EPILOG

.

.

.

"Apa yang sedang kau lakukan baka-aniki?!" terlihat dengan jelas gurat kekesalan yang tercetak di wajah tampan milik Sasuke. Niat awal ia hanya ingin membangunkan Naruto yang sedang tertidur pulas dengan sebuah kecupan manis, namun telinga yang sangat sensitive itu mendengar suara samar-samar dari arah pintu kamar, dan ketika ia memutar kepala kearah pintu, disana ia menemukan sesosok mahkluk hitam sedang mengintip sambil tersenyum mengerikan, yang tidak lain dan tidak bukan adalah sang kakak—Itachi Uchiha, tanpa peringatan sebuah benda berbentuk tumpul melayang ke arah pintu dengan sangat cepat hingga tak bisa dihindari oleh si pengintip.

"Sakit..." lirih Itachi sambil memegang jidatnya yang kini memerah dan tampak bengkak akibat kecupan sayang dari benda tumpul yang dilempar Sasuke.

"Cih!" dengus Sasuke menatap Itachi benci—karena mengganggunya setiap saat ketika ia bersama dengan sang kekasih.

"Ada perlu apa kau kemari?" tatapan tajam masih terarah pada Itachi.

"Kau dipanggil kaasan" Sasuke mengernyit—sedikit bingung.

"Ada ap—"

"Jangan tanya aku, anikimu yang ganteng ini tidak tahu," Kalimat itu terpotong dengan kenarsisan milik Itachi.

"Tsk!" lagi-lagi Sasuke mendengus kesal, sedangkan Itachi hanya bisa cengengesan sambil mengikuti Sasuke dari belakang.

.

.

.

Naruto yang sudah membaik pasca kejadian lalu, kini tengah duduk termenung sambil menikmati sejuknya angin semilir yang berhembus, membawa harumnya mawar-mawar yang bermekaran, serta ketenangan. Surai pirang yang kini sudah hampir menyentuh pinggangnya bergerak mengikuti hembusan angin, seolah menarikan sebuah tarian yang indah, bergerak gemulai ke satu sisi, gemerlap ketika tertimpa cahaya mentari, itu adalah surai terindah yang bisa dilihat oleh mata onyx yang sejak sejam lalu mengamati pujaan hatinya dari jarak kurang dari 100 meter. Senyum tulus tersungging dibibir tipis miliknya. Perlahan tanpa melepas pandangan dari sang kekasih, ia mendekat, ditangannya setangkai bunga Lily tergenggam manis.

"Kau tidak kedinginan?" suara husky terdengar lembut mengalun.

Naruto yang sempat termenung, memalingkan wajah manis itu kearahnya, menyunggingkan sebuah senyum manis—meskipun ia tak bisa menatap wajah tampan sang kekasih, namun tatapan itu tak seperti tatapan orang buta pada umumnya.

"Kau datang," Sasuke duduk disebelah Naruto, tangan pucat miliknya mengelus lembut sisian pipi Naruto, merasakan betapa halus kulit tan milik kekasihnya itu.

"Jangan terlalu lama berada disini, nanti kau sakit," Sasuke membenahi jubah hangat yang merosot di bahu mungil Naruto.

"Tidak akan, aku suka disini, aroma mawar serta lembutnya angin yang berhembus mengingatkanku tentang kenangan-kenangan indah kita,"

Sasuke mengalungkan lengannya di bahu mungil Naruto, menariknya mendekat. "Aku mencintaimu," ujarnya lembut didekat telinga Naruto.

Si pirang tersenyum manis, merapatkan dirinya kepelukan sang terkasih, sambil berkata dengan suara kecil, "Aku juga mencintaimu,".

"Dikehidupan selanjutnya aku harap kau juga mencintaiku seperti sekarang,"—Naruto

"Bukan hanya dikehidupan ini, kehidupan selanjutnya, selanjutnya, dan selanjutnya sampai dunia kiamatpun, hatiku hanya tertuju padamu, Naruto,"—Sasuke.

~Happy Ending~

Next

Extra Part Special

See you soon minna