EXONUMIA

Pairing(s): Various Pairings, mostly Baekyeol.

Genre: Romance, Drama, AU.

A/N: Hai, lama nggak update disini, maaf banget T^T aku berkali-kali ngetik ini tapi laptop aku ke format terus. Semoga nggak mengecewakan. Sekali lagi maaf. Please enjoy and mind to RnR?


Debaran jantung Baekhyun belum juga berhenti, kejadian barusan terus melintas di pikirannya tanpa bisa ia kontrol. Debaran yang ia rasakan bukanlah jenis debaran yang menyenangkan seperti saat ia mendapatkan koleksi token ataupun koin baru, debaran yang ia rasakan jauh lebih menyesakkan dan membuatnya bingung. Terakhir kali Baekhyun merasa sesak dan bingung seperti ini adalah saat ia menyadari dirinya sebatang kara.

Tujuan awalnya datang ke rumah ini sudah jauh melenceng, semuanya akan lancar-lancar saja jika ia tidak bertemu dengan raksasa bodoh itu, salahkan Baekhyun dan kebodohannya.

Dan jangan lupa, salahkan juga jantungnya yang tidak bisa berhenti berdebar-debar.

Bukannya Baekhyun suka Chanyeol atau apa— yah, mungkin ia memang suka Chanyeol— mungkin, tolong garis bawahi itu.

Tapi justru itu masalahnya. Baekhyun tidak seharusnya punya perasaan khusus, tidak pada siapapun. Awalnya Baekhyun merasa cukup dengan hidupnya, ia hanya perlu Chorong dan semua koleksinya, tapi sekarang ia sudah tidak yakin lagi dengan apa yang ia inginkan.

Baekhyun tahu Chorong dan koleksinya tidak akan meninggalkannya—

Tapi orang-orang meninggalkannya; sama seperti orang tuanya, sama seperti kakaknya. Mereka akan tetap pergi dan Baekhyun tidak akan bisa berbuat apa-apa.

Selama ini hanya Chorong dan koleksi-koleksinya yang Baekhyun utamakan, terserah jika orang-orang menilainya egois, hanya itu yang Baekhyun miliki. Dan, seandainya Baekhyun benar-benar mempunyai perasaan khusus pada Chanyeol, apa lagi yang mampu mengisi kekosongan di hati Baekhyun jika seandainya Chanyeol juga akan pergi?

Baekhyun hanya tahu dia harus segera mendapatkan token itu dan keluar dari rumah itu.

.

Saat Chanyeol terbangun, Baekhyun tidak terlihat dimanapun. Awalnya Chanyeol tidak merasa curiga, tapi saat jam di kamarnya menunjukkan pukul dua belas malam, Chanyeol mendadak merasa panik.

"Dimana Baekhyun?" Chanyeol untuk pertama kalinya setelah sekian lama— keluar dari kamarnya dan bertanya pada Jongin yang kebetulan sedang melintas bersama Chorong, Monggu, dan King.

"Eh, Baekhyun-ssi.. dia pulang," Jongin merasa kaget melihat Chanyeol keluar dari kamarnya.

Chanyeol mengepalkan tangannya lalu kembali masuk kembali kedalam kamarnya. Ia tidak pernah merasa semarah ini sebelumnya. Ia memang tidak punya hak untuk mengatur Baekhyun ataupun melarangnya pergi. Tapi Baekhyun tidak seharusnya pergi; ia belum berhasil membuat Chanyeol keluar rumah, bocah itu bahkan belum berhasil mendapatkan token yang ia inginkan. Chanyeol tidak tahu mengapa, hanya saja kepergian Baekhyun membuatnya marah.

Apa Chanyeol salah bicara? Apa perkataannya membuat Baekhyun kabur ketakutan?

"Apa yang harus kulakukan? Aku tidak mau dia pergi," Chanyeol menggenggam token yang selama ini dicari-cari oleh Baekhyun, "Apa yang harus aku lakukan agar dia tidak meninggalkanku?"

Sejak bertemu dengan Baekhyun, Chanyeol berubah. Dia seharusnya tidak menangis, menangis hanya akan membuatnya merasa lebih buruk. Karena tidak ada seorangpun yang mendengar tangisnya, tidak ada seorangpun yang akan memeluknya dan menghapus air matanya, tidak ada seorangpun yang akan mengatakan semuanya akan baik-baik saja.

Chanyeol menangis, karena ia tahu ia sudah jatuh cinta—

Pada bocah penggila token berpiyama ungu dengan motif rilakkuma.

Kalau sebelumnya ia ragu-ragu, sekarang Chanyeol yakin—

Ia hanya menginginkan Baekhyun.

.

Chanyeol terbangun oleh suara tirai yang disibak dan sinar matahari yang langsung menyerangnya. Chanyeol mengerang, siap-siap meledakkan amarahnya pada siapapun yang berani membangunkan tidurnya.

"Wow, apa hanya perasaanku saja atau kau memang bertambah jelek dalam sehari?" Chanyeol membuka matanya, mengenali suara itu.

Chanyeol melongo menatap Baekhyun.

"Kau tahu.. matamu," Baekhyun melebarkan kedua matanya dengan jari-jarinya, "mereka terlihat mengerikan, sekarang kau lebih terlihat seperti zombie daripada vampir."

Chanyeol tidak menyangka akan melihat cengiran itu lagi, "kau tidak pergi?"

"Aku kembali lagi, memangnya aku sebodoh itu untuk pergi begitu saja tanpa Chorong dan tokenku?" Baekhyun memutar kedua bola matanya.

"Oh," Chanyeol tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

"Oh?" Baekhyun menaikkan sebelah alisnya lalu tiba-tiba saja melonjak gembira, "oh!"

"Ada apa?" giliran Chanyeol yang merasa bingung.

"Chanyeol! Kau sudah tidak menghindari sinar matahari lagi? Ini kemajuan!" Baekhyun menepuk punggung Chanyeol dengan bangga.

Chanyeol sendiri terlihat kaget, lagi-lagi hanya bisa melongo.

"Tidak sia-sia kan aku ada disini? Lihat sisi terangnya!" Baekhyun tersenyum lebar, membentangkan kedua tangannya di bawah sinar matahari yang lewat melalui celah jendela, "aku senang."

Chanyeol tidak menyangka sinar matahari yang biasanya ia takuti itu akan terlihat begitu mempesona. Chanyeol tidak tahu lagi apa yang memikat hatinya; entah itu Baekhyun atau sinar matahari, mungkin keduanya.

Tanpa berpikir panjang Chanyeol bangkit dan memeluk Baekhyun. Baekhyun terasa hangat di pelukannya, rasanya jauh lebih hangat dibandingkan balutan tumpukan selimutnya. Chanyeol membenamkan kepala ke tengkuk Baekhyun, "aku juga."

Aku senang kau kembali.

Kehadiran Baekhyun membuatnya berani mencoba—

Chanyeol ingin mencoba mencintai sinar matahari.

.

Baekhyun menoleh dari balik ranselnya, di sudut matanya ia menangkap bayangan Chanyeol yang sedang mencuri pandang ke arahnya. Saat Baekhyun mendongak, Chanyeol buru-buru mengalihkan perhatiannya pada buku di tangannya.

"Aku tahu apa yang sedang kau lakukan Chanyeol," Baekhyun mendengus. Chanyeol memang sudah bersikap aneh sejak Baekhyun pulang ke rumahnya sendiri untuk mengambil barang-barangnya.

Chanyeol berdeham, "hmm.. ya, buku yang menarik," Chanyeol kembali berpura-pura membaca bukunya.

"Ya, semenarik itukah sampai kau bisa membacanya terbalik?" Baekhyun terkikik.

Chanyeol melongo, menyadari kebodohannya, lalu kembali berdeham, "ini buku tentang hipnotis, untuk bisa mendalaminya, kita memang harus.. yah, membacanya terbalik."

"Oh," Baekhyun menahan senyumnya.

"Kau sendiri, apa yang sedang kau lakukan?" Chanyeol mendekati Baekhyun.

Baekhyun buru-buru memeluk tas ranselnya, "tidak."

Chanyeol mengerutkan alisnya, "jangan buat aku penasaran."

"Tidak," Baekhyun menjawab dengan wajah datar—

Chanyeol tidak boleh tahu isi tasnya.

"Apa itu? Perlihatkan padaku," Chanyeol mencoba menarik tas ransel Baekhyun.

Baekhyun menahan tas ranselnya, "bukan apa-apa."

"Tatap kedua mataku, oke?" Chanyeol memegang wajah Baekhyun dengan kedua tangannya, "sekarang dengarkan aku… kau akan memberitahuku apa yang ada di dalam tas ranselmu."

Baekhyun terdiam, tanpa sadar menahan napasnya—

Terlalu dekat! Terlalu dekat!

"Ti-tidak!" Baekhyun memalingkan wajahnya.

"Hei! Harusnya aku berhasil menghipnotismu!" Chanyeol mengerucutkan bibirnya.

Arrghh! Bibir itu!

Butuh kekuatan besar untuk tidak mencondongkan tubuhnya dan mencium bibir itu, dengan berat hati Baekhyun mendorong Chanyeol, "dalam mimpimu!"

"Hooo.." Chanyeol tersenyum, merasa tertantang. Jangan remehkan Chanyeol dan rasa penasarannya. Mereka berebutan, berguling-guling (Diam-diam Chanyeol merasa senang bisa sedekat ini dengan Baekhyun tanpa merasa canggung) lalu— ah, sudahlah, tidak perlu dijelaskan panjang lebar, tentu saja pada akhirnya Chanyeol yang menang.

Chanyeol mengangkat tas ransel Baekhyun di udara dengan ekspresi wajah penuh kemenangan, lalu merogoh tas ransel itu.

"Apa ini?" Chanyeol menaikkan sebelah alisnya, "boneka? Aku tidak pernah menyangka kalau kau suka main boneka, kau yakin kau anak lelaki?"

Baekhyun menutupi kedua wajahnya yang memerah.

"Bukan!" Baekhyun membela diri, "itu mainan Chorong."

"Ah, jangan malu-malu, Baek," Chanyeol menggodanya.

"Kalau memang ini milikku, sudah daridulu kujadikan boneka voodoo," Baekhyun merebut kembali boneka itu dari tangan Chanyeol.

"Untuk apa?" Chanyeol bertanya.

"Mengutukmu, mengganggu tidurmu, menghantuimu," Baekhyun menjawab dengan nada mengancam, meremas-remas boneka Chorong di depan wajah Chanyeol.

"Kau sudah melakukannya."

"Apa?" Baekhyun terlihat bingung.

"Mengganggu tidurku, menghantuiku, dua puluh empat jam sehari," Chanyeol membungkuk sedikit, berbisik di telinga Baekhyun, "seperti ini."

Napas Chanyeol menggelitik telinganya, "cu-cukup, berhenti menggodaku."

"Tidak mau," bibir Chanyeol bersentuhan dengan telinga Baekhyun.

Tidak, sampai kau jadi milikku.

Lalu Chanyeol menciumnya.

.

.

.


-tbc-


A/N: Makasih udah baca sampe sini, hope you enjoy it.
Maaf kalo ada typo, next chap aku janji bakal lebih berusaha lagi *bows*
see you soon!