EnKeyDoubleyou

Cast: SuperJunior 13 + 2, and Other

Summary: Dia hanya bocah yang selalu di bully. Hanya ingin berubah menjadi lebih baik, hanya tak ingin menjadi pecundang. Park Jungsoo berubah menjadi seorang yang ingin menguasai dunia. "Impianku adalah meletakkan dunia di tangan ini dengan kalian sebagai pionnya"

Rated : T

Genre : Suspense, Friendship, Crime

Disclaimer: Semua milik Tuhan. Cerita ini milik ika zordick dan Dia *nunjuk Kim Kibum* is mine

Warning: Typos, akan ada adegan adrenalin (mungkin), apapun dalam cerita ini jangan di tiru! APAPUN! Yang menurut anda tidak baik.

%ika. Zordick%

Chap 1 : I'm not A Loser

Seorang lelaki bersurai hitam tersisir rapi melangkah kakinya di koridor sekolahnya yang ramai akan siswa. Ia menarik nafasnya, seakan ia takut kehilangannya beberapa saat kemudian. Ia menundukkan wajahnya. Takut jikalau ada yang mengenalinya. Ia menggenggam erat tali tas renselnya. Bukan bermaksud melindungi isi di dalam tas itu yang mungkin berharga. Hanya saja untuk menghilangkan rasa takut yang menghantui hatinya.

Pecundang...

Tch!

Hanya satu kata yang dapat mendeskripsikan seorang penakut di sekolah khas berandalan itu. Ayolah, dia bukan siswa yang di kategorikan dalam kata "pintar", untuk apa ia harus berperilaku bak siswa culun?

Hanya saja seperti kata pepatah.

"Yang kuat hidup bebas, yang lemah tundukkan wajahmu dan menghilanglah dari dunia"

Hei... pepatah dari mana itu?

Sangat jelas di sana. Tertulis di dinding yang sebelumnya berwarna putih bersih berubah menjadi penuh warna karena cat pilox yang di gunakan oleh beberapa siswa berandalan yang tak takut akan skorsing. Toh... mereka juga ingin libur dadakan di luar tanggal merah yang tertera di kalender pendidikan.

Si pecundang terlihat merapalkan kata di hadapannya. Terus berulang dan berulang seolah itu adalah mantra yang bisa menghapus kutukan dari dirinya yang hina. "Yo!" BUGGHH... sebuah sapaan selamat pagi yang begitu akrab. "Jungsoo—ssi, kau tampak tampan hari ini hmm" Jungsoo—si pecundang meringis menahan pukulan akrab tersebut di salah satu bagian pundaknya.

Jungsoo benci mengakuinya. Ia takut, bahkan amat sangat takut. Kakinya bergetar hebat, jantungnya berdegup kencang tak bisa terkontrol dan keringat dinginnya mengalir begitu saja memandikan tubuhnya. "Lagi-lagi kau membuat kesalahan, kau tahu?" Jungsoo menggigit bibir bawahnya, berusaha menghentikan giginya yang bergemelatuk.

"Maafkan aku CAP—ssi" terdengar lirih. Salah satu diantara gerombolan anak berandalan tersebut berdecih tak percaya. Bagaimana bisa ia meminta maaf? Jungsoo cepat meronggoh saku celana seragam sekolahnya. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang dari sana dan cepat di rebut oleh seseorang bernama CAP tersebut.

"Tapi sayangnya bukan ini kesalahanmu, Anjing bodoh!" BUGGHH... telapak kaki yang beralaskan sepatu dengan tapak setebal 4cm yang berat itu menghantam kuat perut Jungsoo. "ARRGGH..." meringis sakit ketika tubuhnya terpental dan menghantam tembok di sekitarnya.

"Kau..." CAP menarik kuat rambut hitam Jungsoo, helaian yang rontok terlihat—membuat Jungsoo mau tak mau mengikuti arah tangan CAP. Memaksanya untuk mendongak. "Membuatku jijik dengan tampangmu seperti kotoran ini, Tch!"

Jungsoo memejamkan matanya, setidaknya itu membantu agar air liur sang murid berandalan yang paling di takuti di sekolah mereka tak masuk ke dalam matanya. "Kau ingin aku memaafkan mu?" seringgaian mengerikan terlihat diwajah CAP. Namun Jungsoo hanya mengangguk patuh, rasa takutnya sudah sejak lama ada untuk seseorang yang mengecat dinding di sampingnya ini. Membuat peraturan sekolah tersendiri yang entah kenapa harus ia yang ikut menurutinya.

"Cium kakiku!"

Tersentak. Seluruh siswa yang mendengarnya bahkan merasa iba, tapi sepertinya tak ada satupun yang berniat menolong. Mereka tak ingin menjadi tumbal seperti Jungsoo sekarang kan?

"Grrr..." salah satu dari gerombolan itu menggeram. Kesal, tentu saja. "Jangan lakukan bodoh!" berteriak dalam batinnya sepertinya cukup membantu saat ini.

JDUAAAKKK...

"Yak! Kim Heechul apa yang kau lakukan" suara hantaman sepatu pada tubuh Jungsoo kembali terdengar saat seorang yang terlihat paling cantik di gerombolang itu menendang tubuhnya. "Aku tak ingin liur menjijikkannya itu menempel di sepatumu" ungkap sang lelaki cantik itu datar. "Pergi, aku muak melihat wajahnya. Aku ingin yang lebih menarik. Lalat yang tak punya senjata itu menggelikan" Heechul menatap tajam pada Jungsoo.

Tatapan yang membuat Jungsoo malu pada dirinya sendiri. Tatapan nyalang nan tajam namun menunjukkan betapa ia berduka pada sang pecundang. Tatapan iba yang seharusnya Jungsoo kutuk karena mengasihaninya. Kenapa ia terlihat begitu lemah? Mengapa ia tak bisa balik melawan? Kenapa nyalinya begitu kecil?

"Bangkitlah anjing kecil dan tunjukkan pada mereka bahwa kau bukan anjing jinak" Heechul berbisik di telinga Jungsoo. Kemudian berlalu bersama anggota ganknya yang di pimpin oleh CAP. Meninggalkan seorang manusia yang dikatai mereka sebagai anjing kecil yang tak berdaya. Anjing kecil yang hanya bisa bermimpi ia akan tumbuh kuat.

%ika. Zordick%

"Hah..." sekali lagi Jungsoo menghela nafas. Pikirannya menerawang jauh, di kala hujan mulai membasahi tubuh rapuhnya. Pandangannya menyayu, memandang sekelilingnya. Apakah ia berhak hidup di dunia ini? Apakah ia terlihat begitu menyedihkan? Demi Tuhan, ia ingin menjalani kehidupan yang normal. Tanpa bullian dan tanpa hinaan. Ia hanya ingin itu.

"Manusia takkan pernah puas" Jungsoo mendongakkan wajahnya. Mencoba mencari suara yang sepertinya sedang berbicara dengannya. Terlihat di sana seorang nenek tua dengan bola kristal di tangannya. Hei... mengapa adegan yang paling Jungsoo sukai ada di sini. Sebuah keajaiban yang membuatnya menjadi pahlawan pembela kebenaran dengan sebuah kekuatan super dari seorang nenek tua yang memegang bola kristal.

Konyol... menurutku.

Itu mustahil. Ya... mustahil dalam FF yang kubuat.

"Itu hakikat manusia, mereka takkan pernah puas dengan apa yang mereka peroleh" lanjut sang nenek tua. Jungsoo cukup tertarik, ya... dia masih berideologi primitif bahwa si nenek akan memberikannya kekuatan super yang tiada tanding untuk membalas CAP dan kawan-kawannya.

Berusaha membuka suaranya. "Apakah kau akan memberikanku kekuatan?" bahkan si nenek ingin tertawa mendengarnya. "Kau takkan bisa mendapatkan kekuatan apapun dariku. Tapi kau akan menemukan kesadaranmu dariku bocah konyol"

Jungsoo menaikkan sebelah alisnya. "Sesungguhnya aku melihat sesuatu yang berbeda dari dirimu. Kalau kau melihatku yang mati setelah ini, apa yang akan kau lakukan?"

Hening...

Hanya suara gerimis hujan yang makin melebat. Jungsoo hanya melihat sang nenek yang berjalan mendekatinya. "Terimalah takdirmu sebagai pendosa" ujar sang nenek yang tiba-tiba mendorong tubuh Jungsoo kuat. Membuat remaja SMA itu tersungkur di jalanan. Jungsoo membulatkan matanya saat sebuah truk dengan kecepatan tinggi melaju hendak menabraknya.

Apakah penglihatannya yang mulai mengabur, Jungsoo melihat sang nenek yang menyeringgai bagaikan setan pencabut nyawanya. Air mata itu mengalir dari sana, dari pelupuk mata yang melotot tajam menatap sang nenek tua. "Aku tak ingin mati sekarang" gumam Jungsoo tak jelas.

"Bodoh! Pergi dari sana!" pekik seseorang yang menarik tubuh Jungsoo cepat. Mata Jungsoo menyayu saat di lihatnnya nenek tua itu malah melangkah menggantikan tempatnya. BRAAAKKK... kecelakaan yang seharusnya tak terjadi pada sang nenek tua jelas terjadi di depan matanya.

"Kau baik-baik saja?" Jungsoo mendongak menemukan seseorang yang menyeretnya menjauh. Dia... sang lelaki cantik yang selalu berada di samping CAP—Kim Heechul. Mengapa ia ada di sini? "Dasar bodoh!" maki Heechul menyadarkan Jungsoo bahwa lelaki inilah yang tadi menyelamatkannya.

"Aku tak peduli apa hubunganmu dengan nenek tua itu, tapi mengapa kau bergelut dengannya di tengah hujan? Kau tak lihat truk itu hampir saja mencelakaimu"

"Bergelut?" Jungsoo berusaha membenarkan pendengarannya. Bukankah nenek tua itu yang mendorongnya ke aspal? "Nenek itu..."

Terdiam. Heechul menganga tak percaya melihat hamburan darah segar di jalan tadi tempat ia menyelamatkan Jungsoo. Mengerikan. "HOEEEKK" Heechul memuntahkan isi perutnya. Organ-organ dalam sang nenek yang masih bergerak terlihat berhamburan keluar. "Ayo kita pergi!" Jungsoo menarik Heechul cepat.

"Hei.. tapi kita perlu menelpon polisi atau ambulans"

"Nenek itu sudah pantas mati"

"Eh..."

%ika. Zordick%

"Omonim" seakan lidahnya kelu. Di sore hari hujan itu setelah hampir kehilangan nyawanya, ia melihatnya. Ketika kobaran api yang tak ingin kalah dengan hujan habis melahap rumah sederhananya di perumahan pinggiran kota Seoul yang kumuh. Heechul menatap tak percaya sesuatu yang terjadi di hadapannya.

Jelas...

Ini adalah rumah keluarga Park. Kediaman keluarga Jungsoo tinggal. "Omonim!" teriakan menyayat hati terdengar dari mulut Jungsoo. "Tenanglah Jungsoo!" Heechul berusaha menahan tubuh Jungsoo agar tak ikut terbakar api, menjaga agar teman yang tak begitu akrab dengannya itu tak ikut masuk ke dalam api dan mati sia-sia di sana.

Tidak butuh lama. Tiga menit dan kobaran api itu padam. Meninggalkan rumah yang hanya tinggal puing-puing reruntuhan yang hangus. "Maafkan kami, tapi ibumu tewas di dalamnya" Jungsoo ingin memaki siapapun yang membuat hidupnya semenderita ini.

"Tenanglah, Jungsoo—ssi" Heechul hanya bisa berkata tenang, meski hatinya sendiri tak bisa mengelakkan bahwa ia takut dengan keadaan ini.

%ika. Zordick%

"Makanlah ini dahulu!" Heechul memberikan semangkuk bubur hangat pada seorang yang menggigil di dalam selimutnya. Masih diam, tak ingin menggubris sedikit pun. Hatinya teriris perih rasanya. Ia baru saja kehilangan ibunya.

"Ibuku... dia buta, dia pasti terkejut saat merasakan api membakar tubuhnya. Pastilah api itu berkali lipat panasnya di inderanya karena indera penglihatannya yang cacat" Jungsoo memulai kisah melankolisnya. Bukankah terdengar tidak penting? Pecundang sepertimu apa berhak untuk mengenang?

Heechul meletakkan mangkuk bubur di meja nakas di dekat tempat tidurnya. Hanya tempat sederhana, tempat tinggalnya setelah ia memutuskan kehidupan mandirinya dari panti asuhan. "Ibuku..."

PLAAAKK...

Tamparan deras mengenai wajah Jungsoo. "Aku tidak punya waktu untuk mendengar rengekkanmu tentang ibumu" suara itu terdengar tajam dan dingin. "KAU TAKKAN MENGERTI BAGAIMANA PERASAANKU" pekik Jungsoo.

"Tentu saja aku tak tahu, bahkan rupa seorang ibu sama sekali tak tertanam di dalam otakku!" balas Heechul membuat Jungsoo membisu. "Makan makananmu! Jika kau ingin mati sekarang, silahkan keluar dan bunuh dirimu sendiri!"

"Heechul—ssi"

"KAU TAK BERHAK MEMANGGIL NAMAKU! KAU BUKAN TEMANKU! BERHENTILAH MENJADI PECUNDANG JIKA KAU INGIN MEMANGGILKU!"

BRAAAKK... Heechul membanting pintu rumah sederhana yang hanya terdiri ruang tidur dan kamar mandi itu. "Maaf" ringkih Jungsoo mengambil mangkuk bubur yang berisi bubur yang di buatkan Heechul untuknya.

%ika. Zordick%

BUGGHHH...

BUUGGHHH...

Suara pukulan dan tendangan yang melukai tubuhnya terdengar. Heechul kembali menatapnya iba. "Ibuku baru saja meninggal" rintihnya sambil mengusap ujung bibirnya yang terluka. Ah.. jangan tanya bagaimana kondisi tubuhnya sekarang. Muka yang sudah terbilang tak berbentuk lagi dan luka memar dimana-mana.

"Apa urusanku dengan ibumu yang meninggal? AKU BUTUH UANG BODOH!" teriak CAP kembali memukuli tubuh Jungsoo dengan pemukul baseball di tangannya. Heechul meringis, jika boleh ia ingin menutup mata dan telinganya agar ia tak melihat dan mendengar adegan pemukulan Jungsoo yang entah kenapa menarik simpatinya.

Apa ia kasihan?

Mungkin... karena ia melihat sosok lain pada diri Jungsoo. Hyungnya yang kuat yang meninggal akibat melindunginya di panti asuhan dahulu.

"Hentikan!" satu seruan yang membuat seluruh perhatian pada tubuh yang tak berdaya di lantai gudang sekolah mereka berubah haluan pada sang lelaki cantik. "Heechul—ssi, ada apa denganmu?" tanya CAP yang sedikit heran.

Aish... rasanya Heechul ingin mengutuk mulutnya yang bisa berseru tiba-tiba. Bukankah ia membunuh dirinya sendiri kalau begini. Tapi... dia seorang lelaki, mana mungkin ia mengatakan pada mereka 'silahkan lanjutkan!'. Ia berbeda dengan Jungsoo. Dia bukan pecundang.

"Berhenti menganiayayanya!" begitu berani bahkan seperti pahlawan. Jungsoo merasa ia ingin mempunyai keberanian yang sama besarnya dengan Heechul. Tubuhnya bahkan tak bisa bergerak lagi. "Kau berani padaku Heechul—ah? Takkah kau merasa kau begitu lancang padaku?"

Heechul menatap lantang CAP di hadapannya. Tidak ada rasa takut di kilatan matanya. Ia menyeringgai, memasukkan tangannya di saku celana seragamnya. "Apa alasanku tak berani pada sampah sepertimu?"

Bahkan Jungsoo tak bisa percaya dengan apa yang ia dengar. Heechul berusaha membantu Jungsoo berdiri, memapahkan lelaki itu menjauh dari tempat yang ia rasa sama berbahayannya untuknya sekarang ini. "Kau..."

JDUAAAKK...

BRUUUKK...

Heechul memeluk erat tubuh Jungsoo. Ia terseret dan ia yakin punggungnya akan perih setelah ini. "Shit" dia mengumpat. Namun ia tak menyesal. Ia memeluk tubuh Jungsoo sekuat yang ia bisa, menjadikan tubuhnya tameng hidup untuk melindungi seseorang yang entah siapa untuknya.

SREET...

Jungsoo menangkap kaki CAP yang ingin menendang tubuh Heechul sekali lagi. Mendorongnya kuat hingga tubuh CAP terhempas di lantai gudang. Remaja itu mengaduh sakit. Jungsoo memapah tubuh Heechul, entah mendapat kekuatan dari mana. Ia berlari sekuat tenaga sambil menggandeng tangan Heechul yang sama terlukanya dengannya.

"Kitalah yang bertahan hidup Heechul—ssi" Jungsoo menampilkan senyuman angelicnya, membuat Heechul mengangguk. "Tidak apakan kalau aku memanggil namamu?"

%ika. Zordick%

Tes...

Tes...

"Kyu—Kun" seorang lelaki berparas dingin dengan mengenakan pakaian khas Jepang memanggil adik kembar non identiknya. "Hmm..." sahut seseorang yang di panggil Kyu—Kun —Kyuhyun.

CRAASSSHH...

Darah menguncur deras dari tubuh seseorang yang sedang di bacoki oleh Kyuhyun. Dia mengangkat pedang samurai ala Jepang yang ada di tangannya, menatap satu persatu orang yang menatapnya takut. "Kyu—kun" sekali lagi panggilan yang kini membuat sang adik menoleh. "Nani, Oni—chan?" akhirnya Kyuhyun memamerkan senyuman manisnya pada sang kakak.

"Aku bosan"

"Kibum sama, tapi musuh kita masih banyak" salah satu anak buah dua remaja itu tampak mengingatkan. Sang kakak—Kibum melirik sekilas, Kyuhyun menatap geram pada sang bawahan, sepertinya ia membuat sang kakak kembali dalam mood tidak baik. "Ahh..." Kyuhyun sedikit meringis saat melihat kepala sang bawahan sudah menggelinding di kakinya.

"Kita pulang oni—chan" Kyuhyun menyimpan pedangnya, berusaha tersenyum begitu manis pada sang kakak, menggandeng tangan kakaknya yang masih putih bersih berbeda dengan tangannya yang sudah di penuhi dengan darah.

Kibum dan Kyuhyun memasuki mobil mewah serba hitam mereka. Duduk di bangku penumpang dan saling memandang ke arah jendela di sisi mereka. Terlarut dalam diam. Kyuhyun tahu, oni—chani, kakak lelakinya itu tidak terlalu suka bicara. Ia tak ingin sekali lagi merubah mood sang kakak yang memang tidak punya pawang tersebut atau segalanya akan berubah menjadi gawat.

"Kyu—kun, aku bosan" kembali Kibum membuka pembicaraan diantara ke duanya. Membuat Kyuhyun menoleh dan merebahkan kepalanya di bahu sang kakak kembarnya. "Bosan kenapa?" Kyuhyun tak pernah bisa mengerti apa yang di pikirkan oleh Kibum. Mereka memang sama, mereka satu sejak mereka tercipta di dalam rahim seseorang yang mereka tak tahu siapa, hanya saja cara dan metode ia berpikir berbeda dengan orang yang hanya beberapa menit saja mendahuluinya hadir di dunia ini.

Diam...

Sekali lagi Kibum memilih tak melanjutkan perkataannya. "Lalu apa yang kau inginkan? Kau ingin ke bar atau panchiko?"

"Aku ingin menghancurkan Suzaku clan"

Hening...

Kyuhyun mendongak, menatap wajah dingin kakaknya. Ia tersenyum kemudian saat sang kembaran mengelus surai kecoklatannya, memberikan sebuah rangsangan sayang yang amat sangat ia sukai. "Lakukan apa yang kau mau, oni—chan. Aku di sampingmu"

Kibum tersenyum simpul. Bukankah ini gila? Tentu saja ini gila. Karena ke dua kakak beradik itu. Suzaku Kibum dan Suzaku Kyuhyun berasal dari sebuah keluarga yakuza Jepang yang paling di takuti. Yang mereka adalah Suzaku clan dan artinya mereka ingin menghancurkan keluarga mereka sendiri.

"Tapi Oni—Chan" Kyuhyun menyamankan dirinya di bahu Kibum. "Hmm..." hanya gumaman tanpa maksud. "Bantu aku bertemu Chanyeol—kun terlebih dahulu"

Kibum dan Kyuhyun, si kembar dari Keluarga Suzaku yang terkenal. Si kembar non identik dengan kepribadian yang jauh berbeda. Sang kakak yang pendiam, rapi dan tradisional dengan si adik yang terkesan manis, dan kebaratan. Lahir di Osaka dan di besarkan oleh yakuza berdarah dingin—Suzaku Rain. Shinigami Suzaku itulah yang dikatakan.

%ika. Zordick%

"Kekekekeke..." suara kekehan itu terdengar menggema di sepanjang koridor sekolah mereka. Suara ringkihan pilu terdengar dari bibir lain mengiringi suara tawa setan yang seolah membuat jantung turut berdetak takut.

Jungsoo berusaha membuka matanya saat CAP—si pemilik tawa kekehan itu menarik rambut pirang Heechul. Miris memang, selama ini Jungsoo hanya melihat wajah cantik penuh kesombongan sang lelaki cantik itu. Tapi kini, karena dia, menolong dia sang lelaki cantik babak belur dan tak berdaya.

"Ja... jangan dia!" seolah lidah Jungsoo kelu untuk mencegah segala yang di lakukan CAP pada Kim Heechul—seseorang yang baru mengakuinya sebagai sahabat. Bodoh memang, seharusnya ia menghentikan Heechul untuk datang ke sekolah pagi ini. "Kenapa? Jungsoo—ah, merasa kasihan melihat pacarmu hmm?"

Jungsoo dapat melihatnya buliran air mata yang mengalir di sudut mata Heechul. Rasa sakit mulai merasuki hatinya. Kenapa rasanya melihat orang di bulli lebih menyakitkan daripada saat tubuhnya yang di pukuli? Apakah ini yang selama ini di rasakan Heechul untuknya? "HENTIKAN!" pekik Jungsoo.

GREEB...

Dalam satu hentakan, salah satu anak buah CAP menarik rambutnya kasar. "Baby Punk Jungsoo" seru mereka kegirangan menyemprot sebuah cairan yang entah apa itu pada rambut hitam Jungsoo. "Apa yang kalian lakukan?" masih berusaha menolong. Heechul menyentakkan tubuhnya, menggapai tubuh Jungsoo, tak membiarkan cairan itu merubah warna rambut Jungsoo yang terlihat mulai menguning.

"Waw... pasangan gay memang yang terbaik untuk dilihat. Katakan padaku siapa yang uke!" seringgaian bak setan itu terlihat menjadi lebih mengerikan. CAP mendorong tubuh Heechul agar jatuh di atas tubuh Jungsoo. "Heechul—ssi, apa kau baik-baik saja?" pertanyaan yang membuat Heechul mau tak mau kembali meneteskan air mata. Sisi lemah lelaki cantik itu terlihat sudah.

Dipeluknya erat seragam bagian depan tubuh Jungsoo, menangis tersedu di sana. "Aku ingin pergi dari sini! Aku tak ingin begini" racau Heechul dengan isakkan lirih yang terdengar begitu menyakitkan di telinga Jungsoo.

"Hoi! Cepat ambil kamera! Foto ini, foto!" CAP kembali tertawa meremehkan. "Aku bukan gay, jangan jauhi aku kumohon" kembali memori-memori masa lalu berputar di kepala Heechul. Tentang dia yang di katai sebagai lelaki abnormal karena wajahnya yang cantik. "Aku bukan gay"

"Aku tahu" suara bak malaikat itu terdengar. Heechul mendongak, begitu menenangkan jiwanya yang serasa hancur. "Kau sahabatku, Heechul—ssi" elusan lembut di kepala Heechul membuat Heechul sadar, lelaki pecundang di otaknya itu bukanlah selemah yang ia kira. Rambut hitam yang menjadi pirang akibat cairan aneh yang tadi di semprotkan ke rambutnya entah mengapa membuat Jungsoo menjadi sosok yang amat sangat kuat di matanya.

Jungsoo memapah tubuh Heechul, mengeluarkan sorot dingin yang amat berani dari bola mata kecoklatan miliknya untuk CAP. Mundur... entah kenapa. Mungkin karena takut, atau karena getir melihat perubahan yang begitu mencolok. "Sampah!" satu kata yang membuat CAP membulatkan matanya. Jungsoo sungguh sudah lancang sekarang.

Sekuat tenaga Jungsoo berlari sambil memapah tubuh Heechul. "Lari!" pekiknya.

%ika. Zordick%

"Hah... hah..." Jungsoo dan Heechul sibuk mengatur nafas mereka di dalam gang sempit yang menjadi tempat persembunyian mereka. "Kau gila!" pekik Heechul menjitak pelan kepala Jungsoo.

"Lebih baik gila dari pada mati!" balas Jungsoo tak ingin kalah. Heechul terdiam sejenak, benar juga, jika Jungsoo tak menariknya untuk lari mungkin saja ia hanya tinggal kenangan di bawah kaki CAP.

Jungsoo menatap Heechul kemudian, "Pinjamkan aku kekuatanmu Chullie!"

"Eh...?"

"Aku akan menunjukkan pada mereka bahwa aku bukanlah seorang pecundang"

Sebuah senyuman terukir di bibir Heechul. "Akan kubuktikan padamu, bahwa kau bisa menendang pantat si pecundang CAP itu!"

TBC

Chap2 : Obsesion

"Si kembar Suzaku clan akan ke Seoul kurasa ini kesempatan kita untuk berubah nasib, Leeteuk—ah"|"Kau bisa berbahasa Inggris atau Jepang?"|"Tidak... kalau begitu artinya kita sedang berbicara omong kosong"|"Tangkap pencopet itu!"|"Namaku Kim Ryeowook, siswa yang selalu mendapat juara satu"|

Hah... inilah dia FF yang telah di janjikan. Hais... tokoh-tokohnya masih belum terlihat ternyata sodara-sodara. Masih Jungsoo, Heechul, Kibum dan Kyuhyun. Tokoh-tokoh akan segera bermunculan seiring bertambahnya chap.

Akhir kata...

Repiuw ye... ahak,.. ahak...