Cast : Shim ChangMin dan Cho KyuHyun

(ChangKyu)

Rating : M (aman untuk chapter ini)

Warning : OOC, GAJE, ABAL, TYPO(S), MPREG, ngebosenin dan…YAOI! So, yang gak suka harap jauh – jauh! Satu lagi, Alur cukup lambat^^

Bagi yang tidak suka YAOI a.k.a Boy x Boy harap menjauh dari fic ini. Tidak melayani genderswitch!

Dan yang tidak suka jika Changmin dan Kyuhyun berpasangan atau jadi couple harap segera angkat kaki. Silahkan pergi jauh-jauh! Tidak melayani bash atau protes merugikan.

.

.

HAPPY BIRTHDAY SHIM CHANGMIN!

Update chapter ini buat kamu, dear~

.

.

Selamat membaca!

.

.

Chapter 11

.

.

Tok tok tok

"Kyu, ada tamu untukmu, nak,"

Kyuhyun yang sedang membaca komik mengalihkan perhatiannya ke arah pintu kamar. Dia segera beranjak dari posisi tidurannya di ranjang, lalu membuka pintu kamar.

"Kyuhyunie!"

Kyuhyun terkejut saat tamu yang dimaksud Ummanya menghambur memeluknya. Tapi, setelahnya dia tersenyum. Sang tamu yang tak lain adalah Eunhyuk melepaskan pelukannya lalu memandangi Kyuhyun dengan serius.

"Kau sehat, kan?" tanyanya khawatir.

"Iya, aku sehat, kok,"

Leeteuk ikut tersenyum melihatnya.

"Umma ke dapur dulu, ya, Kyu?" kata Leeteuk yang dijawab anggukan oleh Kyuhyun.

Setelah Leeteuk pergi, Kyuhyun segera mengajak Eunhyuk masuk ke dalam kamarnya. Mereka duduk berhadapan di ranjang.

"Apakah kau benar-benar sehat, Kyu?" tanya Eunhyuk memastikan lagi, seperti tidak percaya dengan jawaban Kyuhyun sebelumnya.

Kyuhyun mendecak gemas, "Serius aku sehat. Kau tidak percaya sekali, sih,"

Eunhyuk tersenyum, tapi kemudian wajahnya sedikit muram. "Tentu aku akan khawatir apalagi dengan kondisimu sekarang. Apalagi sekarang aku tidak bisa bertemu denganmu setiap hari seperti dulu,"

Mendengar penjelasan Eunhyuk, wajah Kyuhyun ikut berubah muram. Dia sangat mengerti maksud sahabatnya itu. Kondisi kehamilannya dan dia yang dikeluarkan dari sekolah. Betapa keadaan bisa berubah sangat cepat tanpa diduga. Serasa kemarin dia masih belajar dan tertawa dengan teman-temannya di sekolah, tapi tiba-tiba hari ini dia sudah akan menjadi seorang ibu.

"Ah, maaf, Kyu! Kau jadi sedih lagi, kan…" kata Eunhyuk yang melihat mendung di wajah manis sahabatnya. Kyuhyun berusaha tersenyum lalu menggeleng pelan untuk menunjukkan dia baik-baik saja.

"Aku tidak apa-apa. Semua ini sudah selayaknya aku jalani. Yang penting kau tetap mau menjadi sahabatku, itu sudah sangat cukup bagiku, Hyuk-ie…"

Eunhyuk terharu mendengarnya. Dia hampir ingin menangis tapi dia berusaha tersenyum lebar untuk mencegah air matanya keluar.

"Tidak ada alasan yang kuat untuk memutus persahabatan kita. Di saat seperti ini justru sahabat harus selalu bisa saling menopang, kan? Aku akan melakukannya, Kyu,"

Kyuhyun merasakan air mata mulai menumpuk di sudut-sudut matanya. Eunyuk segera memeluknya untuk menenangkannya. Dalam pelukan sahabatnya, Kyuhyun terisak pelan, tapi dalam hatinya dia bersyukur. Meskipun sekarang dia berada di titik terendah hidupnya, seperti tak berdaya untuk melakukan apapun, Tuhan tetap mengasihinya dengan memberikan keluarga dan sahabat yang tetap menerimanya.

"Kau pasti bisa melewati masalah ini, Kyu. Kau harus kuat! Kau harus terus berjuang! Anggap saja ini adalah cara Tuhan menunjukkan rasa cinta-Nya. Lalu sebentar lagi kau akan mempunyai anak kecil yang imut. Bukankah itu anugerah yang harus disyukuri?" kata Eunhyuk memberi semangat sembari menepuk-nepuk pelan bahu Kyuhyun. Namja manis itu mengangguk, tapi kemudian terkekeh dengan kalimat bijak sahabatnya.

Kyuhyun melonggarkan sedikit pelukannya lalu melihat Eunhyuk, "Hei, sejak kapan kau bisa berkata-kata bijak? Sepertinya kepintaranmu bertambah. Hahahaha…."

Eunhyuk merengut mendengar ejekan yang dilontarkan Kyuhyun. Tapi dia tersenyum karena tanpa sadar dia telah membuat sahabatnya kembali tertawa. Itu terasa melegakan.

"Oh, ya, karena sebentar lagi ujian negara, mungkin aku belum bisa rutin ke sini. Kau tahu, kan, otakku yang pas-pasan ini memaksaku harus belajar keras. Tapi, nanti setelah ujian negara, kita bermain bersama lagi, ya?"

Kyuhyun tertawa lagi, namun sedetik kemudian dia mengingat sesuatu. "Hei! Kau ini benar-benar bodoh, ya? Setelah ujian negara, perutku sudah sangat besar. Apa yang bisa aku lakukan dengan perut yang membesar, hah? Kau tidak kasihan nanti mengajakku bermain? Dasar bodoh!"

Eunhyuk terdiam mendengar penjelasan Kyuhyun. Dia mengangguk mengerti lalu tertawa heboh karena membayangkan sahabatnya itu bermain bersamanya dengan perut besar. Kyuhyun mengernyit dengan tawa Eunhyuk. Merasa gemas, dia menepuk-nepuk keras lengan Eunhyuk untuk menghentikan tawa sahabatnya.

"Tidak ada yang lucu! Kenapa kau tertawa?" Kyuhyun merajuk jengkel.

"Hahahaha, aku-hahaha-aku membayangkan kau bermain bersamaku dengan perut besar. Itu sulit dibayangkan, tapi sepertinya seru! Hahahaha…."

Kyuhyun mendengus makin jengkel mendengar alasan Eunhyuk. Tapi, setelah dipikir-pikir, dia baru menyadari, semuanya mulai terasa wajar membicarakan kehamilannya dengan sahabatnya itu. Mungkin memang benar kata Eunhyuk, dia hanya perlu bersyukur meskipun keadaannya sulit.

"Kalau sudah tertawa-tawa begini, jadi ringan, ya?" kata Kyuhyun yang dibalas anggukan oleh Eunhyuk.

"Oh, ya, Ryewook apa kabar?" tanya Kyuhyun tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. Hal itu langsung membuat Eunhyuk diam.

"Hyuk-ie, kenapa diam?" tanya Kyuhyun lagi.

"Eh, dia…dia baik,"

Kyuhyun mengangguk, "Dia tidak ingin ikut ke sini? Aku juga merindukan dia,"

Eunhyuk menghela nafas pelan, bingung harus berkata apa. Kenyataannya setelah berita Kyuhyun hamil tersebar di sekolah, Ryewook seperti menghindarinya. Sekarang mereka jarang terlihat bersama. Ryewook tidak akan memulai pembicaraan dengannya, maka dia yang mulai duluan. Itupun hanya hal-hal yang penting. Sama sekali tidak ada candaan dan tawa seperti dulu. Tentu Eunhyun tidak ingin menceritakan hal itu pada Kyuhyun. dia takut akan membebani pikiran sahabatnya itu. Baginya untuk sementara ini, cukup dengan dia tetap mendukung Kyuhyun.

"Dia juga merindukanmu, hanya saja dia juga belajar sangat keras untuk ujian negara. Dia menitip salam untukmu," jawab Eunhyuk yang akhirnya memilih berbohong.

"Oh, begitu. Aku terima salamnya. Aku juga menitip salam pada Ryewook, ya?"

Eunhyuk mengangguk saja.

Tak berapa lama, Leeteuk masuk membawa dua minuman dan beberapa makanan kecil yang disambut heboh oleh Eunhyuk. Kyuhyun tak bisa untuk tidak ikut heboh melihat tingkah sahabatnya. Sebenarnya itu hanya cara Eunhyuk untuk mengalihkan perhatian Kyuhyun dari obrolan tentang Ryewook.

.

.

ChangKyu

.

.

Dari balik pilar di dekat taman sekolah, Ryewook memperhatikan Yesung yang sibuk mencoret-coret buku tulisnya. Dia menduga Yesung pasti sedang membuat lagu. Setelah beberapa saat memastikan Yesung tidak terlalu serius, Ryewook mendekatinya.

"Hai, Yesung-ah," sapa Ryewook sedikit gugup dan cemas.

Yesung mendongak lalu tersenyum mengetahui siapa yang menyapanya. "Hai juga,"

Ryewook tersenyum lega dengan respon Yesung. Sebenarnya dia cemas jika Yesung tidak mau menyapanya.

"Bolehkan aku duduk di sebelahmu?" tanyanya penuh harap.

Yesung mengangguk, "Tentu saja. Kau bisa duduk di manapun yang kau mau, kan…."

Ryewook bernafas lega untuk kesekian kalinya. Dengan senang dia segera duduk di sebelah Yesung.

"Emm, aku kira kau tidak akan memperbolehkanku dekat-dekat denganmu setelah kau tahu perasaanku,"

Yesung yang sesekali masih mencoret-coret bukunya, sontak melihat namja di sebelahnya. Dia mengernyit sekilas namun paham maksud Ryewook.

"Kenapa harus begitu? Justru aku yang harusnya merasa seperti itu karena belum bisa menerima perasaanmu. Aku minta maaf,"

"Kau tidak perlu meminta maaf. Kau sudah mengatakan berkali-kali, kan? Aku memakluminya,"

Yesung tersenyum tulus, "Terima kasih,"

Ryewook mengangguk berusaha menerima jawaban Yesung saat ini. Tapi dia tak akan menyerah begitu saja, apalagi sekarang faktor dia ditolak oleh Yesung sudah berhasil dia singkirkan. Mungkin dia bisa bertanya pendapat Yesung untuk itu.

"Lalu bagaimana pendapatmu sekarang setelah tahu Kyuhyun, emm…dikeluarkan dari sekolah karena–hamil?" tanyanya sedikit tidak yakin, tapi dia mantap untuk mengatakannya. Mungkin ada sedikit kepuasan karena seperti bisa memperlihatkan sisi negatif dari orang yang disukai Yesung.

Yesung melihat Ryewook sekilas lalu kembali menatap lurus ke depan. Pertanyaan itu, dia juga tak tahu harus bagaimana menjawabnya. Sampai detik ini dia masik terkejut, tak percaya, dan ingin mengingkari hal itu. Tapi kenyataannya berkata lain bukan? Kyuhyun benar-benar dikeluarkan dari sekolah dengan bukti jelas. Tapi, dia mencoba berpikir positif. Dia tahu Kyuhyun anak baik-baik dan polos. Bisa jadi itu faktor paksaan dari seseorang yang menghamili Kyuhyun, kan? Karena setahunya, Kyuhyun bahkan belum pernah terlihat mempunyai kekasih.

"Yesung-ah?" panggil Ryewook karena Yesung tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Ah, maaf, aku sedikit melamun. Aku tak tahu harus berpendapat bagaimana. Tapi, yang ingin aku pikirkan adalah tidak menyalahkan Kyuhyun sepenuhnya. Aku hanya tahu sedikit tentang kejelasan kabar itu, jadi aku tak bisa menghakiminya begitu saja,"

Ryewook mendengarkan baik-baik, tapi hasilnya dia tak menyukai pendapat Yesung. Kenapa namja yang disukainya masih saja membela Kyuhyun padahal jelas-jelas Kyuhyun melakukan kesalahan fatal? Baginya itu tak masuk akal.

"Kau tidak kecewa padanya?"

"Kecewa, ya? Mungkin, tapi sekali lagi aku akan tetap melihat dulu bagaimana yang sebenarnya terjadi,"

Ryewook mengepalkan tangannya diam-diam. Sekarang dia yang merasa sangat kecewa dan marah karena jawaban Yesung tidak sesuai keinginannya. Dia kembali berpikir, sepertinya dia masih harus berusaha lebih keras menunjukkan pada Yesung bahwa Kyuhyun tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya, dengan membuat rencana baru.

.

.

ChangKyu

.

.

Tok tok tok

Kyuhyun yang sudah merebahkan tubuhnya untuk bersiap tidur langsung melihat ke arah jendelanya yang sudah tertutupi gorden. Dia melihat jendelanya was-was, takut jika ada pencuri atau hal-hal mengerikan. Dia merapatkan selimutnya hingga hampir menutupi wajahnya. Akhirnya dia memilih mengabaikan suara itu.

Tok tok tok

Namja manis itu membulatkan matanya merasa horror karena mendengar suara lagi dari jendelanya. Tapi lama-lama dia penasaran dengan sesuatu atau seseorang di balik jendelanya. Setelah meyakinkan dirinya untuk tidak takut, namja manis itu beranjak dari ranjangnya dengan membawa selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Dengan langkah pelan dan hati-hati dia mendekati jendela lalu membuka gorden. Matanya yang besar semakin membesar melihat seseorang di balik jendela,

"Changmin hyung!" pekik Kyuhyun refleks.

Changmin panik dan segera menaruh telunjuk di depan bibirnya sebagai isyarat untuk Kyuhyun agar tidak bersuara keras. Namja manis itu langsung menganggukkan kepalanya dan menutup mulutnya. Kyuhyun segera membuka jendelanya agar bisa berbicara lebih jelas dengan Changmin.

"Apa kau sudah mengunci kamarmu?" tanya Changmin dengan mata melirik waspada ke arah kamar Kyuhyun. Namja manis itu mengangguk yang disambut dengan helaan nafas lega Changmin.

"Hyung, masuk saja. Apa kau mau berdiri terus di luar?" tawar Kyuhyun yang membuat Changmin tersenyum.

"Tidak apa-apa aku masuk? Aku hanya ingin melihatmu saja. Setelah itu aku akan langsung pulang,"

Kyuhyun merasa sangat senang dan tersentuh mendengarnya. Demi hanya melihatnya, Changmin sampai diam-diam menemuinya begini.

"Iya, tidak apa-apa, masuk saja. Ayo!" jawabnya yang langsung mengulurkan tangan untuk membantu Changmin naik ke jendela.

Namja tampan itu mengangguk senang lalu segera menerima tangan Kyuhyun dan menaiki jendela. Setelah Changmin berdiri di depannya, Kyuhyun merasa canggung. Kejutan yang benar-benar tak terduga, dia bisa bertemu lagi dengan Changmin setelah insiden di rumah beberapa hari lalu. Memang Changmin belum memberi kabar apapun, tapi dia yakin Changmin pasti sedang berusaha.

Melihat Kyuhyun yang hanya diam, Changmin segera memeluknya. Namja manis itu terkejut awalnya, namun dia mulai membalas pelukan Changmin. Ini adalah pelukan yang selalu dirindukannya dan membuatnya tenang.

"Aku selalu menyukai saat memelukmu seperti ini," kata Changmin yang dibalas anggukan dari Kyuhyun.

Namja manis itu melonggarkan sedikit pelukannya lalu melihat wajah tampan di depannya. Lalu tanpa berbicara apapun, tangannya menggandeng tangan Changmin mengajaknya duduk di ranjang.

"Kalau begini, aku jadi tidak ingin pulang," kata Changmin mengeluh. Kyuhyun tertawa mendengarnya.

Mereka masih saling memandang, lalu Changmin mengelus pelan perut Kyuhyun. Namja manis itu melihat tangan yang sedang membelai lembut perutnya dan itu terasa sangat nyaman. Dia membayangkan, andai setiap saat Changmin ada di sisinya untuk melakukannya, pasti itu bisa menenangkannya dengan mudah saat dia harus merasa nyeri atau mual di perutnya. Tapi, sayangnya kondisi mereka saat ini sangat tidak memungkinkan untuk mendukung keinginannya terwujud.

"Bagaimana kondisi ibu manis ini dan adik bayi di sini?" tanya Changmin lalu tangannya yang bebas mendekap bahu Kyuhyun untuk memeluk namja manis itu. Kyuhyun menyamankan dirinya dengan hal itu. Baginya perhatian Changmin saat ini luar biasa efeknya. Dia merasakan kehangatan dan ketenangan menelusup perlahan dalam tubuhnya. Dia sangat menyukainya.

"Kondisi kami sangat baik, Appa," jawab Kyuhyun dengan menirukan suara anak kecil. Setelahnya dia terkekeh geli dengan suaranya sendiri.

"Panggilanmu manis sekali, Kyuie Umma. Appa menyukainya,"

Kyuhyun mendongak sekilas untuk melihat wajah Changmin. Dia tertawa lagi.

"Aku jadi geli sendiri, hyung,"

"Kenapa geli?" tanya Changmin tak mengerti.

"Kita seperti sepasang anak yang sedang bermain rumah-rumahan. Aku jadi ibunya dan kau jadi ayahnya,"

Changmin mengernyitkan dahinya sekilas lalu tertawa terhibur. "Ya, tapi sekarang kita sedang tidak bermain. Benar-benar ada adik bayi di sini," balasnya masih dengan membelai perut Kyuhyun.

Namja manis itu mendadak mengubah ekspresinya menjadi muram. Hal itu disadari Changmin yang segera mendekatkan wajahnya pada namja manis dipelukannya.

"Hei, jangan sedih lagi. Aku sekarang ada di dekatmu, jadi kau tidak perlu mencemaskan apapun,"

Kyuhyun melihat Changmin yang menatapnya lembut. Dia berusaha tersenyum lalu mengangguk. Namja tampan itu balas tersenyum lalu mencium dahi Kyuhyun.

"Oh, ya, kau tidak ingin menceritakan sesuatu?" tanya Changmin dengan tujuan mengetahui apa saja yang terjadi pada Kyuhyun. Selain itu dia ingin memastikan sesuatu. Kyuhyun mengernyit mendengarnya. Tiba-tiba dia teringat sesuatu tapi mengabaikannya. Lalu segera menggeleng.

"Kau yakin?"

"Iya, aku yakin,"

"Tapi, aku mendengar suatu kabar beberapa hari lalu," balas Changmin yang membuat Kyuhyun gelisah. Dia tidak ingin menceritakannya. Itu membuatnya sedih.

Changmin kembali mencium dahi Kyuhyun untuk menenangkan perasaan namja manis itu. "Tidak apa-apa, aku sudah mengetahuinya. Mungkin aku akan mengatakan ini berkali-kali, aku minta maaf sangat untuk semua yang terjadi padamu sampai detik ini. Aku bahkan tidak tahu apalagi yang akan terjadi, bisa jadi lebih buruk. Tapi, kau harus tahu, aku akan memperjuangkanmu dan adik bayi. Jadi, kau tidak perlu takut. Okay?"

Kyuhyun tersentuh mendengarnya. Dia mengangguk mantap lalu memeluk Changmin erat-erat.

"Nanti setelah semua masalah berakhir, keluargaku dan keluargamu bisa menerima keadaan kita lalu merestui kita, lalu adik bayi sudah lahir, kau pasti akan sekolah lagi. Kita akan sekolah di tempat yang sama, karena kita harus selalu bersama. Aku sendiri yang akan memastikannya. Kau mau, kan, Kyu-ie?"

Kyuhyun tersenyum merasa terhibur dengan harapan-harapan Changmin. Sekali lagi dia mengangguk. Perasaannya terasa tenang sekarang. Baginya yang terpenting adalah Changmin ada untuknya, itu sudah sangat cukup.

.

.

ChangKyu

.

.

Menemui Kyuhyun kemarin malam, itu memang disengaja Changmin karena suatu alasan. Hari ini dia akan berbicara pada Appanya, maka dari itu dia butuh melihat wajah Kyuhyun untuk semangatnya, untuk menguatkan tekadnya memenuhi janji pada Kangin. Mengenai resiko, dia yakin pasti akan menerimanya dan itu pasti sangat tidak mudah. Tapi, dia harus mencoba bukan?

Setelah memastikan ada sedikit jeda waktu di jadwal Appanya, Changmin segera menghubungi sekretaris Appanya untuk meminta waktu di mana dia bisa berbicara pribadi dengan Appanya. Hal itu telah dikonfirmasikan dan tanpa diduga Appanya langsung menyetujui. Itu tidak biasa sebenarnya karena Appanya pasti akan menginterogasinya terlebih dahulu untuk waktu yang dia minta. Tapi Changmin tidak terlalu memperdulikannya.

Saat ini Appanya sedang beristirahat di ruang santai yang terhubung dengan ruang kerjanya. Changmin yang telah mengetahuinya segera mengetuk pintu ruang santai itu dan dibalas suara berat dari dalam.

Changmin melihat Appanya sedang berdiri melihat pemandangan pusat kota dari dinding kaca sembari meminum kopinya. Suara pintu tertutup telah mengalihkan perhatiannya. Dia segera berbalik dan melihat anaknya telah berdiri di depan pintu.

"Kemarilah,"

Changmin segera mendekat pada Appanya. Dia menghela nafas pelan lalu menghembuskannya perlahan.

"Appa, aku ingin menyampaikan suatu hal,"

"Ya, kau sudah mengatakannya lewat janji waktu yang kau minta. Mengenai apa yang ingin kau bicarakan, aku juga sudah tahu,"

Mata kelam Changmin terbelalak dengan kalimat Appanya. Apakah yang dikatakan Appanya sungguhan? Ini terlalu mengejutkan!

"Jangan kau kira aku hanya sibuk mengurus perusahaan tanpa memantaumu, Changmin-ah. Aku tahu apa saja yang kau lakukan sampai hal terkecil. Kau tidak lupa, kan, apa yang bisa Appamu ini lakukan?"

Raut wajah Changmin mengeras mendengar lanjutan kalimat Appanya. Pertama dia merasa sangat marah mendengar Appanya bahkan terlalu ikut campur privasinya. Dia mengerti jika Appanya sudah terlalu mengendalikan hidupnya, tapi jika sampai memantau apa yang dilakukannya, bukankah itu sudah sangat keterlaluan? Selanjutnya adalah tentu dia sangat cemas dan gelisah jika benar Appanya tahu tentang Kyuhyun.

"Kenapa kau diam? Kau yang menjelaskan atau Appamu ini yang memperjelas?" tanya Appanya tajam dan tampak emosi mulai menyala di matanya.

Changmin memejamkan mata sejenak lalu melihat tepat pada mata Appanya yang sama sekali tidak ramah.

"Apa yang Appa ketahui?" tanya Changmin tak kalah tajam.

Appanya tersenyum melecehkan dan itu membuat Changmin semakin muak.

"Hemm, Cho Kyuhyun, kan, namanya?"

Changmin tak bisa menutupi keterkejutannya saat mendengar nama Kyuhyun keluar dari mulut Appanya.

"Bagaimana Appa bisa tahu?!" suara Changmin semakin meninggi. Dia sudah tidak peduli jika itu disebut tidak sopan.

"Kau lupa apa yang aku katakan tadi? Aku bisa tahu segalanya, Changmin-ah. Termasuk usia kehamilan orang yang kau sukai itu. Sungguh mengecewakan!"

Changmin menggeretakkan giginya marah. Dia sekarang benar-benar marah pada Appanya karena ternyata sudah sejauh itu Appanya mengetahui hubungannya dengan Kyuhyun. Perasaannya mulai diliputi rasa takut sekarang. Bukan takut untuk dirinya, tapi dia sangat takut jika Appanya melakukan suatu hal yang buruk pada Kyuhyun. Sekarang dia ingin mengutuk dirinya sendiri karena telah membahayakan Kyuhyun.

"Lihatlah! Kau bahkan hanya diam. Kau sadar jika kau sudah melakukan kesalahan fatal? Jika kau sadar, kembalilah jadi anak baik! Lupakan dia dan fokus dengan apa yang harus kau lakukan untuk Keluarga Shim! Aku tidak peduli jika orang yang kau sukai itu sudah mengandung anakmu! Semua itu bisa diselesaikan dengan mudah jika kau menurut!"

"APPA! BAGAIMANA BISA KAU BERKATA SEKEJAM ITU! SAMPAI MATI PUN AKU TAK AKAN MENURUTI APA YANG KAU KATAKAN!" teriak Changmin sangat marah dengan kata-kata Appanya yang tak berperasaan. Dia mengepalkan tangannya erat hingga buku-buku jarinya memutih.

"OH, KAU SUDAH BISA MELAWANKU SEKARANG HANYA KARENA ANAK ITU?! LUAR BIASA! BAIK, INI KESEMPATAN TERAKHIRMU UNTUK MENJAWAB, MENURUT PADA APPAMU ATAU KAU MEMILIH ANAK ITU?! AKU INGATKAN, KAU TAHU AKIBAT DARI APA YANG KAU PILIH!"

Changmin semakin menggeretakkan giginya marah mendengar ancaman Appanya. Dia ingin berpikir jernih, tapi sayang emosi sudah terlalu menguasainya sehingga pikirannya terasa kacau dan tak bisa diajak berkompromi. Belum lagi perasaannya sangat cemas dan takut tentang kondisi Kyuhyun nanti. Pilihannya sangat sulit dan dia harus memilih dengan tepat, tapi dengan kondisinya sekarang, apa yang bisa dilakukannya?

Kyu, aku ingin terus bersamamu–batinnya frustasi.

.

.

TBC

Emm, cuma mau jelasin dikit tentang A/N yang saya buat di FF saya, yang baru diupdate awal pekan kemarin. Saya minta maaf, kayaknya beberapa reader salah paham. Itu A/N saya buat cuma untuk antisipasi para flamer, bukan menjawab reviews yang masuk dari para reader. Kalo reviews dari readers mah, saya malah makasih bangeeet. Itu bagi saya saran dan kritik yang membangun. Itu berguna loh buat saya. Makasih deh pokoknya/hug&kiss/

Oh, ya, untuk Macchiato Chwang dan Desviana407 tolong cek PM akun kalian ya dear \n_n/

Oh, ya, Shim Changmin yang ganteng nan seksi ulang tahun ke 29! Yeiy! Tebar-tebar confetti~ Doa saya semoga kamu langgeng terus sama Kyu, kalian bahagia, sehat, semakin sejahtera duitnya-eh-kehidupannya, pokoknya yang baik-baiklah! Terus pas wamil, jangan makin ganteng bisa nggak sih? Gantengmu biasa aja gitu lhooo! Kan, kokoro saya makin lelah/guling2/

Baiklah, sekian untuk chapter ini, eh-ya, saya mengucapkan selamat datang untuk para readers baru~ Halooo, selamat menikmati FF ini, ya….