My Guardian Angel – SiBum version
Siwon belongs to Kibum and Kibum belongs to Siwon
Man!Siwon x Girl!Kibum
"Berhentilah hidup seperti ini. Aku perduli padamu, bahkan disaat mereka semua pergi meninggalkanmu. Lihatlah aku disini dan datanglah kepadaku saat kau mulai menyadari kehadiranku. Aku janji, aku takkan pergi kemana pun. Aku menunggumu demi kehidupan kita di masa depan."
T+
Warning!
GS | OOC | SMUT | Typo(s) | non EYD
Dont like, Dont read!
Happy reading ~
Previous Chapter
Brugh!
Siwon terjatuh akibat pukulan Kyuhyun diwajahnya. Darah mulai mengalir keluar dari bibir joker Siwon. Kyuhyun menarik kerah kemeja Siwon sambil mengumpat, "Br*ngs*k kau, Siwon!" dan kembali memukul wajah Siwon. Siwon hanya pasrah menerima pukulan dari Kyuhyun, ia tak ingin membalas Kyuhyun dan membuat suasana semakin runyam. Mata elang Siwon tak sengaja menangkap sosok Changmin yang tengah menyeringai. 'Jadi, ini ulahnya,' pikir Siwon.
"Kyuhyunie! Hentikan!" teriak Sungmin sambil terus berusaha meraih tangan Kyuhyun yang terus memukuli wajah tampan Siwon.
"Kyuhyun-ssi! Hentikan!" Kali ini terdengar teriakan dari Kibum. Kibum berlari mendekati Kyuhyun dan Siwon diikuti Yunho dibelakangnya. Yunho membantu Kibum dan Sungmin untuk melerai pertengkaran ini dengan menarik tubuh Kyuhyun dan menjauhkannya dari Siwon. Siwon langsung ambruk saat cengkraman tangan Kyuhyun terlepas dari kemejanya. Wajahnya yang tampan kini terlihat mengenaskan, darah mengalir dari ujung bibir, pelipis dan hidungnya. Kibum panik melihat keadaan Siwon. Siwonpun pingsan dan jatuh tepat di pelukan Kibum.
.
.
MGA – Side Story
.
.
"Gomawo, Yunho oppa, Jaejoong eonni. Lebih baik kalian pulang, sekarang sudah larut malam," ucap Kibum.
Kini mereka telah berada di apartement milik Siwon. Sejak kejadian di pesta tadi, Kibum meminta Changmin dan Yunho untuk membantunya membawa Siwon pulang.
"Benar apa yang Kibum katakan. Lebih baik kalian pulang. Aku tahu, kalian pasti lelah. Biar Kibum dan aku yang menjaga Siwon," Changmin juga meminta YunJae untuk pulang. Ia ingin segera mengintrogasi kekasihnya.
Jaejoong menghela nafasnya, "Baiklah, kami akan pulang. Jika Siwon sudah sadar, lebih baik kalian juga pulang. Kali ini, kau kuizinkan untuk menginap di apartement Kibum. Ingat! Jangan berbuat macam—macam padanya!" ancam Jaejoong pada Changmin. Changmin hanya menganggukkan kepalanya. Mereka meninggalkan Siwon sejenak untuk mengantar YunJae ke depan apartement.
"Kau masuklah. Biar aku yang mengantar mereka ke parkiran. Kau jaga Siwon saja," pinta Changmin sambil mengelus rambut Kibum pelan. Setelah memastikan YunJae dan Changmin masuk lift, Kibum segera memeriksa keadaan Siwon.
.
.
.
Kibum mengusap pelan wajah Siwon yang terluka. Sejak sadar, Siwon lebih memilih diam walaupun sesekali terdengar rintihan kecil saat Kibum mengusap lukanya dengan air hangat.
"Kibum-ssi..." panggil Siwon dengan intonasi suara yang kecil namun terdengar jelas di telinga Kibum, mengingat jarak mereka yang begitu dekat.
"Ne, Siwon-ssi," sahut Kibum, masih tetap mengusap wajah Siwon.
"Apa benar...kau dan tuan Shim..." Siwon menggantungkan ucapannya. Lidahnya mendadak kelu saat ingin menanyakan status hubungan Kibum dan Changmin.
"Ya, Siwon-ssi? Ada apa denganku dan tuan Shim?"
"Kalian...berpacaran?" Siwon mengangkat wajahnya hingga kini wajahnya sejajar dengan wajah Kibum. Sangat dekat. Menyadari jarak wajah mereka yang begitu dekat, rona merah di wajah Kibum semakin kentara. Kibum gugup berada sedekat ini dengan Siwon. Namun, Siwon mengartikan rona merah di pipi Kibum sebagai jawaban dari pertanyaannya.
"Ternyata benar," lirihnya. Kibum mengerutkan keningnya. "Eung? Apa yang benar?"
"Kau berpacaran 'kan dengan tuan Shim?"
"I-Itu...eung..."
"Jawab saja. Kenapa kau terdengar ragu untuk menjawab iya atau tidak?"
Kibum beranjak dari duduknya. Ia berjalan kearah dapur untuk mencari kotak P3K –atau lebih tepatnya menghindari pertanyaan Siwon. "Siwon-ssi, dimana kau meletakkan P3K-nya?"
Siwon memutar bola matanya malas, 'Bukankah dia sering bertamu tanpa diundang dan berkeliling sesuka hati di apartement ini? Mana mungkin dia lupa dimana letak P3K-nya?' batin Siwon.
Siwon lebih memilih menyandarkan tubuhnya di sofa dengan nyaman. Memenjamkan matanya sejenak sambil mengurut pelan pelipisnya. Tak lama kemudian, suara pintu yang terbuka lalu kemudian tertutup mengganggu indera pendengarannya. Ia tak menghiraukan siapa yang datang atau mungkin Kibum memilih untuk pulang. 'Dasar! Tak sopan!' rutuknya dalam hati. Tapi, ia merasa sofa yang ia duduki bergoyang pelan, seperti ada yang duduk di sampingnya. Merasa penasaran, Siwon membuka matanya dan menoleh ke samping.
"Tuan Shim?"
"Kukira kau masih pingsan. Oh iya, jangan panggil aku seperti itu, cukup Changmin. Kudengar, kau lebih tua dariku." Siwon hanya tersenyum menanggapi ucapan Changmin. Jujur saja, sudut bibirnya masih terasa perih akibat pukulan mendadak dari Kyuhyun tadi. Dari sudut matanya, ia melihat Kibum berjalan kearah mereka sambil membawa kotak P3K.
"Changmin-ah, kau sudah kembali. Apa kau ingin minum kopi atau teh?" tawar Kibum.
'Wanita ini masih saja menganggap ini rumahnya sendiri,' rutuk Siwon, lagi.
"Kopi saja. Kau tidak keberatan 'kan, Siwon-ssi?" tanya Changmin. Siwon menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Kibum meletakkan kotak P3K di atas meja kecil terdekat, lalu kembali ke dapur untuk membuatkan Changmin dan Siwon minuman hangat.
"Kau berpacaran dengan Kibum, ya 'kan?" tanya Siwon to the point walau sesekali dia harus menahan rasa nyeri disudut bibirnya.
"Kau menyukai –ah, maksudku kau mencintai Kibum-ku 'kan?" Changmin melemparkan pertanyaan juga kepada Siwon.
"Tidak. Aku..."
"Jangan berbohong. Aku bisa membacanya dari matamu. Jika boleh aku kasih saran, jauhi dia sebelum kau mendapatkan yang lebih menyakitkan dari pukulan tadi," ancam Changmin.
"Huh, kau mengancamku? Aku takkan terpengaruh dengan ancamanmu itu, Shim Changmin. Lagipula, aku mencintainya atau tidak, itu bukan urusanmu."
"Tentu saja yang berhubungan dengannya menjadi urusanku, Siwon-ssi. Karena sebentar lagi kami akan menikah."
Jatung Siwon serasa berhenti sejenak, hatinya bagai ditusuk pedang samurai. Terkejut sekaligus sakit. Ucapan Changmin sukses membuat Siwon terdiam.
"Kenapa? Kau terkejut, Siwon-ssi?"
Siwon masih terdiam hingga Kibum datang dengan nampan yang terdapat 3 cangkir diatasnya. Kibum meletakkan cangkir berisi kopi untuk Changmin, teh untuk Siwon dan dirinya diatas meja.
"Changmin-ah, sepertinya aku akan menginap disini," ucapan Kibum membuat Changmin menghentikan kegiatannya –mencicipi kopi buatan kekasihnya.
"Kenapa? Bukankah Jaejoong noona menyuruh kita pulang jika tuan Choi siuman? Bukan menyuruhmu untuk menginap." Siwon yang mendengar ucapan protes dari Changmin tersenyum tipis.
"Iya, memang Jaejoong eonni bilang seperti itu. Tapi, kau tahu 'kan jika tuan Choi baru saja siuman dan lukanya belum sempat kuobati. Lagipula kau terlihat lelah, lebih baik kau pulang duluan. Aku masih lama disini."
"Tidak, Kibumie. Aku takkan membiarkan kekasihku tinggal berdua saja dengan atasannya di apartement ini."
"Changmin-ah, kau percaya 'kan padaku? Aku takkan macam-macam." Kibum menggenggam tangan Changmin dengan kedua tangannya. Siwon yang melihatnya hanya memalingkan wajahnya. Dia tak butuh adegan drama disini.
"Pulanglah. Turuti saja apa yang dikatakan calon suamimu. Aku bisa mengobati lukaku sendiri, Kibum-ssi. Aku bukan anak kecil lagi," kata Siwon sambil mengambil kotak P3K. Kibum menahan tangan Siwon yang akan membuka kotak P3K. "Changmin-ah, jebal." Kibum mengeluarkan aegyo yang sudah lama tak pernah ia tunjukkan. Changmin dan Siwon menelan ludah mereka saat melihat aegyo Kibum. Oh, sepertinya Kibum tidak menyadari jika dua lelaki didepannya tengah memandangnya penuh nafsu.
"Tapi, Kibumie..."
Mimik wajah Kibum berubah, aegyo yang ia keluarkan memudar dan tergantikan dengan wajah cemberut yang membuatnya semakin terlihat imut. "Baik. Kalau memang kalian ingin aku pulang, aku akan pulang." Changmin menghembuskan nafasnya lega. Tak sulit membujuk Kibum yang keras kepala. "Changmin-ssi, jangan mengantarku pulang. Aku akan pulang sendiri. Aku permisi." Tubuh Changmin menegang saat ia mendengar Kibum memanggilnya dengan formal. Oh tidak, Kim Kibum sedang marah dengannya.
'BLAM'
Suara pintu yang ditutup kasar menyentakkan Changmin. Segera ia menyusul Kibum tanpa mengucapkan salam pada Siwon –selaku tuan rumah. "Tch! Apa dia tak tahu sopan santun?" dumal Siwon. Ia pun kembali membuka kotak P3K dan mengobati lukanya yang masih membengkak. "Ssshh... pukulan anak itu keras juga."
.
.
.
"Kibumie! Kibumie! Tunggu! Hei, Kibumie!" Changmin mencekal tangan Kibum saat ia berhasil mengejar Kibum.
"Lepaskan aku, Changmin-ssi!" Kibum berontak. Changmin menahan emosinya memuncak. Dia tak mau membentak Kibum di tempat seperti ini. Dengan cepat ia memeluk Kibum unutuk meredakan emosinya dan Kibum. Dia dapat merasakan punggung Kibum yang naik-turun dengan cepat. Saat tubuh Kibum mulai tenang, Changmin mulai melepaskan pelukannya dan meletakkan kedua tangannya yang besar ke pipi Kibum.
"Kibum, dengarkan aku. Saat ini kau adalah kekasihku dan Siwon hanya atasanmu. Aku tak ingin kekasihku menginap di apartement atasannya. Bagaimana jika ada karyawan lain yang tinggal di apartement ini dan melihatmu tinggal di apartement Siwon? Kau akan dikucilkan dan aku tidak mau itu terjadi padamu. Aku tahu, kamu perduli dengannya tapi bukan seperti itu caranya. Kau mengerti 'kan, Kibum?" Kibum mengangguk. "Begini saja, sekarang kuantar kau pulang dan besok pagi aku akan mengantarmu kemari saat kita pulang dari gereja."
Kibum kembali mengangguk dan langsung menghambur kepelukan Changmin. "Maafkan aku, Changminie. Aku... aku tak berpikir sejauh itu."
Changmin mengelus rambut hitam legam Kibum perlahan. "Gwanchana, Kibumie."
.
.
Siwon mengepalkan tangannya. Awalnya ia ingin menutup tirai jendelannya, namun matanya disuguhkan pemandangan yang saat ia benci. Kibum dan Changmin berpelukan dengan mesra. "Semuanya sudah jelas. Lagi-lagi aku kalah. Pertama, Sungmin telah memilih Kyuhyun dan sekarang Kibum telah memilih Changmin. Kau terlambat, Siwon."
'Ting...Tong... Ting...Tong...'
Suara bel mengehentikan kegiatan Siwon yang tengah membuat kopi untuk pelengkap menu sarapan paginya. Ia mengintip sang tamu melalui intercom. "Ada apa dia pagi-pagi bertamu?" gumam Siwon. Dengan langkah yang sedikit diseret, ia berjalan menuju pintu.
"Annyeong," sapa Kibum dengan wajah cerianya. Sedangkan Siwon menatapnya datar.
"Ada apa kau kemari?"
"Apa aku tak boleh masuk?"
"Tidak. Cepat katakan tujuanmu kemari."
"Wajahmu masih memar. Apa kau mengobatinya semalam?"
"Bukan urusanmu. Jika kau tak ada keperluan lagi, silahkan pergi dari sini." Saat Siwon akan menutup pintunya, Kibum menahannya dengan telapak tangannya. "Arrgghh!" teriak Kibum saat jemari terjepit di pintu. Reflek Siwon kembali membuka pintunya dan meraih jemari Kibum.
"A-Auw.. Sakit."
"Tch! Mengapa kau bebal sekali sih?!" bentak Siwon. Namun, tangannya segera meraih lengan Kibum dan menarik wanita itu untuk masuk ke dalam apartement-nya. Siwon segera mendudukkan Kibum di sofa dan mengambil kotak P3K yang masih di atas meja kecil di samping sofa –yang seja semalam ia letakkan disitu. Siwon mengeluarkan tube kecil yang biasa disebut salep dan mengoleskannya secara perlahan di jari Kibum.
"S-Siwon-ssi?"
"Diamlah. Aku sedang mengobati jarimu."
Kibum pun memilih diam. Wajahnya mulai memanas. Bagaimana tidak? Wajahnya dengan wajah Siwon sangat dekat dan dia dapat merasakan hembusan nafas Siwon.
"Selesai," gumam Siwon. Siwon tak menyadari jika jarak wajahnyanya dengan wajah Kibum begitu dekat. Saat ia mendongakkan wajahnya, jarak wajah mereka hanya 5cm. Bahkan ujung hidung mereka saling bersentuhan. Mata mereka saling bertatapan. Kibum merasa wajahnya memanas. Posisi mereka berdua sangat dekat.
'A-Apa dia mendengar detak jantungku?' tanya Kibum dalam hati. Kibum dan Siwon terus berpandangan seolah jika mereka berkedip sekali saja, orang dihadapan mereka akan hilang. Kibum dan Siwon sama-sama terhipnotis satu sama lain. Tanpa sadar, Siwon menjulurkan ibu jarinya dan menyentuh pelan bibir bawah Kibum. Tubuh Kibum sedikit tersentak karena sentuhan Siwon.
'Sial! Kenapa pipiku panas?' tanya Kibum.
"Kau...cantik," bisik Siwon. Kibum mendengarnya. Pipi chubby-nya terasa panas seolah semua aliran darah ditubuhnya mengalir ke satu titik, yaitu pipinya.
"S-Siwon-ssi." Kibum memanggil Siwon. Kibum mengira Siwon sedang 'tak sadar'. Namun, Siwon tetap menatap matanya dalam dan kini kedua tangan besar Siwon tengah menangkup pipi tembam Kibum.
"Kibum-ssi, apa kau mencintai Changmin?" tanya Siwon dengan suara rendah namun terdengar seksi.
Kibum terdiam. Dia bingung mengapa Siwon menanyakan perasaannya pada Changmin.
"Jikadia hanya mempermainkanmu, apa yang akan kau lakukan?"
Lagi, Kibum tetap bungkam. Dia bingung harus menjawab apa.
"Kibum-ssi, tolong jawab pertanyaanku."
"A-Aku...Kenapa? Kenapa kau bertanya seperti itu?"
Diam. Kali ini Siwon yang terdiam. Jujur saja, dia sedikit aneh dengan dirinya sendiri. Tapi, mata Kibum seolah menuntutnya untuk berkata jujur.
"Apa kau yakin ingin mengetahuinya?" Kibum mengangguk. Siwon mengelus pelan pipi tembam Kibum.
"Jika jawabannya karena aku mencintaimu, apa kau percaya?"
'DEG'
Jantung Kibum berdetak semakin cepat. Pria dihadapannya tengah mengutarakan perasaan padanya. Sungguh, ia berharap ini bukan mimpi. Choi Siwon, akhirnya mencintai Kim Kibum.
"Kau tidak percaya?" tanya Siwon, lagi. Kibum menggelengkan kepalanya. "Baiklah, aku akan membuatmu percaya." Siwon mendekatkan wajahnya dan...
'CUP'
Bibir tipisnya mendarat di bibir tebal Kibum. Masih saling menempel, tanpa lumatan. Kibum membelalakkan matanya. Dia sangat terkejut akibat ciuman dari Siwon sedangkan sang pelaku –Siwon tengah menutup matanya untuk merasakan bibir tebal Kibum.
Lima detik berlalu. Bibir mereka masih saling menempel. Tak ada satupun dari mereka yang ingin melepaskan ciuman ini. Namun, salah satu dari mereka memulai pergerakan bibirnya. Choi Siwon kini tengah melumat pelan bibir Kibum. Sangat pelan, lembut, penuh kehati-hatian dan jangan lupakan suatu perasaan tak kasat mata terasa dalam ciumannya. Kibum mulai terbuai karena ciuman Siwon. Dia merasakannya. Cinta milik Siwon. Tak ingin menjadi pasif, Kibum pun membalas ciuman Siwon. Bibirnya ikut melumat lembut bibir Siwon.
Ciuman mereka berlangsung lama. Sesekali mereka berhenti untuk mengambil napas, lalu kembali melanjutkan ciumannya atau mereka memiringkan kepala mereka untuk mendapatkan posisi yang nyaman. Entah sejak kapan, kini tubuh Kibum sudah duduk tepat diatas kedua paha Siwon. Kedua tangan Kibum, ia kalungkan di leher Siwon sambil sesekali meremas rambut Siwon sedangkan kedua tangan Siwon kini berada dipinggang ramping Kibum. Memeluk wanita itu dan merapatkan tubuh mereka.
French Kiss. Mereka telah sampai pada tahap ini. Dimana lidah keduanya saling membelit satu sama lain. Memberi friksi-friksi kenikmatan hingga saliva mereka saling tercampur bahkan ada yang telah jatuh membasahi dagu mereka. Ciuman yang begitu panas namun penuh cinta. Keduanya sedikit terangsang akibat ciuman ini. 'little' Siwon semakin membesar akibat pergerakan tubuh Kibum yang tak bisa diam.
Kibum merasakannya. Merasakan ada sesuatu yang mulai 'bangun' diselangkangannya. Junior Siwon. Kibum membuka matanya dan menatap Siwon dengan mata sayunya. Mata Siwon masih tertutup, ibu jarinya pun ia gerakkan untuk mengusap pipi kiri Siwon.
"Ngghhh..." desah Kibum. Siwon membuka matanya. Tatapan mereka berdua sama-sama sayu. Namun, memberikan rangsangan tersendiri bagi mereka. Siwon melepaskan bibirnya –walaupun tak rela, tapi oksigen yang mereka hirup mulai menipis. Mereka butuh pasokan udara. Nafas mereka terdengar saling beradu. Dada keduanya terlihat kembang-kempis begitu cepat. Oksigen yang berada disekitar mereka, mereka hirup sebanyak-banyaknya seolah persediaan oksigen di udara akan habis.
"Bummie.." panggil Siwon. Pipi Kibum semakin merona saat mendengar Siwon memanggil namanya sangat manis. Siwon mengusap rambut Kibum dan merapikan anak-anak rambut Kibum lalu menyelipkan di belakang daun telinga Kibum. Melihat keringat yang keluar disekitar pelipis Kibum dengan perlahan ia mengusap keringat itu. "Kau berkeringat," ucap Siwon.
Kibum menundukkan wajahnya. Malu. Ciuman mereka sangat panas tadi hingga membuat suhu tubuh Kibum ikut memanas.
"Siwonie, mengapa?"
"Mengapa?"
"Mengapa kau menciumku?"
"Bukankah sudah kukatakan, aku mencintaimu dan aku membuktikannya melalui ciuman tadi. Apa kau tidak merasakan perasaanku memalui ciuman tadi?"
Kibum menggeleng, "A-Aku merasakannya. Tapi, ini salah."
"Ya, aku tahu. Kau adalah sekretarisku dan calon istri dari relasi bisnisku."
"Siwonie, aku...aku juga mencintaimu."
Ucapan Kibum mengagetkan Siwon. Senyum sumringah yang jarang sekali ia tunjukkan kini terlihat sangat jelas diwajahnya. Cintanya terbalaskan. Tapi, mengingat wanita dihadapannya akan menjadi milik orang lain selamanya, senyum itu pun pudar.
"Apa kau tahu kalau Shim Changmin hanya mempermainkanmu?" tanya Siwon. Kibum terkejut mendengarnya. Shim Changmin mempermainkannya?
"Apa maksudmu, Siwonie?"
Siwon membenarkan letak duduk Kibum –yang masih setia berada dipangkuannya. "Malam itu, saat aku sedang makan direstoran milik Sungmin, aku melihat Changmin dan pasangan suami-istri yang semalam datang masuk kedalam restoran Sungmin. Mereka duduk di meja tepat didepanku. Kebetulan, Changmin duduk dekat dengan posisi dudukku saat itu. Aku tidak bermaksud untuk mencuri dengar, namun saat aku mendengar namamu disebut, aku jadi penasaran. Aku mencium sesuatu yang tak beres." Siwon menghentikan ucapannya. Ia kecup kedua pipi Kibum. Ya, sedari tadi ia sangat gemas dengan pipi chubby Kibum yang merona.
"Aku ingin bertanya terlebih dahulu sebelum aku melanjutkan penjelasanku. Apa saat kau bertemu kembali dengannya, ia menceritakan sesuatu sambil menangis?"
Kibum mengingat-ingat. Dan kejadian malam itu kembali berputar dipikirannya. "Ya. Dia mengatakan padaku kalau dia pergi meninggalkanku karena dia memiliki penyakit yang parah sehingga ia pergi keluar negeri untuk pengobatan. Dia juga mengatakan kalau sekarang dia sudah sembuh."
Siwon terdiam. 'Ternyata itu cerita yang ia karang,' batin Siwon.
"Siwonie, mengapa?"
"Bukan seperti itu kejadian yang sebenarnya. Dia pergi meninggalkanmu bukan untuk pengobatan melainkan karena ia ingin mengejar wanita lain yang ternyata telah bersuami. Percayalah, dia tak pernah memiliki penyakit apa pun. Aku mendengarnya langsung dari wanita hamil yang dekat denganmu, Jung Jae Joong."
'DEG'
"Changmin...dia...membohongiku," gumam Kibum lirih.
'Dok! Dok! Dok!'
Suara ketukan pintu –oh, apa itu bisa dikatakan 'ketukan'?– terdengar kencang diseisi apartement milik Shim Changmin.
'Dok! Dok! Dok!'
"Shim Changmin! Ya! Keluar kau!"
Lagi, suara gedoran pintu semakin kencang dan kini terdengar teriakan suara wanita. Tak peduli dengan tetangga sekitar, Kibum –wanita yang 'bertamu' itu terus menggedor pintu dihadapannya dan berteriak memanggil penghuninya.
Waktu telah menunjukkan pukul 11:32am. Beruntung hari ini adalah hari minggu, kemungkinan besar para tetangga di sekitar apartement Changmin tengah berpergian. Kibum semakin kalap 'mengetuk' pintu apartement Changmin. Tanpa ia sadari, sang penghuni yang ia panggil tengah berjalan kearahnya dengan pandangan bingung –dan takut. Oh, ternyata sang penghuni baru saja pulang membeli makan siang untuk dirinya.
"Eh? Kibumie?" panggilnya dengan nada bingung. Kibum yang mendengar namanya dipanggil segera mengalihkan perhatiannya pada lelaki yang berdiri disampinganya. Kibum terlihat geram saat melihat wajah lelaki itu.
'Plak!'
Satu tamparan keras didapatkan oleh pipi kiri Changmin. "Ssshh.." rintih Changmin. Tamparan wanita dihadapannya sangat keras dan membuat pipinya sedikit perih.
"Kibumie, mengapa kau..."
"Tega-teganya kau membohongiku, Shim Changmin! Aku sangat membencimu, Shim Changmin. Mulai detik ini, kita tak memiliki hubungan apa pun!"
"Tapi..."
"Dan satu hal lagi, jangan pernah muncul dihadapanku! Aku permisi," ucap Kibum lalu melangkah pergi meninggalkan Changmin yang terdiam di depan apartement-nya sembari memegangi pipi kirinya.
"Kibum...dia telah mengetahuinya?" tanya Changmin entah pada siapa.
Keesokan harinya.
Kibum memasuki ruang kerjanya dengan tak semangat. Wajahnya terlihat muram dan matanya terlihat sembab. Sepertinya dia habis menangis seharian, mengingat apa yang terjadi kemarin siang di depan apartement Changmin. Siwon melintas dihadapan Kibum. Namun, wanita itu tak sadar jika Siwon telah datang. Kebiasaan paginya, ia lupakan. Ia sangat tidak bersemangat hari ini.
'Tak!'
Bunyi benturan pena dengan meja mengagetkan Kibum. Dia melihat si pelaku –Siwon tengah berdiri didepan mejanya sambil menatapnya...err khawatir.
"S-Sajangnim? Selamat pagi." Kibum berdiri dari duduknya lalu membungkukkan tubuhnya untuk memberi salam pada Siwon.
"Selamat pagi, Kibum-ssi. Eung... apa kau sehat?"
"Ya, sajangnim. Waeyo?"
"Jika kau tak enak badan, lebih baik kau pulang saja."
"Tak apa, sajangnim. Saya baik-baik saja."
"Syukurlah kalau kau memang baik-baik saja. Lalu, apa saya ada jadwal meeting hari ini?"
Kibum segera membuka buku agenda yang bertumpuk dengan beberapa dokumen penting. Kibum mencari halaman yang ditandai dengan angka –menunjukkan tanggal hari ini.
"Anda akan meeting kembali dengan..." ucapan Kibum terhenti saat melihat satu nama yang tertulis di buku agenda. Nama lelaki yang sangat tidak ingin ia temui.
"Dengan siapa, Kibum-ssi?"
"Tuan Shim. Pukul satu siang."
"Baiklah. Tolong siapkan semuanya," perintah Siwon. Kibum hanya mengangguk lalu segera menyiapkan segala hal yang akan dibawa mereka untuk meeting nanti.
"Hhhh ~ Mengapa hari ini?" gumam Kibum. "Tidak! Kau harus profesional! Jangan biarkan masalah pribadi mengganggu profesionalisme kamu, Kim Kibum!" lanjut Kibum menyemangati dirinya sendiri.
Siwon tersenyum saat melihat tingkah laku Kibum yang terlihat sangat imut melalui jendela dari ruangannya. Nanti siang ia dan Kibum akan bertemu lagi dengan Shim Changmin namun dengan status yang berbeda, rekan bisnis.
"Apa Kibum akan baik-baik saja jika bertemu dengan laki-laki itu?"
.
.
.
Kona Beans Cafe, 01:15pm
Seorang laki-laki dengan perawakan tinggi ditambah wajahnya yang tampan. Ah, jangan lupakan setelan jas yang melekat ditubuhnya membuat kharismanya menguar. Ditemani dengan segelas Caramel Macchiato dingin, laki-laki bernama Shim Changmin tengah menunggu seseorang –mungkin. Mengingat sang wanita masih marah terhadapnya. Pikirannya melayang pada kejadian kemarin siang. Saat Kim Kibum mendatangi apartement-nya dengan wajah penuh amarah, menamparnya dengan keras dan memutuskan hubungan yang baru saja mereka rajut kembali. Siapa? Siapa yang memberitahu Kibum perihal kebohongannya? Jung Yunho? Jung Jae Joong, pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.
"Tidak. Tidak mungkin mereka yang mengatakannya. Lalu, siapa?"
Changmin terus berpikir siapa orang yang telah membuat hubungannya dengan Kibum hancur. Satu tepukan di bahu Changmin membuyarkan lamunannya. Matanya menangkap seseotang yang sudah duduk dihadapannya. Choi Siwon. Matanya menyipit saat ia hanya menemukan Siwon seorang diri tanpa ditemani Kibum yang notabene adalah sekretaris Siwon.
"Mencari Kim Kibum, Changmin-ssi?" tebak Siwon. Bibir joker Siwon menyeringai. Changmin menatapnya tajam. "Kita bertemu untuk membahas kerjasama kita. Ada atau tidaknya Kibum, itu tak jadi masalah, bukan?"
"Persetan dengan kerjasama itu! Katakan dimana Kibum?"
"Keep calm. Kibum tak ingin menemui anda."
"Jangan berbohong, Choi Siwon."
"Untuk apa saya berbohong? Kibum sendiri yang mengatakannya jika dia tak ingin bertemu dengan anda. Saya bukan anda yang pandai mengarang cerita, Shim Changmin."
"Kau!"
Siwon terkekeh pelan, "Kau...tak akan menjadi pendamping hidupnya."
"Apa yang kau katakan pada Kibum?"
"Yang pasti sebuah kebenaran. Bukan karangan belaka yang didukung dengan airmata."
Changmin terdiam. Dia sangat mengerti apa maksud perkataan Siwon. Itu artinya, Kibum mengetahui kebohongannya dari mulut Siwon.
"Jika kau tak ingin membahas kerjasama kita, lebih baik sampai disini pertemuan kita. Saya permisi." Siwon beranjak dari tempat duduknya. "Satu saran saya, kali lain jika ingin membicarakan suatu rahasia, pilihlah tempat yang sepi dan aman. Jangan di restoran yang ramai pengunjung. Kita takkan sadar, siapa orang-orang diantara kita," lanjut Siwon sebelum benar-benar meninggalkan Changmin yang tersentak kaget.
'Rahasia? Restoran?'
Mata Changmin melebar. Malam itu, saat ia makan malam bersama Yunho dan Jaejoong. Pasti salah satu pengunjung disana adalah laki-laki itu. "Oh, Shim Changmin! Jeongmal ppaboya!"
.
.
.
ToBeContinue
.
.
.
Thanks To:
|| Hima Sakusa-chan | dwiihae | Won | Love Sibum | anin arlunerz | Cindyshim | R407 | Choi Hye Won ||
and siders ^^
Annyeong ~~ maaf jika FF ini baru update.
sempet ngalamin yang namanya writer block dan itu nggak nyaman banget. rating tetep di M, walaupin isinya hanya T+. aku takut salah naroh rated XD
maafkan jika FF ini semakin nggak jelas, semakin banyak typo, dan semakin tidak sesuai harapan.
ada beberapa konflik yang aku lewatkan. aku lebih fokus pada masalah cinta segitiga siwon-kibum-changmin. ya, aku tau kalo ini FF abal sekali XD
kemungkinan, chapter depan adalah ending dari FF ini. tapi aku nggak tau bisa update cepet atau nggak.
sekarang aku nggak maksa buat review. karena aku tahu, FF ini kan sedikit peminatnya wkwk
sekian cuap cuapnya ^^ see on next chapter!
Bekasi, 02/07/2013
11:04pm
Sign,
lvoejr
