Standar Disclaimer Applied

.

.

.

Love & Choice © Tsurugi De Lelouch

.

.

.

Sakura Haruno & Sasuke Uchiha

.

.

Enjoying Reading & Reviewing

*X*X*X*X*X*X*X*X*X*X*X*X*X*X*


.

.

.

Ketika cinta datang padanya

Hal yang indah menemani di kehidupannya

Namun, saat pilihan ditentukan

Akankah cinta berpihak pada dirinya?

.

.

-Prolog-

-1-

"Sakura… kau sudah selesai sayang?"

Sang gadis musim semi menggerutu kesal dengan teriakan ibunya sejak lima belas menit yang lalu. Dia memang lagi bersiap-siap, seharusnya ibunya tahu kalau dirinya berdandan sangat lama. Dengan menggunakan highless warna merah, ia pun melangkah keluar kamar. Wajah ayunya menekuk sebal sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Seraya menghela napas, dia pun turun dan menemui orang tuanya yang sudah terlebih dulu siap.

"Aku sudah siap, Kaa-san… Tou-san."

Mebuki mengulum senyuman tipis dan memeluk anak gadis satu-satunya. "Kau tampak cantik hari ini, Sakii.."

"Sudahlah, Kaa-san. Katanya terburu-buru menemui keluarga teman Tou-san," gerutu Sakura lagi.

"Hehehe, sebernanya jemputanmu sudah datang," kilah Kizashi.

"Siapa? Bukannya kita akan berangkat bersama?" imbuh Sakura.

"Kau pasti mengenalnya sayang. Dia menunggumu di luar."

Tanpa tendeng aling, gadis cantik ini berpamitan dengan orang tuanya lalu keluar. Dia penasaran siapa yang menjemputnya. Entah apa yang membuat hati merasa berdebar-debar, padahal ingin mengetahui orangnya. Namun didalam pikirannya adalah laki-laki. Sakura menggeleng-geleng kepalanya dan membuka pintu.

"Terima ka—"

Iris teduhnya membulat kaget, begitu juga laki-laki menoleh dengan ekspresi sama terkejutnya.

"Sakura… kaukah itu?"

"Kenapa kau ada disini?"

Mereka melemparkan pertanyaan secara bersamaan. Sorot kepedihan terlihat dari laki-laki berambut emo ini. Bagaimana tidak? Sudah lama tidak bertemu saat SMP dulu, dan sekarang takdir mempertemukan mereka berdua.

"Sudah lama tidak bertemu, Sakura." seulas senyuman tipis menguar dari bibir laki-laki itu.

Sakura perlahan mendekat dan mereka berdua saling berhadapan. "Sasuke, apa yang membuatmu pulang? Kenapa tidak memberitahukanku? Kau jahat!" cecarnya.

"Maafkan aku, Sakura. ini sangat darurat aku tidak bisa memberitahumu."

Eyeliner agak luntur karena tetesan air mata kini mengalir di iris teduh milik Sakura. Jari milik Sasuke mengusap bagian yang luntur itu. "Ayo, kita sudah ditunggu oleh keluargaku, hn."

Gadis musim semi itu mengangguk paham kemudian mereka berdua masuk ke dalam mobil. Suasana hening tercipta antara keduanya sampai laki-laki memecahkan suasana. "Bagaimana dengan kuliahmu, Sakura?"

"Aku sudah wisuda, baka!" tukas Sakura.

"Oh begitu. Selamat atas wisudamu dua hari yang lalu. Dengan menyandang gelar kedokteran, apakah kau ingin melanjutkan lebih tinggi lagi?" Sasuke menghentikan kemudi karena lampu merah.

"Hm, lihat saja nanti. Aku akan mengalahkanmu?" imbuh Sakura.

"Benarkah? Aku sudah wisuda tahun lalu, Sakura. Dan sekarang harus memegang perusahaan sendiri," ucap Sasuke menyeringai kecil.

Sakura mengerjap tak percaya kalau teman se-SMP dulu sudah mengalahkannya lagi. Dengan mengerucut bibirnya sebal mendengar pernyataan pemuda itu. Gadis musim semi itu menyilangkan kedua tangannya dan wajahnya menghadap ke jendela mobil.

Berbeda dengan Sakura. laki-laki berperawakan tampan ini tersenyum kecil melihat perubahan emosi yang diperlihatkan oleh Sakura. Sebelum lampu merah berganti hijau, Sasuke melirik gadis berwajah cantik itu. Bahkan dirinya tidak mampu berkedip melihat Sakura yang telah berubah menjadi mempesona dan menjeratnya kini.

Betapa tidak, Sakura memiliki paras yang cantik dan dewasa serta memiliki gelar dokter yang tidak semua orang—mampu mendapatkan dengan jangka waktu yang cepat. Dia tahu kalau semenjak SMP, dirinya sudah menaruh hati dengan gadis itu. Namun, ia kurung perasaan itu di dalam hatinya. Bukan dia merasa takut kalau dirinya ditolak tapi usia mereka dulu—terlalu dini menjalani sebuah ikatan pacaran.

Lampu merah berganti hijau, Sasuke mulai mengemudikan kembali mobil menuju tempat yang dituju. Suasan keheningan sempat tercipta diantara mereka berdua sampai gadis musim semi memecahkan suasana.

"Bagaimana dengan kuliah di Amerika, Sasuke?"

Sasuke sedikit menoleh dan kembali fokus menghadap ke depan. "Menurutku biasa saja, Sakura. Sistemnya yang berbeda dengan disini," ucapnya.

"Kau beruntung, Sasuke."

"Hn?"

"Beruntung kuliah di Amerika juga bisa menyelesaikan studi dengan cepat dan bekerja pula…." Tukas Sakura.

"Kau juga."

"Hm…"

"Aku tahu dari orang tuamu kalau kau menyelesaikan pendidikan dokter empat tahun," ucap Sasuke memutar kemudinya menuju restoran.

"Tidak terasa sih kalau sudah selesai…" Sakura menghela napasnya sesaat lalu melirik ke samping.

Seketika wajah agak merona memandangi Sasuke dari dekat. Paras yang tampan juga memiliki kecerdasan di atas rata-rata, juga bermarga Uchiha. Sungguh di luar dugaan kalau dirinya adalah satu dari ribuan gadis yang mau berdekatan dengan pemuda berwajah datar ini. Menyadari kalau diperhatikan oleh Sakura, pemuda tampan itu sedikit menyeringai.

"Terpesona, Sakura?"

Kemudian Sakura melayangkan tatapan sangar. "Dasar Ge-er!"

Lalu mobil milik Sasuke Uchiha ini berhenti, terlebih dulu Sasuke turun dari mobil. Pemuda itu mendapati Sakura masih mematung di dalam mobil. Terlintas ide jahil dari pemilik iris kelam itu. Sasuke menutup pintu mobil dan mengunci otomatis dengan kunci yang berada di tangannya.

Sakura tersadar kalau dirinya terkurung di dalam mobil, segera ia membuka pintu namun tidak bisa. Kemudian iris teduhnya melihat pandangan meremehkan dari Sasuke Uchiha yang memainkan kunci mobil. Dengan memukul kaca mobil, ia meminta pertolongan. Merasa kasihan Sasuke menekan tombol Unlock pada kunci mobilnya. Sakura dengan kasar membuka lalu menutup pintu mobilnya.

"Kau mau membuat anak orang mati bernapas, hah!" desis Sakura.

"Salah sendiri melamun di dalam mobil," kilah Sasuke.

"Oh kalau aku tidak memukul kaca tadi. Kau tidak akan membuka pintunya. Dasar licik!" geram Sakura.

Sasuke tampak berpikir lalu tersenyum tipis. "Sepertinya iya."

Gadis musim semi itu memukul tangan Sasuke dengan keras hingga pemuda tampan ini agak meringis. Dengan gerakan cepat, Sasuke menghentikan tangan Sakura lalu mengarahkan kepala gadis itu ke arah barat. Sedikit menutup mulutnya dan mencubit tangan Sasuke, segera Sakura berjalan mendahului pemuda itu di belakangnya.

Ternyata orang tua Sakura sudah terlebih dulu sampai. Sakura kemudian duduk di samping sang ibu sedangkan Sasuke yang berada di belakangnya tadi kini duduk di samping kakak sulungnya.

"Kaa-san, perasaan tadi yang berangkat aku duluan," tanya Sakura menyilangkan kedua tangannya.

"Kami lewat belakang, Sakura. Kau saja asyik ngobrol dengan nak Sasuke, lagipula kami menggunakan jalan pintas," tukas Kizashi menengahi pembicaraan istrinya dan anak satu-satunya.

Sama halnya dengan Sasuke. Dia diganggu terus oleh sang kakak—Itachi Uchiha dengan sekedar memberi cengiran lebarnya lalu menyikutnya. Sasuke tampak jengah dan langsung melemparkan tatapan tajam, namun dibalas dengan senyuman tipis.

"Sudahlah Itachi, jangan ganggu adikmu itu," pinta Mikoto kemudian melirik Sakura.

Sedikit kikuk dilihat oleh ibunya Itachi dan Sasuke. Sakura menundukkan kepalanya karena malu. Mikoto tersenyum lembut. "Sakura, jangan malu, nak."

"Hm, bagaimana kesepakatan tadi, Fugaku?" Mikoto melirik suaminya yang daritadi diam tak bersuara.

Fugaku berdehem pelan. "Kita berkumpul disini ada sesuatu yang harus kami beritahukan."

Ketiga anak itu memandang lurus dan mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Fugaku. Berbeda dengan Itachi yang bersikap tenang kemudian Sasuke sendiri memasang raut datarnya dan Sakura hanya tersenyum.

"Sesuai dengan kesepakatan kami para orang tua kalau berencana akan menjodohkan Itachi dengan Sakura," jelas Fugaku.

Anak bungsu Fugaku dan Mikoto ini memilih untuk menghentikan waktu selamanya daripada mendengar pernyataan yang terlontar dari sang ayah. Kemudian iris kelamnya melirik ke arah sang kakak dan mendapati kalau reaksinya sama terkejut. Lalu pemuda tampan itu memandang Sakura yang mematung diam.

Gadis pujaannya akan dijodohkan dengan kakaknya sendiri. Jika Sakura memilih untuk menerima semuanya berarti keturunan Haruno itu akan menjadi kakak iparnya. Sedikit menahan emosinya dengan menekan tangannya hingga agak memutih.

"Kita akan mengadakan pertunangan dulu. Tapi terserah kalian saja," tukas Mebuki.

Otak Sakura terasa melamban merespon ucapan sang ibu. Sebernanya dia tidak mau untuk menerima perjodohan ini karena dirinya menyimpan perasaan kepada anak bungsu dari Fugaku itu. Tapi melihat tatapan orang tuanya harap-harap cemas, dia merasa bersalah juga. Namun apakah pilihan ini benar atau salah.

Sedangkan Itachi sendiri tetap bersikap tenang. Dia juga tidak memaksa Sakura untuk menerimanya atau tidak. Akan tetapi saat bertemu dengan iris teduh menghanyutkan milik Sakura. Dirinya memiliki ketertarikan dengan gadis itu entah kenapa. Sesaat ia melirik sang adik yang menahan emosinya dengan menekan tangannya. Dia berpikiran kalau sang adik—ah… sekarang keputusan di gadis itu.

Sakura tampak kebingungan memilih menerima atau tidak, diantara cinta atau harapan orang tua. Ia tidak mau mengecewakan orang tuanya juga—tidak ingin mengorbankan perasaan yang terkubur sejak SMP dulu. Kemudian iris teduhnya melirik ke iris kelam milik Sasuke. Seakan yakin melihat tatapan itu kalau pemuda itu memiliki perasaan yang sama, namun melihat ke arah samping—mendapati Itachi juga sama dengan sang adik.

Kini Sakura tengah dilema…

.

.

.

.

.

*Prolog End*

Y*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*Y


Wulanz Aihara Uchiha

Yeeaaah…. Prolog selesai. Bagaimana pendapat kalian dengan prolognya? Hm, aku menunggu respon dari kalian. *Itachi berdehem keras : Kenapa kau memasangkanku dengannya?* Hehehe, maafkan aku ya Itachi. Aku juga cemburu harus memasukkanmu dalam peran, namun bagaimana lagi. Yang jelas kau tidak berbuat macam-macam *Hiieh..malah ngobrol*

Oke sekian :*

Tsurugi De Lelouch

Palembang, 13 April 2013