Pairing : YunJae (Jung Yunho X Kim Jaejoong)

Genre : Sad, Romance

Rate : T

.

.

.

Apakah kau percaya pada takdir?

Apakah mungkin kita ditakdirkan bersama?

Namja berambut almond itu melangkahkan kakinya tampak sangat terburu buru hingga membuat tubuhnya berbenturan dengan orang orang dihadapannya. Ia sedikit menundukkan kepalanya menandakan ia meminta maaf karena telah menabrak orang orang dihdapannya tersebut yang tentu saja hanya dibalas dengan tatapan tidak suka dan decak kesal dari orang orang tersebut. Dengan acuh ia tetap melangkahkan kakinya menuju sebuah terminal bus dan berhenti pada sebuah bus yang sejak awal telah menjadi tujuannya.

"Apakah ini bus menuju Seoul?" tanyanya dengan terengah engah

"Ah,kau lagi, naiklah, kau hampir saja tertinggal untuk kedua kalinya" kata seorang supir yang hendak turut menaiki bus tersebut

Namja itupun menaiki bus tersebut dan matanya kemudian menelanjangi setiap inci bus tersebut berusaha mencari tempat untuk dirinya mengistirahatkan tubuhnya hingga akhirnya ia memutuskan untuk menuju tempat duduk paling belakang.

"Bolehkah aku duduk disini?" tanya namja itu kemudian pada namja lain dihadapannya

"Tentu, silahkan" balas namja itu sambil menyingkirkan tasnya yang tadi mengisi penuh tempat duduk tersebut dan memberi namja manis berambut almond itu duduk.

"Kamsahamnida" kata namja berambut coklat itu kemudian menjatuhkan pantatnya ke tempat duduk yang sesungguhnya tidak terlalu nyaman itu dan kemudian memejamkan matanya dengan penuh lelah dan menghela nafas sejenak.

Ia merasakan getaran kecil pada tubuhnya yang menandakan bahwa bis ini akan segera berangkat.

Dan segala masalalunya pun akan berangkat, menjauh darinya.

Namja manis itu masih menutup matanya ketika ia merasakan sebuah beban berat disebelah bahunya. Perlahan lahan ia membuka mata doenya dan menoleh kearah dimana bahunya terasa amat berat hingga akhirnya mendapati sebuah rambut berwarna coklat gelap kini sedikit menghalangi pandangannya. Mata doenya itu mengerjap perlahan sesaat sebelum kepala yang tengah berada dibahunya itu bergerak manja dan membuatnya sedikit bergidik. Tiba tiba kepala itu menjauh dari bahunya dan mulai menunjukkan sosok yang selama ini telah menjadikan bahunya sebagai alas tidur kepalanya.

"Hoaaammmm" lenguh namja lain yang kini tengah meregangkan tubuhnya disebelah namja bermata doe tersebut dan mengalihkan pandangannya pada namja manis berambut almond tersebut.

"Eh? Kau sudah bangun juga rupanya" katanya sambil menyunggingkan senyum yang bisa membuat para wanita meleleh sementara namja manis dihadapannya hanya diam sambil menatapnya dengan bingung

"Mian, tadi aku tidak sengaja menjadikan bahumu sebagai alas kepalaku. Apa kau marah?" tanya namja bermata musang tersebut dengan pandangan cemas

"Aniyo, hanya kaget karena tiba tiba menemukan kepalamu dibahuku" jawab namja manis itu

"Ah, kalau aku jadi dirimu, kurasa aku juga akan merasakan kekagetan yang sama hahaha" katanya dengan wajah penuh kelegaan dan mulai membuka suasana perbincangan yang menyenangkan

"Hahaha, yah begitulah" jawab namja manis tersebut sambil ikut tersenyum dan tertawa kecil

"Ah, apa tujuanmu ke Seoul?" tanya namja bermata musang itu lagi

"Aku? Aku hanya ingin mencari suasana baru, juga mencoba mencari pekerjaan dan tampaknya Seoul adalah kota yang cukup menjanjikan. Kau sendiri?" jawab namja berwajah manis tersebut sambil menatap mata musang itu dengan penuh rasa penasaran

"Aku? Hanya ingin berjalan jalan" kata namja bermata musang tersebut sambil terus menyunggingkan senyumnya

"Eh?" kata namja manis tersebut sambil kembali memasangkan wajahnya yang penuh kebingungan

"Hahaha, wae? Tidak bolehkah kalau kita hanya berjalan jalan saja?" tanya namja bermata musang itu sambil menatap namja manis disampingnya

"Aniya, hanya saja aku baru bertemu orang sepertimu. Apa kau tidak merencanakan apapun saaat memutuskan untuk menuju Seoul?" kata namja manis itu mengutarakan komentarnya

"Aku bukan tipe orang yang seperti itu. Lagipula kalau hidup itu terlalu kita rencanakan kadang menjadi sangat tidak menarik. Akan ada saat dimana kita yang memimpin jalan hidup kita, dan hidup yang memimpin jalan kita, dan saat ini aku memilih hiduplah yang memimpin jalan kita" jawab namja tersebut sambil mengangguk anggukkan kepalanya

"Hmmm, begitukah?" tanya namja manis itu pada namja disampingnya

"Iya, begitulah ahaha" katanya lagi

"Ah hei kita belum berkenalan, aku..." belum selesai namja manis itu menyempurnakan perkataannya sebuah tangan teracung dan lalu menghentikan kata katanya dan membuatnya terdiam sejenak

"Apa kau percaya takdir?" tanya namja bermata musang tersebut sambil masih memasang senyumnya

"Eh?" kata namja manis itu bingung –lagi-

"Kalau kita bertemu lagi di Seoul, aku baru akan menyebutkan namaku, dan kau baru boleh menyebutkan namamu" katanya sambil tersenyum tepat diwajah namja manis itu sementara namaja manis itu hanya dapat terdiam

Rasanya baru kali ini namja manis itu bertemu dengan pria yang sejenis dengan pria disampingnya ini, penuh dengan misteri, namun dapat membuatmu merasa nyaman hingga perjalanan yang sangat lama ini terasa amat sebentar,dan harus diakui oleh namja manis ini, bahwa pria itu sangat menarik.

"Terimakasih perjalanan ini jadi terasa menyenangkan" kata namja manis itu sambil tersenyum kepada namja dihadapannya

"Kau juga, perjalanan ini jadi terasa tidak sia sia" kata namja bermata musang itu sambil menyunggingkan senyumnya membalas senyum namja manis tersebut

"Baiklah, aku harus pergi. Selamat ting.., ah tidak sampai jumpa" kata namja manis tersebut sambil melambaikan tangannya pada namja bermata musang tersebut dan kemudian melangkahkan kakinya menjauhi namja tersebut

"Baiklah, annyeong!" balas namja bermata musang itu sambil menatap punggung namja itu hingga punggung itu menghilang

"Tetap cantik" batin namja bermata musang itu sambil terus manatapi jalan dihadapannya yang telah kosong

"YA! JUNG YUNHO!" panggil seorang namja dari belakang yang membuat namja bermata musang itu mengalihkan pandangannya pada asal suara dan lalu kembali menyunggingkan senyumnya

"HEI! KIM JUNSU!" kata namja bermata musang yang bernama Yunho tersebut lalu berlari menuju kearah sahabatnya

"Ya! Kau sudah semakin tampan eoh? Apa yang akan kau lakukan setelah tiba disini huh?" tanya namja bernama Kim Junsu itu kepada sahabatnya

"Entahlah, aku hanya ingin berjalan jalan hahaha" kata Yunho sambil merangkul sahabatnya itu

"Aish, kau ini tidak berubah ya! Hahaha. Jha! Aku akan mengajakmu ke tempat makan terbaik di Seoul!" kata Junsu sambil balik merangkul Yunho

"Kau pergilah dulu! Kurasa aku akan menyusul!" kata Junsu disebrang sana membuat Yunho mendecak kesal

"Aish, ne! Ne!" kata Yunho sambil menekankan setiap kata katanya pada ponselnya

"Ya! Jung Yunho! Mian ne? Aku sedang sibuk saat ini! Tapi kuusahakan aku akan menyusulmu! Mian! Sampai jumpa!" kata Junsu sambil memutuskan hubungan telepon mereka

"Aish, perayaan sebulan di Seoul ku mengapa jadi seperti ini?! Tsk" Yunho masih mendecak kesal sambil memasukkan ponselnya kesakunya dengan asal lalu melangkahkan kakinya ke restoran yang diperkenalkan Junsu dihari pertama

CRING! Pintu restoran berbunyi dan membuat sepasang mata tanpa sadar langsung menatap ke arah pintu masuk.

DEG! Wajah yang sangat familiar kini berdiri di hadapannya lagi. Wajah dari orang yang membuat namja berambut almond yang tadinya hendak menyesap coffe nya ini kemudian menghentikan aktifitasnya dan menatap arah pintu masuk. Wajah yang sesungguhnya masih sangat membuat namja berambut almond ini penasaran.

Tampak wajah namja bermata musang itu tengah kesal sambil mengarahkan kepalanya berusaha mencari tempat untuknya duduk. Saat matanya tengah melirik kesana kemari mencari tempat kosong tiba tiba ia mendapati seorang namja yang tengah mentapanya dengan secangkir coffe ditangannya. Wajah itu sangat familiar. Bahkan mungkin wajah itu adalah wajah yang ditunggunya hingga saat ini. raut wajah Yunho yang tadinya kesal kini mulai berubah. Kedua ujung bibirnya tertarik dan membentuk sebuah senyum disana.

"Kau!" kata mereka bersamaan sambil saling menunjuk dan dengan raut wajah yang tidak percaya

Yunho melangkahkan kakinya menuju ketempat namja manis yang pernah ditemuinya satu bulan yang lalu itu. namja manis yang sesungguhnya sejak awal telah menarik perhatiannya sejak mata doe itu menatapnya pertama kali.

"Kita bertemu lagi bukan?" kata Yunho penuh percaya diri ketika akhirnya bertemu lagi dengan namja manis dihadapannya ini

"Hahaha, jadi? Apakah ini yang namanya takdir?" tanya namja manis tersebut sambil menaruh cangkir coffenya dan terus merasa bahwa pria dihadapannya ini semakin menarik sebulan setelah mereka tidak bertemu

"Takdir ataupun bukan aku senang akhirnya dapat bertemu lagi denganmu" kata Yunho sambil menyilakan tangannya pada dadanya dan menaruhnya dimeja sambil menatap namja manis itu antusias

Rona merah itu terlihat begitu samar diwajah namja manis itu namun terasa amat hangat bagi pemilik wajahnya. mungkin sangat buruk karena ia merona saat digoda oleh sesama pria namun pria kali ini sangat berbeda. Dia sangat menarik. Mungkin lebih dari menarik.

"Kim Jaejoong" kata namja manis itu sambil mengulurkan tangannya

"Jung Yunho" kata Yunho sambil membalas uluran tangan Yunho

"Akhirnya aku tau namamu" lanjut Yunho sambil tersenyum senang

"Aku juga" kata namja manis bernama Jaejoong tersebut sambil turut membalas senyum Yunho

"Sedang apa kau disini? Kata Yunho sebelum ia merutuki dirinya sendiri. Pertanyaan ini terdengar sangat bodoh. Ini restoran, dan dia ada disini. Untuk apa lagi kalau bukan makan? Aish.

"Pabo!" batin Yunho sambil merubah sedikit air wajahnya

"Hahaha, aku disini tentu untuk makan, Yunho ssi" kata Jaejoong sambil sedikit tersenyum kecil. Pria yang terlalu menarik batinnya

"Ah, benar juga" kata Yunho sambil tersenyum garing

"Mm, apa kau sendirian?" lanjut Yunho berusaha menanyakan pertanyaan yang lain dan lebih masuk akal

" Seharusnya aku tidak sendirian, tapi temanku membatalkan janji kami saat aku sudah tiba disini. Daripada aku tidak memesan apapun akhirnya aku memesan coffe. Kau sendiri?" tanya Jaejoong sambil sesekali mempoutkan bibirnya lucu dan kembali mengarahkan matanya pada Yunho

"Aku? Aku juga sama sepertimu, tapi setidaknya sampai saat ini temanku belum membatalkan janjinya hehehe" kata Yunho sedikit bengga sebelum akhirnya sebuah bunyi tanda pesan masuk berbunyi dan membuat Yunho sedikit mengerutkan keningnya

From : Junsu, Kim

To : You

Yunho ya, mian! Kurasa aku benar benar sibuk dan harus membatalkan janji makan kita! Lain kali akan kutraktir kau lebih banyak daripada yang kujanjikan hari ini! mianhae!

Yunho menarik nafas sejenak sebelum akhirnya kembali memasukan ponselnya secara asal kedalam sakunya dan menghembuskannya sambil mentap Jaejoong.

" Baiklah, kita senasib sekarang. Aish" desah Yunho kesal

"Sudahlah tidak usah dipikirkan. Hey! Bagaimana kalau kita makan makan untuk merayakan pertemuan kita kembali eoh?" kata Jaejoong penuh semangat

"Ah! Ide bagus!" kata Yunho lalu kembali mengubah raut wajahnya menjadi lebih gembira

Perasaan senang mengitari mereka berdua malam itu. setelah satu bulan, akhirnya perasaan itu kembali dan menambah kuat ikatan diantara mereka. Mereka saling merasakan nyaman satu sama lain dan mulai saling mengenal satu sama lain hingga tanpa sadar mungkin akan ada sesuatu yang lain dalam diri mereka. Apakah ini yang namanya takdir?

"Jae" panggil seseorang bersuara husky pada sahabatnya itu

"Ne, Yoochun ah?" balas Jaejoong

"Maaf aku meninggalkanmu kemarin, aku benar benar sibuk hingga terpaksa meninggalkanmu sendiri disana!" Kata Yoochun dengan wajah penuh rasa bersalah

"Aish astaga. Tidak apa Chun, lagipula aku bisa sendiri! Aku ini kan pria!" kata Jaejoong sambil menepuk nepuk dadanya

"Tapi tetap saja, kemarin adalah satu satunya hari yang diijinkan dokter untuk kau keluar dari rumah sakit tapi aku malah melewatkannya" kata Yoochun dengan penuh penuh penuh penyesalan

"Hahaha, suatu hari, saat aku sudah lebih baik dari saat ini, kita akan makan sepuasnya, bagaimana?" kata Jaejoong dengan wajah menjanjikan

"Baiklah, aku akan menunggu saat itu" kata Yoochun yang akhirnya mencoba memasang sebuah senyum diwajahnya

"Apa kau lapar? Aku akan keluar sebentar untuk membeli makanan. Kau tunggulah disini sebentar " tanya Yoochun kemudian

"Hmmm, baiklah" jawab Jaejoong

Yoochun lalu melangkahkan kakinya pergi dari ruangan Jaejoong dan menuju ke kantin rumah sakit. Tidak lama berselang setelah Yoochun pergi, terdengar suara ribut dari arah luar.

"Ada pasien baru lagi tampaknya" batin Jaejoong sambil menatap arah luar kamarnya

Raut wajah Jaejoong berubah seketika ketika wajah familiar itu kini terlintas dihadapannya sambil dipenuhi bercak darah. Wajah namja yang ia ketahui bernama Yunho itu kini tengah dilarikan ke dalam ruang IGD sementara ia hanya dapat melihat seorang pria berwajah imut tengah terduduk dengan cemas disana. Jaejoong melangkahkan kakinya lalu menghampiri namja tersebut.

"Ah, mian. Pria yang didalam itu... apa yang terjadi padanya?" tanya Jaejoong sangat hati hati

"Dia ditabrak oleh seorang pengemudi mabuk. Seharusnya aku yang tertabrak tapi dia malah menyelamatkanku dan sekarang dia yang ada diruangan ini. Aish, Kim Junsu! Pabo!" Rutuk Junsu pada dirinya sendiri

"Sudah, tenang saja. Dia pasti pria yang kuat. Kau temannya, kau pasti lebih mengenalnya bukan?" kata Jaejoong berusaha menyemangati Junsu

"Ya, Yunho memang pria yang kuat. Sangat kuat bahkan hingga sampai saat ini." kata Junsu berusaha mendalami kata kata Jaejoong dan terdiam setelahnya.

Terlihat raut cemas dan perasaan bersalah masih mendiami wajah Junsu. Sesungguhnya Jaejoong pun tidak dapat menghindarkan rasa cemas dalam dirinya ketika mendengar cerita namja disebelahnya namun bagaimanapun juga saat menghadapi masalah ini, ia harus menghadapinya dengan tenang. Jaejoong harus membuat dirinya sangat sangat tenang, karena jika tidak, hanya sakit yang akan ia rasakan.

Setelah beberapa lama seorang dokter keluar dari ruangan yang dimasuki Yunho tadi dan memanggil kerabat terdekat Yunho.

"Dia selamat dan kita dapat memindahkannya ke ruang perawatan" kata Dokter tersebut

Jaejoong yang berada dibelakang Junsu mendengarkan perkataan itu dengan perasaan lega dan akhirnya memutuskan untuk kembali keruangannya ketika ia merasa dadanya sedikit sesak.

Sedikit cahaya mengusik pemilik mata yang tengah mengatupkan matanya tersebut dan mempuat sang pemilik mata mau tidak mau membuka matanya yang tampak sangat berat kala itu. Mata musang itu memandang menelanjangi sekitarnya dan mendapati dirinya diruangan yang sesungguhnya tidak terlalu asing baginya. Ruangan ini benar benar menggambarkan sebuah rumah sakit

"Jung Yunho?" panggil suara yang juga terasa tak asing ditelinganya

Yunho sedikit melirikkan matanya berusaha menatap menuju kearah suara. Sepasang senyum terukir dibibirnya. Itu dia. Dia yang sesungguhnya sedang dirindukan oleh Jung Yunho. Si pemilik mata doe yang telah berhasil menyedot perasaannya dari awal mereka bertemu.

"Kau" kata Yunho ketika mendapati Kim Jaejoong tengah berjongkok sambil menatapnya

"Ya, aku. Kau kenapa? Sampai bisa terluka seperti ini" tanya Jaejoong menatap Yunho dengan wajah yang menginterogasi

Yunho hanya terkekeh kecil yang terdengar masih sangat lemah. Ia berusaha mendudukan tubuhnya di tempat tidur pasien itu dengan susah payah. Dengan sigap dan perlahan Jaejoong membantunya sehingga Yunho dapat terduduk dengan sempurna.

"Jadi, apa yang terjadi padamu?" tanya Jaejoong lagi

"Hanya sebuah kecelakaan biasa" Kata Yunho masih dengan sedikit terkekeh

"Dasar bodoh! Bagaimana kalau kau sampai tidak bisa membuka matamu gara gara kecelakaan itu eoh?" kata Jaejoong sedikit memukul lengan Yunho pelan

"Ya! Ya! Kenapa kau berkata begitu huh? Apa kau mendoakanku seperti itu?" kata Yunho mengerutkan sedikit keningnya

"Aniyo! Aku cemas bodoh! Aku melihatmu yang sedang dilumuri darah kau pikir aku tidak takut kehilanganmu?!" kata Jaejoong sambil mendengus kesal

Yunho terdiam sejenak sambil merasakan sedikit geli pada dadanya. Getaran getaran kecil terasa kala mendapati ekspresi wajah khawatir dari namja dihadapannya ini. Dan yang berhasil membuat darahnya berdesir hebat adalah ketika namja ini berkata ia takut kehilangan Yunho.

Getaran getaran kecil itu tak pelak melukis sebuah senyum yang lebih cerah diwajah Yunho. Namja bermata musang itu merasa amat hangat kala namja didepannya ini terasa mengkhawatirkannya. Apakah Yunho telah menyukai namja dihdapannya ini?

"Kau takut kehilanganku huh?" kata Yunho sedikit menggoda Jaejoong yang berhasil membuat sebuah buratan merah dikedua pipi milik Jaejoong. Namja itu tengah merona rupanya.

Jaejoong merasakan jantungnya akan segera lepas dari tubuhnya ketika Yunho bertanya seperti itu. sebuah perasaan hangat mengaliri tubuhnya dan bermuara pada pipinya yang membuat kedua pipinya membentuk buratan merah. Jujur saja perkataan itu keluar begitu saja dari bibirnya sesuai apa yang tengah dipikirkannya. Dan ya, Jaejoong amat takut bila harus kehilangan Yunho. Namja yang sesungguhnya berhasil membuatnya merasa tertarik walaupun pertemuan mereka berdua bukanlah pertemuan yang lama dan sering. Hanya saja namja ini telah berhasil menarik perhatian Jaejoong sejak awal mereka berjumpa, dan kini Jaejoong telah merasa semakin tertarik dan semakin jatuh kedalam pesona seorang Jung Yunho. Apakah ini berarti Jaejoong telah menyukainya?

"Kim Jaejoong, apa kau menyukaiku?" tanya Yunho yang sontak membuat namja bermata besar itu semakin melebarkan matanya

Detak jantung mereka berdua beradu dalam suatu ruangan yang sesungguhnya bisa saja memantulkan suara detak tersebut dan membuat mereka saling mendengar detak jantung mereka satu sama lain. Namun pikiran dan euphoria yang mereka pikirkan membuat mereka tuli akan segala suara yang ada disekitar mereka. Kini yang dapat mereka lakukan hanya berpikir. Memikirkan sebuah jawaban dan memikirkan sebuah tindakan. Jawaban yang akan menentukan kelanjutan dari tindakan mereka. Dan tindakan yang akan menentukan jawaban yang akan mejadi takdir mereka.

TBC