"Kemarikan SIM-mu" Polisi itu berbicara datar sambil menulis sesuatu dalam notenya.

"Lho pak? Saya sudah diperiksa oleh bapak itu tadi" Sedetik Naruto bingung dengan polisi didepannya ini. Dari wajahnya kelihatan masih muda sih…Tapi daripada Naruto pusing untuk memanggil polisi ini apa, akhirnya ia memanggil dengan 'pak'. Naruto pun menunjuk kearah salah satu polisi yang berada tak jauh darinya. Membuat si polisi raven itu mengikuti arah telunjuknya.

"Kemarikan SIM-mu" Ucap polisi itu—lagi

"Saya sudah—" Naruto yang mau ngotot menghentikan ucapannya—ketika dirinya dipandangi dengan pandangan penuh intimidasi dari polisi muda didepannya ini. Sejenak membuat mata Naruto melebar.

Ap—apa-apaan polisi ini?!

Dia…

Naruto pun terpaku dengan tatapan mata orang di depannya

Cih…kau pikir aku takut!

Batinnya—membulatkan tekat. Ia pun balas menatap tajam pada orang didepannya ini. Heh! Memangnya orang didepannya ini siapa? Mentang-mentang jadi polisi terus bisa seenaknya hah? Ia tak akan takut kepada polisi ini! Ia tak akan takut!

"Kalau sudah ya sudah dong pak!" Lanjut Naruto—lantang

"Tidak ada pembuktian dari ucapanmu"

"Cih…tanya saja kepada pak polisi itu!" Kini Naruto berucap agak keras. Berusaha ngotot kepada polisi keras kepala didepannya. 'Kalau SIM-ku dicek lagi, bisa-bisa ketahuan kalau aku pakai SIM palsu' Batinnya sambil tetap menatap tajam polisi pantat ayam didepannya.

*.*

.

.

Disclaimer : Always Masashi Kishimoto

Pair : SasuNaru, ItaKyuu

Rate : M

Warning: BL! AU! Yaoi! Abal! Gaje!

Summary :

Bermula dari Naruto, bocah SMA yang suka balapan liar dihadang oleh seorang polisi muda yang kurang waras. "Ikut aku ke kantor polisi"/ "Apa? Aku kan sudah menyerahkan SIM-ku pak!"/ Tanpa memperdulikan Naruto yang terus berontak, polisi itu terus menyeret Naruto. Bagaimanakah nasib Naruto yang diseret paksa oleh polisi rambut pantat ayam itu?

.

.

.

Siang ini. Detik ini. Menit ini. Jam ini. Naruto berjalan gontai menuju kearah parkiran. Langkah kakinya terseok-seok menimbulkan suara gesekan antara sol sepatunya dengan jalanan. Tatapan matanya sayu dan badannya agak membungkuk ke depan. Ia menatap malas ke jejeran kendaraan-kendaraan pribadi yang berada di parkiran ini. Tak lama kemudian, ia berhasil menemukan sepeda motor kesayangannya dan mulai menancap gas—meninggalkan area sekolah.

Selalu saja seperti ini.

Ha—ah…kenapa jalanan sepi sekali? Oh iya, ia lupa kalau saat ini ia pulang cepat—atau err…sebut saja kabur dari sekolah. Yah…ia memang tak betah berlama-lama disekolah itu sih. Isinya cuma belajaarrr mulu. Sama sekali tak cocok dengan hobinya yang ingin bermain terus-terusan. Yah…masih ada empat jam pelajaran lagi di kelasnya sih…Tapi biasanya si pirang ini malah kabur pada waktu jam istirahat pertama. Di sekolah juga, paling-paling ia hanya mengikuti dua mata pelajaran sehari. Sisanya ia habiskan waktunya di atap untuk tidur. Benar-benar deh…

Naruto mengerem motornya dan menepi pada salah satu toko yang ternyata adalah game centre. Dikuncinya motor miliknya dan tanpa banyak cingcong ia segera masuk ke toko langganannya ini.

"Yo…Nar!"

Baru saja masuk, sudah ada yang memanggilnya. Naruto mengedarkan pandangannya di sekeliling para gamers. Dari jarak sekitar lima meter, dilihatnya Kiba yang melambai-lambaikan tangannya—bermaksud mengajak Naruto untuk bermain dengannya. Naruto pun nyengir lebar dan memutuskan untuk berjalan mendekati remaja bertato segitiga itu. Entah bagaimana moodnya menjadi baik seketika. Berbeda dengan moodnya sewaktu di sekolah.

"Sialan kau Kib! Aku mencarimu di sekolah tahu! Eh, ternyata kau mendahuluiku di sini" Ujar si pirang—menggembungkan pipinya

"Ahahaha…jangan marah begitu dong bos! Gimana kalau kita tanding?" Ajak Kiba antusias

"Oh…kau menantangku? Baiklah…kau mau main apa?" Naruto mendudukkan dirinya di mesin game sebelah Kiba. Ia terlihat sedang menjalani proses pemasukkan data akun game center miliknya.

"Gimana kalau underground?" Kiba bertanya pada Naruto sambil menyeringai. Sejenak, Naruto mengalihkan pandangannya pada layar monitor dan melirik Kiba sekilas.

Lalu si pirang pun mulai menyeringai juga " Sialan kau Kib, kalau itu sih…aku lebih suka yang nyata" Ia melirik sebal pada Kiba yang masih tersenyum—err tepatnya menyeringai. "Anak-anak masih disekolah nih? Ah…mereka payah" Ledek Naruto sambil melirik jam dinding. Yah…sudah lima belas menit berlalu semenjak kepergiannya dari sekolah sih.

"Yah…kalau Neji sih…nggak mungkin dia kabur, Shikamaru paling masih tidur di atap. Tapi kalau Gaara…entahlah dia selalu tergantung mood" Ucap Kiba yang menceritakan kelakuan teman-temannya yang suram. Tanpa merasa dirinya juga tak kalah suramnya. Naruto pun hanya membulatkan mulutnya. Apalagi bos mereka ini. Aduh! Suramnya nggak ketulungan! Kerjaan si bosnya cuma bolos sekolah untuk ke game centre, tidur di atap waktu jam pelajaran berlangsung, sorenya nongkrong di warung ataupun café, lalu malamnya…

Balapan liar

Haduh…benar-benar deh bos sekaligus sohibnya ini…

Memang lu enggak ya Kib? *Tanya author sableng

"Gimana mau main nggak?" Tanya Kiba—sekali lagi

"Iya iya terserahmu deh~" Naruto menuruti permintaan sohibnya yang satu ini.

Dan pertarungan mereka pun dimulai…

.

.

*.*

#Kantor Presdir Namikaze corp

"Hari ini jadwal anda adalah rapat bersama klien"

"Hei Dei, sudah kubilang kau jangan pakai bahasa formal begitu. Kau seperti menganggapku bos saja" Ujar pemuda berambut oranye kemerahan sambil melipat kakinya di atas meja.

"Yah…kau memang bosku kan…" Balas Deidara dengan muka masam. Ingin sekali ia menonjok muka pemuda didepannya ini. Namun, kalaupun pemuda itu bukan bos, teman karibnya sekaligus sepupunya, ia pasti sudah melakukannya sejak tadi.

Kyuubi. Kyuubi Namikaze namanya. Pemuda berumur dua puluh satu tahun ini menjabat sebagai Presdir di Namikaze Corp. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif ternama di Jepang. Bahkan perusahaan itu telah merambat dan terkemuka di dunia dengan cabang-cabangnya yang berada di tiap-tiap Negara. Saat ini, Kyuubi Namikaze menjabat sebagai Presdir menggantikan ayahnya, Minato Namikaze yang saat ini telah wafat. Begitu pula dengan Ibunya, Kushina Uzumaki ataupun Kushina Namikaze juga telah wafat bersamaan dengan suaminya karena kecelakaan pesawat yang saat itu mereka tumpangi.

Kini baru dua hari lamanya, Kyuubi memimpin perusahaan ini. Setelah empat tahun lamanya ia kuliah di Perguruan Tinggi. Dan pemuda yang berada di seberangnya ini adalah Deidara Namikaze. Pemuda berambut emas ini merangkap menjadi sepupu sekaligus teman karib Kyuubi sewaktu SMA. Posisi Deidara di perusahaan ini ialah bekerja pada bagian perancangan—dan mungkin Kakashi berniat menjadikannya manajer pada bagian perancangan. Tentu saja Kakashi tak sembarang memilih orang. Ia tahu betul Deidara. Pemuda manis berambut pirang ini adalah lulusan dari Universitas Teknik ternama di Amerika. Sebagai lulusan peringkat tertinggi pula. Keuletan dan cara kerjanya sangat canggih dan apik walaupun masih menyandang usia dua puluh dua tahun. Tak heran, jika Kakashi berniat menjadikan Deidara sebagai manajer bagian perancangan, daripada si tua bangka pelit yang merangkap sebagai manajer saat ini. Gatoh.

"Ngomong-ngomong Kakashi terlambat lagi?" Tanya Kyuubi malas. Baru saja Deidara membuka mulutnya, ia terkena death glare dari Kyuubi—yang seolah-olah menyuruhnya agar tak berbicara bahasa formal lagi.

"Ya…seperti biasa. Mungkin ia sedang mengantar Iruka-san ke Uzumaki corp" Balas Deidara cepat

Sekilas tentang Kakashi, pria berambut perak ini menjabat sebagai sekretaris di Namikaze corp—semenjak Minato Namikaze masih menjabat sebagai Presdir. Dan…mungkin perilakunya sedikit menyimpang dari kasus umum. Ia menyukai pria lain yang bernama Umino Iruka yang bekerja pada Perusahaan Uzumaki.

"Ha—ah…dasar si gay mesum itu! Kakashi dan Jiraiya mesum itu memojokkanku untuk menjadi orang bodoh seperti ini. Aku belum sempat memberi mereka pelajaran karena pekerjaan di sini terlalu banyak!" Geram Kyuubi murka. Yah…ia menjadi penerus pimpinan Namikaze corp karena dipaksa. Sebenarnya ia tak suka dengan pekerjaan konyol seperti ini. Ia lebih suka bermain diluar dan kembali berbalapan liar seperti masa-masa SMA-nya dulu.

Oh…Pantas saja Naruto suka balapan! Rupanya menurun dari kakaknya!

"Orang bodoh katamu? Kau yang bodoh un!" Ledek si Dei

"Apa? Kau nantang aku yak!" Kyuubi mulai terpancing

"Hari ini, kau akan bertemu dengan pemimpin perusahaan Uchiha. Jam dua siang nanti. Topiknya membahas kerja sama pembuatan laptop dan processor" Deidara mengalihkan topik. Ia tak mau melihat Kyuubi kumat lagi.

Kyuubi hendak protes, Deidara langsung memotongnya. "kau jangan berlagak tak bisa mengurusi urusan bisnis seperti ini un! Dan juga nanti kau ditemani Kakashi" Lanjut Deidara yang tahu maksud ucapan Kyuubi sebelum si rambut merah ini mengatakannya.

"Kenapa bukan kau?" Alis Kyuubi terpaut heran

"Sudah jelas Kakashi itu sekretarismu kan?! Dasar bodoh!" Seru Dei tak sabar menghadapi sikap Kyuubi yang mulai bandel

"HEI! AKU ITU BOSMU DEI! DASAR KAMPRET! JANGAN TERIAK-TERIAK!" Semprot Kyuubi—plinplan

Lha? Dasar Kyuubi… memang seenaknya saja bocah ini.

.

.

*.*

"Main lagi!"

"Apa? Kita sudah memainkannya dua puluh lima kali Nar! Aku capek!" Sahut Kiba—menjitak Naruto

"Kalau aku belum menang, aku tak akan berhenti!" Naruto ngotot. Yah…sejak tadi ia hanya menang dua kali sih…sisanya Kiba semua yang memenangkannya. Tak heran jika Kiba dijuluki game master oleh teman-temannya.

"Mendingan kita main yang lain aja…" Kiba mengeluh—jarinya pegal semua. Tentu saja! Sudah dua puluh lima babak telah dimainkannya tanpa rehat sejenak! Apalagi tiap babak sekitar sepuluh menitan! Jadi game master juga ada batasannya kan?

"Tidak mau! Pokoknya aku harus menang dulu!"

Kiba menghela napas—kesal dengan sikap Naruto yang keras kepala. Apa jari Naruto tidak pegal? Ha—ah teman karibnya ini selalu lupa segalanya apabila sudah terobsesi dengan kemenangan. 'Baiklah, aku akan mengalah padanya kali ini' Batin Kiba akan berbaik hati untuk sengaja membiarkan dirinya kalah pada permainan.

"Kalau kau sampai mengalah padaku, lihat saja kau…aku akan meminta pengulangan lagi"

Kiba melotot mendengar ucapan santai Naruto barusan

"Dan juga, masa' game master sengaja mengalah ahn? Memalukan sekaligus pengecut" Lanjut Naruto—sengaja memanas-manasi Kiba

"Baik! Aku nggak akan memberimu satu kemenangan pun!" Seru Kiba histeris—geram dengan ucapan Naruto yang 'jleb' barusan. Kini matanya fokus pada layar monitor didepannya sambil mengumpat dalam hati.

.

.

*.*

#Ruang Rapat perusahaan Namikaze

"Baiklah, sekian dari penjelasanku…ada pertanyaan?" Kyuubi mengedarkan pandangannya pada orang-orang disekelilingnya. Dan pandangannya terhenti sejenak pada orang yang duduk diseberangnya.

Diam sejenak

"Tidak ada, jadi dengan ini…kita deal untuk bekerja sama kan?"

"Hei, aku nggak tanya denganmu saja" Kyuubi mendesis tajam dengan pemuda berambut panjang yang baru saja menjawab pertanyaannya. Pandangannya sengak dan terbilang mematikan bagi siapa saja yang melihatnya. Namun, sayangnya itu sama sekali tak berpengaruh terhadap lawan bicaranya.

"Disini hanya ada Perusahaan Namikaze dan Uchiha. Jika anak buah saya tak ada yang angkat bicara, maka mereka tak mengajukan pertanyaan" Lanjut orang itu tak gentar. Tentu saja, ia itu Uchiha! Mengapa harus takut dengan tatapan dari Kyuubi kalau mereka saja bisa melancarkan tatapan seperti itu?

"Dasar sok tahu" Balas Kyuubi—santai sambil menyilangkan kakinya yang mulai pegal. Yah…ini rapat pertamanya semenjak menjadi Presdir sih…Dua jam penuh sambil membicarakan urusan bisnis terlalu membosankan untuknya yang terbilang hiperaktif.

Tak sopan

Kalau saja yang didepannya bukan pimpinan utama Namikaze Corp, pemuda berambut panjang atau sebut saja Itachi Uchiha ini pasti akan berbicara dengan bahasa santai dan bersikap tak sopan layaknya si Presdir Namikaze. Namun, mengapa ia masih bersikap sopan dan berbicara bahasa formal kalau lawannya saja seperti itu?

Alasannya cukup simpel. Itachi masih tak ingin mencemari nama Uchiha corp yang saat ini dipimpinnya. Lagi pula, setiap rapat bersama klien, ia sudah terbiasa bersikap sopan dan berbicara formal. Aneh saja menurutnya kalau ia mengikuti tindakan penyimpang dari pimpinan Namikaze corp itu.

Itachi pun berkata pada anak buahnya "Baiklah, apa kalian ada pertanyaan?" Itachi mencoba mengalah rupanya.

"Tidak" Jawab Obito selaku sekretarisnya sementara Sai menggelengkan kepalanya—tanda bahwa ia juga tak mengajukan pertanyaan.

'See?' Batin Itachi—merasa menang dengan jawaban anak buahnya yang sejalan dengan ucapannya. Sejenak ia memandang remeh Kyuubi yang duduk berseberangan darinya.

Bukan Kyuubi namanya jika tak menyadari tatapan itu

"Apa-apaan tatapanmu itu hah?! Dasar keriput!" Kyuubi mulai nyolot. Tentu saja ia tahu betul arti pandangan Itachi tadi walaupun Itachi hanya memperlihatkannya sekilas. Yah…Kyuubi sendiri sering mengeluarkan tatapan meremehkan seperti itu sih…Jadi ia langsung tahu.

Itachi pun hanya diam di tempat—meskipun dalam hati ia sudah mencak-mencak atas perlakuan Presdir Namikaze di hadapannya ini. Siapa tadi namanya? Kuntil Namikaze? Bukan! Kyuuta atau Kyuuti Namikaze? Akh bukan! Kyuut atau Cute Namikaze? HOEK! Itachi pingin muntah sendiri mengingat nama pimpinan Namikaze corp. Sejenak dipandanginya sang pimpinan perusahaan Namikaze yang menatapnya sengak.

"Apaan lihat-lihat?" Tanya Kyuubi galak. Tak mengindahkan pertanyaan Kyuubi, mata onyx Itachi mulai beralih pada name tag yang dijepitkan di saku kanan sang pimpinan berambut merah itu.

"Oh iya…Kyuubi Namikaze!" Ucap Itachi spontan plus tanpa sadar—layaknya orang amnesia yang baru saja sembuh dari penyakitnya.

Kyuubi yang merasa namanya dipanggil pun mulai tambah kesal "apaan panggil-panggil namaku hah?! Dasar keriput mesum!"

Dua kali

Dua kali Kyuubi Namikaze memanggilnya keriput plus mesum pula

Dan juga baru pertama kali ini ia dipanggil keriput!

"Bisakah anda bersikap professional?" Ucap Itachi stoic—meskipun sangat amat menahan puncak emosinya. Ada apa sih dengan Namikaze corp?! Bisa-bisanya memilih Presdir baru yang nggak becus seperti ini? Ia sama sekali tak pernah menahan emosi sekuat ini saat Namikaze corp masih dipimpin oleh Minato Namikaze—dulu. Namun, saat bapak yang memiliki tiga anak itu meninggal, kenapa yang menggantikan posisinya sebagai presdir adalah orang bodoh berambut merah ini? Sepertinya rapatnya kali ini berjalan agak sedikit berantakan.

"Apa kau bilang?" Tanya Kyuubi tajam

Itachi pun dengan santainya menoleh kearah Kakashi selaku sekretaris Namikaze corp "Kakashi-san, 'dia' itu siapa?" Tanya Itachi yang mulai gerah akan sikap Kyuubi.

Mengerti apa yang dimaksud Itachi dengan 'dia', Kakashi pun menjawab "pewaris tunggal Namikaze corp dan juga anak sulung Minato Namikaze"

Itachi pun membatu di tempat

Anak sulung?

Yang benar saja! Jadi ini Kyuubi yang itu?!

"Ha—ah…tidak, tolong lupakan saja" Balas Itachi—menghela napas panjang setelah ingat betul siapa pemuda berambut merah itu.

"Lupakan katamu hah?"

Ternyata Kyuubi masih nyolot lagi

"Sudahlah…hentikan Kyuubi. Kau mencoreng nama baik Namikaze corp dimata Uchiha corp" Sahut Kakashi menengahi

Yak! Si Kyuubi ini telah mencoreng nama baik perusahaannya sendiri! Untung saja rapat ini khusus antara Uchiha corp dan Namikaze corp. Kalau sampai dihadiri perusahaan lain, entah apa yang mereka katakan mengenai presdir Namikaze corp saat ini. Itachi, selaku presdir Uchiha corp pun merasa bersyukur karena ini hanya rapat khusus antara Uchiha dan Namikaze. Yah…begini-begini Uchiha corp itu sudah bertahun-tahun lamanya menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan Namikaze corp. Makanya, sedikit banyak urusan Namikaze corp ada sangkutpautnya dengan Uchiha corp. Begitu pula sebaliknya.

Dan juga, Itachi dengar Kyuubi Namikaze ini baru dua hari ini menjabat sebagai presdir. Tapi kenapa Itachi tak ingat kalau Kyuubi ini anak sulungnya Minato? Ha—ah mungkin ini akibat dari sikap tak peduliannya. Sudah sekitar empat tahun lamanya ia tak ketemu Kyuubi karena si bocah bengis itu kuliah di Amerika. Sekarang bocah itu sudah besar seperti sekarang ini. Dan juga, meskipun Itachi kenal dengan Kyuubi, mereka juga tak bisa dikatakan akrab. Yah…dulu mereka kenal karena Ayah Kyuubi dan Ayahnya, Fugaku sering bertemu untuk makan malam atau sekedar berkunjung. Lalu hubungan mereka berdua juga hanya sebatas perkenalan saja sih…

"Baiklah. Kami, deal" Ucap Itachi yang ingin segera menyelesaikan rapat—dan tentunya tak ingin berlama-lama dengan Kyuubi. Tentu saja! Siapa yang mau dekat-dekat terus sama si biang kerok pembuat ulah macam Kyuubi?

"Oke…aku juga deal!" Balas Kyuubi serius

BLETAK

"Apaan sih Kakashi!" Kyuubi mencak-mencak ketika Kakashi menjitak puncak kepalanya.

"Kau harus minta maaf kepada perwakilan Uchiha dulu" Ucap Kakashi enteng—tak tahu Kyuubi terbelalak dengan ucapannya

"Kenapa harus minta maaf?!" Kyuubi tak terima

"Kau sudah bersikap tak sopan pada rapat ini"

"Aku tetap tak mau"

"Kyuu" Desis Kakashi pelan nan berat. Namun, yang namanya Kyuubi ya takkan takut dengan ancaman seperti itu.

"Kyuu, kau mewakili arlmahum ayahmu disini" Lanjut Kakashi pelan

"Maaf" Sahut Kyuubi cepat nan tak ikhlas

"Minta maaf yang benar Kyuu"

"Iya,iya aku minta maaf" Kyuubi tak ingin memperpanjang masalah dengan Kakashi yang sudah seperti baby sisternya ini.

"Kepada?" Desak Kakashi

"Kepada perusahaan Uchiha"

"Atas?" Desak Kakashi lagi yang membuat Kyuubi ingin menendang bokong pria berambut perak ini

"Atas perilakuku yang tak sopan saat rapat tadi!" Ucap Kyuubi sedikit berteriak membuat Kakashi tersenyum di balik maskernya dan menatap Itachi di seberang.

"Ya…kuterima permintaan maafmu" Itachi tersenyum ala Uchiha dan mulai membereskan barang-barangnya. Seperti Kyuubi, Itachi pun sedikit tak ikhlas saat mengatakan hal itu. Hei, tadi ia dibilang keriput sama si bocah rubah ini! Mana bisa ia terima begitu saja?

Kyuubi pun langsung bergegas keluar dari ruangan. Persetan dengan barang-barangnya yang masih tertinggal. Biar si Kakashi mesum itu yang membereskannya. Ha! Benar juga! Ia bisa membuat Kakashi menjadi pembantunya namun dengan kedok menjadi sekretaris perusahaan haha! Biar saja si tangan kanan milik ayahnya dulu menderita di tangannya! Pikir Kyuubi—iblis.

Itachi menghela napas—panjang sembari melihat punggung Kyuubi. Yah…mungkin kerja sama antar Uchiha dengan Namikaze di waktu yang akan datang pasti menjadi sedikit susah. Mengingat kelakuan presdir Namikaze saat ini.

.

.

*.*

On street, 11.20 PM

Tinggal sedikit lagi

Tinggal sedikit lagi, ia akan mencapai garis finish.

Naruto mempercepat laju motornya. Suara berisik dari gas motor gede miliknya sama sekali tak mengganggu dirinya yang sedang fokus. Mata lautnya melirik sekilas kearah spion yang memantulkan sosok lawan dibelakangnya. Cih…lumayan juga si Sakon itu sampai hampir bisa mengimbangi kecepatannya. Tapi, yang namanya Naruto ya takkan membiarkan dirinya diimbangi oleh kecepatan lawan. Apalagi ini akan mendekati garis finish. Si pirang pun menarik handel gasnya kebelakang—sampai maksimal. Suara gas motornya pun semakin menjadi. Ya tinggal sedikit lagi!

Dari jarak agak jauh, dilihatnya teman-teman se-gengnya sedang meneriaki dirinya yang sedang tanding. Yah…walaupun yang teriak hanya Kiba, Chouji dan Lee sih…Dasar, Gaara, Neji, Shikamaru mereka apa nggak mau memberikan semangat pada teman tercintanya ini? Batin Naruto yang mulai narsis.

"Wuuuu! Bagus Naruto!" Seru Kiba setelah Naruto mencapai garis finish. Seruan hebohnya itu juga ditirukan oleh Lee yang saat ini mengepalkan tangannya keatas. Dari arah sini pun terlihat, Naruto sedang tersenyum narsis—karena dirinya memenangkan pertandingan. Si pirang itu pun terus meng-gas motornya berulang kali. Dan kini ia mulai mengangkat kemudi motornya keatas—membuat badan motor bagian depannya terangkat keatas. Bisa saja ia melakukan itu pada motor gede miliknya. Yah…memang motornya itu seperti motor gp yang di tv itu sih…Dasar si Naruto itu, masih saja berlagak sok keren. Pikir Kiba sweetdrop

Naruto pun menjalankan motornya kearah teman-temannya berada—sambil tetap dalam keadaan badan motornya mendongak keatas. Lalu tepukan tangan Kiba pada helmnya pun membuatnya sedikit kaget.

"Sip! Lagi-lagi kau menang Nar!" Puji Kiba sambil mengajak Naruto ber-tos ria

"Huh…dengan ini, geng kita menang lagi dari geng segel gaib itu" Naruto nyengir sambil membuka helmnya. Dan ia pun mulai turun dari motor gedenya.

"Sial…kita kalah lagi. Nih…perjanjian kita" Ucap Sakon yang tiba-tiba berada di dekat Naruto. Terlihat ia menyodorkan beberapa lembar kertas di tangannya. Sedangkan mukanya terlihat masam.

Chouji pun mengambilnya "Seratus lima puluh ribu. Oke pas!" Ucapnya riang

"Yah…jangan judes begitu dong bro, kita kan juga termasuk teman akrab dalam hal balapan" Sahut Naruto nyengir sambil menepuk bahu Sakon yang masih terlihat pundung itu

"Tapi, gengmu selalu menang kalau melawan geng kami" Ucap Ukon—saudara kembar Sakon. Tangannya terlipat di depan dadanya. Terlihat sekali kalau ia tak terima dengan kenyataan.

"Tak kusangka, si ngantuk ini mendahuluiku di saat-saat terakhir tadi" Ujar Tayuya—satu-satunya cewek di komplotan remaja laki-laki sinting ini.

"Hoahhemm…" Shikamaru pun hanya menanggapinya cuek. Ha—ah tak tahukah kalau sekarang ini ia ngantuk sekali...

"Hahaha…Shikamaru memang orang yang sulit diduga. Dan juga tadi Chouji dan Jirobou seri kan?" Kiba bertanya

"Iya"

"Baiklah, bagaimana kalau kita nongkrong di café? Aku masih malas pulang ke rumah" Ajak Naruto

"Hei Naruto, memang kau tidak dicari oleh Kyuu-nii?" Tanya Gaara yang sedari tadi diam

"Naruto, kau harus ijin dulu dengan kakakmu itu! Aku tak mau terkena imbasnya seperti dulu lagi" Sahut Kidoumaru masam. Yah…geng segel gaib dan geng Naruto dkk memang sering keluar bersama. Namun, dulu pernah ada kejadian saat Naruto tak kunjung pulang sampai pagi. Karena Kyuubi—kakaknya yang brother complex itu cemas, ia mencari Naruto dan setelah menemukannya si rubah itu menyeret paksa Naruto untuk pulang. Setelah menendang teman-teman nongkrong Naruto pula!

"Iya iya aku tahu kok"

"Hoaahhmmm, aku ngantuk…aku pulang saja yah"

"Tidak boleh Shika! Kau kan bisa tidur di café nanti" Protes Kiba

"Sebaiknya ayo cepat pergi dari sini. Lihat…geng lain yang sudah membooking tempat ini sudah datang" Ucap Neji sambil menunjuk kawanan remaja-remaja diseberang dengan dagunya.

"Baiklah" Semuanya pun mulai beranjak dari tempat. Dan menuju ke motor mereka masing-masing.

Entah hanya perasaan Naruto saja atau memang di sana ada lampu merah yang berkerlap-kerlip? Ha—ah…entahlah. Ia terlalu malas untuk memperdulikan hal seperti itu. Ia mulai memakai helmnya kembali dan menaiki motornya. Aduh! Kenapa di saat-saat seperti ini ia harus kebelet sih?! Pikirnya kesal. Naruto pun turun dari motornya kembali dan terlihat menimang-nimang suatu hal di otaknya. Sial! Enaknya ia keluarkan disini tidak ya? Tapi ia sudah sangat kebelet nih! Akhirnya setelah merasa sudah tak tahan lagi, ia pun segera menurunkan resleting celananya dan mulai mengeluarkan hasrat alamnya di dekat pohon. Bunyi dari rerumputan yang disiram air pun terdengar di telinga Naruto yang memakai helm. Ah, segarnya! Naruto pun memejamkan matanya nikmat—mencoba meresapi hasrat alamnya yang sedang keluar. Rasanya panas dan banyak. Ha—ah inilah akibatnya jika ia menahan kencing daritadi.

"Hei, sudah-sudah" Gumam Naruto yang lebih menyerupai desahan—merasa air seninya tak kunjung habis dan terus menerus keluar dari organ kepriaannya. Akh…seandainya 'barang' miliknya saat ini diremas oleh seorang wanita sexy…pasti saat ini ia langsung dimabuk kepayang. Ha—ah…kapan ya ia bisa merasakan hal itu? Seperti video bokep yang tadi sore baru saja dilihatnya bersama Kiba…

"Hei! Siapa disitu?" Teriak seseorang bersuara berat—yang seenaknya saja memutus fantasi Naruto yang sedang membayangkan hal yang berbau dewasa. Naruto pun menoleh kebelakang—hendak menghajar siapa yang berani mengganggu acaranya.

"Apaan si—

Mata Naruto terbelalak lebar mendapati seorang petugas polisi berdiri tak jauh dibelakangnya. Sejak kapan polisi ini ada disini? Kok Naruto tak menyadarinya? Anak bungsu keluarga Namikaze itu pun mengedarkan pandangannya ke sekitar. Dari kejauhan, dilihatnya mobil polisi yang diatasnya terdapat lampu sirine berwarna merah menyala. Segerombolan polisi telah menyerbu tempat ini! Bahkan geng yang baru akan bertanding setelah jam booking Naruto dkk—kini terlihat sedang ditanyai macam-macam oleh polisi. Bahkan sebagian besar, kawanan mereka ada yang diseret menuju mobil polisi. Mungkin menyalahi aturan—seperti tak membawa SIM atau STNK motor.

'Cih! Brengsek! Mereka sengaja tak membunyikan lampu sirine mereka! Pantas saja tadi aku merasa melihat lampu merah itu menyala dari kejauhan!' Batin Naruto mengumpat dalam hati. Ia juga baru menyadari jika teman-temannya sudah tak ada di tempat ini. Apa kencingnya sebegitu banyaknya? Sampai memakan waktu yang lama?

"Kau membawa motor ya?" Ucap polisi itu sambil melirik motor Naruto yang menepi. "Mana SIM dan STNKmu?" Lanjut polisi itu lagi

Melihat Naruto yang tak kunjung selesai mengeluarkan air seninya, polisi itu kembali berucap "hei, cepatlah bocah!" Lanjutnya galak sambil menghampiri Naruto.

"Eh pak! Jangan mesum dong! Sebentar lagi habis kok!" Bantah Naruto

"Sudahlah, cepat!"

"Iya-iya, ini!" Naruto menyerahkan SIM dan STNKnya setelah mengambilnya dari dompet—setelah ditariknya resleting celananya ke atas. Diulurkannya kedua benda itu pada polisi disampingnya. Ikh! Jorok sekali! Padahal Naruto belum cuci tangan!

Sejenak polisi itu memandangi Naruto dan kembali beralih pada SIM dan STNK Naruto di tangannya.

Rambut pirang, cek!

Mata sapphire, cek!

'Aduh pak! Cepetan!' Batin Naruto yang ternyata masih kebelet pipis. Ia berharap kalau pak polisi ini tak menyadari tiga garis halus di kedua pipinya. Untung saja ia pakai helm!

"Baiklah…ini, kau boleh melanjutkan acaramu" Ucap polisi itu sambil mengembalikan SIM dan STNK Naruto

'Mana bisa melanjutkan kencing lagi kalau ada bapak-bapak polisi disini' Pikir Naruto geram. Ia mulai menaiki motornya dan bergegas meninggalkan tempatnya semula. Motornya segera melaju ke tempat nongkrong teman-temannya seperti biasa. Namun, baru saja ia berjalan sekitar lima meter dari tempatnya tadi, seseorang polisi tampak menghalangi jalannya.

"Akh…persetan! Aku kan tadi sudah di cek!" Gumamnya yang berniat menerobos polisi didepannya itu

Si polisi itu tampak mengibas-ibaskan tangannya—menyuruh Naruto berhenti. Tapi, tentu saja Naruto tak memperdulikannya. Ia malah terus-terusan meng-gas motornya dan melaju kencang—seperti mengejek polisi di depannya. Ia pun, melewati polisi itu.

Buagh

"Aduh!" Jerit Naruto—refleks ketika polisi itu menepuk helmnya dengan keras. Tak disangka Naruto pula, tangan dari si polisi ini menarik kerah baju belakangnya dan mengakibatkan Naruto sedikit kehilangan kendali atas motornya. Namun untung saja, ia bisa mengendalikannya dan tak terjatuh dari motor gedenya. Kalau sampai motor atau dirinya lecet, pasti Kyuu-ni malah akan menghajarnya! Bukan malah mengobatinya!

"Aduh pakk! Sakittt!" Erang Naruto sambil memegangi kepalanya yang terbungkus helm. Gila sekali polisi ini! Padahal Naruto tadi melajukan motornya dengan kencang, tapi polisi ini masih bisa menepuk atau bahkan menarik kerah bajunya! Baru kali ini Naruto mendapati polisi segila dan sehebat ini dalam menangkap dirinya. Tak mengindahkan Naruto yang tampak kesakitan, polisi itu berkata

"Kemarikan SIM-mu" Ucapnya datar sambil menulis sesuatu dalam notenya.

"Lho pak? Saya sudah diperiksa oleh bapak itu tadi" Sedetik Naruto bingung dengan polisi didepannya ini. Dari wajahnya kelihatan masih muda sih…Tapi daripada Naruto pusing untuk memanggil polisi ini apa, akhirnya ia memanggil dengan 'pak'. Naruto pun menunjuk kearah salah satu polisi yang berada tak jauh darinya. Membuat si polisi raven ini mengikuti arah telunjuknya.

"Kemarikan SIM-mu" Ucap polisi itu—lagi

"Saya sudah—" Naruto yang mau ngotot menghentikan ucapannya—ketika dirinya dipandangi dengan pandangan penuh intimidasi dari polisi muda didepannya ini. Sejenak membuat mata Naruto melebar.

Ap—apa-apaan polisi ini?!

Dia…

Naruto pun terpaku dengan tatapan mata orang di depannya

Cih…kau pikir aku takut!

Batinnya—membulatkan tekat. Ia pun balas menatap tajam pada orang didepannya ini. Heh! Memangnya orang didepannya ini siapa? Mentang-mentang jadi polisi terus bisa seenaknya hah? Ia tak akan takut kepada polisi ini! Ia tak akan takut!

"Kalau sudah ya sudah dong pak!" Lanjut Naruto—lantang

"Tidak ada pembuktian dari ucapanmu"

"Cih…tanya saja kepada pak polisi itu!" Kini Naruto berucap agak keras. Berusaha ngotot kepada polisi keras kepala didepannya. 'Kalau SIM-ku dicek lagi, bisa-bisa ketahuan kalau aku pakai SIM palsu' Batinnya sambil tetap menatap tajam polisi pantat ayam didepannya.

"Bilang saja kalau kau tak membawanya, bahkan tak mempunyainya" Lanjut polisi ber-name tag Sasuke Uchiha itu. Eh? Kenapa Naruto merasa familiar dengan nama itu?

"Punya kok! Nih!" Naruto menyodorkan SIMnya—belagu. Padahal ia panik setengah mati dalam batinnya. Sialan! Mudah-mudahan mata polisi di depannya ini kena rabun! Naruto malah mendoakan polisi di depannya ini. Tapi, jaman sekarang mana ada polisi yang kena rabun?

Sekilas, Sasuke—nama polisi—ini melihat remaja di depannya. Ke—kenapa ia dipelototin sampai sebegitunya oleh bocah yang terlihat nakal ini? Ha—ah…

Minato Namikaze. Sasuke membaca deretan huruf SIM ditangannya. Kenapa ia familiar dengan nama ini ya? Si raven mencoba menimang-nimang sesuatu, tanpa menyadari tatapan Naruto yang semakin intens.

"Pak?" Panggil si Naruto yang cepat-cepat ingin bebas dari polisi di depannya ini. Aura orang ini nggak enak banget sih! Gimana gitu…Ja—jangan-jangan orang ini tahu kalau itu SIM palsu? Gawat!

Sasuke pun menilik Naruto dari atas hingga ke bawah. Namun, saat sampai ke pertengahan badan bocah di hadapannya ini, Sasuke agak heran. Meskipun jalan ini hanya ditemani lampu remang-remang, tapi Sasuke dapat melihat ada 'hal' yang sedikit tidak wajar dengan penampilan Naruto.

Si raven pun mencoba untuk menahan tawanya "hei Namikaze, itu bekas ngompol atau sperma?" Tanyanya spontan—tanpa memperdulikan jika pertanyaannya termasuk kategori pertanyaan kotor. Ia pun menunjuk ke bagian organ keintiman Naruto dengan telunjuknya.

Eh?

Refleks Naruto pun menundukkan kepalanya dengan cepat. Didapatinya celana jeans-nya di bagian resleting telah basah. Dengan cepat, kedua telapak tangannya ia taruh di resleting tersebut—hendak menutupinya. Wajahnya memerah karena malu. Kedua pahanya ia desakkan satu sama lain. Sialan! Bisa-bisanya ia mempermalukan dirinya sendiri dihadapan orang asing! Bahkan ia baru sadar, kalau sedari tadi dirinya terus mengeluarkan air seninya yang sempat tertunda!Holly shit! Oh Naruto, tak tahukah kau bahwa perilakumu sekarang seperti seorang wanita nakal?

"Dasar Dobe"

Sasuke pun terkikik geli. Haduh…bisa-bisanya remaja di depannya ini membuatnya tertawa kecil. Padahal selama ini ia tak pernah tertawa dengan mudahnya. Melihat hal itu Naruto pun menjadi geram. Sial! Bisa-bisanya ia ditertawakan oleh polisi kampret ini!

"Sudahlah pak! Ini namanya bukti kedewasaan, aku jadi kasihan sama bapak karena pasti bapak tak pernah melakukan hal yang disebut seks kan? Kasihan, jadi polisi pasti kebanyakan kasus" Cerocos Naruto—belagu. Ia sudah berbohong besar pada polisi di depannya ini. Siapa juga yang pernah bercinta dengan wanita di ranjang? Ia saja belum pernah—meskipun menginginkannya. Dan juga, ia tak yakin kalau polisi ini belum pernah bercinta dengan wanita. Dengan wajah tampan seperti itu, siapa sih wanita yang tak mau padanya? Naruto pun tersenyum miris—merasa bodoh dengan perkataannya barusan. Dasar si pembohong besar ini!

Sasuke menatap tajam Naruto. Ia tahu kalau Naruto berkata bohong padanya. Mana ada sperma yang sampai membuat celana jeans basah seperti itu? Itu sih, namanya ngompol! Dasar si bocah dodol satu ini! Si raven pun menyerahkan SIM ditangannya kepada bocah pirang didepannya. Naruto pun menyambutnya dengan agak kasar. Tanpa pamit ataupun tanpa sepatah kata pun, Naruto segera meng-gas motornya dan mulai melajukan motornya.

MINATO NAMIKAZE?!

Sasuke pun reflek menoleh kearah Naruto pergi. Yak! Ia ingat dengan nama itu sekarang. Itu kan nama rekan bisnis ayahnya yang saat ini telah meninggal! Sialan! Kenapa ia baru ingat sih! Jika Minato telah meninggal, berarti bocah itu…

"NARUTO!" Serunya kesal—benar-benar kesal. Tak bisa dipungkirinya jika bocah edan tadi adalah Naruto—anak dari Minato Namikaze. Pantas saja ia merasa familiar dengan wajah anak tadi! Jika Naruto tak memakai helm tadi, pasti akan terlihat tiga garis halus di kedua pipinya. Dan pasti Sasuke langsung mengenalinya. Sialan! Ia benar-benar lupa tadi dengan anak bungsunya Minato! Yah…ia kenal dengan Naruto dulu—karena ayahnya sering berkunjung di kediaman Minato. Tapi ia dan Naruto hanya sebatas kenal saja. Yak, sama seperti ItaKyuu! Dan juga, karena ia menjalani latihan cukup lama untuk menjadi seorang polisi hebat, ia menjadi jarang bertemu dengan si bocah pirang kampret itu. Bisa dikatakan, ini pertemuan pertamanya dengan Naruto sejak beberapa tahun terakhir.

Naruto pun menoleh kebelakang dan mendapati tatapan kesal polisi tadi. "SASUKE UCHIHA KAMPRET!" Serunya—yang juga baru ingat kalau itu Sasuke. Dan ia pun kembali fokus pada jalanan di depannya sambil menyeringai senang—bisa membohongi polisi kampret itu.

Sasuke sudah benar-benar kesal. Ia pun segera menaiki motornya dan mulai melajukan motornya dengan kecepatan maksimal—hendak mengejar Naruto. Tak dipedulikannya rekan polisi lain yang terus meneriaki dirinya. Biarlah ia melepas semua buruannya yang berada di sekitar jalan ini untuk mengkap Naruto! Bisa-bisanya si Dobe itu membohongi dirinya dan memakai SIM palsu alias SIM punya bapaknya sendiri. Padahal Naruto belum cukup umur untuk mempunyai SIM. Dasar, mentang-mentang wajahnya mirip! Entah bagaimana reaksi Minato di alam sana ketika melihat kelakuan anaknya ini! Sasuke membatin kesal.

Kesimpulannya, ia akan membuat Naruto membayar atas hal yang telah dilakukannya!

Naruto menengok kearah spion. Ia sangat terkejut dengan sosok yang kini berada agak jauh dengannya. Sejak kapan polisi itu mengejar dirinya? Cepat sekali! Bibir Naruto perlahan membentuk senyuman atau lebih tepatnya ia menyeringai sadis. Heh! Coba saja kalau polisi Uchiha itu bisa mengimbangi kecepatannya! Naruto si jago balapan dilawan?

Kali ini Naruto akan mempertaruhkan gelarnya!

.

.

.

ToBeContinued

Yah…akhirnya selesai juga. Duh Capeknya~

Akhir kata, REVIEW YA! FLAME BOLEH KOK! Kritik dan juga saran! ^_^