Selamat membaca.

Disclaimer : Semua tokoh Naruto milik Masashi Kishimoto

Pairing : SasuFemNaru

Rated : T

Genre : Hurt comfort, tragedy, romance, family, angst

Warnings : Gender switch

Broken Wings

Prologue

By : Fuyutsuki Hikari

Seorang gadis muda berusia sekitar dua puluh lima tahun berdiri di depan tiga buah pusara. Pusara tersebut terletak disebuah tebing dengan laut luas menghampar di bawahnya. Angin sore menebarkan harum bunga lily of the valley yang tumbuh subur di sekitar pemakaman keluarga ini.

Gadis tersebut mengambil napas dalam, pandangannya menatap satu persatu tulisan yang tertulis pada batu nisan.

Batu nisan pertama bertuliskan Namikaze Minato, batu nisan kedua bertuliskan Namikaze Kurama, sedangkan batu nisan ketiga bertuliskan Namikaze Kushina.

Gadis itu memiliki rambut pirang sebahu, berkulit putih, bola mata berwarna safir, bola mata yang sangat indah. Sayangnya bola mata itu tidak memiliki kehangatan di dalamnya. Jika kita amati lebih dalam, bola mata itu hanya menampilkan kesedihan, kesepian, ketakutan dan luka yang sangat dalam. Gadis yang berdiri di depan tiga pusara itu bernama Namikaze Naruto.

Naruto menatap nanar pusara ayah dan kakak laki-lakinya. Andai saja aku meninggal bersama kalian pada saat itu, mungkin aku tidak akan kesepian seperti sekarang, batinnya kembali bersedih. Lalu matanya beralih pada pusara Kushina, ibunya. "Benarkan, Bu? Jika kita ikut meninggal bersama ayah dan kakak, maka hal buruk tidak akan terjadi pada kita. Dan ibu tidak perlu mengorbankan semuanya demi diriku." Gumamnya lirih.

Langit bergemuruh dan rintik hujan pun turun, seolah ikut merasakan kesedihan Naruto. Air hujan turun semakin deras, membasahi setiap insan yang tak berlindung untuk menghindarinya.

Naruto menatap langit, dan tersenyum pahit. Dirinya sangat menyukai hujan, saat hujan turun dia bisa bebas menangis. Saat hujan turun, dia tidak perlu malu untuk menangis, karena hujan akan membawa pergi tiap tetes air mata yang jatuh dari kedua matanya.

Dia menangis untuk mengatakan jika dia sangat rindu keluarganya, menangis untuk bertanya mengapa takdir begitu kejam padanya. Menangis untuk bertanya kapan dia bisa kembali berkumpul bersama keluarganya.

Naruto memejamkan mata, pikirannya kembali ke masa delapan belas tahun yang lalu.

Flashback :

"Kak, Naru ingin duduk di depan bersama ayah. Kenapa selalu kakak yang duduk bersama ayah?" rengek Naruto kecil.

Kurama menyeringai dan menjawab. "Bagian depan itu untuk laki-laki, yang bertugas untuk menjaga keluarga. Aku harus duduk di depan bersama ayah untuk melindungimu dan ibu." Jawab Kurama penuh kebanggaan.

Naruto menekuk wajahnya dan berkata dengan nada tak percaya. "Pasti kakak bohong!"

"Kalau tidak percaya, tanya saja pada Ayah!" kata Kurama sambil tersenyum memandang Minato yang saat ini sedang memasukkan koper milik mereka ke dalam bagasi mobil.

"Benar begitu, Yah?" tanya Naruto dengan menghampiri Minato.

Minato berjongkok dan mengacak-acak rambut Naruto dengan lembut. "Benar, Sayang." Jawabnya setengah berbohong. Kursi depan hanya diperuntukkan untuk laki-laki jelas hanya karangan Kurama saja. "Kami sebagai laki-laki memang berkewajiban melindungi orang yang kami cintai." Lanjutnya penuh kasih.

Naruto tersenyum dan mengecup pipi Minato, lalu berjalan menuju Kurama dan memeluknya erat. Yang Naruto tidak tahu, itu merupakan kecupan dan pelukan terakhir yang dia berikan pada ayah dan kakaknya.

Sementara itu, Kushina yang sudah berada di jok belakang mobil berkata dengan tidak sabar. "Suamiku, kita harus segera berangkat. Sepertinya akan turun hujan lebat. Lihat, langit begitu gelap!" seru Kushina seraya melayangkan pandangan pada langit yang diselimuti awan gelap. Dahinya ditekuk dalam, perasaannya mendadak tidak enak.

"Ya. Sebaiknya kita segera berangkat." Jawab Minato kemudian.

Kurama duduk di samping Minato yang saat ini sedang menyetir mobil. Sementara Naruto duduk di belakang bersama Kushina. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan untuk pergi berlibur ke pantai. Baik Kurama maupun Naruto sedang libur musim panas saat ini, oleh karena itu Minato berinisiatif untuk membawa keluarganya pergi ke pantai selama satu minggu untuk berlibur.

Naruto berusia tujuh tahun, sedangkan Kurama berusia dua belas tahun saat ini. Keberadaan keduanya dalam keluarga kecil Namikaze, membawa kegembiraan tersendiri pada Minato dan Kushina.

Minato dan Kushina menikah tanpa persetujuan keluarga Uzumaki. Uzumaki Mito sebagai ibu dari Kushina menentang keras pernikahan keduanya, karena Minato hanya seorang pekerja kantoran biasa tanpa memiliki harta berlimpah dan kebesaran nama keluarga dan yang lebih tidak disukai Mito dari Minato, dia seorang yatim piatu.

Tapi Kushina bersikeras menikah dengan Minato, hingga keduanya melarikan diri dan menikah kemudian. Keduanya hidup bahagia hingga detik ini dan keberadaan kedua buah hatinya melengkapi kebahagiaan mereka walaupun mereka tidak memiliki harta yang melimpah.

Beberapasaat kemudian- hujan turun begitu deras, hari yang memasuki malam menambah buruk keadaan.

"Suamiku, tolong hati-hati entah kenapa perasaanku semakin tidak enak," kata Kushina resah dan tidak mampu menyembunyikan kecemasannya.

Minato tersenyum dan menjawab lembut. "Aku pasti hati-hati," katanya sambil menatap kaca spion untuk melihat wajah istri tercintanya. "Naruto sudah tidur?" tanyanya kemudian.

Kushina mengelus surai pirang Naruto. "Dia tidur, sepertinya Kurama juga tidur. Mereka berdua sangat gembira karena akan liburan ke pantai." Katanya sambil mengecup kening Naruto, yang tertidur di pangkuannya.

Minato terus membawa kendaraannya, menembus gelapnya malam dan derasnya hujan yang terus turun. Jalanan agak licin karenanya, mewajibkan setiap pengemudi yang berada di atasnya untuk ekstra hati-hati.

Dari jalur depan, sebuah mobil mini van berjalan terseok-seok keluar jalur karena licinnya jalan. Pengemudinya tidak bisa mengendalikan kendaraannya dengan stabil. Minato yang kaget, tidak sempat menghindari tubrukan diantara keduanya, hingga mobil yang dikendarainya menabrak tebing. Sedangkan mobil mini van tersebut menabrak keras pembatas jalan.

Setelah beberapa jam kemudian, Naruto terbangun. Dirinya bingung, mengapa dia berada di dalam kamar yang berwarna serba putih, padahal tadi dia ada di dalam mobil bersama keluarganya. Naruto melihat ada beberapa orang dengan memakai jas yang juga berwarna putih tersenyum manis pada dirinya.

Naruto mulai terisak kecil, menanyakan dimana keluarganya. Tapi mereka hanya diam dan memeriksa tubuh kecilnya. Setelah beberapa saat, Naruto melihat Kushina menghambur masuk dan memeluk dirinya erat. Naruto melihat butiran air mata mengalir dari wajah cantik ibunya dengan deras. Kenapa wajah Ibu penuh luka lebam? tanya Naruto dalam hati.

"Ada apa, Bu? Kenapa menangis? Ibu sakit? Mana ayah dan kakak?" tanya Naruto beruntun.

Pertanyaannya hanya dijawab oleh tangisan Kushina yang semakin menjadi. Tangisan itu begitu memilukan, tangisan yang sanggup menyayat hati tiap orang yang mendengarnya.

Malam itu, Kushina terus menangis sambil terus memeluk Naruto. Sedangkan Naruto, dirinya masih belum sadar jika saat ini tou-san dan nii-sannya telah tiada.

Pemakaman Minato dan Kurama dilangsungkan beberapa hari kemudian. Kushina menatap nanar pusara keduanya, wajahnya begitu pucat, lingkaran hitam nampak jelas dikedua matanya. Dan Naruto yang saat ini berdiri tepat di samping Kushina hanya diam membeku. Mulut kecilnya tidak mengatakan apapun. Yang ada dipikirannya saat ini hanya sebuah pertanyaan; kenapa Tuhan memanggil ayah dan kakak begitu cepat?

Naruto kira kesedihannya akan berhenti disana. Tapi ternyata dia salah, takdir memiliki rencana lain akan kehidupannya nanti. Takdir yang begitu kejam akan mengambil lagi seseorang yang dicintainya dan takdir juga akan mengambil semua kebahagiaan yang tersisa di kedua bola mata safir indah miliknya.

.

.

.

TBC