Disclaimer : I do not own Fairy Tail, Mashima Hiro-sensei does


Cerita sebelumnya,

Lucy sudah memutuskan bahwa dia akan mengatakan cinta pada Natsu. Tetapi Lucy tidak berani mengatakan cinta pada Natsu secara langsung, lucy akan memberikan cokelat dan surat cintanya untuk Natsu melalui loker Natsu. Saat itu, Lucy bingung menentukan loker Natsu bernomor 078 atau nomor 079. Tanpa pikir panjang, Lucy memasukkan cokelat dan surat cintanya ke dalam loker 078.

Keesokan pagi, Lucy baru mengetahui bahwa loker dengan nomor 078 bukan milik Natsu melainkan milik Laxus Dreyar.


Di dalam kelas 2-5

"Bagaimana ini? Aku salah memasukkan cokelat dan suratku ke dalam loker Laxus. Aku harus bagaimana? Laxus bisa salah paham tentang ini," gelisah Lucy di tengah pelajaran.

"Kenapa aku bisa berbuat ceroboh seperti itu?"

"Kenapa harus Laxus? kenapa harus dia? Padahal selama ini, aku tidak ingin berurusan dengan dia." Lucy semakin gelisah.

Teman sekelas Lucy mendengarkan penjelasan guru sementara Lucy sibuk sendiri. Lucy semakin gelisah memikirkan bagaimana nasib selanjutnya yang akan menimpa dirinya jika Laxus menanggapi serius cokelat dan surat cinta pemberiannya.

"Tahun ini aku sungguh sial. Perasaanku tidak tersampaikan pada Natsu dan aku harus berurusan dengan Laxus." kesal Lucy pada dirinya sendiri.

"Aku akan mencoba menjelaskan semua kesalahpahaman ini kepada Laxus dan memintanya untuk mengembalikan cokelat dan surat milikku waktu istirahat nanti."


Waktu istirahat tiba,

Demi mendapatkan kembali cokelat dan surat cinta Lucy serta menjelaskan yang hal sebenarnya kepada Laxus, Lucy memberanikan diri untuk bertemu Laxus. Kini Lucy telah berada di depan kelas Laxus Dreyar tetapi Lucy masih ragu dan takut memanggil Laxus. Di samping itu, di dalam kelas 2-1 masih banyak teman-teman sekelas Laxus. Lucy tidak ingin menjadi berita heboh mengenai hubungannya dengan Laxus di Fairy Tail High School.

"Aku harus bagaimana? Banyak teman Laxus masih berada di dalam kelas. Aku harus bicara apa agar Laxus mau mengerti dan mengembalikan cokelat berserta surat cintaku?" Lucy kembali gelisah.

Lucy mulai berlatih dan membayangkan jika sekarang dia berhadapan dengan Laxus.

"Laxus-kun, se-sebenarnya co-cokelat dan su-surat itu ingin kuberikan pada Na-Natsu. Bi-bisakah kamu mengembalikannya?" gugup Lucy.

"Tunggu sebentar!"

Lucy kembali diam dan berpikir sesuatu.

"Bagaimana jika Laxus tidak mau mengembalikannya? atau cokelat itu telah dimakan olehnya? dan suratnya telah dibaca olehnya?" cemas Lucy sambil berjalan mondar-mandir.

"Aku bingung!" teriak Lucy.

"Oh~ apa kamu kangen diriku, pirang?" bisik seseorang dari belakang Lucy.

Tubuh Lucy merinding seketika mendengar suatu bisikan di telinganya dengan nada menggoda seperti itu. Lucy menoleh ke arah orang itu. Lucy terkejut bukan main saat melihat sosok pria bertubuh besar dan berambutkan spike berwarna pirang berdiri di belakangnya.

"LAX-LAXUS!"

"Bisakah kamu tidak berteriak?" Laxus menutup kedua telinganya, "Teriakanmu bisa menghancurkan telingaku, pirang!"

"APA KAMU BILANG?!" Lucy kembali berteriak kepada Laxus.

Laxus tersenyum geli melihat ekspresi marah Lucy yang terlihat lucu dan imut di mata Laxus sedangkan Lucy menjadi takut dibuatnya. Beberapa menit kemudian, ketiga kawan setia Laxus datang menghampiri dirinya dan Lucy. Ketiga sahabatnya kaget melihat Lucy bersama Laxus padahal selama ini mereka berpikir kalau Lucy adalah tipe cewek yang tidak ingin mencari masalah dengan Laxus.

"Laxus, kenapa Lucy berada di sini?" tanya pria berambut panjang berwarna hijau.

"Jangan-jangan kamu ingin menyatakan cinta pada Laxus," kata teman pria yang satu lagi.

"Mungkin saja, Bixslow, Freed. Laxus kita'kan sangat populer di kalangan para murid perempuan," kata teman perempuan Laxus yang sependapat dengan Bixlow.

Pria berambut panjang dan berwarna hijau itu bernama Freed Justice, murid kelas 2-2 sedangkan pria yang berada di sebelahnya bernama Bixlow, murid kelas 2-3 dan yang terakhir, Evergreen, murid kelas 2-4. Mereka bertiga selalu lengket dengan Laxus bagaikan sebuah perangko. Meski kelas mereka berbeda, tapi mereka selalu bersama kemanapun. Lucy sangat terdesak dengan kedatangan ketiga teman setia Laxus itu. Empat lawan satu, tiga ekor singa jantan satu macan betina lawan satu ekor kelinci. Lucy semakin bingung harus berbuat apa dan harus mengatakan apa kepada Laxus sementara ketiga teman berada di sampingnya sekarang.

"Lax-Laxus, ik-ikut aku sebentar!" ajak Lucy dengan menarik tangan Laxus.

Laxus sempat dibuat heran melihat Lucy memegang tangannya serta menarik dirinya untuk ikut bersama gadis berambut pirang itu. Warna merah muda tipis terlihat menghiasi kedua pipi Laxus. Sementara itu, ketiga kawannya kembali dibuat heran oleh Lucy. Bukan hanya berani menemui Laxus kini malah menarik Laxus untuk ikut bersamanya dan mereka berpikir Lucy ingin berbicara empat mata hanya berdua dengan Laxus.

Lucy membawa Laxus ke sebuah taman sepi yang terletak di belakang gedung sekolah mereka. Lucy tidak ingin ada orang lain yang menggangu mereka karena itu, dia memilih taman belakang.

"Oh~ pirang, ternyata kamu, tipe perempuan yang tidak sabar dan sangat agresif. Asal kamu tahu, kita masih berada di sekolah. Jika kamu ingin bermain, tidak bisakah menunggu sepulang sekolah nanti?" bisik Laxus sambil memeluk Lucy dari belakang.

"Apa yang kamu lakukan?! LEPASKAN AKU!" berontak Lucy.

Semakin Lucy berontak maka semakin erat pula pelukan Laxus. Tangan Laxus yang besar dan kuat semakin erat melingkar di pinggang Lucy seakan memaksa Lucy untuk lebih mendekat pada dirinya.

"LEPASKAN AKU!" Lucy kembali berontak dan memaksa Laxus melepaskan dirinya.

Laxus tersenyum bahagia melihat usaha Lucy yang ingin melepaskan diri darinya. Lucy tidak bisa melepaskan diri dari tangan Laxus yang kuat itu meski dia telah mengerahkan kedua tangannya untuk melepaskan tangan Laxus darinya. Laxus mendekatkan wajahnya ke Lucy sehingga kedua pipi mereka bersentuhan.

"Kamu sangat lucu, pirang. Aku semakin bernafsu melihatmu," bisik Laxus dengan suara khas dan sangat menggoda.

"A-APA MAKSUDMU?!" Wajah Lucy memerah seketika.

Laxus tertawa saat menyaksikan warna merah padam terhias penuh di wajah Lucy yang putih.

"Aku sudah tidak bisa menahannya lagi, pirang. Akan kukabulkan permintaanmu!" kata Laxus sambil mendorong Lucy ke sebuah dinding tembok yang berdiri di pojok taman belakang sekolah.

Tubuh Lucy menyentuh dinding kemudian Laxus mendekat ke arah Lucy dengan meletakkan kedua tangannya ke dinding itu seakan-akan mengunci celah Lucy untuk kabur. Laxus tersenyum sedangkan Lucy sangat ketakutan.

"Tu-tunggu dulu! Aku hanya ingin berbicara denganmu!" henti Lucy.

"Bisakah kamu bicara setelah selesai bermain?" Laxus mulai mendekatkan bibirnya ke arah bibir lucy yang manis.

"LAXUS, AKU MOHON IZINKAN AKU BICARA DULU!" teriak Lucy.

"Ah~ aku tahu. Kamu tidak perlu berteriak seperti itu. Telingaku bisa pecah" Laxus menjauhkan bibirnya dan mulai mendengarkan Lucy " Kamu ingin bicara apa denganku?"

Mata Laxus yang berwarna biru menatap tajam wanita berambut pirang itu. Lucy semakin gugup dan sedikit takut.

"E-to...An-ano. A-aku ingin bicara me-mengenai cokelat dan surat cinta kemarin," kata Lucy dengan terbata-bata.

"Ah. Aku sudah menerima cokelat dan suratmu. Lalu?"

"A...ano.."

"Kamu ingin mendengarkan balasanku secara langsung. Benar?" kata Laxus.

"Bu-bukan begitu!"

Laxus langsung terdiam.

"To-tolong kamu kembalikan cokelat dan surat cintaku! Ak-aku salah memasukkannya ke lokermu! Aku mohon!" mohon Lucy sambil membungkuk kepada Laxus.

"Apa maksudmu?"

"Sebenarnya su-surat cinta dan cokelatku bukan untukmu tapi untuk seseorang! Aku mohon tolong kembalikan padaku sekarang!"

Laxus kaget mendengar perkataan Lucy barusan. 'Cokelat dan surat cinta Lucy bukan untuknya' itulah yang ada di pikiran Laxus.

"Maaf?"

"AKU SUDAH BILANG PADAMU, LAXUS! COKELAT DAN SURAT CINTA ITU BUKAN UNTUKMU! KARENA ITU, AKU MOHON TOLONG KEMBALIKAN!" ulang Lucy.

"... ... ..." Keheningan menyelimuti mereka. Baik Laxus maupun Lucy hanya terdiam. Laxus menatap marah Lucy sedangkan wanita pirang itu membalas dengan tatapan memohon.

"TIDAK BISA! COKELAT DAN SURAT ITU MILIKKU!"

"EH?! Lucy kaget "Tapi..."

"COKELAT DAN SURAT ITU SUDAH ADA DI TANGANKU. SESUATU YANG SUDAH BERADA DI TANGANKU TIDAK BISA DIAMBIL KEMBALI. LAGIPULA DI SURAT ITU TIDAK ADA NAMA ORANG YANG KAMU TUJU! ITU SALAHMU SENDIRI. KENAPA KAMU LUPA MENULISNYA?" tolak Laxus yang marah sambil melipat kedua tangan di dada bidangnya dan membuang muka.

"Aku mohon, Laxus! Aku harus menyampaikan perasaanku pada dia tahun ini. Jika tidak, aku akan selalu dihantui oleh perasaanku sendiri," Lucy memohon.

"Itu bukan urusanku, pirang!"

Laxus bersikeras tetap menganggap coklat dan surat pemberian Lucy adalah miliknya dan dia tidak akan mengembalikan coklat dan surat cinta itu. Lucy menyerah sebab dia tidak mungkin menang melawan Laxus dan tertunduk sedih dan sedikit kecewa.

"Laxus?" panggil seseorang "Lucy!" orang itu melihat sosok Lucy tertunduk sedih.

Lucy mengangkat kepalanya untuk melihat sosok tersebut. "Natsu."

"Lucy, kenapa kamu bersama dengan laxus? Ada apa?" tanya Natsu kemudian Natsu mendekati Laxus " Apa yang kamu lakukan pada Luce, Laxus? Aku tidak akan memaafkanmu jika kamu menyakiti luce!"

"Bukan urusanmu, Natsu!"

"APA KAMU BILANG?! LUCE ADALAH TEMANKU! TIDAK AKAN KUBIARKAN KAMU MELUKAINYA!" bentak Natsu dengan nada mengancam Laxus.

"Natsu, tenanglah! Aku hanya berbicara dengan Laxus. Dia tidak menyakitiku!" henti Lucy sebelum emosi Natsu memuncak.

"Benarkah?"

Lucy tersenyum dan mengangguk pelan. Natsu kembali tenang "Syukurlah. Aku kira Laxus melukaimu."

Lucy bernapas lega setelah melihat Natsu kembali seperti Natsu yang ia kenal dan bertanya: "Ngomong-ngomong, apa yang kamu lakukan di sini?

"Ah. Aku selesai makan siang bersama..." Seseorang memanggil Natsu sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.

"Natsu~!" panggil seorang gadis dari kejauhan.

Gadis itu menghampiri Natsu dengan sedikit kesal pada pria itu "Moo~, kenapa kamu meninggalkan aku?" marahnya.

"Maaf. Maaf," maaf Natsu berkali-kali.

"Kenapa Lucy ada di sini?" Tanya gadis itu kemudian dia melihat sosok Laxus berdiri di samping Lucy "Laxus! Kenapa kamu berada di sini?"

"Kamu sendiri. Kenapa kamu kemari, Lisanna?" tanya balik Laxus.

Gadis yang memanggil Natsu itu adalah adik perempuan dari Mirajane Staruss dan Elfman Strauss, Lisanna Strauss, murid 2-4. Lisanna memiliki warna rambut yang sama dengan Mirajane tetapi Lisanna berambut pendek. Meski begitu, Lisanna kelihatan sangat imut dengan potongan pendeknya.

"Mengejar Natsu. Habis dia meninggalkan aku sendirian setelah makan siang."

"Kalian berdua? Makan siang bersama?" tanya Lucy.

"Hm! Ne, Lucy. Kamu tahu tidak? Natsu dan aku adalah sepasang kekasih sekarang. Natsu telah menyatakan cinta padaku kemarin!" kata Lisanna sambil melingkarkan tangannya ke lengan Natsu.

Bagaikan tersambar petir, Lucy sangat terkejut dan berdiri mematung saat mendengar bahwa Natsu, pria yang dicintainya telah menyatakan cinta pada perempuan lain tak lain adalah Lisanna Strauss.

"Lisanna!" henti Natsu yang tersipu malu.

"Dengarkan ini, Lucy! Dia bilang kalau dia sudah lama menyukaiku tapi tidak berani mengatakannya," cerita Lisanna.

Perih. Hati Lucy terasa sangat perih mendengar cerita Lisanna dan tidak tahan dengan semua itu.

"Awalnya aku ragu, tapi akhirnya aku menerimanya sebab dia memohon kepadaku untuk menjadi kekasihnya," lanjut Lisanna.

Seluruh kalimat yang dilontarkan oleh Lisanna sungguh menyayat hati kecil Lucy, sebab Lisanna tidak tahu bagaimana perasaan lucy. Lucy ingin rasanya segera meninggalkan tempat itu dan menutup rapat telinganya agar setiap kalimat Lisanna tidak terdengar lagi. Lucy sudah tidak sanggup menahan perihnya rasa sakit di hatinya. Lucy mencoba bertahan dengan mengumpalkan tangannya sekuat mungkin dan mengigit bibir bawah. Laxus memperhatikan tubuh Lucy yang bergemetar dan kedua tangannya menggumpalkan kuat seakan-akan ingin melumatkan tulang jarinya. Lisanna terus saja bercerita mengenai hubungannya dengan Natsu seakan-akan ingin pamer kepada Lucy.

"Lalu aku dan Natsu..." Lisanna belum selesai dengan kalimatnya.

"Oh~ selamat, ya, Lisanna, Natsu. Semoga kalian bahagia!" potong Lucy, berusaha menyembunyikan kesedihannya " Ah, aku lupa! Aku ada janji dengan Levy. Sampai nanti, Lisanna, Natsu!" alih-alih Lucy sambil beranjak meninggalkan Natsu, Lisanna, dan Laxus.

"Oi! Pirang!" panggil Laxus kemudian mengikuti Lucy.

Laxus dan Lucy meninggalkan Lisanna dan Natsu. Natsu dan Lisanna saling bertanya-tanya 'Ada apa dengan Lucy?'. Lucy berlari secepat mungkin sehingga tidak ada seseorang yang akan mengejarnya. Sebuah tetesan air berwarna bening turun dari kedua mata Lucy yang berwarna coklat dan mengalir turun ke permukaan pipinya. Laxus mengetahui bahwa wajah Lucy memerah bukan karena malu melainkan menangis. Laxus menambah kecepatannya agar dia dapat menggapai tangan Lucy. Akhirnya, Laxus berhasil menggapai tangan Lucy kemudian menarik Lucy ke dadanya.

"Lepaskan aku!"

"Kamu boleh menangis sepuasmu di dadaku. Luapkan seluruh kesedihanmu di dadaku," kata Laxus sambil mengelus rambut Lucy dengan lembut.

"Ken...kenapa.. harus Lisanna? Ke..kenapa Natsu tidak memilihku? Ke..kenapa?" isak Lucy sambil meremas kuat seragam sekolah Laxus.

Lucy tidak bisa menahan kesedihan hatinya terlalu lama, dia menangis dengan keras di dada Laxus. Meski Laxus tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, dia dapat merasakan kesedihan Lucy. Tangisan Lucy sungguh menyesakkan hati Laxus. Laxus ingin sekali menyentak Lucy untuk berhenti menangis, tapi dia mengurung niatnya karena dia tidak tahan melihat wajah Lucy yang suram dan sedih. Laxus memeluk Lucy sangat erat.

"Luapkan terus kesedihanmu!Maafkan aku. Aku tidak mahir dalam menghibur wanita yang menangis. Gunakan dadaku ini! Keluarkan semua kesedihan hatimu sampai kamu lega!" ujar Laxus


Beberapa menit kemudian, Lucy berhenti menangis dan sedikit tenang.

"Sudah merasa lega?" tanya Laxus sambil mengusap sisa tetesan air mata Lucy di kedua pipi wanita pirang itu.

Lucy mengangguk lemah. Laxus melihat wajah Lucy sangat berbeda sebelum Lisanna dan Natsu datang. Kini wajah Lucy sangat terlihat kacau, wajahnya menjadi sembab, kedua matanya memerah dan membengkak, dan bibir Lucy memerah dan mengering.

"Bel masuk sudah berbunyi. Sekarang kamu mau apa? Kembali ke kelas?"

Lucy menggelengkan kepala "Tidak, aku ingin beristirahat di ruang kesehatan."

"O. Baiklah, kalau itu yang kamu inginkan. Aku akan kembali ke kelas," kata Laxus sambil akan beranjak meninggalkan Lucy.

"Laxus" henti Lucy

Laxus menoleh ke arah Lucy.

"Terima kasih," ucap Lucy, wanita pirang itu berusaha tersenyum pada Laxus "Laxus, kenapa kamu lembut padaku?"

"Entahlah. Mungkin karena aku mencintaimu."

"Eh? Apa yang kamu katakan barusan, Laxus?"

"Lupakan saja! Beristirahatlah. Bye!"

Lucy tersenyum lembut pada pria besar berambut pirang itu. Lucy berpikir bahwa Laxus adalah orang yang menakutkan tetapi ternyata dia salah. Dalam perjalanannya menuju kelas, Laxus menggumpalkan kedua tangannya dan meremas kuat-kuat tangannya itu di dalam saku celananya, Alis dan dahi Laxus mengerut serta tatapan tajam. Entah apa yang terjadi pada Laxus saat ini, semua murid Fairy Tail yang berpapasan dengan dia menjadi ketakutan.

Lucy menghabiskan sisa-sisa waktu sekolahnya dengan beristirahat di ruang kesehatan, kepalanya yang terasa pusing, perasaannya yang sedang kacau, dan dia masih belum siap untuk bertemu Natsu lagi. Lucy masih tidak percaya bahwa Natsu dan Lisanna adalah sepasang kekasih sekarang. Natsu, pria yang membuatnya jatuh cinta malah telah menaruh hati pada perempuan lain.


Waktu pulang sekolah,

Bel pulang sekolah telah berbunyi 10 menit yang lalu, Lucy kembali ke kelas untuk membereskan peralatan tulis dan buku-bukunya. Teman-teman baik Lucy menjenguknya di ruang kesehatan setelah bel pulang sekolah berbunyi tetapi Lucy sedang tertidur sehingga tidak ada yang berani membangunkannya atau memberitahukan bahwa bel sekolah telah berbunyi. Akhirnya mereka meninggalkan Lucy yang tertidur lelap itu sendirian.

"Kenapa tidak ada yang membangunkan aku? Jahat! Sekarang aku harus pulang sendiri!" omel Lucy.

"Luce!"

Lucy sedikit terkejut dan menoleh ke belakang untuk melihat orang yang memanggil dirinya "Natsu."

Orang yang memanggil dirinya adala Natsu. Lucy melihat tas kertas yang hampir sama dengan miliknya sedang dipegang oleh Natsu. Wanita pirang itu kaget melihat luka memar berwarna merah membiru seperti bekas dipukul oleh seseorang di samping bibir Natsu.

"Natsu, ada apa denganmu?" tanya Lucy sambil memperhatikan lebih dekat luka memar itu "Siapa yang melakukannya?"

"Laxus. Laxus memukulku, dia marah besar padaku karena aku sudah membuatmu menangis," jawab Natsu sambil tersenyum kecil

"Laxus?! Laxus memukul Natsu karena aku!" kaget Lucy dalam hati.

"Luce, terima kasih atas cokelat valentinenya dan suratmu...eto...MAAFKAN AKU! AKU MENCINTAI LISANNA SEJAK KAMI BERTEMAN KECIL DAN AKU HANYA MENGANGGAPMU SEBAGAI TEMAN BAIKKU! Karena itu,..." Natsu membungkuk dan meminta maaf pada Lucy karena dia tidak bisa membalas perasaan Lucy.

"Aku mengerti, Natsu! Aku mohon berhentilah berbuat seperti itu."

"Aku dan Lisanna meminta maaf. Tolong maafkan kami, Luce!"

"Sudah, Natsu! Aku mengerti!"

"Benarkah, Luce?"

Lucy mengangguk dan tersenyum seperti biasanya "Natsu, kita akan selalu berteman'kan?"

"Tentu saja! Kita akan selalu berteman baik selamanya, Luce!"


Lucy merasa sedikit lega setelah perasaan cinta pada Natsu telah tersampaikan meski berakhir patah hati. Natsu meninggalkan Lucy sebab dia sudah ditunggu oleh Lisanna di depan gerbang sekolah. Kini Lucy harus meninggalkan kelas dan berjalan pulang ke rumah hanya seorang diri.

"Ah~ tampaknya hari Valentine ini, cuma aku yang berakhir patah hati. Perasaanku selama satu setengah tahun berakhir mengecewakan. Seandainya aku dan Natsu telah berteman sejak kecil, apa Natsu akan mencintaiku?" pikir Lucy

"Oi!Pirang!"

"Laxus!" Lucy melihat Laxus sedang berdiri seorang diri di depan gerbang sekolah.

"Laxus, sedang apa kamu di sini? Aku pikir kamu sudah pulang!"

"Menunggumu," jawab Laxus sedikit tersipu malu.

"Eh?" heran Lucy, dia tidak mengerti kenapa Laxus menunggunya "Laxus, kenapa kamu memukul Natsu dan kenapa kamu mengembalikan cokelat dan suratku? Aku pikir kamu tidak akan mengembalikannya, Kenapa?"

"Kalau bertanya, cukup satu pertanyaan! Aku tidak suka jika melihatmu terus menangis dan aku sangat cemburu pada bocah sialan itu. Kenapa harus dia yang mendapatkan cintamu? Kenapa bukan aku?"

"Huh? Laxus, apa yang kamu bilang tadi?"

Kini Laxus harus menahan malu. Karena tanpa sengaja, dia bicara terus terang pada Lucy. Lucy tersenyum usil saat melihat wajah Laxus memerah seperti warna rambut Erza.

"Ne, Laxus. Apa yang kamu bilang barusan? Aku tidak mendengarmu!" tanya Lucy bernada usil sambil menusuk-nusuk pipi Laxus dengan jari telunjuknya.

Laxus terdesak sedangkan Lucy terus-menerus menekan Laxus untuk mengulang ucapannya. Wajah Laxus semakin merah menahan malu dan Lucy semakin tertawa usil, dia tidak tahan melihat Laxus tersipu malu seperti itu dan Lucy tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi kawannya jika melihat Laxus seperti itu.

"Hah.." Laxus menghela napas sejenak "Baiklah! Kamu menang, Pirang! Itu benar, aku sudah lama menyukai. Aku juga sama denganmu. Aku tidak berani berkenalan denganmu, berbicara denganmu atau mengungkapkan perasaanku. Rasanya sakit sewaktu aku tahu kamu menyukai pria lain dan pria itu telah menyakiti serta membuatmu menangis. Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat kau menangis karena Natsu dan aku hanya mengutuk diriku sendiri. Seandainya waktu itu, aku punya keberanian untuk mengenalmu dan mengatakan cinta padamu lebih awal, kamu tidak akan menderita seperti itu. Saat kamu memberikan cokelat dan surat di lokerku, aku sangat bahagia dan aku berpikir bahwa kamu juga ada perasaan padaku tapi aku sangat kecewa dan perih, mendengar cokelat dan surat itu bukan untukku melainkan Natsu. Aku sangat cemburu pada Natsu. Kenapa harus dia yang mendapatkan cintamu? Kenapa bukan diriku?" sedih Laxus.

"Kenapa kamu menyukaiku, Laxus? Setahuku, kamu sangat popular di kalangan murid perempuan. Kenapa memilihku? Atau jangan-jangan kau ingin mempermainkanku?"

"Tidak! Mereka menyukaiku karena kekayaanku. Tidak ada yang menyukaiku dari lubuk hati. Kamu sangat berbeda dengan mereka, pirang! Kamu selalu tersenyum ceria kepada siapa saja, tanpa mengenal status keluarga mereka. Senyumanmu dan keceriaanmu telah memikat hatiku. Aku ingin sekali melihatmu tersenyum ceria di depanku dan hanya untukku, seorang. Entah mengapa aku tidak punya keberanian untuk mendekatimu, suaraku tidak keluar saat aku ingin berbicara denganmu dan aku sangat gugup jika bertemu denganmu. Kamu boleh menertawakan aku, Pirang! Laxus Dreyar, pria bertubuh besar tapi bernyali kecil!"

"Untuk apa aku menertawakanmu, Laxus? Kita berdua sama. Aku juga seorang pengecut dan selalu melarikan diri dari setiap masalah. Aku tidak mungkin menertawakanmu." kata Lucy dengan tersenyum lemah.

Laxus dan Lucy terdiam dan mereka berdua saling bertatapan. Keheningan dan kesunyian menyelimuti mereka. Di antara mereka, tidak ada yang ingin memulai pembicaraan. Laxus dan Lucy, keduanya bernasib sama dalam masalah cinta. Laxus sudah lama menyukai Lucy saat mereka masih murid baru di Fairy Tail High School, dia tidak berani mengungkapkan perasaannya karena takut akan ditolak Lucy. Begitu pula, Lucy, dia menyukai Natsu karena jatuh cinta pada pandangan pertama dan berakhir sangat menyedihkan, Natsu telah menyukai Lisanna.

"Eto..Hem.." Laxus memecahkan suasana hening di antara mereka "Bagaimana...Bagaimana ini..Aku harus bagaimana?" gelisah Laxus sambil mengacak-acak rambutnya.

"Ada apa? Kalau tidak ada urusan lagi, aku pulang." kata Lucy.

"Tunggu sebentar!" henti Laxus, wajahnya kembali terlihat memerah malu "Eto... a-aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Aku akan selamanya dicap sebagai seorang pengecut jika tidak mengatakan ini."

Lucy mengurung niatnya untuk meninggalkan Laxus dan kembali memandang Laxus. Laxus kembali gelisah dan panik sesekali dia melirik ke arah Lucy, wajahnya sudah bagaikan tomat merah yang telah matang. Lucy tersenyum geli melihat Laxus yang memerah karena tersipu malu.

"E-eto...Pirang...bukan...maksudku Lucy! Bisakah aku menggantikan posisi Natsu di hatimu saat ini?"

Wajah Lucy ikut memerah seketika, dia tidak percaya Laxus akan berkata seperti itu secara tiba-tiba. Laxus meminta Lucy untuk menggantikan posisi Natsu dengan dirinya di hati wanita pirang itu. Lucy langsung menjadi panik dan bingung harus bagaimana. Baru pertama kali ini, Lucy mendapatkan kejutan mendadak seperti ini. Lucy melirik Laxus, Laxus membalas lirikan Lucy. Mereka saling bertatapan malu.

Lucy tersenyum saat mengingat kembali, Laxus telah membantunya keluar dari kesedihan yang menyakitkan hatinya, Laxus memukul Natsu karena Natsu telah membuat dirinya menangis, dan dia juga telah mengembalikan cokelat dan surat cintanya kemudian diberikan oleh Natsu sehingga perasaannya tersampaikan meski berakhir penolakan dari Natsu dan mereka masih berteman baik.

Berkat Laxus, dia kembali menjadi ceria. Lucy mulai berpikir bahwa dia mulai menyukai Laxus dan menganggap Laxus tidaklah menakutkan tetapi terlihat lucu di matanya. Sebuah ide usil terlintas di benak Lucy, Lucy ingin sekali melihat Laxus panik dan cemburu.

"Hm..Maaf, Laxus. Aku telah jatuh cinta pada pria lain!"

"EH? Siapa pria itu?" geram Laxus karena cemburu pada pria yang telah membuat Lucy jatuh hati padanya "Apa aku mengenal pria itu?"

"Tentu saja. Kamu mengenalnya!" jawab Lucy dengan senang.

"Siapa dia? Bixlow, Freed, Gray, Gajeel..."

Laxus belum selesai menyebutkan daftar nama teman laki-lakinya, bibir Lucy menyentuh bibir Laxus. Laxus terdiam mematung saat Lucy menciumnya.

"Kaulah. Kaulah, pria itu, Laxus!" kata Lucy sambil melepas ciumannya.

Tangan Laxus langsung memegang pinggang Lucy dan tidak membiarkan Lucy lepas darinya. Laxus mendekatkan wajahnya ke arah Lucy sehingga Lucy bisa melihat jelas kedua mata Laxus yang berwarna biru dan tangan Laxus yang satunya memegang dagu Lucy.

"Kenapa kamu hanya memberiku ciuman kilat? Aku sudah lama menantikan ciuman darimu. Aku ingin lebih dari ciuman kilat itu."

Laxus mendaratkan bibirnya ke bibir hangat dan manis milik Lucy. Dalam ciuman mereka, Lucy tidak mengira bahwa Laxus sangat ahli dalam berciuman. Laxus meminta Lucy untuk membuka mulutnya sehingga lidah Laxus bisa menjelajahi mulut Lucy dan menyapa lidah Lucy. Akhirnya, Lucy membuka mulutnya dan membiarkan Laxus menjelajahi mulutnya karena Lucy tidak ingin kenikmatan ciuman mereka berakhir.

Mereka berdua berciuman mesra dan panas. Laxus sangat berterima kasih pada cokelat dan surat cinta milik Lucy yang salah itu, dia mengenal Lucy lebih dekat dan bisa mengutarakan perasaannya yang terpendam kepada Lucy sementara Lucy sangat berterima kasih pada sifatnya yang ceroboh dan pelupa itu, akhirnya dia bisa bertemu dengan pangeran hati yang sesungguhnya.

'Cinta pandangan pertama tidaklah selalu berjalan mulus. Janganlah, kalian bersedih karena cinta pandangan pertama kalian telah ditolak sebab selama hidup kita masih panjang, kalian pasti akan menemukan cinta kalian yang sesungguhnya di suatu tempat' Itulah yang dialami Lucy.

~The End~


Maafkan aku, jika membuat kalian lama menunggu cerita ini! Maaf jika endingnya jelek.

For XXshyXX: We meet again! Thanks for reading my story!

Jl chan Kawa : Terima kasih sudah memberikan komentar pada ceritaku. Maaf ya jika endingnya bukan Nalu

MisakiDreyarTheSilentDemon: Terima kasih sudah memberikan komentar dan aku harap kau suka endingnya

Mako-chan: Terima kasih sudah membaca ceritaku.

One more time, I really sorry to make you guys wait too long and I hope you Liked my ending story.

Thanks~Thank you~ don't forget! reviews, please!