Sebuah Remake dari novel yang berjudul A Romantic Story About Serena karya Shanty Agatha

.

Disclaimer:
Ide cerita dan sebagian besar plot diambil dari novel aslinya, disertai dengan penambahan dan pengurangan seperlunya dari saya. KyuMin are not Mine!

.

Warning:
Yaoi, boy x boy, typo(s), de el el

.

-KyuMin-

.

Sungmin memegang kenop pintu yang ada di hadapannya, menarik napas panjang sambil memejamkan kedua matanya. Ini berat dan ini tidak seperti biasanya. Pintu besar yang sedang berdiri kokoh seolah mengejek dan merendahkan keberadaanya yang tampak terpojok dan takut. Sesuatu yang besar dan berkuasa sedang menunggunya di balik pintu itu.

Sungmin tersenyum kecut, meringis membayangkan betapa miris dan kasihan keadaannya sekarang. Mungkin ini adalah akhir atau permulaan dari kata akhir yang sebenarnya. Benar-benar menakutkan. Ia tidak ingin menemui apapun atau siapapun yang sedang berada di balik pintu itu.

Namun ia tidak bisa, pintu terbuka dan sebuah sambutan dingin ia terima sesaat atmosfer ruangan dengan suasana begitu serius dan berat menguar, seakan menampar semua keberanian yang sudah ia kumpulkan sejak berada dalam lift tadi. Sebuah meja besar dengan hiasan khas meja kerja seorang eksekutif beserta bingkai foto kecil berisikan potret sepasang suami istri paruh baya dengan pose mesra saling mengamit tangan satu sama lain pun ikut serta menjadi pemandangan pembukanya saat mendaratkan matanya ke dalam ruangan tersebut.

Mulanya memang terkesan tenang dan nyaman setelah melihat potret tadi, tapi semuanya berubah dingin ketika matanya bertemu dengan sesosok pria jangkung dengan pose angkuhnya berdiri membelakangi sambil menatap ke luar jendela besar yang ada di hadapannya.

"Selamat siang, Tuan Cho." Sebagai pegawai yang baik dan terkenal ramah, Sungmin merasa harus menyapa atasannya lebih dulu.

Sosok pria jangkung itu segera berbalik lalu menampakkan wajahnya ke hadapan Sungmin yang sedang berdiri tunduk dengan segala rasa sopan dan segannya. Tuan Cho, begitu nama yang disebutkan untuknya, mengangkat dagunya, memasang sikap arogan layaknya seorang penguasa yang memegang kendali atas semua keadaan yang ada di sekitarnya. Ia menatap tajam, remeh dan merendahkan ke arah Sungmin, menyiratkan bahwa kedudukan mereka teramatlah jauh dan berjarak. Sungmin adalah tanah tempatnya berpijak sedangkan dirinya adalah langit luas yang agung yang membuat siapapun harus menengadah untuk menatap padanya.

"Lee Sungmin."

Sungmin menarik napas pelan, memberanikan diri mendengar semua kelanjutan dari kata pembuka yang baru saja dilontarkan oleh Tuan Cho ini. Dengan menaruh hormat pada harga dirinya sendiri, ia memberanikan dirinya untuk memasang wajah berani dan tak gentar ke hadapan sang atasan.

"Aku dengar kau sudah membuat kekacauan di lapangan."

Well, ini dia. Akhirnya ia sampai pada klimaks yang sudah memberati pundaknya sejak tadi pagi. Tak disangka masalah ini akan secepat itu sampai ke telinga atasannya.

"Saya hanya ingin menyelamatkan keadaan." Jelasnya sopan. Untuk beberapa saat ia sempat merasa nyalinya ciut ketika Tuan Cho menatapnya sinis, namun dengan cepat ia memunculkan keberaniannya kembali lalu balas menatap orang yang di hadapannya dengan yakin.

"Kau bilang itu menyelamatkan?" bentak Tuan Cho mulai murka, ia kelihatan tidak senang mendengar alasan yang dipaparkan oleh bawahannya tersebut. "Kau sudah mengusir salah satu klien penting perusahaan ini, Tuan Lee." Ujarnya penuh penekanan. "Dan kau juga telah mempermalukannya di depan umum, di hadapan banyak orang, di hadapan para kolega dan klien-klien penting kita yang lainnya. Apa kau sadar itu? Sekarang kau dengan percaya diri berdiri di hadapanku kemudian menjelaskan semua itu sebagai usaha penyelamatan. What are you doing?"

Sungmin tidak suka dibentak, terlebih disaat ia yakin dirinya tidak melakukan kesalahan. Tuan Cho hanya mendengar dan menilai dari satu pihak saja, jelas ini benar-benar tidak adil untuknya. Masih menjaga kesopanan dan rasa hormatnya Sungmin kembali membantah, "Tapi klien penting itu berusaha merayu dan melecehkan salah satu SPG yang sedang bertugas di saat pameran sedang berlangsung. Sebagai seorang supervisor yang kebetulan sedang ada di lapangan sudah seharusnya saya turun tangan dan membela gadis itu. Tindakan klien anda benar-benar sudah keterlaluan."

Tuan Cho melotot tidak senang ketika mendengar pembelaan dari Sungmin, ia tidak suka dibantah. "Jika kau masih ingat dengan posisimu sebagai seorang supervisor di perusahaan ini, seharusnya kau juga masih ingat bahwa tugas seorang supervisor adalah menjaga hubungan baik dengan klien-klien potensial, termasuk klien yang sudah kau usir tadi."

"Jadi saya harus menutup mata dan membiarkan pelecehan itu terjadi di saat pameran sedang berlangsung? Dengan begitu klien akan puas dan keuntungan perusahaan jadi berlipat ganda karenanya? Lalu dimana letak moralitas perusahaan ini?" Sungmin mulai geram.

"Moralitas tidak akan memberikan keuntungan apapun untuk perusahaan ini." jawab Tuan Cho tidak peduli, kemudian berdiri membelakangi Sungmin kembali.

'Ini sudah keterlaluan, aku sudah tidak tahan lagi.' Sungmin tidak bisa lagi menahan amarahnya.

Sungmin menarik napasnya dalam-dalam, lalu berkata lagi, "Baiklah, jika memang begitu aturan yang anda terapkan di sini. Dengan sangat menyesal saya putuskan untuk tidak bekerja lagi di perusahaan ini. Saya tidak bisa bekerja di sebuah perusahaan yang meremehkan keselamatan pegawai hanya demi keuntungan semata. Anda akan menerima surat pengunduran diri dari saya secepatnya."

Kemudian mereka hening. Sungmin menatap tajam dan menantang ke punggung Tuan Cho yang masih membelakanginya. Tuan Cho yang tampaknya cukup terkejut dengan keputusan Sungmin memilih untuk tidak memberikan tanggapan apa-apa, ia berbalik kemudian menatap Sungmin dengan tenang dan tanpa ekspresi.

Caranya menatap benar-benar datar dan tidak terbaca sama sekali. Sungmin jelas tidak bisa memastikan entah apa yang sedang dipikirkan oleh orang yang sebentar lagi akan menjadi mantan atasannya ini. Ia masih menunggu.

Lalu sebuah seringai sinis muncul dari sudut bibir Tuan Cho, sorot matanya berubah tajam dan sarat akan kelicikan. Sungmin yakin ada hal buruk yang akan segera datang.

"Kau meremehkan perusahaan ini, Tuan Lee. Kau pikir bisa seenaknya angkat kaki dari perusahaan ini? Kau bahkan juga meremehkan posisiku sebagai atasanmu yang paling terhormat di sini. Kau mungkin hanya seorang pegawai rendahan biasa, tapi jangan pikir aku tidak bisa memantau semua gerak-gerikmu selama bekerja di perusahaanku."

Tuan Cho menatap Sungmin dengan angkuh dan penuh kuasa, kata-katanya seperti penghantar menuju titah-titah mutlak yang seolah benar-benar akan menggantung nasibnya di perusahaan ini.

"Aku harap kau masih belum lupa bahwa sampai hari ini kau belum melunasi pinjaman 40 juta yang pernah perusahaan ini berikan padamu. Jika kau ingin angkat kaki dari perusahaan ini maka kau harus meletakkan sisa uang yang belum kau lunasi itu beserta surat pengunduran dirimu di atas meja kerjaku. Aku juga tidak ingin menahan orang sepertimu di kantor ini, tapi uangku, uang perusahaanku harus kau kembalikan dengan utuh, Tuan Lee."

Wajah Sungmin memucat seketika, bibirnya kelu dan tak bisa berkata-kata lagi. Tuan Cho memanah tepat pada sasaran, ia benar-benar kalah dan takkan sanggup untuk berkutik. Sekali lagi ia bertindak ceroboh dan mengambil sikap yang sangat keliru, sehingga ia benar-benar terjebak dalam situasi yang makin pelik dan rumit.

Benar, ia memang meminjam uang 40 juta itu, dan hingga hari pinjaman itu belum bisa ia lunasi. Sekarang orang ini malah memintanya untuk melunasi semua pinjaman itu, dengan cara apa ia akan membayar semua uang itu?

'Ya Tuhan, apa yang sudah aku lakukan? Kemana aku harus mencari uang sebanyak itu?' Sungmin kalut dalam diamnya, Tuan Cho seperti tidak main-main dengan ucapannya.

"Kenapa kau diam saja?" Tuan Cho bertanya dengan sinis, masih menatap hina kepada Sungmin.

Sungmin memang hanya diam, lagipula ia harus menjawab apa? Ia sudah mati langkah, ia membuat keputusan tanpa berpikir terlebih dahulu, dan lihatlah akibatnya Sungmin dipermalukan setelah ia berhasil memperjuangkan prinsip hidupnya.

"Aku simpulkan kau tidak akan mampu membawa uang 40 juta itu ke hadapanku, Tuan Lee. Aku heran kenapa kau berani meminjam uang sebanyak itu dari perusahaan ini, dan hebatnya perusahaan begitu baik sehingga mau memberikan pinjaman untukmu. Sepertinya gajimu sebagai seorang supervisor tidak bisa mencukupi kebutuhanmu. Well, tapi itu bukan urusanku, aku tidak akan pernah peduli dengan semua itu."

Tuan Cho pun tersenyum menang lalu menatap Sungmin tajam.

"Jadi, selama kau masih belum bisa melunasi semua hutang-hutangmu jangan harap kau bisa seenaknya meninggalkan perusahaan ini. Selesaikan dulu kewajibanmu baru kau bisa berkoar-koar di hadapanku dengan urusan moralitasmu itu. Dan sekali lagi kuingatkan, aku pimpinan di sini, aku pemegang keputusan yang paling mutlak di kantor ini, akulah yang akan menentukan apakah kau masih layak atau tidak berada di sini."

Sungmin mengepal kedua tangannya kuat-kuat, ia benar-benar terhina oleh kata-kata kasar Tuan Cho. Orang itu memang berkuasa, tapi tidak seharusnya mengeluarkan kata-kata serendah itu untuk dirinya.

"Sekarang, kembali ke ruanganmu dan lanjutkan pekerjaanmu. Bawa prinsip moralitasmu itu bersamamu, aku tidak mau mendengar kata-kata itu keluar dari orang munafik sepertimu."

Sungmin berusaha untuk sabar, ia menatap pria yang ada di hadapannya itu dengan penuh kebencian.

"Aku bertahan hanya karena pinjaman itu. Segera setelah pinjaman itu aku lunasi, aku akan segera angkat kaki dari perusahaan ini. Permisi."

.

-KyuMin-

.

Pintu di hadapannya dibanting keras, kelihatan sekali bahwa orang yang menutupnya sedang dalam keadaan tidak senang. Kyuhyun menggeram dan menunggu beberapa saat sebelum suasana hatinya tenang kembali. Ia menatap pintu itu beberapa saat lalu mendesah pelan seraya mendudukkan dirinya di kursi kerjanya kembali. Mencoba untuk rileks, Kyuhyun menyandarkan kepalanya pada punggung kursi itu lalu mendesah sekali lagi.

"Lee Sungmin," gumamnya. Suasana hatinya kembali memburuk setelah ia menyebutkan nama itu, benar-benar merepotkan. Belum ada yang berani membantah ucapannya di perusahaan ini dan Lee Sungmin si pegawai rendahan itu dengan sangat berani membantah bahkan meremehkan kedudukannya di perusahaan ini. Kyuhyun pantang diperlakukan seperti itu, harga dirinya terlalu besar dan mutlak untuk disepelekan oleh orang semacam Lee Sungmin.

'Kau pikir kau sedang berhadapan dengan siapa, tikus kecil? Tidak bisa semudah itu kau melepaskan diri dari sini? Aku tidak akan membiarkan kau pergi sebelum kau benar-benar hancur, Lee Sungmin. Kau salah jika sudah berurusan denganku, dengan Cho Kyuhyun.' Gumam Kyuhyun dalam hatinya.

Kyuhyun ingat kapan pertama kalinya ia mengenal karyawannya yang bernama Lee Sungmin itu, tidak terlalu menarik perhatian menurutnya. Baginya Lee Sungmin itu biasa saja, tidak ada yang istimewa. Kyuhyun selalu jadi pusat perhatian, wajah tampan, tubuh tinggi sempurna, senyumnya dingin namun selalu menawan mampu memikat wanita manapun yang menjatuhkan tatapan mereka kepada dirinya. Bahkan pesonanya yang begitu kuat dengan auranya yang maskulin itu tak pelak ikut menarik perhatian lelaki lainnya. Pria dan wanita, mereka semua menginginkannya.

Kyuhyun dikenal sebagai seorang yang suka bergonta ganti pasangan, namun ia juga dikenal sebagai seorang kekasih yang dingin dan nyaris tidak punya perasaan cinta sama sekali. Ia selalu menjaga jarak aman dengan mereka yang sedang menjalin hubungan dengannya. Mereka hanyalah pelampiasan, teman di atas ranjang, partner dalam bercinta dan pemuas kebutuhan nafsu birahinya. Setelah mendapatkan apa yang ia mau, maka ia akan membayar mereka semua dengan berbagai barang mewah ataupun segala macam hal yang mereka inginkan. Hingga sejauh ini baik Kyuhyun dan para pasangannya itu sangat menikmatinya.

Namun semua itu tiba-tiba terasa membosankan ketika dirinya yang selalu menjadi pusat 'tata surya' itu kini malah dianggap angin lalu oleh sebuah 'debu meteorit' yang tidak berharga sama sekali. Yeah, dialah Lee Sungmin, karyawan muda yang menjabat sebagai supervisor selama dua tahun belakangan di perusahaannya. Kyuhyun bahkan tidak pernah bertatap muka dengan pemuda itu sebelumnya. Wajar! Seorang CEO tidak akan pernah berurusan dengan seorang supervisor lapangan.

Lantas kenapa mereka bisa bertemu? Kyuhyun akan menyesali ini seumur hidupnya. Kebetulan, ketidaksengajaan dan keisengan, ketiga kata itulah yang membuatnya harus berhadapan dengan karyawan rendahan yang super ngotot itu beberapa saat yang lalu. Kyuhyun sedang menjamu tamu penting saat pameran yang dimaksud tadi sedang berlangsung. Kebetulan lokasi tempat ia menjamu tamunya tersebut sangat berdekatan dengan lokasi pameran, Kyuhyun memutuskan untuk mampir sebentar sekaligus untuk melihat-lihat dan mengamati bagaimana karyawannya bekerja. Pada saat tiba di lokasi ia segera di sambut oleh manajer yang kebetulan memang bertugas di sana dan saat itulah Lee Sungmin muncul.

Sungmin yang penampilannya yang sangat biasa dan begitu sederhana ikut mendampingi sang manager yang kala itu menyambut kedatangannya yang tiba-tiba. Sungmin seperti lembaran koran di antara tumpukan majalah fashion yang mahal dan ternama. Benar-benar tidak menarik perhatian sama sekali. Namun semua itu berubah dan berputar arah ketika tata krama mengharuskan mereka berdua untuk berjabat tangan. Yeah, saat itulah Kyuhyun merasakan ada yang berbeda dari manusia biasa yang sedang menjabat tangannya itu. Getar-getar halus bersengat rendah menggetar dengan tepat dan pasti ke dalam jantungnya. Kyuhyun terpana dalam hitungan detik dan terperangkap dalam sepasang bola mata tegas namun lembut yang Sungmin arahkan kepada dirinya. Saat itulah ia sadar, Lee Sungmin memang berbeda. Timbul ego yang secara perlahan dan pasti mengukuhkan sisi posesifnya untuk memiliki Lee Sungmin dalam balutan gairahnya. Kyuhyun terhenyak, ia menginginkan Lee Sungmin, tepat pada saat itu juga.

Namun ia malah dibuat terhenyak kembali dalam bentuk lain. Lee Sungmin tidak menganggapnya sama sekali. Kyuhyun yang biasanya jadi pusat perhatian malah tidak diacuhkan bahkan tidak dilirik sedikitpun oleh Lee Sungmin itu. What The Hell?

Apakah seorang Cho Kyuhyun sudah kehilangan pesonanya? Bayangkan saja, Lee Sungmin yang tidak menarik sama sekali itu ternyata tidak menunjukkan ketertarikan barang sedikitpun terhadap dirinya. Apakah Lee Sungmin buta? Atau Sungmin sadar dan merasa rendah diri? Atau...mungkin dia memang tidak tertarik dengan pria. Oh, mungkin saja dia masih normal. Tapi tetap saja ia tidak terima!

Sejak saat itu tanpa disadarinya Kyuhyun mulai membangun obsesinya terhadap sosok Lee Sungmin itu. Ia mengintai, menguntit dan mengawasi setiap gerak-gerik Sungmin selama berada di perusahaannya. Kyuhyun tidak melewatkan satu hari pun tanpa meloloskan semua jalan menuju obsesinya tersebut. Sungmin sudah menjadi prioritas kedua setelah pekerjaannya. Bahkan dengan menggunakan semua kekuasaan yang ia miliki Kyuhyun nekat memanipulasi beberapa proyek sehingga ia bisa melibatkan divisi tempat Sungmin bekerja di dalamnya. Semua itu ia lakukan agar bisa memata-matai atau mengawasi semua gerak-gerik Sungmin.

Kalian akan menyebut Kyuhyun gila dengan segala obsesinya terhadap Sungmin. Namun kenyataannya Kyuhyun sangat menikmati semua obsesi dan kegilaan itu. Baginya Sungmin itu bagaikan obat penenang yang selama ini ia butuhkan. Selain itu ia juga mempercayai sebuah teori yang menyatakan bahwa ada orang-orang tertentu yang dapat membangkitkan atau membuat kita selalu bergairah. Kyuhyun meyakini bahwa Sungmin adalah salah satu orang yang memang dimaksudkan untuk dirinya.

Kyuhyun mematrikan ke dalam otaknya bahwa obsesinya terhadap Sungmin hanyalah bagian dari pecahan kebutuhan seksualnya yang selama ini belum sempurna. Ia yakin cepat atau lambat obsesi ini akan segara hilang seiring datangnya rasa bosan atau datangnya orang-orang baru ke dalam kehidupannya. Kyuhyun tidak akan serius dengan semua ini.

Dengan dahi berkerut Kyuhyun mengamati map merah yang ada di atas meja kerjanya. Map itu berisi laporan pinjaman semua karyawan yang bekerja di perusahaannya.

Senyum liciknya merekah kembali, begitu mudah ia menggenggam semua ambisinya. Pinjaman Sungmin terhadap perusahaan tidaklah kecil, satu keuntungan besar sudah ada di tangannya. Sungmin masih akan tetap terikat dengan perusahaan ini dalam beberapa waktu yang cukup lama. Namun ia tidak habis pikir, untuk apa ia meminjam uang sebanyak itu dari perusahaan? Mungkinkah ia terlalu boros dalam menggunakan uang sehingga gajinya tidak akan cukup untuk menyokong gaya hidupnya tersebut. Jika memang begitu maka peluang Kyuhyun sangatlah besar untuk menarik Sungmin ke dalam jeratannya. Ia memiliki banyak uang, dan Sungmin sepertinya butuh uang. Kyuhyun jelas bisa memberikan apa yang Sungmin butuhkan, sebagai gantinya Sungmin harus menyerahkan dirinya di atas ranjang. Sungguh rencana yang luar biasa, Cho Kyuhyun!

.

-KyuMin-

.

"Bagaimana keadaannya, Suster Lee?"

Sungmin meletakkan tas kerjanya di samping tempat duduknya, keadaannya sudah basah kuyup. Hujan di luar begitu deras dan tak terelakkan.

"Kau kehujanan, Sungmin-sshi." Suster Lee menatap Sungmin dengan kasihan dan penuh haru, pemuda ini rela berbasah-basahan untuk datang ke sini.

Sungmin hanya tersenyum sekilas lalu mengusap-usap rambut kepalanya yang terasa berat karena tetesan air yang terus turun dari helai-helai rambutnya.

"Tidak apa-apa."

Suster Lee hanya bisa menyembunyikan rasa kasihannya dalam hati, ia tidak mau membuat sosok Sungmin tertekan karena rasa iba dari orang-orang di sekelilingnya, ia tahu Sungmin butuh ketegaran dan dorongan untuk selalu bertahan hingga seperti sekarang. Hanya kagum dan rasa bangga yang bisa tunjukkan kepada pemuda ini, pemuda yang ia kenal sejak dua tahun lalu, tepatnya sejak ia menjadi pengunjung tetap di rumah sakit tempat ia bekerja saat ini.

Rasa kagumnya berbuah sebuah keharuan ketika menyaksikan bagaimana kesetiaan dan pengabdian serta cinta sejati itu benar-benar ditunjukkan oleh Sungmin di depan matanya. Sungmin adalah manusia langka, sosok pria lembut berkepribadian yang ramah dan penyayang yang mungkin selama selalu diidamkan oleh para wanita di luar sana. Oh alangkah beruntungnya wanita yang mendapatkan dirinya. Namun sayang wanita itu harus menunda untuk menikmati keberuntungan itu.

"Keadaannya masih stabil, Sungmin-sshi. Tekanan darah dan jantungnya masih normal. Dia sangat tenang akhir-akhir ini. Selain itu tidak ada serangan mendadak yang datang menyerang, jadi dia bisa beristirahat dengan tenang."

Sungmin tersenyum senang ketika mendengar kabar yang cukup membahagiakan itu, "Begitukah? Dia sudah tidak mengalami serangan lagi? Oh, suster Lee aku sangat lega mendengarnya. Kalau begitu aku akan masuk melihatnya." Sungmin segera merapikan rambutnya yang masih basah berantakan karena hujan tadi lalu berdiri.

Ia memasuki sebuah ruang rawat sederhana dengan cat putih khas ruang rawat pada umumnya. Dilihatnya ke tengah ruangan, ke sebuah ranjang dimana tubuh seseorang yang amat ia cintai sedang terbaring lemah tak berdaya dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sosok yang terbaring itu terlihat begitu rapuh dan ringkih, dikelilingi oleh berbagai macam peralatan kedokteran yang tersambung langsung ke tubuhnya.

Sungmin mendekat lalu menarik kursi untuk duduk di sisi ranjang tersebut. Ia pun segera meraih tangan mungil yang terhubungan dengan selang infus tersebut lalu meremas-remasnya dengan lembut, seolah ingin menyuarakan 'Aku ada di sini' kepada sang pemilik tangan yang masih tak sadarkan diri itu.

Bibirnya mengulas sebuah senyuman tulus tatkala jemarinya secara tidak sengaja menyentuh logam berwarna perak yang melingkar di jari manis orang tersebut. Sungmin mengelus-elus cincin itu sambil mengikuti pola melingkarnya. Yang sedang terbaring itu adalah Kang Ji Young, tunangannya. Gadis itu sudah terbaring koma sejak dua tahun yang lalu, belum sadarkan diri hingga hari ini.

"Ji Young-ah, oppa sudah datang. Apa kabarmu, chagi? Kau baik-baik saja 'kan?" sapanya lembut penuh kerinduan.

Sungmin mengangkat tangannya lalu menyentuhkannya ke kening gadis itu, ia mengusapnya pelan lalu mengecupnya beberapa kali.

"Oppa merindukanmu, apakah kau juga? Kau pasti lebih merindukanku lagi. Kau selalu begitu, setiap kali aku mengatakan rindu padamu kau pasti akan menjawab bahwa kau lebih merindukan aku. Aku ingin mendengar kata-kata itu lagi darimu, Ji Young-ah."

Sungmin terdiam kembali lalu memandangi wajah kekasihnya itu dengan lekat. Wajahnya yang dulu selalu terlihat cerah dan berseri kini memucat diam tanpa ekspresi, seperti orang mati. Betapa ia merindukan senyuman tulus dari bibir manis itu, betapa ia merindukan belaian sayang dari tangan lembut itu dan betapa ia merindukan kata-kata cinta dan sayang dari mulut mungil itu. Sungmin betul-betul merindukan sosok Ji Young-nya yang tercinta.

Ia tercenung, menerawang kebelakang, mengenang semua hal indah yang pernah mereka jalani berdua. Semuanya sangat menyenangkan, memori yang mereka ditoreh seolah memang patut dan layak untuk dikenang. Tidak ada kepahitan, kenangan mereka bagaikan pelangi, selalu indah dan menyenangkan. Namun kemudian pelangi itu berganti dengan tragedi, mencabik garisan warna warninya dalam bentuk yang tak indah lagi. Dunia mereka berubah menjadi gelap, Sungmin tertinggal sendiri dalam diamnya Ji Young di tidur panjangnya ini.

Mereka akan segera menikah, tepat beberapa hari sebelum tragedi itu terjadi. Undangan sudah disebar, gedung tempat resepsi sudah dihias, pakaian pengantin mereka pun sudah siap untuk mereka kenakan di altar nanti. Namun mereka tidak sempat mengecap itu semua. Takdir menyetop perjalanan mereka.

Pagi yang naas itu Sungmin dan Ji Young berjanji akan melakukan fitting terakhir baju pengantin mereka, bersamaan dengan hari itu kedua orang tua Ji Young juga datang dari luar kota. Sungmin berencana untuk menemani Ji Young menjemput orang tuanya ke bandara terlebih dahulu. Namun pekerjaannya tidak bisa ditinggal, ia harus menyelesaikan semua urusan pekerjaan sebelum hari pernikahannya tiba. Ji Young yang pengertian berusaha untuk memaklumi lalu memutuskan untuk menjemput kedua orang tuanya seorang diri.

"Kita bertemu di tempat fitting saja ya, chagi?" kata Sungmin di telpon saat itu.

"Ne, oppa. Aku akan segera ke sana setelah mengantar appa dan eomma ke rumah. Kau bekerjalah yang rajin untuk calon istrimu ini. Aku ingin calon suamiku selalu giat bekerja agar bisa menafkahiku dan anakku nanti."

Sungmin tersenyum rindu kala mengenang percakapan mereka hari itu, begitu ringan namun sangat mengena di hatinya.

"Aku berjanji akan menjadi istri yang baik untukmu, oppa. Semoga kau selalu berbahagia setelah memperistriku nanti."

"Ne, Ji Young-ah. Aku pasti akan bahagia, kita pasti bahagia. Aku mencintaimu."

"Nado, oppa. Tapi aku lebih mencintaimu, Sungmin-ku."

Itulah saat-saat terakhir mereka bicara.

Tiga jam setelah itu seseorang dari rumah sakit menghubunginya, mengabarkan bahwa mobil yang Ji Young tumpangi beserta kedua orang tuanya mengalami kecelakaan hebat. Orang tua Ji Young meninggal dalam kecelakaan itu, sementara Ji Young sendiri mengalami luka yang cukup parah sehingga mengakibatkan dirinya koma.

Sungmin merasakan dunianya runtuh dan melumpuhkan semua kekuatan yang ia punya. Ia tak tahu harus memegang tangan siapa dan harus menangis seperti apa ketika melihat jantung hatinya terbaring tak berdaya dengan luka memar dan balutan perban di wajahnya. Ia tidak siap saat itu, bukan air mata kesedihan yang ia inginkan melainkan air mata kebahagiaan yang seharusnya mengalir saat mereka mengikat janji di depan pendeta nanti. Tapi semua itu pupus dan menghilang tanpa bekas. Impiannya untuk membangun sebuah kebahagiaan kini tertunda dalam jangka waktu yang tak bisa tentukan.

Sejak itu hari-hari Sungmin dipenuhi oleh kekosongan dan kesendirian. Sebagai seorang yatim piatu yang dibesarkan dalam lingkungan panti asuhan ia tidak punya orang-orang yang bisa ia sebut sebagai kerabat untuk menemaninya di saat-saat sulit seperti ini. Kalaupun ia punya teman, kepedulian mereka tentu tidak akan seutuhnya, Sungmin hanya akan mendapatkan simpati dan tatapan prihatin dari mereka yang peduli dan setelah itu ia akan sendiri lagi.

Dalam keterpurukan yang begitu dalam itu muncul sosok Suster Lee, suster muda yang baik hati serta sangat penyayang. Suster Lee yang selalu membantu Sungmin untuk bangkit dari keterpurukan, menyemangatinya untuk selalu terus berharap dan berdo'a akan keajaiban untuk orang yang amat dicintainya. Suster itulah yang selalu mengingatkan bahwa ia masih memiliki Ji Young, Tuhan dan dirinya sendiri. Tiga hal itu tidak akan pernah meninggalkan dirinya jika ia percaya.

Sungmin perlahan bangkit, merangkak dan meniti semuanya kembali dari nol. Ji Young masih hidup dan butuh biaya yang cukup besar untuk perawatannya, Ji Young sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain dirinya. Jadi, Sungmin memutuskan untuk mengambil semua tanggung jawab atas semua pembiayaan rumah sakit untuk Ji Young. Ia harus bekerja dengan giat, mengumpulkan semua penghasilan yang punya dan menggunakan tabungan yang masih tersisa untuk biaya perawatan Ji Young. Bahkan ia rela menjual kendaraan dan rumah yang rencananya akan ia tempati bersama Ji Young setelah mereka menikah nanti. Sungmin melakukan semua itu demi keselamatan orang yang amat ia cintai itu.

"Kau harus bertahan, Ji Young-ie, oppa akan selalu menunggumu. Oppa akan selalu mengusahakan kesembuhanmu, karena kau harus kembali. Kau harus kembali untuk melanjutkan semua mimpi-mimpi kita yang sempat tertunda. Ji Young-ie akan menjadi Nyonya Lee, ne? Aku dengan bangga akan memperkenalkanmu sebagai istriku di depan teman-teman kerjaku nanti. Jadi kau harus selalu bertahan lalu segera bangun untukku, chagi-ah."

Namun waktu terus berjalan, dua tahun terlewati tanpa jeda, Ji Young tak juga sadar dari komanya. Tabungannya habis, uang penjualan rumah itu pun sepertinya sudah tidak sanggup lagi untuk menutupi biaya rumah sakit yang kian membengkak setiap harinya. Sungmin bahkan rela menebalkan muka untuk meminta pinjaman kepada perusahaan tempat ia bekerja, semua itu ia lakukan demi Ji Young.

"Apakah kau tahu, hari ini aku sangat sial. Tadi siang aku bertengkar hebat dengan atasanku. Dia memarahi dan menghinaku habis-habisan, Ji Young-ah." Sungmin akhirnya memutuskan untuk memulai cerita hari ini. Seperti biasa ia akan selalu menceritakan semua pengalamannya saat berada di luar rumah sakit kepada Ji Young. "Dia sangat arogan dan betul-betul egois, aku tidak suka dengan orang itu. Kau tahu, dia bahkan merendahkan prinsipku dan menuduhku sebagai orang munafik karena aku menjunjung tinggi moralitas dalam pekerjaanku. Aish, aku benar-benar terhina dibuatnya. Bagaimana mungkin bisa ada manusia menyebalkan seperti itu di atas bumi ini?"

Kemudian ia terkekeh pelan seraya mengusap-usapkan tangan Ji Young ke pipinya, betapa ia merindukan sentuhan nyata tangan itu ke wajahnya.

"Apa kau bosan mendengar ceritaku? Jika tidak katakan sesuatu, agar aku tahu kau juga menikmati ceritaku ini, Ji Young-ah." Ia menghela napas sejenak, lalu bicara lagi. "Aku merindukanmu, chagi. Aku rindu mendengar suara jelekmu itu. Banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu, dan aku ingin mendengar pendapatmu mengenai hal itu. Yah! Ayo bangun! Kau mau tidur sampai kapan? Apa kau mau menungguku tua renta dulu, huh? Lalu kapan kita akan menikah? Kapan kita akan punya anak? Aish, padahal aku sudah menyiapkan nama-nama untuk anak kita nanti. Bahkan juga aku sudah menyiapkan empat nama sekaligus, bisa kau bayangkan? Empat nama, Ji Young-ah. Apa kau siap memberi empat anak untukku? Hmm...kau harus siap! Karena calon suamimu ini sangat perkasa, Ji Young-ie. Kita akan buat anak sebanyak-banyak-nya, oke?"

Sementara itu diluar pintu, Suster Lee mengintip dan mendengarkan percakapan monolog Sungmin dengan linangan air mata. Ia tak kuasa membendung tangisnya sehingga terpaksa menutup mulutnya dengan kedua tangan agar isakannya tidar terdengar keluar. Oh, betapa kejam nasib mempermainkan dua sejoli itu.

Sungmin begitu tegar dan tabah menghadapi semua ini, jika saja ia mau mungkin ia bisa memilih untuk menyerah dan meninggalkan semua ini, namun kenyataan tidak. Sungmin masih dan akan terus bertahan hingga waktu yang benar-benar berhenti untuknya.

Dua jam lamanya Sungmin berada di dalam ruangan itu, memperdengarkan semua pengamalannya seharian ini. Ia bercerita dengan sangat antusias, seolah Ji Young yang terbaring koma itu sangat menikmati cerita darinya. Ceritanya harus berakhir di saat suster Lee datang untuk mengingatkan bahwa jam besuk sudah habis.

"Waktu berkunjungku sudah habis. Aku harus pulang, besok aku akan mengunjungimu lagi, ne? Tidurlah yang nyenyak, sayangku. Aku mencintaimu." Sungmin mencium kening Ji Young lalu segera meninggalkan ruangan tersebut.

Sungmin menemui Suster Lee setelah itu, ternyata suster itu membawakan makanan untuknya.

"Ini aku buatkan makanan kesukaanmu, aku harap ini bisa menggantikan makan malammu, Sungmin-sshi."

Sungmin menerima kotak makanan berwarna pink lembut itu dengan perasaan haru dan senang sekali. Suster Lee sangat baik dan begitu perhatian pada dirinya, ia bersyukur masih diberikan orang sebaik ini oleh Tuhan.

"Terima kasih, suster Lee. Aku akan menghabiskannya." Kata Sungmin berterima kasih.

"Kau memang harus menghabiskannya. Kau harus selalu sehat dan tetap bugar. Akhir-akhir ini kau kelihatannya sangat pucat dan agak sedikit kelelahan. Kau terlalu memaksakan dirimu, Sungmin-sshi. Tunanganmu pasti tidak akan senang jika dia mengetahui hal ini."

Sungmin menarik napasnya lemah, "Aku harus bekerja dengan giat, suster Lee. Kalau tidak begitu aku tidak akan bisa mengumpulkan uang untuk membiayai perawatan Ji Young. Apalagi jatuh tempo pembayaran bulan ini sudah dekat, sudah tidak ada waktu lagi."

Mendengar itu suster Lee hanya bisa mengangguk lemah dan memaklumi.

"Kalau begitu sebaiknya kau pulang lalu istirahat. Jangan lupa habiskan dulu makan malammu, ya?" kata suster itu dengan penuh perhatian.

Sungmin mengusap-usap kotak makanan itu dengan pelan lalu tersenyum sambil mengangguk. "Itu pasti. Aku akan segera menghabiskannya lalu segera tidur, aku tidak pernah melewatkan makanan pemberian darimu, suster Lee."

Suster Lee tersenyum lembut lalu mengangguk. "Berhati-hatilah di jalan, selamat malam."

"Ne, selamat malam, suster Lee."

.

-KyuMin-

.

Pagi ini hujan turun dengan derasnya. Sungmin berdiri di halte, terpaksa harus berdesakan dengan calon penumpang bus lain yang kebetulan juga sedang menunggu bus yang sama dengannya. Panik menyergap seketika saat bus yang biasa ia tumpangi ternyata tak kunjung tiba, bisa dipastikan dirinya benar-benar akan terlambat ke kantor pagi ini. Hujan pun sepertinya tak ingin berkompromi, ia turun dengan derasnya tanpa ada tanda-tanda akan reda sedikitpun. Sungmin mulai panik, matanya menatap jam tangan dan jalan raya secara bergantian. Tangan kanannya masih setia memegang erat payung biru miliknya, menjaganya dari terpaan angin dan derasnya hujan.

Tiba-tiba sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam berhenti tepat di hadapannya. Sungmin tidak menyadari kehadiran mobil itu karena ia masih sibuk menatap jauh ke ujung jalan menantikan bus yang selalu menjadi langganannya. Barulah ia tersadar setelah pintu mobil itu mendadak terbuka seolah mempersilahkannya untuk masuk.

"Cepat masuk!"

'What?' Sungmin tidak mengabaikan perintah sinis itu. Ia tetap fokus pada tujuannya. Ia tidak suka disuruh atau pun dibentak dengan cara seenaknya. Jika orang itu memang punya niat baik, harusnya dilakukan dengan cara sopan dan baik pula.

"Hey, kau dengar tidak? Ayo cepat masuk!" perintah orang itu lagi. Sungmin mengenali suara orang itu.

Sungmin pun mulai kesal, ia pun menunduk sekilas hanya untuk memastikan siapa orang yang memanggilnya barusan. Ternyata tepat dugaannya, di dalam mobil itu ada Cho Kyuhyun, si manusia angkuh yang sangat dibencinya.

"Jika kau tetap berdiri di situ kau akan basah kuyup dan kehujanan. Payung kecil itu tidak akan bisa melindungimu." Teriak Kyuhyun melawan suara derasnya hujan di sekeliling mereka. "Cepat masuk! Kau tidak mau terlambat 'kan?" teriaknya lagi.

Sungmin menatap payung yang ada di tangannya kemudian ganti menatap mobil mewah Kyuhyun yang ada di hadapannya. Ia ragu untuk menaiki mobil itu. Sungmin melihat keadaannya sudah nyaris basah kuyup, bagaimana nantinya jika ia masuk ke dalam mobil itu lalu mengotori interior mewah yang ada di dalamnya? Cho Kyuhyun mungkin akan menemukan alasan baru untuk mencerca dirinya. Sungmin tidak mau kejadian kemarian terulang kembali, cukup sekali saja ia direndahkan oleh orang ini.

"Apa kau dengar kata-kataku, Lee Sungmin? Aku tidak peduli kau sudah basah kuyup atau tidak. Kau akan membuat kita berdua benar-benar terlambat jika kau masih berdiri di situ. Cepat naik ke mobilku sekarang juga! Atau aku yang turun ke sana lalu menyeretmu ke sini!"

Gertakan terakhir itu sepertinya manjur, Sungmin segera melesat ke dalam mobil lalu menutup pintunya. Sedangkan Kyuhyun segera saja menekan pedal gas mobilnya lalu melajukan kendaraannya menuju kantor mereka.

Kyuhyun melirik sekilas ke arah Sungmin yang kelihatannya sedang bingung harus melakukan apa dengan payungnya yang sudah sangat basah itu.

"Lipat payungmu itu lalu letakkan di kursi belakang." Katanya datar.

Sungmin pun menengok ke belakang tempat duduknya, di sana ia menemukan sebuah tabung plastik besar seperti tempat sampah yang terletak di antara dua kursi belakang. Sepertinya tabung itu kosong, Sungmin memutuskan untuk meletakkan payungnya ke sana agar air yang menetes dari payungnya itu tidak membasahi kursi mobil Kyuhyun. Ia mengingatkan dirinya untuk tidak lupa mengambil payung itu kembali setelah mereka sampai di tujuan nanti.

"Pasang sabuk pengamanmu." Perintah Kyuhyun.

Sungmin buru-buru memasang sabuk pengamannya. Setelah itu ia duduk dengan tenang sambil menatap ke depan. Sesekali ia menyadari bahwa Kyuhyun sedang memperhatikan dirinya, namun ia berusaha untuk tidak peduli.

"Terima kasih." Gumam Sungmin setelah memaksakan dirinya.

Kyuhyun tersenyum sinis lalu menoleh sekilas, "Kelihatannya kau sangat tidak terima jika aku memberikanmu tumpangan. Kau berharap aku orang lain, huh?" katanya dengan santai.

Sungmin ingin sekali membalas, namun pada akhirnya ia membiarkan bibirnya tetap bungkam. Tanpa ia sadari bibirnya merutuk-rutuk tidak jelas, dan hal itu tertangkap oleh mata Kyuhyun. Napas CEO muda itu seperti tercekat kuat ketika melihat pergerakan bibir itu, darahnya berdesir hebat.

"Kau tinggal di dekat sini?" Kyuhyun cepat-cepat mengantisipasi keadaannya dengan membanting pembicaraan ke topik lain.

"Saya menyewa sebuah apartemen kecil di dekat sini." Jawab Sungmin pelan. Matanya masih fokus ke depan.

Satu informasi penting baru saja berhasil ia gali, Kyuhyun menyeringai penuh arti.

"Kau tinggal bersama orang tuamu?"

"Tidak." Jawab Sungmin singkat.

"Lalu dimana orang tuamu?" tanya Kyuhyun lagi.

Sungmin berpikir sejenak sebelum menjawab, "Saya besar di panti asuhan, saya tidak punya orang tua."

Kyuhyun tidak bertanya lagi, keduanya kini sama-sama diam.

"Tuan Cho," Sungmin mulai bicara lagi. "Sebaiknya saya turun di halte dekat kantor saja. Saya akan berjalan kaki dari sana."

Kyuhyun kelihatannya tidak terima dengan permintaan tersebut, ia pun bertanya, "Kenapa begitu?"

"Saya tidak mau mendapatkan perlakuan sinis dari orang-orang di kantor hanya karena saya menumpang di mobil anda. Saya tidak mau orang berpikir yang tidak-tidak terhadap saya."

"Berpikir yang tidak-tidak? Maksudmu? Kau menjilatku, begitu?"

Wajah Sungmin mengeras lalu memaksakan kepalanya untuk mengangguk.

"Tuan Lee Sungmin yang begitu idealis, aku tidak menyangka kau bisa berpikir seperti itu terhadap rekan-rekan kerjamu. Padahal mereka sama denganmu, sama-sama berjuang di perusahaan ini. Jika kau mempunyai pikiran seperti itu, bukan berarti orang lain juga akan berpikir hal yang sama denganmu. Kau terlalu naif, Tuan Lee." Ujar Kyuhyun dengan sinis, "Dan lagi, orang-orang itu sepertinya tidak akan menaruh perhatian padamu, mengingat apa dan siapa posisimu di perusahaanku. Kau hanya seorang pegawai rendahan biasa, tidak usah sok mencemaskan pamormu di mata mereka. Kau itu tidak berharga sama sekali."

Sungmin kali ini bersumpah demi nama orang tuanya yang tidak pernah ia kenal, bahwa ia sangat membenci manusia bernama CHO KYUHYUN ini.

'Fuck!'

.

.

Tbc

.

.

Hay hay hay...saya datang bawa barang baru hehehe...en sesuai kebiasaan FF ini masih Remake. Saya tahu hutang remake saya masih banyak, tapi kalian tenang, mereka semua akan publish pada waktunya... #eaaaaa

FF ini adalah remake-an pertama yang saya adaptasi dari novel straight karangan penulis dari Indonesia. Heheh..semoga kalian suka dan bisa menikmati jalan ceritanya. Anggap aja kalian baca novel itu melalui FF ini..hehehe..

So, lanjut atau cukup ampe sini aja? Silahkan pilih, Guys! ^^

.

NO COPAST KAY

.

-Mami Ju2E-