i just own the plot..

So happy read guys ^^

One Step

Dedaunan mulai menguning dimusim gugur ini. Perlahan-lahan daun itu mulai turun jatuh dari dahannya, meningggalkan dahan, dan teriup angin. Dedaunan pun jatuh perlahan ke tanah.
Srekk~~

Suara langkah kaki yang berrgesek dengan dedaunan yang ada diatas tanah atau rumput yang kering. Matahari yang menghangat dan suasanan yang sangat nyaman mengelilingi seperti ada sebuah selimut hangat memeluk tubuh.

Namja bermata seperti elang yang baru saja keluar dari sebuah gedung pencakar langit. Pandangan matanya tajam, namun jika diperhatikan dengan seksama kau akan menemukan sebuah keredupan didalamnya. Ia berjalan pelan dengan pakaian rapi tampak seperti seorang pria yang sangat tampan, dan berkelas. Jasnya bermerek salah satu jas termahal, sepatunya mengkilap, dan tatan ramputnya yang terlihat sedikit berantakkan namun terkesan sangat berbeda untuknya. Membuatnya lebih terlihat sangat tampan daripada pria lainnya yang berada didekatnya. Aura yang dikeluarkan tubuhnya sangat berbeda seakan sangat terlihat mengintimidasi bagi oranglain.

#End of author pov

.

kehidupan itu tidak selamanya sempurna. Bahkan tidak ada kehidupan yang sempurna cinderella saja harus menjadi upik abu dulu untuk bertemu dengan pangeran. Tapi sayangnya aku bukan upik abu seperti ciderella untuk bertemu pangeran jika aku bisa bertemu dengan pangeranku karena ibuku. "Hihihihi..." Aku jadi tersenyum tidak jelas jika membayangkan dirinya. Dan aku disini menunggunya ini sudah menunjukkan puku1 12.30 malam KST. Apa yang dilakukannya hingga belum kembali?

"Dari mana saja, Yunho hyung?" Ku tatap sosok yang selama ini ada disisiku sejak aku berusia 3 tahun. Saat aku tidak mengetahui apa-apa didunia ini. Saat aku hanya mengerti jika dunia itu selalu indah, dan tidak kejam. Ia selalu ada berada disisiku.

Sosok itu menjerapkan matanya beberapa kali, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam kornea matanya. Aku dapat membaca gerak-geriknya "Aku banyak perkejaan,boojae." Ia berjalan pelan melewati ku yang baru saja berbicara dengannya, masuk kedalam kamar.

"Aku berbicara padamu,hyung." Ucap ku sambil melipat tangan didada, masih berdiri ditempat tak menggerakkan tubuh ku, bahkan hanya untuk berpaling menatapnya. Aku menatap dinding berwarna putih itu, pikiran ku entah berada dimana sekarang.

.

Aku dapat merasakan ia menarik selimut, membaringan tubuhnya, dan menyelimuti tubuhnya. Ia menatap langit kamar. Matanya terus mentap langit-langit kamarnya, sampai sepasang tangan ku memeluk tubuhnya yang hangat. Ia hanya diam walapun aku tahu ia selalu suka. Aku memeluknya dengan erat, aku bisa merasakan hangatnya tubuhnya.

"Jangan menghindar saat aku berbicara padamu. Jangan tidak memperdulikanku. Jangan membuatku khawatir, dan jangan pernah tidak memperdulikanku." Aku sangat takut jika kehilangannya, aku tidak akan bisa bertahan jika tanpanya. Aku akan selalu seperti ini bergantung dengannya.

Yunho diam seketika, aku sadar hampir seminggu ini ia selalu menghindari diriku yang selalu berada disisinya saat ia berusia 7 tahun. "Iya, maafkan aku." Ia membalas memelukku.

Aku memeluknya dengan sangat erat "Tidurlah."

Ia memeluk ku sangat erat, lalu mengecup kening ku perlahan. "Baik, ibu ratu." Ucapnya.

**wings**

Aku menatap kedua sosok namja yang selalu mengisi setiap saat dalam hidupku. Satu sosok yang selalu melindungiku dengan caranya sendiri, dan satu sosok lagi yang selalu membuatku merasa jika aku akan selalu bahagia. Aku memiliki sebuah keluarga kecil yang sangat ku cintai dengan seluruh jiwaku.
Aku tersenyum lebar menatap seseorang pria kecil yang selalu membuat ku tersenyum saat melihat tingkahnya. "Minnie, sini biar eomma yang menyuapi minnie. Lihat, nanti baju minnie kotor."

Changmin menarik piring makannya menjauh dariku. "Shillo, minnie bica cendili." Ia kembali menyendok makanannya dan memasukkannya kedalam mulutnya. Aku tersenyum melihatnya, anak ini memang keras kepala sama seperti seorang namja yang ada didapanku, dan perilakunya tidak terlalu berbeda. Bahkan nasi yang dimakannya berserakkan mengotori meja.

"Kenapa kau menatapku?" Tanyanya, aku hanya tersenyum menanggapinya. "Pasangkan dasiku." Ia berjalan mengemutar setengah lingkaran untuk menggapaiku.

Aku mengaikatkan kedua sisi dari dasi itu dan mulai menyimpulnya, lalu menarik bagian yang besar keatas dan sisi bagian kecil dibelakangnya kebawah. "Sudah! kau bertambah tampan hyung puluhan kali lipat." Setiap aku berkata seperti itu ia akan selalu mengelus kepalaku.

"Sudah, kita akan terlambat." Yunho menatap arlojinya. "Minnie. Ayo, kau ingin terlambat ke TK?"

Minnie menatap kami berdua dengan mata polosnya. Ia benar-benar seorang malaikat kecil bagi ku dan yunho hyung. Kami selalu bersama sejak kejadian itu menimpa kami 4 tahun yang lalu, saat changmin berusia hanya beberapa bulan. Yunho hyung mengangkat changmin dan mengendongnya kedalam dekapannya, lalu menyatukan jemari kami. Terlalu pahit untuk mengenangnya.

.

Yunho hyung memberhentikan mobilnya didepan universitasku, semua bisa sampai seperti ini berkat dirinya. Walau kadang aku merasa aku tidak pantas dengannya, tidak pantas menjadi bagian keluarganya, aku selalu menjadi orang yang selalu membuatnya susah dan menuntut segala hal darinya tapi kenapa ia harus begitu sabar menghadapiku?
Ia menatapku sebelum aku turun dari mobilnya. "Langsung pulang, jangan berpergian dengan orang yang tidak dikenal. Kasihan minnie jika selalu harus dititipkan kerumah junsu, walapun ada kyuhyun disana." Nasehatnya lebih terdengar seperti nasehat seorang appa kebanding hyung untukku.

"Jika tidak ada pelajaran tambahan aku akan segera pulang. Apa yang ingin, hyung makan nanti malam?" Aku bertanya dengan atusias. Aku hanya berusaha mengalihkan semua pembicaraan ini. Aku benci satu hal yaitu jika hyungku sudah melarangku bergaul dengan oranglain

Yunho hyung tampak seperti perpikir. Kalian tahu ia terlihat sangat tampan, dan banyak wanita yang selalu datang mencoba mencari perhatiannya, bahkan ada yang datang ke rumah kami hanya untuk mencarinya tapi setelah itu wanita itu tidak akan pernah tampak lagi. "Apa saja."Jawabnya singkat.

"Baiklah,hyung." Ia mengecup dahiku sebelum aku turun dari mobilnya, hal itu sudah biasa ia lakukan dan tidak pernah berubah sedikitpun. Aku hanya tersenyum lebar. "Sampai jumpa dirumah,hyung." Ucapku setelah turun dari mobilnya, "Hati-hati." Mobil itu bergerak meninggalkan ku.

Ku langkahkan kaki ku berjalan pelan kearah kelas ku pagi ini. Aku masuk kedalam kelas dan duduk dibangku urutan paling belakang. Hari ini akan membosankan saat aku melihat bangku yang biasa ditempati junsu dan kibum sudah kosong.

.

"Aku pulang..." Ku buka sepatuku dan langsung menuju dapur. Ku buka kulkas. Mengambil air, dan menengguknya sebanyak yang aku bisa. Setelah itu aku menarik kursi kecil, lalu duduk diatasnya.

"Kenapa kau pulang sangat larut,boojae?" Tanya yunho hyung sambil merangkul leher ku dari belakang, terasa sangat nyaman. "Lain kali, kau harus memberitahu jika pulang larut. Kasihan minnie sampai tertidur saat aku menjemputnya."

"Mianhae, tadi aku bimbingan untuk skripsi, aku sampai lupa waktu." Aku benar-benar merasa bersalah. Kasihan minnie ia bahkan belum tahu apapun. "Ini sangat melelahkan,hyung." Aku mengusap lengannya yang masih melingkar disekeliling leherku. Ia selalu melakukan hal ini sejak kami bersama. Ia selalu menjagaku, memanjaku, bahkan selalu ada kapan saja untukku tidak perduli apapun yang terjadi.

"Ya, kau terlihat lelah." Ia meletakkan dagunya diatas bahuku.

Aku hanya memandang kosong kearah lurus didepanku. Hyungku sangat unik, ia bahkan rela berkerja apapun untuk aku dan minnie. Kami beruntung milikinya. Ia bahkan hingga harus menjual organ tubuhnya demi mengobati minnie, kami pernah berada disaat yang paling sulit untuk mencapai keadaan yang sekarang ini. Aku tidak dapat melakukan apapun kecuali hanya memberinya semangat, dan berada disisinya apapun yang terjadi. "Wea? Hyung memiliki masalah?"

"Aniyo." Yunho hyung merenggangkan dekapannya.

Aku menghembuskan napas ku perlahan. "Hari ini rasanya sangat melelahkan. Padahal masih bab awal." Aku menghembuskan napas panjang, mengingat hari ini betapa melelahkannya bimbingan hari ini.

"Kau tahu, aku sangat mencintaimu,boojae." Yunho hyung mendekapku erat, bahkan sangat erat.

Aku mengangguk kecil. "Aku juga mencintaimu,hyung." Hanya ia yang aku miliki dan hari ini ia terlihat sangat aneh.

Aku memperhatikan minnie yang sedang mewarnai diatas karpet diruang tengah. Ia tidak ingin aku menganggunya, dan aku menatap siwon sekilas. Ia berada didepanku sekarang sedang meneliti hasil bab kedua dari skripsiku. Sedikit demi sedikit beban ku mulai terangkat, dan besok aku bisa menyerahkan pada pembimbingku.

"Ini sudah benar semuanya, kau bisa melanjutkannya joongie."

"Ya." Jawabku tergagap. Aku sampai lupa dengannya karena terlalu sibuk dengan minnie. "Maaf, aku tidak memperhatikan."

"Gwenchana... Hari ini cukup sampai disini. Apa kau ingin makan malam diluar? Aku akan meneraktirmu."

Minnie langsung meletakkan crayonnya, dan berjalan pelan kesamping siwon hyung. Pembimbing skripsiku. "Ahjucci, minnie ikut." Kebiasaan changmin selalu mudah tertarik dengan makanan. Ia bahkan pernah berkelahi dengan teman TKnya hanya karena makan siangnya diambil temannya. Anak itu bahkan menangis saat minnie memukulnya, tapi anehnya hal tersebut tidak berlaku bagi kyuhyun mungkin karena ia selalu bersama setiap saat.

"Iya, minnie akan ikut. Tidak akan ada yang meninggalkan minnie." Siwon tersenyum lebar kearah changmin. Kasihan siwon harus tertipu wajah polos minnie. Aku hanya dapat menghembuskan napas tanda berduka.

"Ahjucci, saranghae." Minnie tersenyum lebar, seperti iblis kecil berwajah malaikat.

.

Jadi disinilah kami sekarang berada, disebuh restoran jepang. Changmin sedang mencoba memakai sumpitnya, mengambil sushi dengan susah payah. Terlihat sangat lucu sekali. Kedua matanya nyaris tertutup dan nampak dahinya yang berkerut setiap kali ia tidak bisa mengambil sushinya, lalu pipinya mengembung karena kesal.

"Minnie. Sini biar eomma suapi."

Changmin menatap ku sekilas, lalu memalingkan wajahnya kembali menatap sushi yang menjadi musuhnya sekarang. "Shillo,minnie bisa." Jawabnya lagi, masih terus berusaha memegang sumpitnya dengan benar. Berusaha mencoba meniru siwon yang mengambil sushi itu begitu gampangnya dengan sumpitnya.

"Minnie, sangat aktif."

"Dia lebih terlihat sangat menjengkelkan." Aku menatap changmin sekilas. "Lihat, dia bahkan sangat menjengkelkan. Iblis berwajah malaikat." Aku mendegus dan tertawa kecil diakhirnya.

"Minnie itu anak yang pintar,joongie." Tampak siwon meletakkan sumpitnya. "Dimana kedua orangtua kalian,joongie? Aku tidak pernah melihat mereka satu kalipun, wajah kalian bertiga juga berbeda."

Aku membeku mendengar ucapan siwon hyung. Ini sudah masuk hampir dua bulan sejak ia kerumah untuk membimbingku, bukan karena hal lain. Hanya saja kasihan minnie jika harus selalu terabaikan sendiri. "Eomma,appa sudah meninggal sejak 4 tahun yang lalu. Bersama dengan kedua orangtua minnie. Pesawat mereka mengalami kecelakaan saat itu." Aku menarik napas perlahan. "Dan sejak saat itu minnie memanggilku eomma dan yunho hyung dengan sebutan appa." Aku memperhatikan minnie sekilas.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud." Ucap siwon hyung penuh penyesalan. Mungkin, jika sekarang tidak terlalu menyakitkan seperti dulu. Itu yang terbaik bagi eomma, dan appa aku rasa..

Aku tersenyum lembut. "Biasa saja hyung. Itu sudah berlalu sangat lama. Kami semua sekarang baik-baik,saja. Ada yunho hyung, dan minnie." Ucapku sambil tertawa. "Soal wajah kami yang tidak mirip itu karena kami bukan saudara sedarah. Saat kedua orangtua kami menikah eomma membawaku dan appa membawa yunho hyung. Umurnku masih sangat kecil saat itu sekitar 3 tahunan, sedangkan minnie merupakan anak dari kenalan appa dan eomma." Aku melirik changmin yang masih sibuk dengan makanannya. "Selama ini yunho hyung yang selalu menuhi semua kebutuhan ku dan minnie. Dia selalu menjadi malaikat kami. Lain kali akan aku kenalkan dengan yunho hyung, selama ini hyung tidak pernah bertemu dengannya kan."

"Mungkin, lain kali bisa." Siwon hyung selalu menjadi tempat yang baik untuk berbagi, ia dosen yang sangat muda dan tampan.

Aku mengambil tisu, dan mengelap changmin dari pipi,bibir, serta dagunya. Bahkan sausnya mengitori bajunya. "Sudah selesai?" Tanyaku. Changmin hanya mengangguk sambil mengangkat kedua tangannya yang peunh dengan saus. "Ayo, kita cuci tangan." Aku menggendong changmin untuk membersihkan tangannya. "Hyung, aku permisi sebentar."

"Ya."

Aku berjalan pelan sambil mengendong changmin. Masuk kedalam toilet pria, lalu mendirikan changmin diatas westafel, memutar krannya. "Minnie,cuci tangannya." Changmin selalu terbiasa melakukan semuanya sedirian tanpa meminta tolong, dia selalu seperti itu.

Brukk...

Aku diam, lalu membalikkan tubuhku kearah suara berasal. Tubuhku membeku seketika. Aku bahkan dapat merasakan changmin menarik bajuku,ia terus menariknya tapi aku tidak bisa bergerak terlalu shock. Itu benar yunho hyung. Dia bersama seorang wanita didalam toilet pria. Wanita itu bahkan hanya memakai gaun yang sangat tipis dan terlalu pendek.
Yunho hyung menatapku, melihat langsung ke dalam mataku. Aku membalikkan tubuhku, menarik changmin, mendekapnya di pelukanku, lalu pergi meninggalkan tempat terkutuk itu. Melupakan jika aku mempunyai hyung sepertinya untuk hari ini saja. Aku membencinya...

.

#END of jaejoong POV

Changmin duduk menatap eommanya yang masih terus melamun diberanda kamar. Ia bangkit dari duduknya lalu berjalan pelan dengan langkah kecilnya menuju kamarnya. Kaki kecilnya bergerak pelan dengan susah. Ia mendorong pintu kamar dengan seluruh tenagan yang dimilikinya, mata kecilnya mencari keberadaan appanya, dan ia menemukan sosok itu sedang duduk diatas karpet kamarnya. Dengan perlahan changmin berjalan kearah appanyanya, lalu membaringkan tubuhh mungilnya dipangkuan appanya.

"Appa." Changmin manarik pelan kaos berwarna hitam yang dipakai hyung tertuanya, yang sudah dianggapnya bagai appanya.

Sosok itu tersentak dari lamunanya lalu menatap changmin dengan mata elangnya. "Wea,minnie?" Ia menarik tubuh changmin lalu menduduknya diatas paha kanannya dan memeluk changmin. "Minnie mengantuk?" Tanyanya.

"Ani." Jawab changmin sambil mengelengkan kepalanya.

"Jadi?"

Changmin menatap hyungnya, "Appa beltengkal dengan Eomma?" Tanyanya dengan wajah polosnya.

Yunho diam mendengar ucapan changmin. Anak kecil ini akan selalu mengetahui jika ia dan jaejoong memiliki masalah. Terlalu susah untuk membuat jaejoong mengerti keadaannya. Apa lagi untuk sosok minnie. "Aniyo. Minnie tidak boleh berpikir seperti itu. Appa baik-baik saja dengan eomma." Yunho tersenyum lebar.

"Tapi eomma celalu diam. Minnie jadi kecepian."

Yunho mengelus kepala changmin perlahan. "Eomma sedang banyak pikiran. Jangan menganggunya,nde." Nasehat yunho. Walaupun ia tahu penyebab utama dongsaengnya seperti itu karena dirinya. Ia bingung harus bagaimana. Semua salahnya dan salah jaejoong tidak seharusnya jaejoong bersamanya dan tidak seharusnya semua jadi seperti benang kusut yang sulit untuk diluruskan kembali. "Ayo, malam ini tidur dengan appa." Yunho bangkit dari duduknya dengan changmin digendongannya.

**wings**

Mianhae karena ngepost FF baru lagi, soalnya lagi gk ada ide buat nerusin ALL NEW
HIks hiks...

Happy read ya ^^