Clover's Cafe

Naruto © Masashi Kisimoto

Ranted: T

Gender: Drama, Romance, Humor(?)

Story © Kimeka ReiKyu

Warrnig: Au, OOC, Gaje, Garing, Typo bertebaran, EYD berantakan dll.

[Sakura-Centric]

Don't Like, Don't Read!


Pagi yang cerah di Kota Konoha, burung-burung bernyanyi riang dan bunga-bunga mulai bermekaran. Musim semi telah tiba, menandakan liburan sekolah hampir selesai.

"Aaaaaaahhhhh!"

Suara teriakan dari salah satu rumah sederhana membuat burung-burung yang asik bernyanyi berhamburan terbang meninggalkan dahan pohon.

Drap Drap

"Sakura ada apa!?" dari arah tangga seorang gadis berambut pirang berlari mendengar teriakan itu.

Tidak jauh dari gadis berambut pirang, seorang gadis berambut merah muda berantakan berdiri dengan tubuh bergetar dan air mata yang menetes "Ino..." panggilnya pada gadis berambut pirang yang bernama Ino.

"Ada apa Sakura?" tanya Ino khawatir melihat temannya menangis dengan tubuh bergetar.

"Hiks... bea-beasiswaku di cabut Ino" Sakura—gadis berambut merah muda—memberikan sebuah kertas putih ditangannya kepada Ino masih dengan air mata yang mengalir.

Ino menerima kertas putih yang disodorkan Sakura, bola matanya bergerak kekiri dan kekanan membaca satu persatu kalimat dalam kertas putih.

"Hah? Alasan macam apa ini?" ujar Ino kesal setelah membaca isi kertas putih itu.

"Aku juga tidak mengerti Ino"

"Kenapa hanya karena kau tidak mempunyai anggota kelompok beasiswamu di cabut?" Ino sangat kesal, bagaimana mungkin alasan konyol seperti itu bisa membuat beasiswa seorang Haruno Sakura di cabut padahal satu Konoha Senior High School tau Sakura adalah murid perempuan dengan nilai tertinggi diangkatannya.

"Hiks.. aku sudah berusaha mencari teman untuk kelompok" ujar Sakura sambil menahan tangisnya "Tapi, tidak ada yang mau menerimaku menjadi anggota kelompoknya.' tambah Sakura.

Ino benar-benar kesal digerutukan giginya. Dia tau Sakura tidak memiliki banyak teman mungkin hanya dia teman satu sekolah Sakura. Dan masalah kelompok, Sakura sudah berusaha mencari kelompok yang mau menerimanya (Ino dan Sakura beda kelas) tetapi tidak ada satu murid pun yang mau memasukannya. Ino tau Sakura selalu mengerjakan tugas kelompoknya sendiri dan lihatlah nilai yang didapatkan oleh Sakura tidak pernah dibawah 95.

Ino menghela nafas mencoba mengurangi emosinya.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang Sakura?"

"Entahlah Ino, mungkin aku akan pulang ke desa saja." jawab Sakura, dapat dibayangkan betapa kecewa kedua orang tua Sakura, jika tau beasiswanya dicabut.

"Tidak, kau tidak boleh pulang Sakura!" Ino menggoyang-goyangkan bahu Sakura tidak terima dengan rencana putus asanya.

"Tapi Ino, tanpa beasiswa aku tidak mungkin bisa melanjutkan sekolahku."

"Kau sudah berusaha keras selama satu tahun ini Sakura, dan jangan bilang hanya karena masalah kecil ini kau menyerah!?" Ino menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar alasan Sakura.

Sakura bukanlah anak dari keluarga menengah keatas melainkan keluarga menengah kebawah. Kedua orang tua Sakura hanya membuka sebuah toko serba ada di salah satu kota kecil di Konoha, tidak mungkin bisa membayar biaya sekolahnya yang sangat mahal itu.

Konoha Senior High School (KSHS) adalah sekolah berstandar Internasional yang lulusannya diakui oleh dunia internasional, fasilitas dan para pengajarnya bukanlah sembarangan. Oleh sebab itu biaya yang diperlukan tidaklah sedikit bahkan hanya anak-anak yang berdompet sangat tebal baru bisa masuk atau anak-anak dengan IQ diatas rata-rata baru bisa diterima itupun dengan jalur beasiswa dan Sakura salah satunya.

Dan sekarang setelah perjuangannya selama satu tahun dengan mempertahankan nilainya tiba-tiba sekolah mencabut beasiswanya dengan alasan yang tidak bisa diterima begitu saja, mau melawan? Melawan dengan apa? Sakura hanya gadis desa yang berpenampilan kampungan tidak mungkin bisa melawan.

"Lalu aku harus bagaimana Ino?" tanya Sakura putus asa.

"Kau tidak akan mau menerima bantuan finansial dariku, 'kan Sakura" ujar Ino sambil memeloti Sakura yang selalu menolak bantuannya dan hanya dibalas anggukan kepala oleh Sakura "Jadi bagaimana jika kau bekerja saja?" saran Ino kepada Sakura.

"Bekerja apa?"

"Kau bisa bekerja sebagai guru private, penjaga kasir atau pelayan?"

"Aku tidak begitu yakin Ino." jawab Sakura ragu-ragu mendengar saran dari Ino.

"Jika belum dicoba mana tau hasilnya" Ino menarik tangan Sakura menuju ke lantai atas "Jangan buang-buang waktumu Sakura dan cepat siap-siap! Hari ini kita akan cari pekerjaan untukmu." tambah Ino. Utunglah hari ini dia menginap dirumah Sakura, tidak bisa dibayakan apa yang akan dilakukan temannya satu ini jika dia tidak ada.

Sakura hanya menghelakan nafasnya, Ino tidak kalah keras kepala darinya jadi sulit mengubah pemikiran Ino jika dia sudah menetapkan sesuatu dan yang bisa dilakukan Sakura hanya menuruti saran Ino.

~~Clover's Cafe~~

Terlihat seorang gadis yang memakai kacamata jabul yang besar sehingga menutupi setengah wajah dengan rambut merah muda diikat berantakan berjalan seorang diri di tengah-tengah keramaian kota Konoha, Ino? Ah dia sudah menghilang dua jam yang lalu karena ada urusan mendesak yang sangat penting. Jadi disinilah Sakura sekarang, berjalan dari satu toko ke toko lainnya tapi tidak ada satu toko pun yang mau menerimanya bekerja.

Sakura menundukan kepalanya meratapi nasib sialnya sehingga tidak menyadari didepannya ada seseorang yang berjalan dengan tergesa-gesa menuju kearahnya, dengan dua kantong besar belanjaan.

Bruk

Sakura terjatuh begitu juga orang yang menabraknya, hampir semua belanjaan orang itu berlambur di jalan.

"Maafkan saya." ujar Sakura walaupun bukan dia yang menabrak tapi dia juga salah karena berjalan tidak melihat kedepan.

"Seharusnya saya yang meminta maaf karena berjalan dengan tergesa-gesa." kata orang yang menabrak Sakura. Tunggu dulu, rambut Silver yang melawan gravitasi dan masker yang menutupi separuh wajahnya itu...

"Kakashi-sensei!?" tanya Sakura pada orang didepannya.

"Eh?" orang tersebut terlihat cukup terkejut "Haruno-san?" tanyanya.

Sakura hanya menganggukan kepalanya atas pertanyaan orang itu yang ternyata salah seorang pengajar di KSHS yang kebetulan waktu kelas satu sempat mengajar dikelas Sakura.

"Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Kakashi sambil memunguti belanjaannya yang berserakan di jalan.

Melihat Kakashi memunguti belanjaan yang terjatuh, Sakura ikut membantu mengumpulkan belanjaan itu. "Saya sedang mencari pekerjaan Sensei" jelas Sakura.

"Pekerjaan, Untuk apa?" Kakashi melirik Sakura yang berjongkok didepannya memunguti belanjaannya yang berserakan dijalan.

"Beasiswa saya telah dicabut Sensei dan untuk bisa melanjutkan sekolah saya harus bekerja" jawab sakura.

"Beasiswamu dicabut? Bagaimana mungkin?" Kakashi tidak percaya bagaimana beasiswa Sakura—salah satu murid kebanggannya—bisa dicabut, seingatnya terakhir ia memberikan nilai A dirapot Sakura.

"Saya juga tidak mengerti Sensei, pemberitahuan dari pihak sekolah baru saja tiba tadi pagi." Sakura berdiri dengan sekantong besar belanjaan dalam pelukannya.

"Apa kau sudah menemukan pekerjaan yang cocok untukmu, Sakura?" tanya Kakashi sambil berdiri dan mengambil belanjaan yang ada dalam pelukan Sakura.

Sakura mengerutkan alisnya mendengar pertanyaan Kakashi, bukan karena pertanyaannya tapi bagaimana Kakashi memanggil namanya, biasanya Kakashi memanggil Sakura dengan nama keluarga bukan nama belakangnya.

"Kupikir jika kita berada di luar lingkungan sekolah kita tidak perlu bersikap terlalu formal Sakura" Kakashi menyadari perubahan diraut wajah Sakura saat dia memanggil muridnya bukan dengan nama keluarga seperti dikelas melainkan nama belakangnya.

Mendengar perkataan Kakashi Sakura hanya menganggukan kepalanya paham.

"Saya masih belum menemukan pekerjaan Sensei." jawab Sakura sambil menundukan kepalanya.

"Sudah ku bilang untuk tidak bersikap terlalu formal jika kita tidak berada disekolah."

"Emh, bagaimana jika kau bekerja denganku saja Sakura, kebetulan aku sedang membutuhkan seorang pelayan di cafe." lanjut Kakashi.

Mata Sakura membulat mendengarkan perkataan Kakashi, dimajukannya badannya kedepan agar bisa melihat ekspresi Kakashi, mungkin saja Kakashi hanya bercanda.

"Apa kau serius Sensei?" tanya Sakura tidak percaya pada perkataan Kakashi.

"Apa aku terlihat seperti sedang bercanda?" tanya balik Kakashi melihat raut ketidak percayaan yang tergambar jelas diwajah Sakura.

"Khyaaaa! Sensei kau baik sekali" Sakura melompat senang mendengar tawaran dari Kakashi, akhirnya setelah memutari wilayah pertokoan Konoha berjam-jam, dia mendapatkan pekerjaan juga dan untungnya mantan Sensei-nya sendiri adalah atasannya.

"Nanti saja merayakan kesenanganmu Sakura! Kita harus segera tiba di cafe" kata Kakashi sambil berjalan tergesa-gesa meninggalkan Sakura dibelakangnya.

"Sensei!" panggil Sakura dan mulai melangkah cepat mengimbangi langkah kaki Kakashi. "Kita mau kemana?" tanya Sakura penasaran.

"Ke cafe Sakura, kita sudah sangat terlambat" Ujar Kakashi berhenti tetap didepan sebuah mobil mewah berwarna putih. "Cepat masuk!" perintah Kakashi.

Sakura yang tidak mengerti hanya mengikuti perintah yang diberikan Kakashi dan duduk manis di bangku sebelah bangku Kakashi dan mobil putih itu mulai meninggalkan wilayah pertokoan Konoha.

.

.

.

Ckitt

Mobil putih yang ditumpangi Kakashi dan Sakura telah tiba di depan sebuah bangunan bergaya Eropa modern dan diatas pintunya tertulis "Clover's Cafe". Sakura hanya bisa terpukau melihat bangunan itu "sederhana tapi indah" itulah pendapat Sakura atas bangunan didepannya. Pandangan Sakura berhenti pada barisan rapi para perempuan didepan pintu masuk cafe itu.

"Apa yang mereka lakukan disitu?" guma Sakura saat melihat barisan memanjang para perempuan didepan pintu.

"Sakura"

Panggilan Kakashi menyadarkan lamunan Sakura dan saat dilihatnya Kakashi sudah lebih dulu berjalan meninggalkan dirinya yang masih bengong.

"Kakashi-sensei" panggil Sakura sambil berusaha mengejar Kakashi yang berjalan kebelakang bangunan itu. "Apa bangunan ini milikmu?" tanya Sakura penasaran.

"Bukan, bangunan ini milik bersama" jawab Kakashi yang dibalas oleh gumaan halus Sakura.

Cklek

Perlahan Kakashi membukakan pintu dan mulai masuk kedalam diikuti Sakura dibelakangnya.

"Kau lama sekali Senpai" dari dalam terdengar suara laki-laki yang entah kenapa Sakura merasa mengenali suara itu.

"Maaf Yamato, tadi aku mengalami sedikit inseden dijalan." terang Kakashi sambil meletakan dua kantong belanjaannya keatas sebuah meja.

Dari ruang yang Sakura yakini sebuah dapur (dilihat dari peralatan masak yang tergantung rapi) seorang laki-laki berambut dan bermata hitam keluar sambil memakai sebuah celemek berwarna putih dengan hiasan noda-noda diatasnya.

"Kau seharusnya menghubungiku Senpai jika sesua-" perkataan laki-laki itu terpotong saat melihat Sakura yang berdiri dibelakang Kakashi. "Haruno, apa yang kau lakukan disini?" tanya Yamato—Laki-laki berambut hitam—saat melihat Sakura.

"Yamato-sensei, aku-"

"Mulai hari ini Sakura akan bekerja disini." kata Kakashi memotong perkataan Sakura.

"Sakura?" Yamato terlihat bingung mendengar penuturan Kakashi. Yamato juga merupakan salah satu tenaga pengajar di KSHS dan dia cukup mengenal Sakura karena prestasinya. Tapi setaunya, Kakashi biasanya akan memanggil Sakura dengan nama keluarga bukan nama belakangnya.

"Kita sedang tidak berada disekolah Yamato, lagi pula mulai sekarang Sakura bekerja disini" jawab Kakashi melihat raut bingung Yamato.

"Apa ada pegawai baru?" dari belakang Yamato (dapur) seorang laki-laki bertubuh gemuk keluar, penampilannya tidak jauh berbeda dari Yamato celemek dengan hiasan noda menggantung dilehernya.

"Akimichi Choji?!" kata Sakura dalam hati saat melihat laki-laki didepannya.

"Choji! perkenalkan ini Sakura mulai sekarang dia akan bekerja disini" ujar Kakashi memperkenalkan Sakura kepada Choji. "Tapi kurasa seharusnya kau sudah mengenalnya." tambah Kakashi.

"Ehm..." Choji terlihat berpikir sejenak. "Ya Sensei, sepertinya aku pernah melihatnya" lanjut Choji sambil tersenyum ramah kearah Sakura.

"Yamato, tolong panggilkan yang lainnya!" perintah Kakashi kepada Yamato, mantan juniornya saat dibangku kuliah dulu.

Tanpa menunggu lama Yamato sudah pergi meninggalkan dapur dan berjalan kearah pintu yang ada di sebelah kanan Sakura.

Keheningan menyelimuti ruangan yang terlihat seperti jalan penghubung. Dari posisi Sakura yang berdiri di dekat pintu tempat ia masuk tadi, dihadapannya ada sebuah ruang seperti dapur, di sebelah kanannya ada sebuah pintu yang ditutup tirai berwarna putih tipis tempat Yamato pergi. Disebelah kiri Sakura ada sebuah ruang lagi yang entah apa karena ditutup oleh sebuah pintu bercat coklat.

"Ada apa, sih Sensei!?"

"Lagi sibuk ni!"

"Merepotkan."

"Padahal sedang ramai, loh Sensei."

"Apa boleh buat, Kakashi memintaku memanggil kalian."

Dari arah pintu yang tertutup tirai putih terdengar suara-suara berat yang diyakini Sakura sebagai suara laki-laki.

"Yo." Sapa Kakashi saat melihat sekumpulan pemuda yang berjalan kearahnya.

"Jangan suka menggangu orang yang sedang bekerja Sensei, itu tidak sopan" kata seorang laki-laki berambut hitam klimis dengan kulit putih pucat tersenyum ke arah Kakashi.

"Maaf." Ujar Kakashi menyesal tetapi dengan sebuah senyuman dibalik maskernya. "Aku hanya ingin memperkenalkan pelayan baru kepada kalian." lanjut Kakashi.

Mata Sakura membulat melihat beberapa orang laki-laki yang berdiri didepannya. "Me-mereka..." kata Sakura dalam hati saat melihat beberapa laki-laki berjejer rapi.

"Mana pelayan barunya, Sensei?" tanya seorang laki-laki berambut pirang jabrik. Tanpa sengaja matanya menangkap sosok Sakura yang berdiri dibelakang Kakashi, ditelengkan kepalanya kesamping mencoba melihat Sakura yang makin bersembunyi dibelakang Kakashi.

"Apa itu yang dibelakangmu, Sensei?" tanya laki-laki berambut coklat dengan dua tato segitiga terbalik menghiasi wajahnya.

"Oh..." Kakashi memundurkan tubuhnya kebelakang sehingga membuat Sakura yang bersembunyi dibelakangnya maju kedepan."Ini pelayan barunya, kurasa kalian semua sudah mengenalnya." lanjut Kakashi sambil menepuk bahu kiri Sakura.

"Hah!?" ujar laki-laki berambut pirang jabrik dan coklat bersamaan sambil memperhatikan Sakura dari atas sampai bawah.

"Aku tidak kenal si Pinky itu Sensei." tambah laki-laki berambut coklat yang diikuti anggukan kepala oleh beberapa laki-laki diruang itu.

"Dia Haruno Sakura." jawab laki-laki berambut hitam yang diikat seperti nanas.

"Kau kenal dia Shika?" tanya laki-laki berambut pirang penasaran.

"Tidak" jawab Shikamaru—laki-laki berambut hitam diikat seperti nanas—singkat.

"Hah?" ujar laki-laki berambut pirang bingung.

"Sudah... sudah kalian membuat Haruno ketakutan" kata Yamato berusaha menenangkan keributan.

"Sakura, yang berambut pirang jabrik itu Naruto." perkataan Kakashi yang tiba-tiba menarik perhatian semua orang yang berada di dalam ruangan itu.

"Hallo, Sakura-chan!" sapa Naruto—laki-laki berambut pirang jabrik—sambil nyengir kuda memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Dia Namikaze Naruto putra walikota Konoha" kata Sakura dalam hati mengenali siapa itu Naruto.

"Yang berambut coklat berisik itu, namanya Kiba" lanjut Kakashi.

"Siapa yang kau bilang berisik Sensei?!" ujar Kiba tidak terima dengan julukan yang diberikan Kakashi yang dibalas senyuman oleh Kakashi.

"Inuzuka Kiba, anak pemilik toko dan rumah sakit hewan terbesar di Konoha" ujar Sakura dalam hati.

"laki-laki yang terlihat mati segan hidup tak mau itu Shikamaru." lanjut Kakashi tanpa mempedulikan ocehan Kiba yang masih tidak terima dibilang berisik olehnya.

"Hoa... merepotkan." Shikamaru menguap bosan dan mulai menyederkan tubuhnya ke dinding dibelakangnya.

"Nara Shikamaru, si jenius KSHS." ujar Sakura dalam hati sambil memperhatikan Shikamaru yang sepertinya sudah tertidur sambil berdiri.

"Yang tersenyum dari tadi, Sai." tunjuk Kakashi kearah laki-laki berambut hitam klimis yang memasang senyuman diwajah pucatnya

"Hallo jelek." Sapa Sai—laki-laki berambut hitam klimis—sambil tersenyum ramah(?).

"Sial! Shimura Sai, seniman muda berbakat yang kelewat jujur." ketus Sakura dalam hati mendengar sapaan dari Sai.

"Sai jaga bicaramu!" tegur laki-laki berambut coklat panjang sedangkan Sai yang ditegur hanya memasang senyum tanpa dosa.

"Ne Sakura, yang berbicara tadi adalah, Neji." jelas Kakashi sambil menunjuk kearah Neji, laki-laki berambut coklat panjang itu.

Sakura mengikuti arah tangan Kakashi dan tanpa sengaja matanya bertemu pandang dengan Neji, tanpa sadar Sakura langsung menundukan kepalanya.

"Ketua OSIS KSHS, Hyuga Neji." bisik Sakura masih sambil menundukan kepalanya.

"Kalau yang paling pendek dan berambut merah itu namaya, Gaara." Kakashi menepuk bahu kiri Sakura sehingga membuatnya mendongakan kepala melihat sosok berambut merah yang disebutkan Kakashi.

"Eh, siapa laki-laki ini, aku tidak pernah melihatnya?" Sakura cukup bingung saat melihat Gaara—laki-laki berambut merah—yang berbeda dari laki-laki yang lainnya.

"Gaara satu tahun lebih muda darimu Sakura, jadi wajar jika kau belum pernah melihatnya." tambah Kakashi saat melihat raut kebingungan diwajah sakura.

"Pantas saja aku tidak pernah melihatnya disekolah." lanjut Sakura sambil tersenyum dan sedikit menundukan kepalanya sopan.

Gaara hanya diam dan sedikit menundukan kepalanya, membalas sapaan Sakura.

"Terakhir, laki-laki berwajah datar yang dari tadi berdiri seperti patung, Sasuke." kali ini Kakashi mengerakan telunjuknya dan berhenti tepat didepan seorang laki-laki berambut hitam dengan gaya mencuat kebelakang. "Menurutku seharusnya kau sudah sering mendengar namanya, 'kan Sakura." tambah Kakashi.

"Tentu saja Sensei, dia laki-laki yang paling sering disebut namanya oleh teman sekelasku." Ujar Sakura dalam hati sambil memincingkan matanya.

"Semuanya, mulai sekarang Sakura akan menjadi bagian dari kita dan kalian harus bersikap baik padanya!" Kakashi mengeraskan suaranya sehingga semua orang yang berada diruangan itu dapat mendengarnya.

"Tu-tunggu dulu!" teriak Sakura.

"Kau tidak mengatakan kepadaku bahwa aku harus bekerja bersama meraka." Tangan kecil Sakura menunjuk bergantian wajah laki-laki yang berdiri didepannya "orang-orang yang paling ingin kuhindari" lanjut Sakura dalam hati.

"Eh, benarkah?" Kakashi memasang wajah bingungnya, bersikap seolah-olah tidak paham dengan apa yang dikatakan Sakura. "Kupikir memberitaukan nama rekan kerjamu bukanlah hal yang penting." lanjut Kakashi.

"Tapi Sensei—"

"Aku tidak setuju Pinky itu bekerja disini!" tolak Kiba sambil menunjuk wajah Sakura.

Jleb

Perkataan Kiba dengan sukses menusuk hati Sakura sehingga membuat Sakura semakin menundukan kepalanya.

"Kau bisa merusak citra cafemu sendiri Sensei." tambah Neji.

Jleb

"Hoaaa, Wanita itu merepotkan saja"

Jleb

"Aku tidak suka orang jelek"

Jleb

"Aku tidak masalah, kok" perkataan Naruto sukses mendapat deathglare gratis dari Kiba, Neji dan Sasuke. Sai? Dia hanya tersenyum.

"Aku dan yang lainnya sudah memutuskan untuk mencari pelayan wanita..." perkataan Kakashi membuat semua orang yang ada diruangan itu mengerutkan alisnya (kecuali Gaara yang gak punya alis XD #dibantai). "Aku bosan, terus-menerus melihat laki-laki berkeliaran disekitarku" tambah Kakashi sambil menghelakan nafasnya, malang benar nasibmu Kakashi.

"Cih, terserah kau saja Sensei" ujar Kiba kesal.

"Tunggu dulu Sensei!" perkataan Sakura menarik perhatian semua orang. "Aku kan masih belum memutuskan untuk bekerja disini Sensei." lanjut Sakura dan mulai melangkahkan kakinya pergi meninggalkan kumpulan laki-laki berbahaya itu.

Prang

"Eh?"

Tanpa sengaja tangan Sekura menyenggol sebuah vas yang terlihat mahal yang berdiri tepat disebelah pintu masuk Sakura tadi.

"Sepertinya sudah diputuskan, mulai sekarang kau akan bekerja disini dan gajimu akan dipotong untuk mengganti vas antik yang kau pecahkan tadi, Sakura." ujar Kakashi sambil tersenyum penuh arti kearah Sakura.

"Yang benar saja? Tidaaakkkkkkkkk!" teriak Sakura dalam hati. Sepertinya setelah ini kehidupan Sakura akan sangat menyebalkan.

TBC


Hallo, namaku Kimeka ReiKyu salam kenal!

Ini Fict kedua saya, semoga para Reader-sama bisa terhibur dengan Fict gaje dari Author newbi yang masih banyak kekurangannya ini.

Ide Fict ini terinspirasi dari manga dan kehidupan nyata saya sendiri, dan jujur saya masih belum sempat membuka semua Achive di FFN jadi jika ada kesamaan dengan Fict lain saya benar-benar tidak tau. Sumpah itu bukan kesengajaan! (,)

Saya ucapakan terima kasih kepada Reader-sama yang sudah menyempatkan diri untuk membaca Fict ini dan saya harap Reader-sama bisa meninggalkan jejak berupa Review, saran dan lain-lain.

Salam hangat,

Kimeka Reikyu

Palembang, 25 Maret 2013