Saya selaku penulis, meminta maaf kepada para pembaca yang sudah lama menunggu update-nya fanfic OMG! . Terima kasih buat para pembaca yang masih setia menunggu kelanjutannya…..
Thank's To :
Saruwatari Chiharu , Rikka Yandereki , AkaKuro27 , Kurolovers , Shizuki Miyuki , Dzehel Michaklein , Dzee Dzee , Soraya31Hikari , Tanaka Aira , Ichika07 , Ruki-chan SukiSuki'ssu
*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*
OMG!
By : Kuroko Neophilina Phantomhive
Disclaimer : Fujimaki Tadatoshi.
WARNING : Typo dimana-mana, EYD, OC, DLL.
*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O
"Apa kalian bersaudara dengan mereka?" tanya Fujiwara Sensei, sambil menunjuk Aomine, Akashi, dan Murasakibara.
"Tidak, dan marga kami hanya kebetulan sama…." Jawab Mizuki, sambil menatap tajam kearah Fujiwara Sensei.
Namun, tanpa diduga sang ace Kiseki no Sedai itu mengacungkan tangan kanannya. Sebagai tanda hendak bertanya.
"Kau ingin bertanya Aomine-san?" tanya Fujiwara Sensei, yang masih merasa terancam dengan bertambahnya jelemaan iblis a.k.a Akashi ke 2 a.k.a Akashi Mizuki.
"Kalian, yang ada di Supermaket itu kan? Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Aomine, dengan nada malesnya.
"Tentu saja, untuk Sekolah Dai-chan!" ucap Satsuki.
Mizuki pun mengeluarkan devil smirknya, setelah mendengar pernyataan Satsuki. Semuanya hanya bisa menatap shock. Bayangin aja 1 iblis aja udah buat setengah mati, apalagi 2 iblis udah mati kali ya…
"Kau, ingin kami jawab apa Daiki-san…..?" tawar Natsumi, tak lupa senyum manis yang terukir sempurna diparas cantiknya.
"Ha'i, yang ingin bertanya bisa dilanjutkan nanti. Kalian bisa duduk dibangku yang kosong….." ucap Fujiwara Sensei.
"Hehhh…..menarik sekali! " batin Akashi, sambil menatap perempuan bermaga Akashi itu. "Hn, lalu…..mereka juga Natsumi Aomine dan Harumi Murasakibara. Tidak salah lagi, mereka menyembunyikan kekuatannya. Kekuatan….'Kiseki no Sedai' siapa mereka sebenarnya?"
*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O
"Neh….apa kalian mau pulang bareng denganku?" tawar Sastuki, dengan wajah berseri.
"Gomen, bukannya aku menolak Momoi-chan…..aku masih ada urusan," jawab Natsumi, lembut tak mau membuat perempuan berambut merah muda itu bersedih.
"Bagaimana denganmu, Harumi-chan?" tanya Sastuki, sambil mendekati bangku Harumi.
"Aku juga ada urusan…" jawabnya cuek, sambil membereskan barang-barangnya.
"Bagaimana kalau , pulang denganku?" tawar Mizuki, yang kali ini memasang poker face-nya. Namun mata semerah darahnya itu memandang dalam Sastuki, yang merasa kecewa dengan jawaban kedua temannya itu.
Mendengar tawaran Mizuki, Sastuki pun melangkahkan kakinya kearah bangku Mizuki. "Benarkah?" tanya Sastuki dengan senangnya.
Mizuki pun menagnggukan kepalanya pelan. "Tapi, sepertinya mereka membutuhkanmu…" jawabnya, sambil melirik kearah kiseki no sedai, yamg memandang mereka was-was.
"Kau benar…" ucap Sastuki dengan perasaan kecewa. "Lain kali?" tanyanya, dengan penuh harap dan Mizuki pun menjawab dengan anggukan kecil sebelum, akhirnya pergi meninggalkan kelas bersama Natsumi dan Harumi.
*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O
"Akashicchi hidoissu!" rengek Kise, yang udah tepar dipinggir lapangan. Begitu pun juga dengan anggota kiseki no sedai yang lainnya.
'Criksss'
"Apa kau minta tambah lagi? Aku kasih deh….." balas Akashi sambil memainkan gunting kesayangannya.
Kise pun menelan ludahnya dengan susah payah. "E,enggak kok…." Bayangin aja mereka disuruh lari keliling lapangan Sekolah sebanyak 20 x putaran! Udah malah lapangannya itu besarnya gak kira-kira. Kalau suruh lari keliling di GYM sih masih mending, gak terlalu besar, terus gak panas.
"Testu! O-oi Tetsu! Bertahanlah!" teriak Aomine, yang khawatir melihat arwah banyangannya itu udah keluar dari jiwaraganya.
"HIEEE! KUROKOCCHI JANGAN TINGGALKAN AKU~" rengek Kise sambil meluk-meluk Kuroko yang sebenarnya, masih sehat sejahterah cuma, males aja.
'Ckrisss'
'Jlebb'
"TetsuyaKU tidak akan mati, semudah itu Kise…." ucap Akashi dengan nada mengancam, setelah melepar gunting kesayangannya dan menancap dengan mulusnya dibatang pohon yang cukup besar.
Sebenarnya ada perasaan tidak rela melihat Uke-nya tertindas oleh Akashi, tapi mau gimana lagi Aomine juga masih sayang nyawalah…..siapa sih yang mau ngelawan iblis? Oke, pengecualian buat Kuroko Tetsuya yang emang keras kepala dan salah satu orang yang tidak akan Akashi Seijuuro sakiti. #Cielahh#Criksss
"Akashi benar, Kuroko hanya tidur….lihat pernafasannya juga teratur," ucap Midorima, sambil mengecek keadaan sang bayangan Teiko itu.
"Hn, sasuga Murachin…calon dokter," ucap Midorima dengan nada malasnya, sambil membuka snack ke 10-nya. "Oh, iya Akachin….boleh aku berganti pasangan?" tanyanya.
"Hoo….sebelum ku jawab. Boleh aku tahu alasannya kenapa?" tanya Akashi, pada bayi besar itu.
"Murachin, dia ingin jadi dokter dan aku ingin jadi koki professional," jawab Murasakibara.
.
.
.
.
.
.
Apa hubungannya coba?
"Hmmm….aku takut, dia mencampurkan percobaannya dengan hasil masakanku nanti….." jelas Murasakibara yang entah kesambet apa jadi pintar.
'Ctakkk'
"AHOOO! Itu tidak mungkin terjadi AHOOO!" bela Midorima yang tidak sadar bahwa Akashi, Aomine, dan Kise sudah melukiskan senyum curiga kalau diantara mereka sudah tertanam benih uhuk'cinta'uhuk. Bahkan seorang Kuroko Tetsuya, yang ahli poker face pun senyam senyum gak jelas dibalik handuk kecil yang menutupi wajahnya. "D,demo…bukan maksudku ingin denganmu loh!"
Tsundere oh~~~~ Tsundere…
"Akashi-kun, kurasa ini sudah terlalu sore….." ucap Kuroko sambil, membuka handuk yang menutupi wajahnya itu, dan memandang langit yang sudah melukiskan tinta emasnya.
Akashi pun melihat jam, dihandphone bewarna merahnyanya. "Hah…..kau benar," balasnya sambil menghela nafasnya, dan kembali meletakan handphone-nya kedalam tasnya. "Sepertinya latihannya cukup sampai disini, kalian boleh pulang…." Lanjutnya, dan sangat disambut dengan antusias oleh anggotanya.
"Hehhhh….menarik," gumam Akashi pelan, sambil melirik pohon besar yang cukup jauh dengan mereka.
*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O*O
"Oikawa-san, sebaiknya kau tidak perlu menjemputku…." perintah Akashi, setelah mendengar suara handphone-nya berbunyi dan supir pribadinya itu, menanyakan tempat ia berada sekarang.
#De,demo….Akashi-sama-#
"Bilang padanya aku ada urusan, sebentar…." balasnya, sambil melihat-lihat orang sekitar yang sepertinya terpesona akan kewibawaannya dan tak lupa ketampanannya yang membuat kaum hawa tepar ditempat.
#Tuan mu-TUTTTTTTTTT#
Setelah mengakhiri panggilan itu dan kembali memasukan handphone-nya kedalam tasnya, Akashi pun memandang seseorang yang sedang berdiri ditengah lapangan basket sambil memegang bola basket, dengan tatapan sendu orang itu pun menatap Akashi yang kini sudah berada dihadapannya.
"Heh….kau belum pulang tuan muda?" tanya Mizuki, dengan poker face andalannya.
"Hoo…..apa kau mata-mata dari sekolah lain, heee?" tanya Akashi balik sambil, mengeluarkan devil smirk-nya.
"Hmnnnnn, sasuga kapten kiseki no sedai! Akashi Seijuurou ! 'mata-mata' neh? Hmm…..kalau iya?" balas Mizuki, yang juga mengeluarkan devil smirk-nya, mata merahnya memancarkan kekuasaan, ditambah rambut baby blue-nya yang terkibas angin, menambah kesan bahwa 'Perempuan ini berbahaya' begitulah menurut Akashi Seijuurou.
Tidak mau kalah Akashi pun menatap tajam Mizuki dengan mata heterocome-nya. "Souka? sekolah mana yang menyuruhmu?" tanyanya.
'Duk'
'Duk'
'Tap'
Dengan santainya, Mizuki memainkan bola basket yang ada ditangannya lalu kembali menangkapnya. Tidak peduli ia sedang berbicara dengan siapa. "Kau takut?" tanyanya, dengan nada mengejek.
'Syutttt'
'Tranggg'
"HIeeee menarik sekali!" ucap Akashi dengan nada kebahagiaan, begitu pula dengan aura disekelilinya yang bisa membuat sesak dan tidak bisa bergerak jika berada didekatnya. Setelah melihat gunting kesayangannya yang ia lemparkan pada Mizuki, tertangkis pula oleh sebuah gunting yang sepertinya milik Mizuki. "Ja…bagaimana kalau kita bertanding basket?" lanjutnya.
"Roger!"
"Tiga kali pertandingan, jika kau kalah. Kau harus memberi tahu semua tujuanmu!" ucap Akashi yang kini sedang memukul pelan bola basket yang, dilempar MIzuki padanya.
"Jika, kau kalah…..kau harus menjauhi Tetsuya!" balas Mizuki, dengan menekankan suatu nama yang membuat Akashi membelalakan matanya sebentar, sebelum akhirnya kembali menyeringai. "Aku selalu benar!" ucap Akashi, lalu ia pun memulai pertandingannya. Mata heterocome-nya menatap tajam Mizuki. Gerakannya pun cepat dan lincah, namun Mizuki pun tidak mau kalah ia berusaha merebut bola basket itu dari Akashi, namun rupanya kalah cepat. Sebuah kemenangan pertama buat Akashi.
"Hn, sudah kubilang bukan?" ucap Akashi, dengan nada merendahkan. Aura disekitarnya menjadi tambah sesak. Lalu ia lemparkan bola basket itu pada Mizuki.
"Masih ada dua pertandingan lagi bukan? Hehh…jangan kira, aku sudah mengeluarkan kekuatanku ya…." balas Mizuki, sambil menagkap bola basket yang dilemparkan Akashi padanya. Kini mereka kembali keposisi awal. Mizuki pun mulai memainkan bola basketnya, kanan , kiri , atas , bawah semua gerakannya begitu lincah.
'Perasaan ini…..' batin Akashi, sambil terus berkonstrasi melawan Mizuki, hampir semua tehniknya tak dapat merebut bola dari perempuan yang mirip dengan gabungan Tetsua dan dirinya itu.
'Deg'
Akashi pun melihat kebelakang memastikan, bahwa yang dilihatnya itu benar-benar kenyataan apa tidak. Akashi Mizuki berhasil melewati dirinya. "Hmnn, sudah kubilang bukan? Aku belum mengeluarkan kekuatanku serta…." ucap Mizuki, dengan kepala tertunduk dan perlahan mengangkat wajahnya. "kemampuanku," hingga sepasang mata merah itu kini berubah menjadi mata heterocome, sama seperti Akashi.
'Deg'
'Uso! Demo…ini akan sangat menarik,' batin Akashi, yang sempat terkejut karena perempuan yang ada dihadapannya memiliki kemampuan yang sama denagnnya, tapi kemudian ia kembali mengeluarkan serigaian iblisnya. "Kita tetntukan, siapa yang paling kuat dalam pertandingan terakhir ini…." ucapnya.
"Ho…..dan kita lihat siapa yang akan menang dan kalah,"
"Hmph! Kita lihat saja," tantang Akashi yang kini mulai men-dribble bola basket itu.
'Duk'
"Aku menyerah, kau menang….."
Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Mizuki itu membuat Akashi membelalakan matanya walaupun sebentar. "Kau takut?" ledeknya, mata heterocome-nya terus menatap Mizuki, yang mulai berjalan mengambil tasnya yang tergeletak dipinggir lapangan.
"iie, aku masih ada urusan lain..."
Akashi pun menatap 2 orang perempuan dipojok lapangan basket, yap! Natsumi dan Harumi, pantas saja tadi ia merasakan ada yang memperhatikannya. "Hn, jadi sekolah mana lagi yang ingin kau mata-matai bersama teman-temanmu itu?"
Mizuki pun terus melangkah keluar dari lapangan basket. "Sa..." Jawabnya tanpa memlihat Akashi yang sudah siap dengan guntingnya.
'Syuuttt'
'Syuttt'
'TRENGGGG'
"Kau tahu, tidak ada yang boleh merebutnya dariku!" ucap Akashi, namun matanya sedikit menyipit saat setelah adegan gunting itu ternyata terselip sebuah foto, dari gunting Mizuki. Akashi pun segera mengambilnya dan menatap foto itu dengan terbelalak.
"Oh ya? Seme gagal..."ledek Mizuki, setelah itu ia pun berlari bersama ke-2 temannya, meninggalkan Akashi di Lapangan Basket.
TBC