Berpasang-pasang mata dengan tajam menatap sesosok pria yang duduk di sebuah kursi yang diletakan di tempat yang mencolok -berada ditengah-tengah yang lainnya-. Raut wajahnya yang datar tak menghilangkan sedikitpun gurat ketampanan miliknya, walau ia hanya mengenakan kaos oblong berwarna biru, sepatu snakers, dan celana jeans kusam, tak membuat pandangan kagum dari lawan jenis menurun padanya. Ini sangat bertolak belakang dengan pandangan mata yang siap memangsa dari beberapa orang yang duduk di balik meja panjang tertutup taplak berwarna hijau di hadapannya.

Nampak salah satu orang yang duduk dihadapannya sedang memperbaiki kacamata. Tangannya sibuk membuka lembar demi lembar halaman sebuah buku.

Sekali lagi ia mencuri lirik dari balik kacamata yang dikenakan, seolah mencoba membaca isi pikiran pria di depannya. Tapi nihil, tak bisa terbaca apapun.

Kembali ia menunduk, fokus membaca deretan tulisan di dalam buku itu.

...

..

.

[13 Januari 2009]

Hari ini aku sial sekali.

Berencana menghabiskan liburan dengan bersantai di rumah tapi semuanya hancur karena Zhoumi, teman sejak kecil sekaligus tetangga sebelah yang selalu menyeretku kemanapun sejak masa liburan dimulai.

Benar-benar sial, seperti inikah rasanya neraka dunia? Ah liburan masih seminggu lagi dan pasti dia akan terus menyeretku menemaninya entah kemana.

Aku lelah!

[15 Januari 2009]

Ini adalah hari yang takkan pernah kulupakan, saat dimana tanpa sengaja aku menemukanmu, di antara puluhan peserta audisi.

Wajahmu yang tegang entah mengapa begitu bersinar di antara yang lain, memaksa mataku tak lepas dari sosokmu yang sempurna tanpa cacat sedikitpun.

Kau begitu total saat menari dan menyanyi, sangat terlihat hasratmu agar lulus audisi ini. Butiran keringat sebesar biji beras mengalir turun dari pelipismu, tapi kau seakan tak menyadarinya karena terlalu fokus.

Sejak saat itulah aku menetapkan dirimu adalah seseorang yang berharga, harus di jaga layaknya sebuah krystal rapuh.

Tapi aku tak suka ada yang melakukannya selain aku, bagaimanapun akulah yang menemukanmu.

[21 Maret 2009]

Tanpa sengaja aku mendengar kalau sekarang kau resmi menjadi trainee di sana dari Zhoumi. Tanpa sadar aku tersenyum lepas karena bahagia, aku yakin perasaan ini yang kau rasakan saat kau lulus audisi.

Mengapa aku bisa yakin kalau perasaan kita bertautan?

Karena kau adalah milik ku, apa yang kau rasakan pasti kuketahui.

Karena,

Hati kita saling bersingkronisasi bukan?.

[23 Maret 2009]

Diam-diam aku menyusup ke dalam gedung latihanmu, berpura-pura menjadi seorang office boy, dan itu semua ku lakukan untuk melihatmu.

Entah ini memang takdir atau detak jantungku lah yang mengarah hanya padamu. Kita bertemu lagi, untuk kedua kalinya. Walau pertemuan ini hanya bersifat satu sisi, hanya aku yang mengetahuimu. Tapi apa bedanya.

Seperti saat pertama kali kita bertemu, kau tak berubah sedikitpun, begitu bersinar dan sempurna.

Hai krystal hidupku

Aku tahu pasti tanpa sadar kau juga merasakan kehadiranku, karena hati kita saling bertautan.

[12 April 2009]

Hari ini aku resmi pindah ke apartemen baru, dan ini mungkin takdir karena kamar apartemenku tepat berseberangan denganmu. Tapi maaf sayang, aku tak bisa di gedung apartemen yang sama namun jangan khawatir, karena dari jendela kamarku ini, aktifitasmu disana bisa kulihat dengan jelas.

Seperti yang aku duga, kau memang penyuka warna pink.

Aku tersenyum saat melihat dinding kamarmu dari teropong ini, seluruhnya dilapisi warna pink cerah. Tapi warna itu tetap cocok untukmu, tak ada yang lebih cocok dengan warna itu selain kamu.

[13 April 2009]

Tanpa sengaja kita bertemu di swalayan saat membeli bahan makan malam.

Kau yang saat itu memakai hoodie pink, celana gobor berwarna putih dan sepatu kets begitu menawan.

Lucu sekali saat kau panik di meja kasir karena uang yang kau bawa kurang 1000won.

Wajahmu yang berubah pucat pasi dan keringat dingin mengucur membuatku tak tega, jadi tenanglah sayang, aku pasti membantumu.

[28 April 2009]

Aku tak sengaja mendengarmu sedang berbincang dengan teman-temanmu di taman, disana kau mengatakan ada seorang karyawan di agensi yang berani melakukan pelecahan padamu.

Hei Shit! Siapa yang berani berbuat seperti itu padamu. Biar ku lenyapkan!

Tak boleh ada satupun serangga bertangan kotor yang menyentuhmu, bila hal itu terjadi akan kupastikan ekstensinya di dunia ini menghilang.

[29 April 2009]

Lega rasanya saat tubuh orang itu hanyut terbawa arus di sungai Han. Tak akan pernah ku lupakan wajah pria kotor itu yang memucat berlumur darah.

Hanya dengan sedikit trik, aku sengaja mengirimkan sebuah email ajakan berkencan dari ponsel salah satu trainee wanita yang ku curi, dan Gotcha! Dia datang begitu mudahnya kedalam perangkap kematiannya sendiri, menyerahkan nyawa itu dengan sukarela.

...

..

.

"Ehem", suara deheman bergema di dalam ruangan tertutup itu. Seolah mengingatkan semua yang hadir agar kembali berkonsentrasi padanya.

"3 Mei 2009, seorang pemuda X yang sedang berjogging pagi menemukan sesosok mayat yang hanyut saat ia melintas melewati pinggir Sungai Han," orang yang berkata itu berhenti sejenak, memperbaiki kacamatanya. "Lalu saat pemeriksaan forensik dilakukan, akhirnya diketahui kalau orang itu di kabarkan menghilang beberapa hari sebelumnya," mata tajam miliknya memandang congkak ke arah pemuda yang duduk tenang di depannya. "Saudara Cho, apa anda mengenali korban?".

Salah satu dari orang-orang yang duduk di balik meja panjang bertaplak hijau lalu memperlihatkan sebuah foto yang diketahui adalah si korban.

Mata tajam dengan pupil mata hitam gelap berputar. Menatap intens pada selembar foto yang di perlihatkan didepannya. Bola matanya bergerak mempelajari, mengirimkan informasi pada otaknya.

"Sekali lagi kami tanya, apa kau mengetahui korban yang diketahui adalah Saudara Choi! Pemilik sekaligus direktur utama agensi fawless?!", bentakan ditambah suara yang seperti memaki terucap dari orang lainnya di balik meja itu.

Seulas senyum meremehkan terbentuk di wajah tampan pemuda itu, yang tentu saja membuat geram siapapun yang melihatnya.

"Saudara Cho! Harap di jawab pertanyaan ini!," timpal yang lain.

Hi hi hi

"Saudara Cho! Apa pertanyaan ini tak bisa kau cerna!"

Hi hi hi

"Saudara Cho!"

"Ha ha ha," akhirnya kikikan yang sejak tadi di tahan tumpah juga. Pemuda itu terus tertawa, menertawakan sesuatu yang untuk orang normal bukanlah hal yang lucu.

Karena kejadian ini, keributanpun tercipta. Kegaduhan di antara semua orang yang duduk di kursi belakang pemuda itu riuh, melemparkan caci maki akan sikapnya. Merasa suasana mulai berubah menjadi anarkis, maka semua orang -yang berwewenang- termasuk pemuda itu di ungsikan keluar.

Saat tubuhnya diseret keluar, tawa lepas itu tak berhenti. Malah semakin menjadi saat bola matanya melirik pada seorang pemuda berwajah teduh yang duduk di pojok depan.

"Kematian harus dibalas dengan Kematian juga, Mr Cho. Kau membunuh kekasihku, dan kaupun harus mati, walau bukan dengan tanganku sendiri"