnya terjadi pada Naruto, kenapa ia tiba-tiba memutuskan hubungannya dengan Sakura? Tiba-tiba ia merasakan ponselnya yang sudah ia charge di tempat Sasame kemarin bergetar. Ino pun segera menganggkat ponselnya.
"Moshi-moshi, ada apa Shikamaru?"
"NANI?" teriak Ino, namun teriakan itu tak lantas menyadarkan Sakura dari lamunannya.
"Ada apa, Ino?"
"Gaara-sama...Naruto-sama..."
"Ada apa dengannya?"
"Gomen, kurasa sekarang bukan saat yang tepat untuk mengatakannya, kita tunggu saja sampai Sakura tenang. Sebentar, Gaara-sama..."
"Shikamaru, gomen aku tidak bisa ke Rumah Sakit sekarang. Kondisi Sakura terlihat tidak baik. Sejak tadi dia hanya melamun, aku akan menemani Sakura."
"Mmm, wakatta. Jaa ne!" kata Ino yang kemudian memutus sambungan teleponnya.
oooOOcherryblossomOOooo
.
.
.
"Apa kau mau menceritakan masalahmu padaku? Mungkin itu bisa sedikit mengurangi bebanmu,"
"Aku dan Naruto..." Sakura memutus kalimatnya.
"Ada apa dengan kau dan Naruto, Sakura-san? Apa kalian berdua bertengkar?" tanya Gaara yang sedang duduk di samping Sakura, di salah satu sofa miliknya. Sedangkan Ino sedang pergi ke dapur untuk membuatkan Sakura segelas cokelat panas.
Sakura hanya diam. Ia tidak tahu harus berbicara apa pada Gaara. Semuanya terjadi begitu tiba-tiba, terlalu tiba-tiba baginya. Gaara mendesah, memandang Sakura yang terus diam mematung tanpa ekspresi.
"Baiklah, tidak apa-apa kalau kau tidak mau menceritakannya..."
"Kami telah berpisah..."
"Nani?"
"Naruto bilang, dia tidak pernah benar-benar menyukaiku. Dia hanya ingin bermain-main. Dia..." suara Sakura tercekat, rasanya berat sekali untuk memberitahu Gaara apa saja yang telah di katakan Naruto padanya.
Hati Gaara terasa perih melihat keadaan Sakura saat ini, ia tidak habis pikir bagaimana Naruto bisa berkata seperti itu? Bukankah Naruto sangat menyayangi Sakura? Kenapa semuanya jadi seperti ini? Gaara harus meminta penjelasan langsung pada sepupunya itu.
"Sakura-san, aku yakin Naruto tidak bermaksud seperti itu. Pasti ada sesuatu hal yang membuatnya mengatakan hal itu. Biar aku tanyakan langsung padanya..." kata Gaara seraya berdiri dari sofa.
"Gaara-sama apa yang akan kau lakukan?" Sakura ikut bangkit dari tempat duduknya,
"Aku akan bicara pada si bodoh itu!"
"Tidak perlu," cegah Sakura
"Doushite?"
"Semuanya sudah berakhir, Gaara-sama."
"...tapi..."
Sakura menggeleng lemah pada Gaara, meminta pemuda itu mengurungkan niatnya...
"Sudahlah, Gaara-sama!" katanya sambil menundukkan kepala.
Detik berikutnya Sakura kembali terisak. Rasanya benar-benar lelah menahan semuanya. Ia sudah tidak sanggup lagi berpura-pura tegar, seolah tidak terjadi apa-apa, seolah perpisahannya dengan Naruto yang di putuskan secara sepihak tidak membuatnya sedih. Lagi-lagi pertahanannya runtuh.
"Sakura-san..." Gaara melangkah mendekat dan menarik Sakura kedalam pelukannya,
"Menangislah, lepaskan semua kesedihanmu!"
Tangis Sakura pun pecah. Ia sudah tidak perduli lagi dengan yang lainnya. Ia tidak peduli lagi dengan semuanya, yang ingin dilakukannya sekarang hanyalah menangis dan melepaskan semua kepedihannya.
Gaara terus memeluk Sakura yang tengah menangis, membiarkan bajunya basah oleh air mata gadis itu. Hatinya benar-benar pedih. Ingin rasanya ia melakukan sesuatu untuk membuat Sakura berhenti bersedih seperti sekarang ini, tapi apa yang bisa dilakukannya? Ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk bisa menghilangkan kesedihan Sakura. Ia hanya bisa membiarkan gadis itu terus menangis di dalam pelukannya. Meski hatinya sangat terluka mendengar setiap isakan Sakura, tapi hanya itu yang bisa Gaara lakukan untuk Sakura, gadis yang sangat di cintainya.
'PRANG!'
"Ino?" kaget Gaara.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN?" teriak Ino, ia terlihat begitu kesal melihat Gaara dan Sakura tengah berpelukkan. Yang benar saja, tadi ia baru saja mendengar kabar dari Shikamaru kalau Naruto dalam keadaan kritis tetapi Sakura malah berpelukkan dengan cowok lain. Walaupun ia bisa mengerti keadaan Sakura saat ini, tetap saja kan...Gaara tidak seharusnya memeluk Sakura.
oooOOcherryblossomOOooo
.
.
.
Shikamaru menghapus air mata yang baru saja terjatuh dari pelupuk matanya. Entah kenapa hari ini ia merasa sedih sekali? Saat ini ia tengah duduk di salah satu kursi taman belakang Rumah Sakit. Di sampingnya, Naruto yang masih mengenakan piyama pasien-nya tengah menengadah ke atas langit sembari memejamkan kedua matanya. Helaian rambut pirangnya tertiup angin. Shikamaru terus memandangi wajah itu dalam diam, tiba-tiba ia memegang dadanya...entahlah perasaannya tidak enak, bahkan angin yang berhembus pun seakan begitu menusuk sampai ke tulang. Dingin. Ia pun merapatkan jaketnya.
Naruto memang keras kepala. Sebenarnya Shikamaru sudah melarangnya untuk keluar dari kamar inap-nya, tetapi sahabatnya itu tetap saja bersikeras. Dalam jarak sedikit ini, Shikamaru bahkan bisa merasakan nafas Naruto yang pendek-pendek. Demi Kami-sama ia merasa sangat khawatir, apalagi wajah Naruto masih sangat pucat...bahkan bibirnya nyaris berwarna putih seutuhnya.
"Nee, Naruto! Kenapa kau tenang-tenang saja? Apa kau tidak merasa kedinginan?" tanyanya,
"Iie," jawab Naruto singkat. Ia masih dalam posisi yang sama.
"Kalau begitu, apa kau tidak merasa sesak nafas?" tanyanya lagi, tapi Naruto hanya menjawabnya dengan tawa kecil.
"Kurasa sebaiknya kita kembali ke kamarmu!"
"Nande?" tanya Naruto yang sekarang sudah membuka kedua matanya dan memandang Shikamaru,
"Aku seperti melihat sosok hantu,"
"Eh? Sejak kapan kau punya indra keenam?" tanya Naruto polos,
"Baka! Pokoknya ayo kita kembali ke kamarmu saja!"
"Mmm, baiklah..." ucap Naruto yang segera berdiri, lalu berjalan mendahului Shikamaru...terus terang ia agak merinding juga mendengar perkataan Shikamaru barusan. Takut hantu itu memang ada di sekitar mereka. Shikamaru hanya terkikik geli karena sepertinya sahabatnya itu sama sekali tidak paham, siapa 'hantu' yang ia makasud. Setelah itu ia pun berdiri dari tempat duduknya dan berjalan santai di belakang Naruto.
"Begitu...dingin," gumam Naruto. Pandangannya mengarah lurus ke depan,
"...kan sudah ku bilang!" sambung Shikamaru yang ikutan berhenti berjalan.
"Bukan cuacanya Shika! Yang aku maksud adalah Gaara..."
Shikamaru mengikuti arah pandang Naruto. Ternyata memang ada Gaara yang tengah berdiri mematung dalam jarak beberapa meter di depan mereka. Tatapan matanya terlihat begitu dingin,
"Gaara sedang apa kau di..." belum sempat Shikamaru menyelesaikan pertanyaannya, sahabatnya itu sudah melesat cepat ke arah mereka.
'BUGH!'
Gaara melayangkan pukulan telaknya pada rahang Naruto. Naruto yang masih dalam kondisi tidak fit dan tidak siap karena Gaara tiba-tiba saja berlari ke arah mereka dan memukulnya langsung tersungkur jatuh dengan sudut bibir yang telah robek dan berdarah.
"APA YANG KAU LAKUKAN? KENAPA KAU MEMUKULNYA?" bentak Shikamaru yang langsung membantu Naruto kembali berdiri,
"Harusnya aku yang tanya! Apa yang sudah dia lakukan pada Sakura-san?"
"Ah, kau sudah tau? Aku sudah bosan dengannya!" kata Naruto dengan nada dingin, sambil menyeka darah di sudut bibirnya.
"NAMIKAZE NARUTO! Apa kau sadar dengan apa yang kau katakan?" Gaara sudah siap melayang pukulan yang kedua kalinya, namun Shikamaru menahan tangannya sambil memandangnya dengan tatapan yang tidak kalah tajam.
"Doushite? Kau marah karena aku mencampakan Sakura?"
"Kau..." Gaara mencoba lepas dari cengkraman Shikamaru, tetapi ternyata pemuda itu lebih kuat dari yang dia duga.
"Bukankah itu bagus untukmu? Sekarang kau bisa memilikinya!"
"Jangan membuatku memukulimu lagi, baka!" maki Gaara masih mencoba berontak,
"Nani? Jadi kau juga menyukai Sakura-san?" kaget Shikamaru, ia tak menyangka Gaara bisa menyembunyikan hal seperti itu dengan sangat baik.
"Kau adalah saudaraku, apa kau pikir aku tidak bisa menyadarinya? Fine, kuserahkan Sakura-chan padamu. Bahagiakan dia...onegai!"
"Naruto..." kata Shikamaru yang sudah melepaskan tangan Gaara,
"Kau tau, pukulanmu tadi benar-benar kuat. Aku sampai...uhuk...uhuk...ohok..." Naruto langsung collapse sambil memegang dada kirinya, mulutnya memuntahkan darah dalam jumlah yang tidak sedikit.
"NARUTO!" kaget Gaara,
"Kau keterlaluan, apa kau tidak tahu? Dia baru melewati masa kritisnya dua hari yang lalu!" maki Shikamaru yang langsung menghampiri Naruto,
"Uhuk...uhuk...Shi-shikamaru..."
Gaara semakin panik karena sepupunya terus terbatuk-batuk tanpa henti, dengan darah yang semakin banyak keluar dari dalam mulutnya. Lututnya melemas hingga akhirnya Gaara terjatuh ke tanah. Dia benar-benar menyesal dan merasa bersalah.
"Su-sudah! Ja-jangan ma-marah la-lagi p-pada Ga-gaara...hhh..."
"Naruto?"
"Ga-gaara ba-bahagiakan Sakura-chan...onegai!" ucap Naruto terdengar sangat lirih dan terputus-putus. Detik berikutnya Naruto sudah tergeletak tidak sadarkan diri.
oooOOcherryblossomOOooo
.
.
.
"Sakura ini aku buatkan ocha hangat untukmu. Minumlah!"
"Arigatou Ino..." jawab Sakura tak bersemangat,
"Bersemangatlah Sakura! GANBATTE!" hibur Ino,
"Hai," jawab Sakura, masih terlihat tidak bersemangat.
"Minumlah, sebelum tehnya jadi dingin..."
Sakura hendak mengambil gelas yang di sodorkan oleh Ino ketika tiba-tiba gelas itu tergelincir dari tangannya dan jatuh ke lantai hingga pecah berkeping-keping.
'Prang!'
"Sakura, daijoubu? Apa ada yang luka?"
Sakura menggelengkan kepalanya seraya menempelkan kedua tangannya di dadanya,
"Sakura, kau kenapa?"
"Entahlah Ino, perasaanku tidak enak..."
"Jangan-jangan..."
"Naruto..." gumam Sakura.
Ino dan Sakura hanya saling memandang satu sama lain ketika tiba-tiba ponsel Ino yang tergeletak di atas meja bergetar,
"Moshi-moshi? Ya, Gaara-sama..."
Sakura terus memandang Ino yang sedang menerima telepon,
'Ada apa Gaara-sama menghubungi Ino?' batinnya dalam hati. Tiba-tiba Sakura merasa semakin gelisah, perasaannya semakin tidak enak.
"NANI?" pekik Ino, terlihat sangat kaget.
'Apa yang terjadi?' Sakura kembali membatin, perasaannya semakin tidak menentu.
"Sakura..." panggil Ino lirih,
"Doushite, Ino?"
"Naruto-sama...dia..." Ino memutus kalimatnya,
"Ada apa dengan Naruto?"
oooOOcherryblossomOOooo
.
.
.
Sakura membanting pintu taxi dengan kasar. Ia bahkan meninggalkan Ino yang masih membayar ongkos taxi. Di dalam pikirannya hanya ada Naruto dan Naruto. Sakura benar-benar ingin segera menemui Naruto. Ia tidak peduli dengan kata-kata Naruto tiga hari yang lalu yang memintanya untuk tidak menemui dan menghubunginya lagi.
Sakura mulai menyebrang dan terus berlari secepat yang ia bisa tanpa melihat rambu-rambu lalu lintas saking paniknya. Tiba-tiba saja...
"SAKURAAA!" teriak Ino,
"SAKURA-SAN!" teriak Gaara dari arah sebrang,
'Tin...tin! Brukkk!'
Ino menutup mulutnya dengan kedua tangan. Kejadian yang terjadi begitu cepat itu benar-benar membuatnya sangat shock. Sakura merasakan tubuhnya terdorong dengan cukup keras hingga dirinya tersungkur ke trotoar dan kepalanya membentur sebuah batu. Sejenak ia tak bisa berpikir apapun, sampai akhirnya ia membulatkan matanya tak percaya. Gaara tergeletak di dekatnya dengan tubuh bersimbah darah. Pemuda itu melindunginya dan menggantikannya tertabrak mobil.
"GAARA-SAMA!" pekik Sakura, tiba-tiba kepalanya terasa pusing hingga akhirnya semua hal yang berada di sekitarnya menjadi gelap.
oooOOcherryblossomOOooo
.
.
.
"Gaara-sama..." pangggil Sakura pada sosok pemuda yang terbaring lemah di hadapannya. Kepala Gaara di balut dengan perban, dan sebagian wajahnya yang pucat tertutup masker oksigen. Sementara di tangannya terpasang selang-selang yang mengalirkan cairan infus dan darah ke dalam tubuhnya. Keadaan Gaara benar-benar begitu mengenaskan.
Gaara menolehkan kepalanya yang masih terasa sakit. Dilihatnya Sakura yang tengah menatapnya sedih, ada air mata menggenang di pelupuk mata Sakura. Pelipis gadis itu terbalaut perban. Gaara merasakan sesuatu menyentuh tangannya dengan lembut. Tangan Sakura kini sedang menggenggam tangannya. Hati Gaara terasa teduh sampai akhirnya dia melihat sesuatu di tangan Sakura yang lain. Sesuatu itu adalah foto Sakura. Foto Sakura yang dia ambil secara diam-diam dari Naruto, yang selama ini dia simpan rapi di dalam dompetnya, dan terus dia pandangi setiap malam hingga dia insomnia. Tiba-tiba Gaara teringat sesuatu, kalau tidak salah dia pernah menuliskan sesuatu di balik foto Sakura. Hati Gaara mencelos, apa sekarang Sakura telah mengetahui perasaannya yang sebenarnya? Apakah dia sudah tidak bisa lagi menyembunyikan perasaannya pada gadis itu?
Sakura terus menatap Gaara yang sedang memandang ke arah tangannya yang sedang memegangi foto dirinya. Sakura menghela nafas dan akhirnya berkata,
"Jadi inilah alasan kenapa kau menyelamatkanku, Gaara-sama?"
"Sakura-san..." hanya kata itu yang keluar dari mulut Gaara yang terhalang masker oksigen.
"Sejak kapan kau memiliki perasaan seperti ini padaku?" tanya Sakura,
"Sejak lama, jauh sebelum kau datang ke Konoha..." jawab Gaara pelan, mengakui perasaannya yang sesungguhnya pada Sakura.
Seketika dada Sakura terasa berat dan sesak. Ia semakin merasa bersalah pada pemuda itu,
"Lalu kenapa kau tidak pernah mengatakannya?" tanya Sakura lagi, sambil terus berusaha menahan tangisnya.
"Karena aku sadar, bukan hanya aku yang memiliki perasaan itu. Bukan hanya aku yang selalu memperhatikanmu. Bukan hanya aku yang tidak pernah bisa berhenti memikirkanmu, Sakura-san. Bukan hanya aku yang selalu merasa nyaman dan teduh setiap kali memandang wajahmu, dan bukan hanya aku yang selalu merasa berdebar setiap kali melihatmu..." tutur Gaara, setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya.
Deg. Kata-kata Gaara menyadarkan Sakura akan sesuatu. Naruto. Tentu saja Gaara tidak pernah mengatakannya karena Naruto. Tunggu dulu, bukankah Sakura buru-buru datang ke Rumah Sakit untuk menemui Naruto dan mengetahui bagaimana keadaannya?
'Kenapa aku bisa sampai lupa tujuan awalku ke sini? Bagaimana keadaan Naruto sekarang? Apakah keadaannya sudah membaik? Kami-sama, kenapa hal seperti ini harus terjadi kepada Naruto dan Gaara-sama? Tolong sembuhkan keduanya Kami-sama, aku mohon!' do'a Sakura di dalam hatinya.
"Sakura-san..." panggil Gaara sambil melepas masker oksigennya,
"Gaara-sama, apa yang kau lakukan? Jangan lepas itu!" kata Sakura panik, tapi tidak di hiraukan oleh Gaara.
"Jangan bersedih lagi!" lanjut Gaara sembari menarik tangan Sakura dengan sisa-sisa tenaga yang di miliki-nya dan menaruhnya di dadanya.
"Kau tahu, rasanya sakit sekali di sini setiap kali aku melihatmu bersedih dan menangis?"
"Gaara-sama..."
Pertahanan Sakura akhirnya runtuh di hadapan Gaara. Air matanya kini telah menetes dan membasahi pipinya.
"K-kau harus hidup bahagia...bersama Naruto. Aku yakin Naruto masih sangat menyayangimu dan kau juga...sangat menyayanginya kan?" kata Gaara lagi, mulai terdengar terbata-bata.
"Kau akan melakukannya, kan?"
Gaara tersenyum sambil menghapus air mata di pipi Sakura. Gadis itu pun menjawab,
"Hai, aku tidak akan membiarkanya pergi seperti itu. Tidak akan pernah, karena aku sangat mencintainya. Gomennasai Gaara-sama. Arigatou gozaimasu karena kau sudah menyelamatkan nyawaku."
"A-aku...me-memang h-harus me-melakukannya...k-karena aku ingin kau bahagia Sakura-san...dengan begitu...a-aku a-akan...merasa te-tenang..." kata Gaara sambil kembali tersenyum. Gaara lalu menarik nafas panjang dan menghembuskannya kembali, sebelum akhirnya memejamkan kedua matanya.
"Gaara-sama..." panggil Sakura yang entah mengapa merasa takut melihat Gaara memejamkan matanya.
"Rasanya aku lelah sekali Sakura-san. Kepalaku sangat sakit...sakit sekali. Bo-bolehkah a-aku tidur?" kata Gaara pelan tanpa membuka matanya.
"Mmm, tentu saja. Istirahatlah Gaara-san..." jawab Sakura yang akhirnya memanggil nama Gaara tanpa suffix 'sama' dan membiarkan Gaara beristirahat,
'Naruto, bagaimana keadaanmu sekarang? Aku benar-benar ingin melihatmu...' batin Sakura, rasanya ingin sekali ia menemui Naruto, tapi bagaimana ia bisa meninggalkan Gaara di sini. Gaara bahkan masih menggenggam tangannya.
Tiba-tiba Sakura menyadari sesuatu. Gaara tidak memakai kembali masker oksigennya. Sakura langsung bangkit, hendak memasangkan kembali masker oksigen Gaara ketika ia merasakan genggaman tangan Gaara tiba-tiba terlepas. Sakura langsung diliputi perasaan tidak enak,
"Gaara-san, kau bisa dengar suaraku?" panggil Sakura pelan. Tidak ada reaksi dari pemuda itu,
"Gaara-san..." panggil Sakura lagi, Gaara masih tetap diam tak bereaksi.
"Gaara-san bangunlah, buka matamu!" Sakura panik dan mengguncang tubuh Gaara, tetapi tubuh itu terasa begitu lemah dan tak berdaya. Sekarang Sakura benar-benar panik dan ketakutan,
"Dokter...suster...tolong!" teriaknya ke arah pintu,
oooOOcherrybloossomOOooo
.
.
.
One week later...
Naruto membuka kedua matanya perlahan. Sedikit demi sedikit ia merasakan ada cahaya di sekitarnya. Pandangannya semakin lama menjadi semakin terang dan jelas. Ia menatap sekeliling. Ternyata ia masih berada di Rumah Sakit, di ruang rawat inap-nya. Di tubuhnya masih terpasang banyak peralatan medis.
"Naruto kau sudah siuman?"
Naruto mendengar seseorang berbicara padanya. Suara itu...suara ibunya.
"Okaa-chan..." panggil Naruto dengan suaranya yang terdengar lemah dari balik masker oksigen yang menutupi sebagian wajahnya, melihat ke arah Kushina yang sedang memandangnya sembari tersenyum dengan raut wajah yang terlihat bahagia. Di samping ibunya, ada juga ayahnya yang tengah menghapus air matanya.
"Syukurlah kau sudah sadar..." ujar Kushina,
"Welcome back, dobe!"
Naruto mendengar suara lain berbicara padanya. Dengan perlahan ia mengalihkan pandangan ke sumber suara. Dilihatnya Sasuke sedang tersenyum kecil, di kanan kirinya ada Karin dan Shikamaru yang juga melakukan hal yang sama. Naruto tersenyum lemah pada ketiga orang itu.
"Bagaimana keadaanmu, Naruto-sama? Apa kau merasa lebih baik?"
Kali ini Naruto mendengar suara seorang gadis. Ternyata Ino yang baru saja berbicara padanya. Dengan perlahan Naruto menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Ino. Tiba-tiba mata Naruto terpaku pada sosok lain yang berdiri tepat di samping Ino. Di sana, seorang gadis berambut soft pink tengah berdiri sambil menatapnya dengan lembut. Gadis itu tersenyum padanya, senyuman yang lembut yang membuat hati Naruto terasa teduh dan nyaman. Naruto terus menatap gadis itu. Ia sangat merindukan senyuman itu. Ia juga sangat merindukan gadis itu. Ya, gadis itu adalah Sakura. Naruto benar-benar rindu pada Sakura.
"Naruto, kaa-chan benar-benar bahagia sekali. Syukurlah operasinya berjalan lancar..." kata Kushina lagi sembari mengusap-usap puncak kepala Naruto.
"Operasi?" tanya Naruto kebingungan,
"Ya, kau baru saja menjalani operasi transplantasi jantung beberapa hari yang lalu," jawab Minato.
Naruto hanya terdiam mendengar jawaban ayahnya. Ia kembali memandang satu persatu orang-orang yang ada di sekitarnya. Rasanya ada yang aneh, seperti ada yang kurang. Naruto merasa sepertinya ada sesuatu yang hilang,
"Di mana Gaara?" tanyanya, menyadari ke-tidak hadiran Gaara di sana.
Semua orang yang ada di ruangan itu hanya diam dan saling memandang satu sama lain tanpa ada seorang pun yang menjawab pertanyaan Naruto. Naruto merasa aneh, kenapa ekspresi mereka semua seperti itu?
"Kenapa tidak ada yang menjawab pertanyaanku? Kenapa Gaara tidak ada di sini?" tanya Naruto lagi, setelah melepas masker oksigennya.
Minato dan Kushina tersentak kaget karena Naruto tidak seharusnya melepas alat bantu pernafasannya itu. Sementara yang lainnya masih diam. Naruto semakin merasa aneh. Mungkinkah Gaara masih marah padanya atas apa yang telah ia lakukan pada Sakura, tapi kenapa wajah mereka semua nampak begitu...sedih?
Naruto berusaha bangun dengan susah payah dan mendudukkan tubuhnya di atas ranjang, membuat semua orang yang ada di sana, terutama Kushina dan Minato terlonjak kaget.
"Naru, apa yang kau lakukan? Jangan bangun dulu, kondisimu masih sangat lemah sayang!" kata Kushina seraya menahan tubuh Naruto,
"Nee-chan pinjam ponselmu, aku mau menghubungi Gaara!" seolah tidak menghiraukan perkataan Kushina, Naruto justru meminta handphone yang sedang di pegang Karin.
"Naru..." Karin terlihat ragu untuk memberikan ponselnya pada Naruto, air mata membasahi pipinya.
"Doushite? Pulsanya pasti akan aku ganti!" tegas Naruto,
"Naruto sudahlah! Kau tidak perlu menghubungi Gaara, dia tidak akan datang..." jawab Sakura pada akhirnya. Gadis itu kemudian melangkahkan kakinya mendekati Naruto. Langkahnya terasa begitu berat. Sakura langsung memeluk Naruto sambil terisak pelan,
"Sakura-chan, onegai jangan membuatku bingung! Di mana Gaara? Apa dia masih marah padaku? Apa dia tidak mau memaafkanku?" tanya Naruto lagi, perasaannya saat ini benar-benar tidak enak.
"Gaara sudah pergi. Dia...dia... Huuaaa Sasuke-kun..." ucap Karin yang langsung menangis dalam pelukkan Sasuke, dia tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.
"Gaara mengalami kecelakaan. Ada pendarahan di otaknya dan dia tidak berhasil di selamatkan," lanjut Sasuke.
"Kau bohong teme. Itu tidak mungkin!"
"Dia tidak bohong. Itulah yang terjadi pada Gaara..." sambung Shikamaru,
"Sekitar satu bulan yang lalu Gaara datang menemui tou-san. Dia membawa berkas-berkas yang menyatakan kecocokan jantungnya dengan jantungmu, dan juga surat persetujuan penyerahan organ. Memaksaku untuk menandatangani-nya. Dia bilang jika sesuatu yang buruk terjadi pada dirinya, dia ingin jantungnya di donorkan kepadamu Naruto. Gaara ingin kau sembuh..." tambah Minato sambil menahan tangis,
"Naru, jantung yang ada di tubuhmu sekarang...jantung itu milik Gaara," lanjut Kushina, tangisnya langsung pecah saat itu juga.
Seketika itu juga Naruto merasa seperti ada batu yang sangat besar menghantam dirinya,
"Tidak mungkin! Tidak mungkin...Gaara..." Naruto menggelengkan kepalanya sambil menangis. Rasanya berat sekali baginya menerima kenyataan ini.
Sakura semakin erat memeluk Naruto. Di sisi lain ia merasa sangat cemas dan takut. Naruto masih dalam masa pemulihan, menurutnya akan lebih baik jika mereka semua yang berada di sini tidak menceritakan hal itu dulu, setidaknya tetap merahasiakan hal tersebut sampai kondisi Naruto benar-benar pulih tapi apa yang bisa ia lakukan?
"Ini semua sudah takdir Kami-sama. Naruto-sama kita harus menerimanya dengan ikhlas," kata Ino yang langsung memeluk Shikamaru sambil menangis.
"Bohong! Kalian semua pasti bohong!" kata Naruto sambil menangis di dalam pelukan Sakura,
"Naruto..." gumam Shikamaru dengan suara lirih,
"Untuk apa aku sembuh kalau Gaara harus pergi untuk selamanya?"
"Naruto kau tidak boleh bicara seperti itu!" kata Sakura sambil melepaskan pelukkannya dan menatap Naruto dalam. Wajah Naruto masih terlihat sangat pucat.
"Aku tidak ingin sembuh...aku tidak ingin sembuh kalau itu berarti aku harus kehilangan saudaraku," kata Naruto, terlihat sangat sedih dan putus asa.
"Naruto..." panggil Minato sambil memeluk Kushina yang tangisannya semakin kencang karena mendengar ucapan puteranya barusan. Sementara Shikamaru, Sasuke, Karin, dan Ino menunduk sedih karena tidak tahan melihat kejadian yang terpangpang jelas di depan mereka.
"Aku tidak menginginkan jantungnya. Aku hanya ingin Gaara tetap hidup. Aku..." Kalimat Naruto terputus, tiba-tiba dada kirinya terasa begitu sakit. Naruto berusaha menahannya dengan menekan dada kirinya itu,
"Aarrgghhh..."
"Naruto!" kata Sakura dan Ino bersamaan. Minato dan Kushina, yang berada paling dekat dengan Naruto dan Sakura langsung memegang dan menahan tubuh Naruto yang mulai terasa tak bertenaga.
"Naru!" pekik Karin sambil menghambur ke arah Naruto,
"Aku akan panggilkan dokter..." kata Sasuke yang langsung keluar mencari bantuan.
oooOOcherrybloossomOOooo
.
.
.
"Tubuh resipien mengalami penolakkan, ini membuat kondisinya kembali memburuk. Tubuh Naruto menolak jantung itu sehingga jantungnya tidak dapat berfungsi dengan baik," jelas Tsunade.
"Okaa-san, aku mohon lakukan sesuatu untuk menyembuhkan Naru!" kata Kushina sambil menangis,
"Kami akan berusaha, Kushina..." jawab Tsunade yang kemudian memeluk menantunya itu.
"Tenanglah, Kushina! Naruto pasti akan baik-baik saja, bukankah dia anak kita?" kata Minato berusaha menenangkan istrinya yang terlihat sangat sedih.
"Itu benar, Naru pasti sembuh! Iya kan Sasuke-kun?" tanya Karin yang hanya di balas Sasuke dengan anggukan kepala.
Sakura diam mematung mendengar penjelasan dokter Tsunade. Hatinya terasa perih. Air matanya kembali jatuh. Ia benar-benar tidak ingin kehilangan Naruto. Ino memandang sedih ke arah Sakura. Dengan lembut dipeluknya sahabatnya itu...
"Sakura, Naruto-sama pasti akan sembuh!"
"Itu benar Sakura-san. Naruto jauh lebih kuat dari yang kau duga," tambah Shikamaru.
oooOOcherrybloossomOOooo
.
.
.
One years later...
"Ini jadwal kita hari ini. Pastikan kalian sudah siap fisik untuk memenuhi semua kegiatan itu. Ingat, semangat masa muda! Aku tidak bisa mentolerir jika ada yang mengeluh lelah. Bukankah kalian sudah aku suruh minum vitamin penambah stamina?" Lee memberikan iPad yang berisi jadwal Shinobi band kepada Sasuke,
Saat ini mereka berada di dalam sebuah mobil van yang melaju menuju sebuah stasiun TV untuk wawancara. Lee duduk bersama Sasuke dan Neji di jok tengah. Sementara di belakang ada Naruto dan Shikamaru. Di jok depan tentu diisi seorang supir dan juga asisten mereka—Ino Yamanaka—
"Aku bisa mati hanya dengan melihatnya saja. Troublesome," keluh Shikamaru, matanya membulat melihat jadwal mereka yang penuh seharian.
"MANA SEMANGAT MASA MUDAMU?" teriak Lee sambil mengetuk kepala Shikamaru dengan buku agenda yang cukup tebal, membuat Shikamaru meringis dan mendecak kesal ke arah Lee.
Kini Lee memberikan iPad itu kepada Naruto karena ia selalu tahu kalau pemuda itu pasti lupa minum vitamin pagi tadi. Naruto sendiri lebih banyak diam hingga Shikamaru yang mewakili Naruto menerima iPad itu. Naruto hanya memerhatikan jalanan Tokyo yang hari ini tidak begitu padat. Mata sapphire-nya melihat ke arah gedung-gedung yang mereka lintasi. Tentu saja ia sama sekali tidak menyimak kata-kata Lee atau siapapun karena telingannya tertupi oleh sebuah headphone. Ia sedang mendengarkan sebuah lagu.
"Lama-lama aku pusing melihat sikapnya yang semakin mirip dengan Gaara. Mentang-mentang jantung itu milik Gaara. Kupikir hal seperti ini hanya terjadi dalam film-film," komentar Lee sambil mengacak-ngacak rambut bob-nya.
"Itu tidak benar, Lee. Dalam kenyataan juga sering terjadi hal seperti ini, penerima donor jantung biasanya akan mewarisi sikap dan perilaku pendonornya. Itu adalah adaptasi dari jantungnya yang baru. Kau jarang membaca buku sih," sindir Neji.
"Nee, Naruto! Apa kau sudah meminum vitaminmu?" tanya Shikamaru seraya menggoncangkan bahu Naruto. Dengan begitu Naruto akan tahu jika ia sedang mengajaknya bicara,
Naruto melepas headphone-nya. Sedikit mendengar apa yang di tanyakan Shikamaru padanya. Naruto pun membuka postman bag miliknya. Mencari vitamin penambah stamina miliknya. Tidak ada.
"Jadi kau belum meminum vitaminmu?" tanya Lee,
"Seperti biasa, dia pasti lupa. Atau mungkin vitaminnya ketinggalan atau...mungkin dia lupa membawa air mineral!" tebak Ino yang sejak tadi berkutat dengan handphone-nya.
Ino mengirimkan sebuah email pada seseorang. Beberapa menit kemudian ponsel Naruto berbunyi. Ia pun segera mengangkat panggilan yang masuk.
"NARUTO NO BAKA, CEPAT MINUM VITAMINMU! TIDAK LUCU KALAU KAU PINGSAN SAAT SEDANG WAWANCARA ATAU PERFORM, KAN?" teriak Sakura dari sebrang,
"I-iya Sakura-chan..." jawab Naruto sambil menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Semua orang yang ada di dalam mobil van pun tertawa terbahak-bahak. Memang hanya Sakura-lah satu-satunya orang yang bisa membuat Naruto kembali menjadi dirinya yang dulu.
"Kau harus ubah sifat malasmu itu, Naruto! Mentang-mentang sudah sembuh kau mengabaikan kesehatanmu...padahal kau masih harus check up setiap bulan, kan?" tanya Neji sambil menyerahkan vitamin miliknya pada Naruto, karena ternyata vitamin milik Naruto ketinggalan seperti yang di tebak Ino.
"Arigatou Neji-niisan," kata Naruto yang kemudian meminum vitamin itu.
"...dan berhentilah bersikap seperti Gaara, dobe. Aku tidak tahan melihatnya. Pendiam itu sangat tidak cocok untukmu!" sambung Sasuke.
"Apa kau bisa diam, Sasuke?" ketus Naruto yang sukses membuat Sasuke sweatdrop, makin lama sifat Naruto semakin aneh saja...kadang-kadang mirip dengan Gaara tetapi kadang juga mirip dengan dirinya yang dulu, berisik. Ino hanya menahan tawanya untuk tidak meledak melihat ekspresi Sasuke yang nampak begitu shock.
"Arrghhtt, aku benar-benar pusing!" sambung Lee frustasi,
"Ino nanti malam masakkan ramen untukku ya? Ajak Sakura-chan juga!"
"Tidak bisa. Naruto kau tidak boleh terlalu sering makan ramen. Aku tidak ingin melihatmu sakit lagi!"
"Ino ramen tidak akan membuatku sakit!"
"...tapi ramen itu tidak sehat. Pokoknya tidak boleh!" tegas Ino, Shikamaru hanya menguap lebar mendengar perdebatan kedua makhluk pirang itu.
"Lama-lama aku bisa gila. Yang satu cerewet, yang satu jadi sering bersikap aneh, yang satu pemalas, yang satu hampir mirip denganku, dan yang satu lagi mirip Guy-sensei. Shinobi band family benar-benar kumpulan orang-orang aneh," keluh Neji panjang lebar,
"Kau juga aneh Neji-san, tidak biasanya kau bicara sepanjang itu..." sambung supir mereka—Umino Iruka—yang akhirnya mengeluarkan suaranya.
oooOOcherryblossomOOooo
.
.
.
Setengah jam setelah performance Shinobi band, Shinobi band di giring pembawa acara untuk duduk santai di sofa yang tersedia. Host yang usianya sekitar 30 tahunan itu terlihat bersikap ramah dan bersahabat. Tak jarang ia merapat-rapat pada Naruto demi membuat para penggemar yang mengisi studio tersebut berteriak histeris. Semua tahu kalau di Shinobi band, Namikaze Naruto-lah yang paling di gemari mengingat posisinya sebagai vocalis sekaligus seorang composer lagu...walaupun dia tidak pernah telanjang dada seperti members lainnya setiap kali perfomance mereka.
Shiseru-san, host dengan rambut hitam panjang bergelombang dan lipstick tebal itu duduk di tengah-tengah Naruto dan juga Sasuke. Tentu saja semua penonton di studio langsung berteriak histeris. Sementara di sofa lainnya diisi oleh Neji dan Shikamaru yang sibuk memainkan stick drum-nya.
"Shinobi Band, bagaimana perasaan kalian setelah berhasil mengalahkan senior kalian—Akatsuki Band—dalam ajang Award dua minggu yang lalu? Lagu-lagu kalian benar-benar sukses, terutama lagu 'Fool' yang meraih grammy award, Namikaze-san dan Haruno-san benar-benar dapat chemistry yang bagus. Kudengar kalian berdua berpacaran, benarkah itu?" Shiseru melontarkan pertanyaan,
Sasuke selaku leader dan juru bicara tersenyum lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan tersebut,
"Ya, tentu saja kami sangat senang. Ini sungguh luar biasa dan sama sekali di luar dugaan kami...berkat dukungan para fans, kami berhasil memborong empat penghargaan sekaligus; Group Band pendatang baru terbaik, Grammy Award atas lagu 'Fool' featuring Haruno Sakura, Album of the years, dan Best Music Video untuk lagu 'With All My Heart'. Lebih dari itu kami sangat bangga karena bisa mengalahkan senpai kami yang pada tahun ini hanya meraih dua penghargaan, padahal kami hanyalah pendatang baru yang baru saja debut setengah tahun yang lalu. Dan untuk pertanyaan tentang lagu 'Fool' itu, biar Naruto sendiri yang menjawabnya..."
"Mmm, bagaimana ya...kurasa hal itu sudah bukan rahasia umum. Semua fans kami sudah tau kebenarannya, jadi kurasa aku tidak perlu menjawabnya."
'Dasar, dingin seperti biasa. Kami-sama, kenapa dia semakin mirip dengan Gaara?' batin Shikamaru,
Shiseru nampak mengangguk, "Lalu masalah apa yang sebenarnya membuat kalian baru debut setengah tahun yang lalu, bukankah akan lebih baik jika kalian debut lebih awal. Aku yakin penggemar kalian pasti jauh lebih banyak dari yang sekarang jika seandainya kalian debut 2 atau 3 tahun yang lalu mungkin? Banyak rumor yang beredar bahwa hal itu dikarenakan Naruto-san mengidap penyakit yang serius, apakah itu benar?"
'Sial, mereka tahu dari mana? Padahal pihak manajemen kami sangat merahasiakan hal ini?' tanya Neji dalam hati,
Penonton yang memenuhi studio terlihat tegang. Mereka tentu tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa idola mereka. Mata para gadis-gadis itu memandang ke arah Naruto yang tenang juga ke arah Sasuke yang semakin terdiam.
Menit berikutnya, Sasuke tersenyum lagi. Ia melirik ke arah Naruto sejenak sebelum menjawab. Tentu saja sebelumnya Sasuke sudah mendapat arahan dari pihak manajemen bagaimana cara menjawab pertanyaan ini, belakang ini rumor tersebut memang sering beredar entah dari mana sumbernya?
"Hn. Itu benar. Naruto mengidap penyakit jantung yang sudah akut. Sejak kecil jantungnya memang sudah sangat lemah, dan puncaknya berlangsung di saat kami kelas dua Senior High School. Demi mengikut sertakan Naruto, kami sengaja menunda mengikuti audisi Shimura Entertainment hingga baru memiliki kesempatan untuk debut setengah tahun yang lalu."
Para penonton yang mayoritas adalah Kunoichi—nama fandom Shinobi Band—serentak ternganga. Terkejut. Mereka benar-benar baru tahu kalau Naruto Namikaze, idola kesayangan mereka pernah menderita dengan penyakit jantung. Inikah alasan mengapa Naruto tidak pernah telanjang dada seperti members lainnya? Itu pasti di sengaja untuk menutupi bekas jahitan operasi di dadanya.
"Kalau begitu, proses apa saja yang dilalui Naruto-san untuk bisa pulih seperti sekarang?" Shiseru kembali bertanya. Sasuke melirik Naruto yang sejak tadi hanya tertegun,
"Aku rasa pertanyaan itu lebih layak jika Naruto sendiri yang menjawabnya," ujar Sasuke. Shiseru beralih pada Naruto,
"Naruto-san, bisa beri kami jawabannya?"
Naruto mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk lalu tertawa kecil,
"Aku mengira bahwa saat itu aku akan mati sehingga aku sampai memutuskan hubunganku dengan gadis yang merupakan cinta pertamaku. Berpikir aku akan meninggalkan semua orang yang aku sayangi dan semua hal yang kumiliki membuatku sempat putus asa, tetapi harapan datang tanpa di duga. Seseorang dengan sukarela mendonorkan jantungnya untukku. Aku...aku..sangat berterimakasih padanya," jawab Naruto sambil menahan tangis.
"Awalnya tubuhku sempat mengalami penolakkan, itu karena karena aku tidak mau menerima jantungnya sebab orang itu adalah saudaraku sendiri. Orang yang dulunya keyboardis Shinobi band. Salah satu orang yang paling berharga bagiku, tapi saat aku tengah dalam keadaan kritis, dia mendatangiku dalam mimpi...dia bilang..."
Para penonton yang memenuhi studio meneteskan air mata. Begitu juga dengan Kushina, Karin, Sakura, dan Ino yang saat itu tengah menonton acara TV itu bersama. Keempat wanita cantik itu merasa sedih dan terharu. Shiseru sendiri nampak menyeka air matanya yang baru saja keluar.
"Ya dia bilang seperti ini..."
"Apa kau tidak sayang pada kedua orang tuamu? Pada nenek kita yang selama ini tidak kenal lelah berjuang agar kau tetap hidup, Karin-neesan, gadis yang kau cintai, dan juga teman-teman yang sangat mencemaskanmu? Kembalilah Naruto...hiduplah bahagia bersama mereka...aku akan selalu bersamamu. Aku akan selalu ada di dekatmu, di sini, dalam tubuhmu. Kau tidak boleh ikut denganku!" lanjut Naruto sambil memegang dada kirinya,
"Naruto-kun!" teriak para gadis itu sambil sibuk menyeka air mata masing-masing,
"Setelah kejadian itu aku jadi mengeri satu hal. Saat seseorang mendapatkan kehidupan maka seseorang yang lain akan kehilangan hidupnya. Aku jadi ingat perkataan Shikamaru dulu, bahwa setiap orang pasti akan mati...begitu juga dengan kita. Itulah sebabnya aku memutuskan untuk tidak menyia-nyiakan kehidupan baru yang telah 'Kami-sama dan dia' berikan padaku. Semoga dia tenang di sana, dan mendapatkan surga-Nya..." tambah Naruto sambil menyeka setetes air mata yang baru saja terjatuh membasahi pipinya.
"...tapi cerita kalian itu bukan hanya sekedar strategi untuk mendongkrak popularitas Shinobi Band semata, bukan? Terus terang aku bukan penggemar kalian karena sebenarnya aku adalah fan Akatsuki Band yang sepertinya akan menjadi salah satu anti fans kalian sebentar lagi," kata salah seorang penonton dengan sinis. Shiseru mengerutkan kening, dia heran bagaimana bisa seorang antis menghadiri acara seperti ini. Apa gadis itu sudah gila?
"Aku tidak meminta kalian semua untuk mempercayai kami, toh kalian tidak akan bisa menjatuhkan kami dengan cara ini, karena semua bukti itu ada!" tegas Sasuke sambil menatap gadis yang duduk paling depan itu dengan death glare, tidak hanya Sasuke semua fans yang hadir di studio pun menatap gadis itu dengan death glare mereka. Ada juga sebagian dari mereka yang menggunjingkan gadis itu.
"Tenang semuanya!" tegur Shiseru, yang benar saja ini siaran langsung...tidak seharusnya ada keributan di sini.
"Nona, jika anda seperti ini...anda tidak layak menjadi fans Akatsuki Band, karena dalam kenyataannya walaupun kami rival, Shinobi Band dan Akatsuki Band tetap bersahabat, lebih dari itu kami satu agency yang berarti mereka adalah senior kami. Kalau anda tidak percaya anda boleh menanyakannya sendiri pada manajer mereka—Konan Nee-san—" sambung Neji,
"Tidak hanya itu, leader mereka Nagato-nii adalah bagian dari keluarga besar ibuku!" lanjut Naruto,
"Yeah, itu benar...keluarga besar Uzumaki!" tegas suara seseorang yang ternyata adalah Yahiko—Lead vocalis Akatsuki Band—sembari tersenyum dan menepuk bahu Naruto.
Hari ini acara TV tersebut memang sengaja membuat kejutan dengan menampilkan Akatsuki Band sebagai bintang tamu tanpa sepengetahuan fans mereka sendiri. Beberapa detik setelah Yahiko duduk di salah satu sofa kosong, members Akatsuki Band lainnya datang menyusul, menghampiri Yahiko di mulai dari; Nagato, Sasori, Deidara, dan Hidan yang sukses membuat wajah gadis itu memerah karena marah sekaligus malu.
oooOOcherrybloossomOOooo
.
.
.
Naruto berdiri sendirian di depan sebuah gundukan tanah. Ia tengah menatap nisan di hadapannya yang bertuliskan 'Rest in place Gaara Uzumaki', saudara sepupunya. Naruto kemudian bersimpuh di depan nisan itu dan menaruh sebuket bunga Lilly putih di dekat foto Gaara.
"Aku tak pernah menyangka, kau akan pergi lebih dulu Gaara..." katanya pelan,
"Aku selalu berpikir aku-lah yang akan meninggalkan kalian semua lebih dulu, tapi ternyata malah kau yang meninggalkanku."
Naruto menarik nafas dalam, mencoba mengisi dadanya yang mulai terasa sesak dengan lebih banyak udara. Naruto tidak ingin menangis, kali ini dia tidak ingin mengeluarkan air matanya.
"Arigatou Gaara, kau telah memberiku hidup baru. Gomen karena aku sempat menolaknya tapi aku janji, aku tidak akan menyia-nyiakan apa yang telah kau berikan padaku!" katanya lagi, kali ini sambil memegangi dada kirinya.
"Aku akan hidup bahagia seperti apa yang kau inginkan. Kau juga...berbahagialah di sana!" tambahnya sambil menyunggingkan sebuah senyuman.
"Aku senang akhirnya kau bisa tersenyum saat mengingat Gaara-san,"
Naruto sedikit kaget saat tiba-tiba mendengar sebuah suara. Ia menolehkan kepalanya dan melihat Sakura sedang berjalan mendekat ke arahnya,
"Kau disini?" tanya Naruto heran sambil berdiri menghadap gadis itu,
"Mmm, aku mengikutimu..." jawab Sakura sambil tersenyum,
"Senang sekali melihatmu tidak meneteskan air mata saat mengenang, Gaara-san."
"Hai, aku ingin Gaara tahu kalau aku bahagia..." jawab Naruto,
"Dia pasti senang sekali mendengarnya," kata Sakura sambil menyentuh pipi Naruto.
Sakura mulai merangkul leher Naruto, lalu menarik wajah tampan itu semakin dekat dengan wajahnya. Perlahan Sakura mencium bibir Naruto, hingga akhirnya ia merasakan Naruto membalas ciumannya dan memperdalam ciuman mereka. Setelah puas berciuman dengan pemuda yang sangat ia cintai, Sakura menempelkan wajahnya pada dada bidang Naruto, saat itu juga Sakura tersentak kaget...
"Ada apa, Sakura-chan?"
"Jantungmu berdetak kencang sekali, aku sampai bisa mendengarnya. Apa kau baik-baik saja? Ayo kita ke rumah sakit!" kata Sakura panik, dilihatnya Naruto hanya tertawa kecil.
"Kenapa kau malah ketawa, baka! Apa kau tidak sadar kalau aku sangat mengkhawatirkanmu!"
"Sakura-chan, aku sudah sembuh. Jantung ini berdebar jauh lebih kencang karena jantung ini adalah milik Gaara yang juga mencintaimu sama seperti aku, jadi kau tidak usah panik begini Sakura-chan. Kami berdua sangat mencintaimu, itulah sebabnya jantung ini berdebar kencang!" jelas Naruto sambil memegang dada kirinya,
"Benar. Sekarang kau sudah sembuh Naruto!" kata Sakura yang kemudian tersenyum bahagia.
.
.
_OWARI_
.
.
A/n : Oalah, jadi sebenarnya ini ff happy end or sad end ya? Silakan tentukan sendiri! Gomen, karena chapter kali ini panjang banget. Muki harap ending fic ini tidak mengecewakan dan kalian semua suka dengan ceritanya. Jika kalian merasa ada yang kurang dengan fic perdana Muki ini misalnya soal Hinta atau apa gitu? Kalian boleh kok meminta sequel, ntar Muki akan berusaha membuatkan sequelnya, dengan syarat kalian juga harus memberi Muki saran kira-kira ingin seperti apakah ceritanya? Soalnya Muki bingung hehehe. Like usual Muki belum siap menerima flame. So, REVIEW please! Arigatou. ^_^
.
.
Dan ini balasan untuk review yang nggak login :
Dhita Uzumaki : Yup, ini udah ending. Gimana menurut dhita-san? Muki harap endingnya tidak mengecewakan ya. Arigatou. ^^
Terminator : Pasti ada soalnya Muki pernah baca bberapa ff karya senpai-senpai yang mengharukan. Lalu menurut Terminator-san, bagaimana dengan fic Muki ini bikin nangis nggak? #ngarep. Arigatou. ^^
Yukii Chaa : Udah nggak kasihan lagi kan Saku-chan nya? Hehehe. Gimana dengan ending fic ini Yukii-san, suka? Akhirnya ni fic bisa tamat juga. Arigatou. ^^
Manguni : Iya itu benar Manguni-san. Udah nggak penasaran lagi kan, sekarang? Arigatou. ^^
MasyaRahma : Hountou? Baguslah, berarti angst-nya kerasa. Yosh, ganbatte! Arigatou. ^^
Farhan UzuZaki: Selamat, Farhan-san feelingnya bener...hahaha ternyata fic Muki ini gampang di tebak #tutupmuka. Ini udah di update. Arigatou. ^^
Minaesa : Yup, kita pilih saja apa yang terbaik buat kita...iya nggak Minaesa-san? Arigatou. ^^
Ahmad azman & Guest1 : Senengnya kalau bisa bikin orang penasaran /plak. Ini udah di update ya. Arigatou. ^^
Guest2 : Hai. Sakura ga sama chara lain, kok. Arigatou. ^^
.
.
Thanks to : All readers yang suka review and nggak bisa Muki sebutkan satu-persatu. Yang udah nge-fav, juga nge-follow fanfiction Muki ini, dan silent readers yangsudi membaca fic ini walaupun nggak meninggalkan jejaknya sama sekali. Review kalian sangat berarti bagiku, karena itu adalah salah satu bentuk dukungan kalian semua untuk author yang masih newbie ini. Arigatou gozaimasu#bow