Disclaimer : All Character belong to Masashi Kishimoto

Title : With All My Heart

Genre : Romance, Angst

Rate : T

Pairing : NaruSaku slight SasuKarin, dll.

Inspirated : Quote this fanfiction, terinspirasi dari lagu with all my heart Tohoshinki.

Warning : OOC, AU, gaje, abal, ancur, minim deskriptif, typos, dll.

Summary : Sakura Haruno, seorang artis muda yang sedang naik daun melarikan diri ke sebuah desa terpencil bernama Konoha karena ia merasa jenuh sekaligus lelah dengan semua kegiatannya yang selalu padat. Untuk membiayai hidupnya sekaligus menyembunyikan jati diri yang sesungguhnya ia memutuskan untuk melamar pekerjaan sebagai pelayan, tak disangka di hari pertamanya melarikan diri ia bertemu dengan salah satu penggemar beratnya—Namikaze Naruto— apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Chapter 1 :

Can you always be my side?

I want to always stand by your side. If I cannot be by your side, I'll just hold you shadow in my heart, hold in my heart, and… all the days, my thoughts are always with you… from the bottom of my heart—Naruto Namikaze—

Seorang gadis cantik memasuki sebuah supermarket yang tampak sepi pengunjung. Semenjak melarikan diri dari dormnya ia memutuskan untuk membeli beberapa makanan dan minuman. Ia juga terpikir untuk mencari pekerjaan setelah ini, karena ia tidak ingin menggunakan black cardnya untuk membiayai hidupnya. Ia khawatir keberadaannya akan terlacak jika ia menggunakan kartu tersebut, sungguh ia tidak ingin hal itu sampai terjadi. Ia sudah memutuskan untuk menghilang dari dunia entertaint sementara waktu. Jadwal yang selalu padat benar-benar membuatnya jenuh, lebih dari itu ia merasa lelah. Ia memilih vacum untuk sementara waktu walaupun pihak agency dan manajernya tidak mengizinkan hal itu. Itulah sebabnya ia melarikan diri diam-diam pagi-pagi sekali. Gadis ini adalah Sakura Haruno, seorang penyanyi remaja sekaligus model yang sedang naik daun.

Sakura memasukkan roti, buah-buahan, dan beberapa macam sayuran kedalam troli besi. Setelah itu ia menuju rak minuman untuk membeli satu kotak besar susu murni, air mineral, yogurt, dan jus jeruk. Ketika ia mengambil satu botol jus jeruk, ia dikejutkan oleh suara riuh tidak jauh di belakangnya. Saat ia menoleh, ia menemukan seorang laki-laki yang sedang berusaha melarikan diri dari kejaran beberapa orang gadis yang sepertinya adalah penggemarnya. Sakura mematung ditempatnya berdiri.

Seorang pemuda berambut blonde menuju rak bagian sayuran sambil sesekali membaca catatan kecil yang di bawanya. Hari ini ia kesal sekali karena ibunya memintanya untuk belanja padahal di hari libur seperti ini ia berencana untuk berkunjung ke rumah salah satu sahabatnya.

"Bukankah itu Naruto-kun?"

"Sepertinya iya, dilihat dari gaya pakaiannya itu memang Naruto-kun!"

Terdengar bisik-bisik para gadis yang kebetulan berada tidak jauh dari belakangnya. Ia pun menghela nafas. Ia bukanlah seorang artis tetapi kenapa para gadis itu begitu berisik? Ia sadar ia berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan sekarang. Di sekolah ia dan keempat orang temannya memang populer, di satu sisi ia memang senang akan hal itu namun di sisi lain ia merasa sangat terganggu.

Naruto mencoba melangkah dengan tenang sambil mendorong troli besinya, berharap gadis-gadis itu tidak mengikutinya. Tetapi ternyata para gadis itu malah mengikuti langkahnya.

"NARUTO-KUN!"

Naruto menoleh ke belakang. Sebelum para gadis itu menyerbunya, ia pun segera berlari untuk menghindar dari kejaran para penggemarnya itu. Troli besi itu sengaja ia tinggalkan di sembarang tempat agar ia bisa berlari lebih cepat. Nafas Naruto tersenggal, tepat di bagian rak minuman. Ia sudah tidak sanggup berlari karena sebenarnya ia gampang kelelahan.

"Hei, di sini!"

Seseorang membuatnya terkejut. Ketika ia menoleh, ia semakin terkejut lagi. Gadis musim semi itu adalah idolanya—Haruno Sakura—biarpun saat ini gadis itu tengah melakukan penyamaran dengan mengenakan topi yang menutupi rambutnya yang sewarna bunga sakura, juga sebuah masker sekaligus kacamata yang menutupi sebagian wajahnya, tetap saja matanya tidak bisa ditipu. Walau bagaimanapun ia adalah penggemar berat gadis musim semi itu. Naruto merasakan jantungnya berdebar semakin kencang. Entah ini adalah mimpi atau bukan, yang jelas rasa senang menelusup ke dalam hatinya.

"Bersembunyilah di balik pendingin minuman ini!" ujar gadis itu pula,

Naruto yang tadi sempat bengong akhirnya tersadar. Ia menoleh ke belakang. Para gadis tadi sudah semakin dekat dengan dirinnya. Naruto akhirnya menuruti saran Sakura. Ia bersembunyi di belakang pendingin minuman sambil mengeluh lelah. Sakura sendiri mencoba pura-pura keheranan melihat gadis-gadis yang histeris dan mencari-cari dimana Naruto.

"Sial, larinya cepat sekali! Benar-benar bukan hari keberuntungan, tadi juga kita gagal mengejar Sasuke-kun dan sekarang...ayo kita pergi! Mudah-mudahan setelah ini kita bisa bertemu dengan Gaara dan yang lainnya!" ujar salah satu dari para gadis itu. Gadis lainnya hanya mendecak kesal lalu membubarkan diri.

Setelah memastikan keadaan aman, Naruto keluar dari persembunyiannya. Ia pun menghela nafas lega, lalu tersenyum manis pada Sakura.

"Arigatou, kau sudah membantuku!" ucap Naruto, dan Sakura hanya menanggapinya dengan senyuman kecil di balik masker yang ia kenakan.

"Bukan hal yang besar, tapi syukurlah aku tidak bertemu dengan orang-orang merepotkan seperti mereka di sini."

"Aku tahu seharusnya aku yang melakukan sesuatu untuk balas budi, tapi bolehkah aku meminta tanda tanganmu?"

"EH? Tanda tangan? Maksudmu apa sih? Aku bukan artis, hahaha..."

"Tidak, aku yakin kalau kau adalah Haruno Sakura."

"Apa kau bilang?" kaget Sakura,

"Mengaku saja! Kalau tidak aku akan teriak kalau disini ada Haruno Sakura,"

"Ba-baiklah...si-siapa namamu?"

"Naruto, Namikaze Naruto."

"Baiklah Namikaze-san, tapi aku tidak membawa pena."

"Tak masalah, kau bisa ikut mobilku...kebetulan ada tasku disana!"

Sakura bingung. Apa iya, ia harus menerima ajakan lelaki beriris sapphire ini? Tetapi ia tidak ada pilihan lain, walau bagaimana pun ia harus segera keluar dari supermarket ini. Sakura menatap Naruto. Ia merasa ada sesuatu hal yang berbeda dengan dirinya. Entah kenapa ia merasa senang. Berbicara dengan Naruto juga melihat senyumannya itu. Ini pertama kalinya Sakura merasa ada seorang lelaki yang menarik perhatiannya hanya dengan tersenyum.

"Baiklah," ucapnya pada akhirnya.

Setelah mengambil troli besi yang ditinggalkannya tadi, Naruto segera menyusul Sakura untuk membayar barang belanjaan mereka. Sesampainya di mobil ia menyodorkan sebuah pena dan sebuah kaset DVD pada Sakura.

Sakura tertegun. Kaset ini adalah album terbarunya yang limited edition. Ia jadi yakin kalau lelaki di sampingnya ini berasal dari kalangan atas, terlebih mobil yang sekarang ia naiki adalah mobil mewah keluaran terbaru.

"Tolong tandatangani, Sakura-chan. Sebenarnya aku ini adalah fans beratmu!"

Sakura pun menandatangani album itu. Setelah selesai ia kembali menoleh pada Naruto dan menunjukkan tatapan penuh selidik.

"Ada apa Sakura-chan?"

"Aku tidak percaya kalau kau fans beratku!"

"HEH! Doushite?"

"Aku sudah mengeluarkan dua buah album dan juga satu buah mini album, dan setiap kali aku merilis album aku selalu menggadakan tour concert dan juga fanmeeting...tapi aku belum pernah melihatmu. Ya, walaupun penggemarku banyak aku ingat sosok siapa saja yang sering menonton konser atau FM ku. Kelihatannya kau orang kaya, jadi tidak mungkin jika kau tidak punya uang untuk membeli tiketku kan?" ujar Sakura panjang lebar.

"Ini bukan soal uang Sakura-chan. Aku hanya tidak bisa karena kaasan selalu melarangku,"

"...tapi kalau kau benar-benar penggemarku kau pasti tidak akan peduli dan akan pergi diam-diam."

"Itu juga tidak bisa soalnya Yamato-san selalu mengikutiku kemana pun aku pergi!"

"Memangnya Yamato itu siapa?"

"Bodyguard sekaligus supir pribadiku, nah itu dia orangnya..." seru Naruto sambil menunjuk kearah seorang pria yang sedang berjalan menghampiri mobilnya.

"Anda sudah selesai, ?" tanya Yamato setelah duduk di kursi kemudi.

"Sudah kubilang, jangan memanggilku kan?"

"Baiklah Naruto, jadi kita langsung pulang?"

"Begitulah, aku tidak mau diceramahi kaasan!"

"Lalu siapa gadis di sampingmu itu sepertinya aku pernah melihatnya tapi dimana ya?"

"Hahaha, tidak mungkin. Aku baru pertama kali datang ke Konoha," sambung Sakura.

"Oh iya, kau mau turun dimana Sakura-chan?"

"Sebenarnya aku sedang kabur, jadi aku butuh pekerjaan!"

"Nani?" kaget Naruto,

"Hah? Anda kabur dari rumah, nona? Kenapa?"

"Bukan kabur dari rumah tapi aku kabur dari rumah kontrakkanku karena aku tidak sanggup membayar uang sewa, hiks..hiks..." jawab Sakura sambil pura-pura menangis, membuat Yamato merasa iba.

"Kalau begitu, bagaimana jika anda bekerja sebagai pelayan di mansion Namikaze?"

"Ya Tuhan, terimakasih banyak. Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan. Baiklah aku ikut dengan kalian saja Yamato-jisan," ucap Sakura dengan wajah berbinar-binar. Yamato tersenyum kecil lalu mulai menyalakan mesin mobil dan meninggalkan tempat parkir.

Naruto yang sudah tau kalau Sakura hanya berakting tampak begitu bingung. Sebenarnya apa tujuan Sakura, kenapa dia meninggalkan kegiatan keartisannya dan memutuskan untuk bersembunyi di rumahnya sebagai seorang pelayan?

"Hei, Sakura-chan! Apa kau terlibat skandal besar?" bisik Naruto,

"Aku hanya ingin berlibur, Namikaze!" balas Sakura.

"Panggil aku Naruto saja!"

"Dengar, Naruto. Kau jangan bilang siapa-siapa kalau aku ini Haruno Sakura, mengerti! Aku akan mengganti namaku menjadi Akasuna Sakura mulai dari sekarang!"

"...tapi kenapa?"

"Sudahlah, ini bukan urusanmu baka!"

"Tentu saja ini urusanku, kau adalah artis idolaku Sakura-chan!"

"Aku masih tidak percaya kalau kau adalah fansku! Jadi kau jangan ikut campur!"

"Doushite?"

"Bodyguardmu hanya satu orang kan, harusnya kau bisa pergi diam-diam untuk menonton konser atau FM ku?!"

"Aku juga ingin tapi aku benar-benar tidak bisa!"

"Memangnya kenapa? Kau ini pengecut sekali!"

"Aku bukan pengecut!" bantah Naruto masih dengan berbisik,

"Kalau begitu kenapa?"

"Kurasa kau tidak perlu tahu."

"Huh! Alasan yang tidak masuk akal!" ketus Sakura.

"Bukankah kau mau bekerja di tempatku? Nanti kau juga tahu alasanku yang sesungguhnya karena mungkin kaasan akan menjadikanmu pelayan pribadiku."

"Pelayan pribadi?"

"Hai. So, can you always be my side?"

"Baka!" ujar Sakura yang kemudian memalingkan wajahnya yang terasa memanas,

'Apa-apaan, kenapa aku sampai tersipu hanya dengan kata-kata seperti itu? Tapi mau bagaimana lagi, orang ini terlalu keren, dia juga tampan. Apa aku suka padanya?' tanya Sakura pada dirinya sendiri.

Mobil itu terus melaju hingga akhirnya mereka sampai di depan pintu gerbang besar dengan lambang spiral merah di tengah-tengahnya. Pintu gerbang itu terbuka. Yamato kembali melajukan mobil itu, melewati halaman luas yang di penuhi pohon-pohon tinggi.

Sakura terpana. Ia tak menyangka di desa kecil seperti ini berdiri sebuah bangunan besar dan mewah bergaya Eropa dengan halaman depan yang luas. Rumahnya sendiri memang tak kalah besar dan mewah dengan mansion Namikaze ini, hanya saja di desa kecil seperti ini ia pikir tidak akan ada bangunan sebesar ini, itulah yang membuatnya terkagum-kagum.

Naruto sudah turun dari mobilnya. Sementara Sakura masih diam di jok belakang hingga akhirnya Yamato membukakkan pintu mobil untuknya. Sakura yang sudah tersadar akhirnya segera turun. Ia kemudian menuju bagasi untuk membawa barang belanjaannya tadi.

"Biar saya yang bawakan Sakura-san,"

"Ah, tidak perlu repot-repot Yamato-jisan!"

"Tak masalah, soalnya saya sekalian membawa barang belanjaan Kushina-sama."

"Baiklah kalau begitu," ujar Sakura yang kemudian mengikuti Naruto masuk.

"Kenapa kau lama sekali, Naruto? Sejak tadi Kushina-basan harap-harap cemas gara-gara nomor ponselmu tidak bisa di hubungi," ujar seorang gadis berkacamata dengan rambut merah khas clan Uzumaki.

"Ponselku lowbet, Karin-nee!" jelas Naruto.

"Lho, siapa gadis bermasker itu?" tanya Karin saat pandangan matanya tertuju pada Sakura,

"Ah, gomen. Namaku Akasuna Sakura. Aku ingin melamar pekerjaan disini," ucap Sakura yang kemudian melepas topi, masker, dan kacamata hitamnya.

Karin mengerutkan kening. Ia merasa tidak asing dengan gadis di depannya; rambut soft pink, mata zamrud yang indah, dahi lebar. Ia merasa pernah melihat gadis ini di suatu tempat. Setelah mengingat-ingat, karin tersadar dan langsung berteriak,

"Ya ampun, Sakura Haruno! Kau mirip sekali dengan Sakura Haruno, bahkan namamu Sakura!"

'Baka! Dia memang Sakura-chan, neesan' pikir Naruto dalam hati.

"Hahaha, memang sering dibilang begitu sih tapi aku bukan Haruno Sakura."

"Tentu saja, mana mungkin seorang artis terkenal sudi bekerja sebagai pelayan kan? Mustahil! Melihat penampilannya saja aku sudah tau kalau dia anak yang egois dan manja,"

'Apa dia bilang? Gadis ini benar-benar menyebalkan! Tenang Sakura, kau kan sedang bersembunyi, bersembunyi!' inner Sakura.

"Oh iya aku Karin Uzumaki, kakak sepupunya!" ucap Karin sambil menunjuk Naruto,

"Salam kenal, Karin-sama!"

"Jangan memanggilku begitu, panggil saja aku Karin!"

"Baiklah, kalau begitu akan kupanggil Karin-san saja!"

"Baiklah, mari Sakura akan aku antar kau ke kamar bibiku...dia yang akan memutuskan apakah kau layak bekerja disini atau tidak!" ajak Karin yang langsung menyeret Sakura.

Sakura berdebar-debar, ia khawatir tidak akan diterima bekerja. Sorot mata Nyonya Namikaze di depannya benar-benar terlihat tegas. Biarpun begitu Sakura juga nampak kagum dengan Kushina, wanita cantik itu tetap terlihat muda walaupun ia sudah bersuami dan memiliki seorang anak yang seumuran dengannya.

"Jadi namamu Akasuna Sakura, 16 tahun?"

"Benar, Kushina-sama."

"Kapan hari ulang tahunmu?"

"Eh? Hmm, tanggal 28 Maret."

"Begitu rupanya, kau lebih tua beberapa bulan dari Naruto."

'Eh? Aku lebih tua darinya?'

"Aku tidak akan sembarangan memperkerjaan orang, terlebih kau adalah salah satu kandidat pelayan pribadi puteraku. Jadi tolong jawab semua pertanyaanku dengan jujur,"

"Tentu saja, Kushina-san!"

"Apa kau bisa merawat seseorang, maksudku apa kau pernah mempelajari ilmu kedokteran?"

"Sebenarnya waktu kecil cita-cita saya memang menjadi seorang dokter apalagi ayah saya adalah seorang apoteker tapi ibu saya lebih suka jika saya menjadi seorang artis walaupun itu tidak pernah kesampaian," jawab Sakura yang kemudian tertawa kecil.

"Jadi anda tidak perlu khawatir soal itu Kushina-sama, karena saya suka membaca buku tentang kedokteran. Banyak ilmu yang saya dapatkan dari sana," lanjut Sakura.

"Baiklah, kurasa aku bisa mempercayaimu tapi jika kau tidak bisa melakukan tugasmu dengan baik...aku akan langsung memecatmu Sakura!"

"Kalau begitu, apa saya diterima?"

"Ya, kau akan kujadikan pelayan pribadi Naruto. Kalau begitu, kau boleh langsung ke kamarmu dan pelajari semua berkas-berkas ini!"

"Ini berkas-berkas apa, Kushina-sama? Apakah ini semacam buku peraturan?"

"Bukan. Itu laporan kesehatan puteraku,"

"Laporan kesehatan?"

"Hmm. Naru, dia...ah kau baca saja sendiri nanti,"

Sakura mengangguk mengerti. Sekilas ia bisa melihat perubahan ekspresi wanita cantik di depannya, sorot mata wanita itu mencerminkan kesedihan yang mendalam.

"Ino-chan!" teriak wanita itu, dan sesaat kemudian datanglah seorang gadis berambut pirang.

"Ya, Kushina-sama?"

"...karena kau sudah menjadi ketua pelayan, kau tidak perlu melayani Naruto lagi. Aku sudah menemukan penggantimu, namanya Akasuna Sakura...tolong antarkan dia ke kamarnya!"

"Baik, Kushina-sama. Ayo, Sakura!"

Sakura mengangguk lalu membungkuk hormat pada Kushina sebelum mengikuti langkah Ino. Sesampainya di kamar yang di maksud. Ino tersenyum padanya,

"Ini kamarmu, Sakura! Oh iya, namaku Yamanaka Ino...kuharap kita bisa menjadi teman karena sepertinya kita seumuran!"

"Tentu saja Ino, arigatou!" ucap Sakura yang kemudian membalas senyuman Ino,

"Ngomong-ngomong, kau tampak tidak asing Sakura?"

"Maksudmu?"

"Kau mirip sekali dengan penyanyi idola Naruto-sama. Ya, kau sangat mirip dengan Haruno Sakura."

"Benarkah? Aku tak menyangka jika aku mirip dengan seorang artis, aku jadi penasaran seperti apa Haruno Sakura itu?"

"Kalau kau ke kamarnya Naruto-sama, kau akan tahu. Di kamarnya ada poster Haruno Sakura. Tidak hanya itu, ia juga mengoleksi semua albumnya, majalah-majalah yang menampilkan sosoknya, dan juga barang-barang lainnya."

'Jadi dia benar-benar fansku ya?'

"Wah, tampaknya Naruto-sama sangat mengidolakan gadis itu!"

"Begitulah, sayangnya Naruto-sama belum pernah bertemu dengan Haruno Sakura secara langsung padahal ia sering cerita padaku kalau itu adalah impiannya..."

"Memangnya Naruto-sama tidak pernah menonton konser Haruno Sakura secara langsung?"

"Begitulah, dia hanya mengenal orang itu dari televisi dan juga internet."

"Doushite? Padahal Naruto-sama kan orang kaya,"

"Ia sakit, Sakura. Makanya Kushina-sama dan Minato-sama over protective sekali padanya,"

"Jadi berkas-berkas ini benar-benar laporan kesehatan Naruto-sama ya? Memangnya dia sakit apa, Ino?"

"Ia memiliki kelainan jantung. Jantungnya lemah, bawaan sejak lahir."

"APAA?"

Mata Sakura membulat tak percaya. Secara tak sengaja ia dipertemukan oleh Kami-sama dengan salah satu penggemarnya. Apakah ini semua takdir? Masih dengan tatapan tak percaya, Sakura segera membaca berkas-berkas yang di berikan Kushina tadi. Tanpa sadar, ia menjatuhkan air mata.

"Sudah separah ini?"

"Hmm, makanya tolong perlakukan dia dengan baik ya Sakura! Kalau begitu aku permisi dulu, aku masih banyak pekerjaan. Kalau kau butuh bantuan atau ingin menanyakan sesuatu cari saja aku," pamit Ino yang kemudian pergi.

Sakura mendudukan dirinya di atas kasur. Ia ingat dulu saat ia menerima banyak surat dari para fansnya, ia pernah membaca surat dari salah satu fansnya yang berinisial N.N. Sakura bahkan sengaja menyalin surat tersebut dalam ponselnya. Sakura merogoh ponsel dari tas slempangnya lalu mulai mencari-cari salah satu note yang di simpannya dan membaca isi surat itu kembali. Ia ingat dulu ia sempat penasaran dengan fansnya yang berinisial N.N itu,

Sakura-chan, aku senang karena konsermu di Tokyo Dome tempo hari sukses.

Tetapi akhir-akhir ini jadwalmu padat sekali ya? Kuharap kau baik-baik saja,

Biarpun kau sibuk kau harus tetap jaga kesehatan, jangan sampai sakit!

Tidurlah yang cukup dan jangan lupa minum vitamin.

Ah, apa yang aku katakan? Aku bukan siapa-siapamu, gomen ne!

Aku hanya khawatir padamu. Hari itu aku melihat fancam konsermu,

Kau tampak lelah, tetapi kau selalu tersenyum pada semua fansmu.

Biarpun keringatmu bercucuran kau tetap tampil maksimal dan semangat.

Penampilanmu hari itu benar-benar sempurna,

Aku jadi iri, sejak dulu aku selalu ingin melihat konsermu secara langsung.

Sakura-chan, kau benar-benar seperti bintang-bintang di langit...

Tampak dekat namun sangat sulit untuk kugapai,

Aku hanya bisa bermimpi, suatu hari nanti aku bisa bertemu denganmu...

Memandang wajah cantikmu dari dekat, bertukar sapa denganmu...

Sesuatu yang mustahil seperti itu, bisakah terwujud suatu saat nanti?

Aku ingin selalu berdiri di sisimu,

Jika aku tidak bisa berdiri di sisimu...

Aku hanya akan menahan bayanganmu di hatiku,

Setiap hari pikiranku selalu tertuju padamu,

Aku tahu aku tidak pantas mengatakan ini karena aku hanyalah seorang fans,

Tapi Sakura-chan dari lubuk hatiku yang paling dalam,

Aku sangat mencintaimu.

With Love —N.N—

"Hhh, apa mungkin surat ini dia yang buat ya?" gumam Sakura yang kemudian memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.

Sejak ia melarikan diri dari dorm, Sakura langsung mengganti nomor ponselnya hingga ia tidak terganggu oleh manajernya ataupun pihak agency tempat ia bernaung. Sebenarnya ia sendiri merasa tidak enak telah melarikan diri seperti ini, terlebih kepada semua fansnya. Ia yakin selain kedua orang tuanya, saat ini yang paling mengkhawatirkan keadaannya adalah para fansnya. Dia yakin berita menghilangnya Haruno Sakura sudah tersebar di internet dan media-media. Saat ini dunia Haruno Sakura pasti sedang heboh.

Sakura memang merasa bersalah tetapi untuk beberapa bulan ini dia hanya ingin bersikap egois. Ia hanya ingin hidup seperti gadis-gadis normal lainnya; Tidur 6-8 jam sehari, sekolah, memiliki banyak teman tanpa status keartisannya, bersenang-senang, dan juga jatuh cinta. Ia hanya ingin menghilang sementara dari semua kegiatannya yang selalu menjemukkan. Ia berjanji, jika ia sudah puas bersikap egois ia akan kembali dan meminta maaf yang sebesar-besarnya pada semua orang, terutama pada para fansnya dan juga angency yang telah membesarkan namanya.

Naruto membarigkan tubuhnya di atas kasur king sizenya. Ia merasa hari ini bagaikan mimpi. Ia bahkan masih setengah tak percaya bahwa impiannya selama ini terwujud. Ia bisa bertemu dengan Haruno Sakura secara langsung, mendapatkan tanda tangannya, bahkan berbicara dengannya. Ia pun mengecek tablet PC dan memasukan keyword untuk membuktikan ini semua nyata atau hanya sekedar mimpi?

Ternyata berita menghilangnya Haruno Sakura sudah tersebar di internet. Banyak sekali rumor yang tertulis dalam berita itu; di mulai dari Haruno Sakura melarikan diri karena terlibat skandal dengan salah satu members band yang satu agency dengannya, Haruno Sakura di culik, bahkan pernyataan bahwa Haruno Sakura menghilang karena ia merasa tidak puas dengan honor yang ia dapatkan dengan alasan jumlah honor tersebut tidak sepadan dengan kerja kerasnya selama ini. Setelah membaca semua artikel terkait, Naruto mengecek akun twitter Haruno Sakura.

Sakura_cherry : Kalian semua tidak perlu mengkhawatirkanku. Tidak ada yang terjadi, aku hanya ingin melanjutkan studyku yang selama ini terganggu. Aku berjanji saat aku cameback nanti aku akan menampilkan yang terbaik untuk kalian semua. Akira-sama, Yakumo-neesan, kuharap kalian semua mau mengerti! Ya, tolong pahami aku. Arigatou. ^^

"Melanjutkan study? Kau bohong Sakura-chan, kau pasti merasa lelah dan jenuh dengan seluruh kegiatanmu, kan? Kau tenang saja, aku mengerti perasaanmu jadi aku tidak akan pernah membuka mulut. Biar saja ini menjadi rahasia kita berdua. Kau memilih tempat yang tepat Sakura-chan, di sini tidak banyak orang yang mengenalmu."

Naruto tersenyum kecil. Ia hendak log out dari twitter, tetapi saat ada TL baru dari Sakura ia membatalkan rencananya itu.

Sakura_cherry : N.N, sekarang aku tahu siapa dirimu yang sebenarnya. Arigatou untuk suratmu tempo hari ^_^

"EH? Sakura-chan membaca suratku?" ucap Naruto dengan wajah memerah.

Naruto tersenyum, ia benar-benar bahagia hari ini. Sangat bahagia. Tiba-tiba saja jantungnya berdetak kencang. Nafasnya menjadi sepatah-patah, dan keringat dingin membasahi wajahnya yang semakin pucat. Ia pun mencengkram kuat bagian dada kirinya hingga sebagian kaos yang dikenakannya menjadi kusut. Ternyata terlalu bahagia bisa menimbulkan efek seperti ini. Inilah akibatnya jika ia melanggar nasihat neneknya yang juga merupakan dokter pribadinya—Tsunade—. Pertama, saat di supermarket tadi ia memaksakan diri untuk berlari kencang, dan sekarang ia terlalu bahagia.

"Ah, sial. Aku mulai sesak nafas," ringis Naruto yang kemudian mengeluarkan sebuah botol obat dari saku jaketnya dan meminum dua butir tablet berwarna putih itu.

Naruto memejamkan kedua matanya. Rasa sakit itu sedikit berkurang tetapi ia masih merasakan sesak. Ia pun memutuskan untuk tidur. Berharap setelah ia bangun nanti, ia akan baik-baik saja.

Sakura memasuki sebuah kamar yang lumayan luas. Ternyata yang dikatakan Ino benar, salah satu posternya terpajang di dinding. Ia juga melihat semua albumnya, dan juga majalah-majalah yang menampilkan sosoknya tersimpan rapi di sebuah lemari. Selain itu ia juga menemukan sebuah album foto yang di dalamnya ada banyak potretnya yang selama ini tersebar di internet dengan berbagai macam ekspresi.

Sakura mengalihkan pandangannya ke setiap penjuru kamar, ternyata di kamar ini ada sebuah grand piano berwarna putih dengan aksen gold di setiap sisi yang terletak di dekat jendela. Sakura mendekat ke arah grand piano tersebut, dan duduk di atas kursinya. Di sana ia menemukan sebuah partitur musik. Sakura pun membaca partitur tersebut, dan dia terkesiap. Lagu yang sangat indah. Sakura membalik partitur itu karena merasa penasaran, saat itu juga Sakura nampak terkejut.

'Tousan, aku menciptakan lagu ini untuk seseorang. Hmm, namanya Haruno Sakura. Aku harap suatu hari nanti ia bisa membawakan lagu ini. Bagaimana menurutmu?' itulah yang tertulis di balik partitur musik tersebut.

Sakura memang sudah mendengar dari Ino, kalau ayah Naruto adalah—Minato Namikaze— seorang pianis terkenal sekaligus pencipta lagu yang sangat di idolakan ibunya dulu, hingga akhirnya Haruno Mebuki memintanya untuk menjadi seorang penyanyi. Ibunya berharap suatu hari nanti Sakura bisa membawakan lagu ciptaan Minato Namikaze. Sakura benar-benar tak menyangka jika Naruto ternyata mewarisi bakat ayahnya itu. Sakura meletetakkan partitur itu kembali ke tempatnya lalu mencoba memainkan grand piano tersebut, ia menekan-nekan tuts tuts piano tetapi ternyata ia memang tidak begitu pandai bermain piano.

Sakura baru ingat jika ia di suruh oleh Kushina untuk memanggil Naruto karena hidangan pagi sudah tersedia, tetapi kemana sebenarnya Naruto? Kenapa ia tidak ada di kamar? Saat Sakura hendak keluar dari kamar, ia melihat Naruto keluar dari kamar mandi sambil mengenakan handuk kimono.

"Eh? Jadi tadi kau sedang mandi, ya? Kushina-sama memanggilmu untuk sarapan,"

"Ya, aku akan segera kesana?"

Sakura mendekat ke arah Naruto karena ia merasa ada yang aneh dengan lelaki itu. Safir bertemu emerald. Untuk sekian detik keduanya tidak berkedip. Masing-masing dari mereka terpesona dengan keindahan iris mata seseorang di hadapannya.

Kini tatapan Sakura tertuju pada tiga garis tipis di kedua pipi Naruto, dan inner Sakura berkata Naruto terlihat manis dengan tanda lahir uniknya itu. Sakura tersenyum tipis sampai akhirnya tatapan Sakura tertuju pada kantung mata dan bibir Naruto.

"Ada apa, Sakura-chan?"

"Wajahmu pucat. Apa kau baik-baik saja, Naruto?"

"Hahaha, kau ini bicara apa? Tentu saja aku baik-baik saja! Kau pergi duluan saja Sakura-chan, aku mau mengenakan seragam dulu."

"Jangan berbohong padaku, baka! Apa benar kau baik-baik saja?" tanya Sakura dengan nada tegas,

"Aku baik-baik saja Sakura-chan, hanya saja tadi malam aku tidak bisa tidur."

"Doushite?"

"Entahlah,"

"Apa semalam penyakitmu kambuh, makanya tidak bisa tidur hmm?" tebak Sakura.

'Kenapa Sakura-chan bisa tau?'

"Jadi kau sudah tau ya kalau jantungku lemah?"

"Tentu saja, mulai hari ini aku kan pelayan pribadimu. Jadi benar, semalam penyakitmu kambuh lagi?"

"Hmm, tapi sekarang sudah tidak apa-apa...kau tidak usah khawatir!"

"Baiklah, aku pergi duluan. Setelah sarapan nanti, jangan lupa minum obat!" ucap Sakura yang kemudian lekas keluar dari kamar Naruto.

"Aku tak menyangka Kushina-sama sampai mendaftarkanku ke sekolahanmu," ujar Sakura saat ia berada di dalam mobil bersama Naruto. Di kursi kemudi Yamato hanya tersenyum kecil seraya berkonsentrasi dengan jalanan di depannya.

"Mau bagaimana lagi, kaasan benar-benar son complex..." sambung Naruto sambil memandang keluar jendela.

Sakura hanya menghela nafas, ia khawatir di konoha high school nanti ada orang-orang yang mengenalinya sebagai Haruno Sakura. Biar bagaimana pun Sakura tidak ingin jati dirinya terbongkar secepat itu, padahal tujuannya hanya ingin beristirahat sejenak dengan cara terus bersembunyi di dalam mansion Namikaze. Sakura pun menghela nafas untuk yang kedua kalinya.

"Tenang saja, bukannya aku meremehkanmu atau apa...tapi di Konoha tidak banyak orang yang mengenalimu Sakura-chan," bisik Naruto agar tidak terdengar oleh Yamato.

"Kau yakin?"

"Bukannya aku sombong, tetapi kalau di Konoha Sasuke teme dan akulah yang paling terkenal."

"Heh! Apa kau bilang? Aku tidak percaya!"

"Teme adalah bintang basket, selain itu dia juga dijuluki pangeran sekolah. Aku, Gaara, Shikamaru, dan Neji-senpai tergabung dalam kelompoknya makanya kami jadi ikutan populer. Sebenarnya aku tidak sudi satu gank dengan si teme, yah kau tahu ia itu rival abadiku..." cerita Naruto.

"Kalau kau tidak sudi kenapa mau sekelompok dengannya?"

"Habis Karin-neesan yang memaksa. Neesan adalah pacarnya Sasuke teme, kalau kau mau tahu!"

"Karin-san pacarnya pangeran sekolah, katamu? Hmm, sepertinya hari-hariku di KHS akan menarik dan menyenangkan. Aku harus berterimakasih pada Kushina-sama setelah ini!" ujar Sakura degan senyum lebar tersungging di bibirnya.

"Ya, kuharap kau tidak sampai jatuh cinta pada si teme itu Sakura-chan!"

"Eh? Kenapa aku harus jatuh cinta pada pacar majikanku sendiri?"

"Soalnya Uchiha-san itu sangat tampan," sambung Yamato.

"Masa? Apa iya aku akan tertarik pada orang yang bernama Sasuke itu?"

'Saat di supermarket waktu itu, aku kan sudah terlanjur tertarik padamu Naruto!' lanjut Sakura dalam hati. Naruto sendiri masih sibuk memandang pemandangan dari balik jendela mobilnya.

_TBC_

A/n : Ini adalah ff pertamaku jadi mohon maaf saya tidak menerima flame, #belumSiap namanya juga author newbie jadi harap di maklum kalo fic nya jelex, nggak dapat feelnya, dan abal begini. Nah, saya minta reviewnya aja. Buat senpai-senpai semua, bisakah anda sekalian memberi saya saran supaya saya bisa memperbaiki semua kekurangan yang ada? Arigatou! ^^

Oh iya karena saya newbie saya tidak tau chapter ini kepanjangan atau justru sebaliknya, jadi sekali lagi saya minta Review. Sankyuu. ^^