Standar Disclaimer Applied
.
.
Fate © Tsurugi De Lelouch
Maybe Sequel of "Selfish" by Morena L
.
.
.
Uchiha Sasuke & Haruno Sakura
.
.
*Y*Y*Y*Y*Y*Y*Y*Y*Y*Y*Y*Y*Y*Y*Y*Y*
.
.
.
Jika kau berpikir aku kabur dari masalah
Memang aku terlalu pengecut untuk menaikkan harga diri
Aku menyesal telah menghancurkanmu
Tapi, apakah aku pantas dimaafkan olehmu
.
.
.
Otot pria bermata kelam itu melemas seiring dengan kehadiran wanita yang telah dicari-carinya selama tiga tahun lebih. Kini wanita musim semi itu tengah ada dihadapannya, bukan itu saja. Bocah kecil yang nyaman tidur di gendongan wanita itu telah membuatnya memutar memori pahit dulu. Anak itu persis sepertinya bahkan fotokopi dirinya, dia berpikir kalau anak itu adalah hasil perbuatan kejinya terhadap wanita cantik di depannya. Layangan tatapan tajam mengarah padanya, pria berambut emo itu bagaikan terhempas ke bumi mendapatkan tatapan yang menyakitkan itu.
Anak itu adalah karma baginya dari masa lalu dirinya yang terkurung dalam pencarian eksistensinya melangkah lebih maju dari kakaknya—Itachi. Bocah mungil tersebut memiliki benang tak kasat mata antara dirinya dan wanita musim semi itu. Dia yakin kalau anak itu adalah anak biologisnya.
Pandangan mata nan menusuk mampu membuat Uchiha bungsu terkesiap. "Senang berkenalan dengan anda, Uchiha-san…" nada dingin menusuk ulu hati Uchiha Sasuke. Rasa sakit yang telah ia dapatkan tak mampu menghapus rasa sakit yang diderita oleh wanita itu.
Mata kelam menyelusuri wanita musim semi itu lalu dirinya tersenyum tipis. "Kita sudah saling mengenal bukan? Kita dulu sealumni SMA hn?"
Dua ibu berbeda marga ini saling berpandangan tidak mengerti dengan pembicaraan anak mereka masing-masing. Padahal niat mereka hanya untuk saling memperkenalkan anak mereka, namun apa yang didapat malah kedua anak mereka saling bertatapan seolah mereka menyimpan sesuatu. Kemudian arah mata kelam Mikoto mengarah ke bocah yang berada di gendongan wanita musim semi itu.
"Siapa anak itu, Sakura?" tanya Mikoto.
Sakura mengalihkan pandangan dan mengarah ke Mikoto. "I-ini…"
"Ini anaknya, Mikoto," potong Senju Tsunade mampu membuat mata Mikoto dan Sasuke membeliak kaget.
"Lalu siapa ayahnya? Ah-maaf, kalau bibi banyak tanya, nak Sakura." Mikoto mengulum senyuman tipis.
Bukan malah menjawab, Sakura memberikan bocah mungil itu kepada Mikoto. "Bibi pasti tahu siapa ayahnya."
Mikoto menerima bocah itu dan menggendongnya. Sejenak ia mengenal paras yang dimiliki oleh balita mungil ini. Dia memiliki rambut yang mencuat lalu wajahnya mirip seperti anak bungsunya. Eh, otak ibu dua anak itu agak melambat kemudian arah matanya mengarah ke putra bungsunya yang masih memandang gad—wanita musim semi itu.
"Sasuke…"
Putra bungsu Uchiha itu menoleh. "Ada apa ibu?"
"Anak ini mirip sekali denganmu, sayang. Bahkan fotokopi dirimu. Mustahil memiliki paras yang sama denganmu kecuali darah dagingmu, Sasuke."
Perkataan sang ibu membuat hati pria itu tertusuk sebilang pedang nan tajam. Walau bernada sangat datar namun setiap kata yang terucap mampu membuat dia jatuh ke lubang paling dalam. Dia tahu pembicaraan sang ibu mengarah kemana, dirinya bukan pria yang bodoh tidak paham akan maksud dari perkataan ibunya.
Sakura agak menyeringai kecil dan tertangkap di iris kelam Sasuke. Sejenak pandangan mereka saling bertabrakan satu sama lain. Kemudian Sakura memasang senyuman tipis kepada Mikoto.
"Tapi aku masih single, bibi Mikoto. Mana mungkin mempunyai anak tanpa ada campur tangan seorang laki-laki."
"Nak Sakura, bocah ini sangat mirip dengan putra bungsuku. Apakah kalian melakukan sesuatu?" tanyanya seolah menyelidik antara mereka berdua.
Tsunade paham kalau anaknya mencoba untuk menyudutkan Uchiha Sasuke. Walau dirinya tidak mengetahui hubungan apa yang terjalin diantara mereka berdua. Namun terlihat tatapan membenci yang terpancar dari iris teduh milik anaknya. Lalu ia arahkan bocah yang masih didalam gendongan Mikoto itu menguatkan asumsinya kalau dia adalah…
"Coba tanyakan saja pada putra bungsumu, bibi Mikoto." Mikoto langsung memberikan bocah mungil itu pada Sakura. Dirinya merasakan ada ikatan batin antara nenek dan cucu ketika menggendong bocah laki-laki itu.
"Sasuke, apa kalian punya hubungan khusus?"
"…"
Cukup. Putra bungsu Fugaku dan Mikoto ini tidak tahan dengan tekanan yang diberikan dari wanita musim semi itu. Tanpa perintah, Sasuke langsung menarik tangan Sakura untuk menjauh dari mereka berdua. Sakura mencoba melepas cengkraman tangan Sasuke, namun tidak bisa. Tenaganya terlalu besar apalagi ia masih menggendong anaknya.
Mereka pun sekarang berada di kejauhan hingga tidak ada yang melihat mereka berdua. Uchiha bungsu itu menyilangkan kedua tangannya dan menatap wanita musim semi itu. Lalu pandangan Sasuke melembut bahkan sendu.
"Aku sudah mencarimu kemana-mana, Sakura."
Sakura berdecih sebal sambil mengusap anaknya untuk tenang. "Kau telah menghancurkan segalanya dan sekarang kau berani berdiri dihadapanku."
"Aku tahu saat itu aku hanya mengejar harga diriku yang selalu dinomorduakan kakakku. Aku telah melampiaskan kekesalanmu padamu, Sakura."
Wanita musim semi itu menggigit bibirnya menekan emosi yang telah mencapai ubun-ubun. "Melampiaskan? Ceh, memangnya aku barang hah? Aku tidak tahu apa-apa, malah disalahkan… dasar tidak tahu diri!"
"Maka dari itu aku harus bertanggungjawab, Sakura."
Iris teduh Sakura menatap sangar pria yang telah merenggut kehormatannya sebagai perempuan. Hatinya sudah terlanjur sakit ketika dia harus menanggung malu hamil di luar nikah namun dengan kesabaran Tsunade, membuat Sakura bermental baja menghadapi ujian berat ini. Bocah yang ada di dalam gendongannya adalah buktinya. Dia tidak menyangka kalau anaknya akan mirip dengan dia—pria yang telah meremukkan dirinya sekaligus.
"Kau mau bertanggungjawab apa, Uchiha-san?" desis datar Sakura mengusap punggung sang anak yang mulai menggeliat tidak nyaman.
Sasuke menghembuskan napas perlahan. "Menikahimu."
"Hn? Memangnya anak ini adalah anakmu, Uchiha-san?" ucap Sakura.
"Ingat ucapanmu saat berbincang dengan ibuku, Sakura. Apa aku bodoh tidak paham dengan perkataanmu?" tukas Sasuke.
Sakura kembali menyeringai tipis. "Hm, baiklah. Aku salah menyebut namamu tadi."
"Apa maksudmu?"
"Sebernanya aku—"
Huuwaaa… Huwaaa…
Bocah tampan itu menangis hebat. Entah apa yang membuatnya menangis, padahal tadi tenang dan tertidur tenang. Sakura mencoba mengusap punggung bocah itu akan tetapi tangisannya belum mereda. Tanpa sadar, Sasuke mengambil bocah itu dan menggendongnya lalu mengusap punggungnya. Alhasil, bocah itu tenang kembali dan mengeratkan genggaman tangan di baju Sasuke.
Sakura sesaat tercenung dan diam melihat apa yang dilakukan pria itu. Seenaknya mengambil anaknya, namun apa yang terjadi selanjutnya anaknya tampak tenang dan mengulas senyum tipisnya. Memang ikatan batin ayah dan anak tidak bisa dipisahkan, walau mereka terbentang jarak yang jauh. Terbukti dengan tatapan Sasuke pada anaknya terlihat sangat sayang dan lembut, seakan itu adalah kepingan yang hilang dari hidupnya.
"Dia mirip sekali denganku… bahkan sifat manja ini sangat persis sepertiku,"gumam Sasuke.
Wanita musim semi ini mendelik. "Benarkah?"
"Lihat dia sangat tertidur pulas di gendonganku, Sakura," gumam pria itu lagi.
"Kau menyukai anakku hm? Padahal yang aku tahu kau adalah pangeran keras kepala dan mementingkan dirinya sendiri, kini menjadi lembut dengan anakku."
"Hn, wajar saja kalau dia adalah anakku, Sakura. Dia memiliki ikatan biologis denganku," tukas Sasuke memandang bocah itu dengan tatapan lembut.
"Kau yakin kalau itu anakmu, Sasuke?"
Sasuke langsung bertatapan dengan ibu dari anaknya—"Aku yakin seratus persen, Sakura. kalau memang kau meragukannya, besok kita tes DNA, hn?"
Sejenak ragu terlintas di benak Sakura. Namun jika ia mundur, berarti dia takut dan menyakini ucapan pria itu benar. Ya, walau dia sebernanya tahu kalau anak yang berada di gendongan Sasuke adalah anak biologis mereka. Dia masih trauma dengan kejadian empat tahun yang lalu itu.
Satu anggukan dari Sakura menandakan iya membuat Uchiha bungsu tersenyum.
.
.
.
.
Pikiran kalut melanda di kepala Uchiha bungsu mengingat pertemuan beberapa jam yang lalu di kediaman Senju. Ia tidak habis pikir kalau takdir menjerat mereka dipertemukan lagi dengan situasi berbeda.
Anak
Bocah mungil yang ia lihat digendongan wanita musim semi itu seakan membuka kenangan pahit. Seulas senyuman tipis ia keluarkan ketika balita tampan itu tampak senang berada digendongannya bahkan memegang kemeja dengan tangan kecilnya. Sempat bocah itu membuka matanya—mampu membuat ia terhenyak karena tanpa sengaja iris kelam anak itu menatap langsung dirinya. Lebihnya lagi ketika mulut bocah itu bergumam pelan menyebutkan kata..
"Ayah…"
—yang tertuju padanya. Kemudian bocah itu tertidur kembali di gendongannya.
Ada perasaan senang juga perasaan sedih sekaligus, karena ibu dari anak itu memandangnya benci. Ia mengerti kalau perbuatan saat itu mengantarkannya dalam lubang bisakah memulai dari awal. Walau terasa perih jikalau wanita itu tidak menganggap keberadaannya. Setidaknya anak itu mendapatkan kasih sayang langsung dari orang tuanya yang utuh. Ya—walaupun, itu bagaikan mencari berlian di dalam pasir.
Ia tidak mau menyesal untuk kedua kalinya…
.
.
.
.
Hari ini tiba mereka melakukan tes DNA. Keduanya telah sampai di rumah sakit bersamaan walau mereka tidak berangkat bersama-sama. Bocah yang berada di gendongan Sakura tampak menggeliat dan terbangun lalu iris kelamnya mengarah pada Sasuke. Bocah itu bergerak tidak nyaman dan meminta untuk digendong oleh Uchiha bungsu.
Sakura mencoba menenangkan anaknya namun bocah mungilnya menggapai lengan Sasuke sehingga Uchiha bungsu menghentikan langkahnya. Uchiha Sasuke menoleh ke samping dan mendapati anak yang mirip dengannya memegang lengannya. Sesaat ia memberi isyarat untuk menggendong bocah itu, pandangan Sakura luluh ketika anaknya mulai menangis. Langsung dirinya memberikan bocah itu kepada Sasuke tanpa sadar tangan keduanya bersentuhan.
Sentuhan itu bagaikan kejutan listrik bagi Sakura karena ia merasakan bagaimana tangan itu menyentuh tubuhnya kasar. Segera ia jauhkan tangannya dan memalingkan wajahnya lalu berjalan mendahuluinya. Sasuke agak tercenung namun seketika rambutnya ditarik oleh bocah itu hingga ringisan kecil keluar dari pria tampan itu.
"A-ayah…"
Sasuke tersenyum tipis dan menjawil hidung bocah itu. "Dasar anak ayah jahil…" kekehnya tampa sadar.
Padahal mereka baru bertemu malam tadi, entah kenapa interaksi yang timbul menjadi satu bukti kalau mereka adalah ayah dan anak. Sesaat Sakura menoleh ke belakang dan tanpa sadar bibirnya mengulum senyuman sendu melihat kedua orang itu. Ia tidak tahu kenapa dirinya harus mempertahankan kandungannya padahal itu hasil perbuatan keji dari putra bungsu Fugaku. Namun, hati kecilnya tidak tega untuk menggugurkan karena anak yang berada di kandungannya saat itu tidak salah.
Merekapun telah sampai di ruangan tes DNA. Ketiganya diambil sampel darahnya, namun bocah itu merengek tidak mau dan malah mengeratkan pelukannya. Sakura berusaha membujuk anaknya, akan tetapi Sasuke mengusap punggung dan membisikkan kata pada bocah mungil itu—alhasil anak itu mau. Naluri seorang ayah keluar dari tubuh Uchiha bungsu itu, kembali membuat Sakura agak terpaku.
Lalu mereka menunggu hasil tes DNA di luar. Sasuke yang masih menggendong bocah mungil sedangkan Sakura di sampingnya. Mereka duduk di kursi tunggu—sejenak keheningan menghiasi mereka.
Sasuke berdehem pelan. "Anak ini kau beri nama apa, Sakura?" pria itu sibuk memangku bocah tampan dan mengusap rambut anak itu.
Sakura memalingkan wajahnya ke samping. "Akira."
"Jadi kau namanya Akira hn?" ucapnya sambil mengacak rambut mencuat milik Akira.
"Setelah kau mengetahui tes DNA ini, kau mau mengambil anakku hm?" tanya Sakura.
"Sudah kubilang aku akan menikahimu, Sakura. Aku tidak mau menyesal untuk kedua kalinya," tukas Sasuke.
"Kau menghancurkan hidupku. Kau membuatku kehilangan segalanya. Aku membencimu, Uchiha Sasuke!"
"Apa yang harus aku lakukan untuk menebusnya, Sakura?" tanya Sasuke.
"Kau menghilang dari kehidupanku, Uchiha Sasuke."
Jarum kini menusuk hati Sasuke seketika mendengar jawaban yang keluar dari bibir Sakura. "Tapi bagaimana dengan nasib Akira, Sakura?"
"Dia bisa kurawat sendiri tanpa perlu bantuanmu, Uchiha Sasuke."
Sasuke menggeram kesal. "Jangan egois. Dia membutuhkan seorang ayah. Kau mau ketika sekolah nanti dia dicap anak haram hn? Kau itu terjadi?!"
"Kubilang saja kalau ayahnya sudah mati. Beres kan?" tukas Sakura.
Putra bungsu Uchiha Fugaku mencoba menghembuskan napas berulang kali untuk menghilang kekesalannya. Apa maksudnya? Menganggap dia mati! Itu tidak mungkin, karena bukti kalau dirinya masih hidup. Memang ini salahnya, dia harus bertanggungjawab semua yang diderita pada Sakura dan Akira.
Saat malam itu pula, Sasuke membicarakan dan meminta untuk melamar Sakura tiba-tiba. Baik Tsunade dan Mikoto terkejut dengan pernyataan Uchiha Sasuke, namun mereka berdua melihat tidak ada keraguan bahkan tatapan serius darinya, keduanya mengulum senyuman tipis dan menyetujui permintaan Sasuke.
Pada saat bersamaan pula, Sakura membisu dan menulikan perkataan yang terlontar dari bibir pria itu. Namun nihil itu sangat jelas di indera pendengarannya. Kemudian iris mereka saling bertatapan mengirimkan suatu pesan dan seenaknya Sasuke berbisik di telinganya.
"Ini demi anak, Sakura. Aku tidak peduli kau mencintaiku atau tidak. "
Krieet…
Bunyi derik pintu membuat lamunan Sakura terbuyar dikarenakan dokter keluar dan memberikan satu amplop pada Sasuke. Pria itu mengulas senyuman tipis pada dokter itu lalu ia membuka amplop dan mengambil kertas yang ada di dalamnya. Sambil menggendong Akira, tidak membuat Sasuke kesusahan membaca hasil tes DNA itu. Kembali senyuman tercetak dari bibir Uchiha bungsu itu, lalu Sakura mengambil kertas hasil tes itu dari tangan Sasuke.
Uchiha Sasuke 99,9 % ayah kandung dari Akira. Haruno Sakura 99,9 % ibu kandung dari Akira.
Perlahan kertas itu terjatuh ke lantai, Sakura menghela napasnya lalu menatap Uchiha Sasuke yang masih setia menggendong anak—mereka. Sasuke membalas tatapan itu dengan pandangan lembut.
"Kau tidak bisa mengelaknya, Sakura. Aku adalah ayah biologis dari Akira, jadi, kau tidak boleh menganggapku mati, hn."
"Terserah kau. Yang jelas aku menikahimu bukan karena aku mencintaimu tapi demi Akira. Memangnya kau mampu bertahan tanpa cinta?" tuding Sakura.
Akira yang tertidur di gendongan sang ayah kini terbangun dan memandang kedua orang tuanya dengan tatapan harap. Memang ia masih balita yang belum fasih berbicara dengan lancar, namun ia menginginkan keluarga yang utuh. Ada ayah…ibu dan dirinya. Bahkan ketika malam itu, entah mengapa dia butuh pelukan dari ayahnya dan tanpa sadar bergumam ayah pada—pria tampan yang menggendongnya. Ada rasa nyaman yang dirasakan oleh Akira ketika tangan pria ini mengusap punggungnya.
"Cinta itu akan datang kapan saja, Sakura. Aku bertahan walau kau tidak mencintaiku karena aku terlanjur cinta padamu, Sakura."
"Kau tidak sedang bercanda? Itu lelucon yang tidak lucu."
Sasuke bersikap datar. "Aku tidak bercanda dan itu serius, Sakura. Rasa penyesalanku membuat hatiku terasa kosong, dan ketika namamu disebut dan kau muncul didepanku. Hati yang kosong kembali terisi penuh. Aku sadar kalau aku telah lama menaruh cinta padamu."
Sakura terkesiap mendengar pernyataan laki-laki itu. Sejenak keheningan kembali menyelimuti mereka berdua. Lagi dan lagi, Sasuke memecahkan suasana diantara mereka bertiga, dirinya pun menyerahkan Akira ke Sakura, kemudian dia mengambil kertas yang dijatuhkan oleh Sakura.
"Ayo pulang…"
Satu kata seakan sihir bagi Sakura untuk mematuhinya…
.
.
.
.
*To Be Continued*
Wulanz Aihara Uchiha
Bacok saya wooooy…. Idenya mendadak buyar padahal… padahal ini aku mau bikin satu oneshoot tapi alhasil idenya ngestuck…huwaaa #dibunuh. Maka dari itu aku buat two shoot saja, tidak banyak kok karena utangku banyak #lirikutang. Maafkan aku Mo kalau terkesan kaku ceritaku, entah kenapa jadi begini… maafkan aku.
Sebagai promosi juga ficku berjudul Love & Choice berpairing SasuSakuIta… ^^
Tsurugi De Lelouch
Palembang, 18 April 2013