"Mimpi terburuk sepanjang hidupku."

Kyuhyun bangun dari tidurnya. Ia bisa merasakan napasnya tersengal-sengal seperti sedang maraton. Tatapannya kosong. Matanya masih berkunang-kunang dan kepalanya juga pusing. Mimpi yang barusan ia rasakan terasa jauh lebih buruk daripada jatuh dari jurang. Bahkan rasanya akan lebih buruk daripada kecelakaannya 2006 silam.

Ia mengacak rambutnya kasar. Terlalu banyak yang menghantui pikirannya akhir-akhir ini. Membuatnya ingin menyumpahi siapapun yang membuatnya nyaris gila seperti ini.

Title : Decision

Rating : M

Cast : Cho Kyuhyun, Lee Sungmin

Warning : Yaoi, TYPO(s), OC, Mature Content (Possible NC)

Genre : Romance-Hurt/Comfort

Type : Twoshot

Don't Like, Don't Read

.

.

"Apa kau bersedia menerima Lee Sungmin sebagai pasanganmu dan akan selalu bersamanya hingga ajal menjemput?" tanya pastur itu pada seseorang yang berdiri di samping Sungmin.

"Aku bersedia," balas orang itu dengan mantap.

"Lee Sungmin, apa kau bersedi—"

.

.

.

"Mimpi terburuk sepanjang hidupku."

Kyuhyun bangun dari tidurnya. Ia bisa merasakan napasnya tersengal-sengal seperti sedang maraton. Tatapannya kosong. Matanya masih berkunang-kunang dan kepalanya juga pusing. Mimpi yang barusan ia rasakan terasa jauh lebih buruk daripada jatuh dari jurang. Bahkan rasanya akan lebih buruk daripada kecelakaannya 2006 silam.

Ia mengacak rambutnya kasar. Terlalu banyak yang menghantui pikirannya akhir-akhir ini. Membuatnya ingin menyumpahi siapapun yang membuatnya nyaris gila seperti ini.

.

.

Ia menatap tubuh telanjangnya. Tersenyum singkat saat menemukan tubuhnya masih sama polosnya dengan kemarin malam. Membuktikan kalau yang semalam ia lakukan bersama Sungmin memang bukanlah mimpi. Dadanya terus bergemuruh. Ia terlalu senang dengan euforia yang menggelayutinya. Menyaksikan bukti nyata kalau ia dan Sungmin memang benar bercinta semalam.

Entah apa yang terjadi sebenarnya, kenyataan manis itu justru membuatnya makin gelisah. Terlebih saat ia hanya menemukan bantal disampingnya.

Gemuruh di dadanya makin kencang. Sungminnya harusnya berada disitu. Menemaninya saat ini.

Ia menggelengkan kepalanya tidak percaya. Sebuah perasaan takut mulai menghampirinya.

Ia percaya pada Sungmin yang mengatakan kalau dia tidak akan meninggalkannya. Tapi, entahlah, sebuah ganjalan mulai terasa membesar di bagian dadanya. Rasanya sangat menyesakkan sampai ia sulit bernapas.

Meraba-raba kasar tempat tidurnya, ia masih tidak menemukan Sungminnya disana. Pikirannya melayang dan berubah menjadi butiran pasir saat berbagai pikiran negatif merasuki hati dan pikirannya. Secepat itu dia berspekulasi buruk, secepat itu pula Cho Kyuhyun kembali menyunggingkan senyum tampannya.

"Dia pasti di kamar mandi," kata Kyuhyun dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya. Ia yakin Sungminnya ada disana. Sungmin tidak punya alasan untuk meninggalkannya. Tidak satupun.

.

.

Pemuda yang masih tidak menutupi tubuhnya dengan apapun itu langsung keluar dari kamar mandi saat tidak menemukan apa yang ia cari disana.

Langkahnya makin berat. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam. Hilang kemana perasaan optimisnya barusan, tidak ada yang tahu. Yang Kyuhyun yakini saat ini adalah kehangatan yang semalam penuh ia rengkuh bersama Sungmin benar-benar lenyap.

"Kyu?" sapa seseorang dari belakangnya.

Tanpa berpikir dua kali, Cho Kyuhyun langsung membalikkan badannya dan memeluk sosok yang daritadi ia cari. Sosok itu berdiri di belakangnya dengan pakaian yang lengkap.

Ia memeluknya dengan sangat erat, menenggelamkan kepalanya di lekukan leher sosok itu. Senyum lebar tidak bisa ditahan, ia sangat senang menemukan Sungmin tetap berada di dekatnya.

"Aku sedang membawa cokelat panas, nanti tumpah kalau kau memelukku begini," ucap Sungmin tanpa menggerakkan tangannya kemana-mana. Biasanya ia akan balas memeluk Kyuhyun, tapi mungkin tidak saat keadaannya seperti ini.

"Kau tidak membalas pelukanku? Apa kau tidak merindukanku?"

Sungmin tertawa pelan mendengar pertanyaan Kyuhyun. Ia bisa merasakan Kyuhyun melonggarkan pelukannya dan menatap dirinya.

"Aku sedang membawa cokelat panas, kau ingat?" balas Sungmin menunjukkan cangkir cokelat di tangan kanannya. "Apa yang merindukan? Semalam kita baru..." Sungmin menghentikan ucapannya. Melanjutkan ucapannya mungkin akan membuat mereka berakhir di ranjang lagi.

"Mau kuambilkan pakaian?" tawar Sungmin saat melihat Kyuhyun yang masih dalam keadaan telanjang.

Kyuhyun menatap Sungmin yang sedang berbicara dengan riang di depannya. Sungminnya begitu riang. Ia ikut bahagia melihatnya. Tapi, entah kenapa perlahan rasa takut itu kembali datang.

Apa Sungmin tidak merasakan ketakutan yang sama dengannya?

"Kenapa tidak menjawabku? Baiklah, aku ambil pakaianmu dulu." Saat Sungmin mengangkat kakinya menuju kamar, Kyuhyun langsung memeluk pinggang Sungmin erat, membuat cangkir cokelat panas yang ia pegang mengeluarkan isinya sedikit.

"Nah kan! Kau menumpahkannya," Sungmin mengomel dengan wajah cemberutnya. Ia bisa merasakan pelukan di pinggangnya makin erat. Kyuhyun tidak menatapnya sama sekali saat ini.

"Aku hanya ke kamar sebentar, Cho Kyuhyun. Kalau tidak mau kutinggal, ikut denganku."

"Ikut denganmu?"

Apa itu artinya aku tidak akan berpisah denganmu?

.

.

"Aku mimpi buruk, Sungmin-hyung," kata Kyuhyun saat sedang berbaring di rumput sambil menghirup udara luar. Ia menatap langsung ke arah langit. Merasakan terpaan udara hangat yang tidak bisa meredakan gemuruh di hatinya. Ia tidak bisa menghilangkan bayang-bayang orang lain di mimpinya tadi.

"Hmm?"

"Kau pasti akan mengataiku gila, tapi... kau tahu ini mimpi tergila yang pernah aku alami." Jeda sebentar. "Aku mimpi kau menikah dengan seorang wanita," kata Kyuhyun lagi. Ia kali ini memandang Sungmin yang juga berbaring di sampingnya.

Ia bisa melihat Sungmin tersenyum, tapi matanya tidak menatap Kyuhyun sama sekali. Seakan langit diatas lebih menarik daripada wajah Kyuhyun.

"Itu yang akan kulakukan dua hari lagi, Cho Kyuhyun. Apa kau lupa?"

Rasanya ada pukulan keras di kepala Kyuhyun yang kemudian memaksanya meremas kasar rumput dibawahnya. Seharusnya ia tidak mengatakan apapun tentang mimpinya. Seharusnya jawaban itu tidak keluar dari mulut mungil Sungmin.

Sungmin menatap Kyuhyun dalam. Ia juga bisa merasakan pukulan yang sama besarnya dengan yang Kyuhyun rasakan. Ia melihat Kyuhyun dengan mata merahnya. Hanya Kyuhyun yang ia lihat di dalam pandangannya.

"Aku mencintaimu," kata Sungmin pelan. "Aku sangat mencintaimu, Cho Kyuhyun. Aku mencintaimu, sungguh," kata Sungmin lagi. Ia menggerakkan tubuhnya menyamping, ke arah Kyuhyun. Kyuhyun langsung menggenggam tangan Sungmin. Ia takut melepasnya. Dunianya pasti akan lenyap saat ia melakukan itu.

Kyuhyun mulai menyadari semuanya saat ini. Ketakutannya. Alasan mereka mengasingkan diri selama dua malam di tempat ini... Semuanya karena pernikahan Sungmin akan dilangsungkan dua hari lagi.

"Mencintaiku tapi memilih menikah dengan orang lain? Itu yang kau sebut dengan sangat mencintaiku, Sungmin-ah?" Kyuhyun mencibir sambil mengeratkan genggaman tangannya. Ia juga mencintai Lee Sungmin. Ia mencintainya–Demi Tuhan ia sangat mencintainya!

Sungmin mulai merasakan kabut di matanya mulai berubah menjadi air saat melihat Kyuhyun tersenyum miris di depannya.

"Kita pasti bisa mencoba cara lain. Kau tahu, mengadopsi anak bisa kita lakukan, Min! Kita bisa menikah di luar negeri kalau kau takut!" Kyuhyun memohon dengan wajah memelas. Ia tidak bisa menahan emosinya lebih lama. Kenyataan yang akan ia hadapi dua hari lagi pasti akan membuatnya gila.

Sungmin bangkit dari posisinya dan memeluk Kyuhyun erat. Ia menumpahkan semua emosinya di bahu Kyuhyun. Semuanya terasa sangat berat. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Deru napas yang tidak beraturan dan pelukannya pada Kyuhyun seakan bisa menyalurkan semua yang ada.

Kyuhyun mengeratkan pelukannya pada Sungmin. Ia ikut tenggelam dalam suasana yang tercipta disana.

"Kumohon, Lee Sungmin. Aku mencintaimu," Kyuhyun mendorong pelan bahu Sungmin. Menggulingkan badannya dan menindih Sungmin. Mencium Sungmin dengan kasar di bibirnya. Ia bisa merasakan rasa asin yang tercampur dalam ciuman mereka. Kalau mereka bisa, mereka akan memilih mati dalam keadaan seperti ini.

"Apa yang harus kulakukan? Apa aku harus menciummu lebih lama supaya kita mati bersama-sama?" tanya Kyuhyun. Matanya basah. Ia menatap Sungmin yang ada di bawahnya. Sungminnya menatap kosong ke arahnya. Ia juga belum siap menerima kenyataan yang terasa sangat kejam baginya.

Sungmin menggigit bibir bawahnya lalu kembali mencium Kyuhyun.

Seandainya kita bisa, Kyu. Seandainya kita bisa.

Takdir mempertemukan mereka. Takdir pula yang memisahkan mereka.


"Kalau kita menikah nanti aku mau punya dua anak, Kyu. Satu laki-laki dan satu lagi perempuan."

"Hanya dua? Aku mau punya sepuluh, Hyung."

"Dasar sinting. Membuat satu saja mustahil," balas Sungmin tertawa mengejek. Kyuhyun memandang Sungmin yang terkekeh di sampingnya.

"Kalau kita bisa membuat satu, kau harus berjanji mau memuat sepuluh anak denganku."

"Baik. Aku janji."

"Kau akan mati berlumuran cintaku kalau melanggar, Hyung."

"Oh, kalau begitu lebih baik mati daripada memaksakan punya anak dari laki-laki."


Mereka bukan anak kecil lagi. Usia yang melewati digit 30 menunjukkan betapa dewasanya mereka saat ini. Saatnya mereka membuat keputusan. Dan tidak boleh ada satupun keputusan yang sia-sia. Mereka sudah terlalu tua untuk sekadar bermain petak umpet dengan takdir.

Saatnya mereka menutupnya dan menguncinya rapat.

Kyuhyun sekarang berdiri di depan gerbang itu. Dengan jas hitam dan parfum yang membungkus lengkap dirinya. Senyum diwajahnya semakin menunjukkan betapa sempurnanya Kyuhyun saat ini.

Ia berjalan dengan tegap dengan sebuah kado di tangannya. Seseorang menunggunya diujung sana. Dengan senyum yang sama dengan miliknya, orang itu menyalami beberapa orang yang datang memberi selamat padanya.

Tubuh itu dipadukan dengan sebuah jas putih dengan aksen merah muda. Kyuhyun makin yakin kalau Lee Sungmin yang menunggunya di depan sana memang sangat sempurna. Ia cocok mengenakan pakaian apa saja.

Aku berikan yang terbaik untukmu, Sungmin-hyung.

.

.

"Selamat atas pernikahanmu, Hyung. Aku tidak menyangka kau akan menikah secepat ini. Kau tahu? Banyak penggemar yang sedang menangis sekarang."

Kyuhyun lalu mengalihkan pandangannya pada mempelai wanita yang mengenakan gaun merah muda di samping Sungmin. Sesaat setelah ia meraih tangan Sungmin untuk berjabat tangan.

"Aigoo, cantik sekali. Pilihan Sungmin-hyung sangat tepat," sambung Kyuhyun lagi.

Aku berikan yang terbaik untukmu, Sungmin-hyung.

Tapi—Demi Tuhan, Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Dengan terpaksa ia membuat sebuah senyuman di wajahnya. Namun, itu bahkan terlihat lebih pilu daripada pengemis cinta di novel-novel roman. Bibirnya bergetar dan ia sangat pintar untuk segera mengatupkannya dengan keras.

"Ah! Aku tidak mau mengganggu kalian. Aku mau menemui member yang lain. Dimana mereka?" tanya Kyuhyun tanpa melihat ke arah Sungmin. Ia mengedarkan pandangannya pada ruangan di sekitarnya saat merasakan matanya kembali memanas.

"Sedang makan disana," tunjuk Sungmin ke arah kanan. Ia menggigit bibir bagian dalamnya.

Istri Sungmin bisa menangkap gerak-gerik dua laki-laki di sampingnya. Ia pernah mendengar rumor kedekatan Kyuhyun dan Sungmin sebelumnya, tapi ia yakin kalau suaminya, Lee Sungmin, pasti normal. "Kyuhyun-sshi?" panggilnya akhirnya.

"Ne?"

"Apa kado itu untuk kami?" tanyanya.

"Ah. Iya. Kau benar. Ini," Kyuhyun mengulurkan kadonya ke arah Sungmin. Ia lalu berjalan menjauhi pasangan itu setelah mengucapkan selamat sekali lagi.

"Kyuhyun-ah." Kyuhyun diam di tempatnya saat merasakan suara halus Sungmin menyapanya. Sebelum Kyuhyun sempat menoleh, Sungmin kembali berkata, "Terima kasih...sudah datang."

Kyuhyun terpaku menangkap getaran di suara Sungmin. Apa dia menangis sekarang? Apa Sungminnya sedang menangis? Apa boleh ia menoleh ke belakang dan memeluknya sekarang?

Tanpa menoleh ke arah Sungmin, Kyuhyun mengangkat tangannya, "Bukan masalah besar, Hyung. Maaf karena aku datang terlambat. Ini yang terbaik yang bisa kulakukan untukmu."

Satu arti—banyak arti disaat yang sama. Terlalu ambigu untuk sekedar dibayangkan.

Sungmin mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ia ingin berlari dan memeluk Kyuhyun saat ini. Tangan Kyuhyun yang barusan berjabat tangan dengannya sangat dingin. Sungmin tahu ia pasti menyakiti hati Kyuhyun. Entah apa perasaannya. Mungkin sama dengan perasaannya saat ini. Ia juga merasakan hatinya pecah dan hancur berkeping-keping saat sosok itu makin menjauhinya dan tertawa diantara member Super Junior yang lain.

Lee Sungmin tidak akan berlari mengejar Kyuhyun dan membisikkan kata-kata manis yang menenangkan—Cho Kyuhyun juga tidak akan berbalik dan mengecup matanya yang memerah.

Ini sebuah keputusan. Mereka harus mengikuti siklus hidup laki-laki normal: Menikah—memiliki anak—lalu mati.


"Kau ingat perkataanku tentang hukuman, Lee Sungmin?"

Sungmin menatap tidak takut pada Kyuhyun. Jadwal padatnya dan Kyuhyun membuat ia merindukan Kyuhyun. Rindu dalam konteks ranjang tentunya.

"Tunggu, maksudmu, kalau aku berciuman dengan perempuan lain, kau akan menghukumku. Apa hukuman itu yang kau maksud?"

"Yesung-hyung harus sampai memanggil bagian keamanan saat aku mengamuk di hotel setelah melihat kau ciuman dengan lawan mainmu di Jack The Ripper."

"Yesung-hyung cerita padaku tentang betapa rapuh Cho Kyuhyun saat itu," balas Sungmin tetap dengan senyum mengejeknya. Sungmin mendekati Kyuhyun sambil melepas kancing kemejanya.

"Kalau kau memang mau sex, kenapa harus memancingku sampai marah dulu?"

Sungmin menggeleng polos.

"Jangan melakukannya lagi, Hyung. Aku nyaris bunuh diri melihat gambar konyol itu."

"Tidak akan lagi. Aku janji. Sekarang, mana hukumanku?"


Aku mencoba memberikan yang terbaik untukmu, Sungmin-hyung.

Maafkan aku, Lee Sungmin. Keputusanku sangat bulat.

Mengejarmu.

Tunggu dan lihat aku.


"Bagaimana kabar istrimu, Kyu? Kudengar dia hamil. Benarkah?" tanya Sungmin pada Kyuhyun. Mereka sedang piknik. Heechul yang mengusulkan ini. Nostalgia dan berkumpul dengan member Super Junior yang lain. Member yang lain juga turut membawa anak dan istri mereka ikut serta. Para wanita sibuk mengurus makan siang di tempat lain.

Sudah lima tahun berlalu setelah pernikahan Sungmin. Kyuhyun kemudian mengikutinya dua tahun setelahnya. Melalui masa-masa sulit mereka sendirian. Masing-masing punya jalannya sendiri untuk bertahan hidup.

"Ah, ya. Sudah lima bulan."

"Kau masih kalah denganku. Anakku sudah besar," ucap Sungmin memandang lurus ke depan. Kyuhyun menengok ke arahnya, tapi Sungmin tidak membalasnya sama sekali. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Kyuhyun masih tetap mengagumi sosok manis Sungmin. Benar kata orang, Sungmin tidak terlihat menua.

"Apa aku masih terlihat tampan?"

"Aku lebih tampan. Kau terlihat makin muda. Apa kau menghisap darah?"

"Oh! Aku tahu itu, orang-orang juga tidak menyangka aku sudah punya anak yang usianya empat tahun," balas Sungmin. Kali ini ia memandang Kyuhyun.

Kyuhyun tersenyum dengan lembut saat Sungmin memandangnya dengan mata teduhnya.

"Bagaimana bisnismu, Kyu?" lanjut Sungmin.

"Investasiku berhasil. Ah, karena aku mengambil alih perusaahan Appa, kurasa aku tidak akan miskin dalam waktu dekat ini." Jawaban Kyuhyun membuat Sungmin tertawa ringan.

"Apa kau bisa mengurus anak nanti? Mengurus hidupmu saja susah," ejek Sungmin sambil memutar memorinya, mengingat-ingat bagaimana Kyuhyun saat sedang berhadapan dengan anak-anak.

"Aku juga ragu," jawabnya.

"Kau tahu kenapa?" Kyuhyun memiringkan tubuhnya menghadap Sungmin. Suaranya mendadak menjadi lebih rendah. Sungmin menggelengkan kepalanya.

"Karena aku tidak menginginkan anak itu."

Sungmin tersentak dengan jawab Kyuhyun.

"Kalau tidak ingin kenapa harus kau buat?" respon Sungmin yang sekarang memilih bangun dan meninggalkan Kyuhyun. Ia menyisipkan tawa kecil di dalamnya. Menyiratkan nada bercanda.

"Kalau kau bilang cinta padaku kenapa harus punya anak dari istrimu?"

Sungmin memilih pergi sebelum perasaan bersalahnya kembali lagi. Ia sudah memutuskannya. Ia dan Kyuhyun sudah selesai. Hanya ada dirinya dan keluarganya; dan Kyuhyun dengan istrinya.

"Nah, ayo sekarang bantu yang lain menyiapkan makanan." Dengan cepat ia menarik tangan Kyuhyun untuk bangun dan membantu yang lain. Ia dengan cepat merasakan perasaan hangat yang masih sangat sama dengan beberapa tahun yang lalu saat Kyuhyun menyambut uluran tangannya.

Kyuhyun menarik keras tangan Sungmin dan membuat mereka berguling di rumput. Ia mencium Sungmin dengan cepat. Perasaan di dadanya tidak bisa dibendung. Ia merindukan Sungmin dan ia bersumpah ia benar-benar merindukannya.

Sungmin menggeliat tidak nyaman saat Kyuhyun memperdalam ciuman mereka. Perasaan takut dan bahagia bercampur jadi satu di dalam hatinya. Euforia itu kembali datang bersamaan dengan tanffung jawab besar yang ia pikul sampai saat ini.

"Apa kau bisa merasakan apa yang kurasakan, Hyung? Aku merindukanmu. Sangat."

"Kyuhyun-ah, aku–" ucapannya harus terputus saat Kyuhyun kembali mencium bibirnya dan menggigitnya kasar.

"Appa," panggil seseorang dari arah yang berseberangan.

Sungmin membeku saat mendengar suara manis anak laki-lakinya. Ia bangkit dengan cepat dan membiarkan Kyuhyun terpaku dengan keadaan masih tiduran di rumput.

"Ne?" sambut Sungmin manis saat ia menghampiri anaknya.

"Aku memanggil Appa daritadi. Eomma bilang Appa harus bantu menata makanan."

"Bersama Ahjussi juga. Apa boleh?" tanya Kyuhyun saat ia sudah bangkit dan menuju bocah laki-laki itu.

Anak laki-laki itu mengangguk cepat. "Kyu-ahjussi boleh ikut asalkan Ahjussi peluk aku seperti tadi Ahjussi peluk Appa."

Kyuhyun tersenyum singkat karena bersyukur anak Sungmin mengira mereka hanya pelukan.

"Oke. Joonie kemari," kata Kyuhyun merentangkan tangannya mengizinkan Yeon Joon memeluk dirinya.

Setelah itu Sungmin dan Kyuhyun, bersama anak Sungmin dalam gendongan Kyuhyun, segera beranjak dan menuju tempat yang dikatakan Yeon Joon.

.

.

Dua bulan berlalu sejak Kyuhyun mencium Sungmin. Sungmin tidak berubah. Ia tetap menjawab telepon Kyuhyun dan menanyakan keadaan kehamilan istrinya yang menginjak tujuh bulan.

Ia tidak bisa menyingkirkan perasaan bahagianya saat kembali mengingat ciuman mereka. Rasanya masih sama. Sungminnya masih sama dan tidak berubah.

"Kyuhyun-ah," panggil istrinya dari dapur.

Dengan malas Kyuhyun menyahut dan menghampiri istrinya.

"Aku mau ke rumah Young Rae-eonnie sekarang. Kau mau mengantarku?" tanya istrinya.

Kyuhyun tersentak saat istrinya menyebut nama istri Sungmin. Apa artinya—

"Untuk apa?" Ia akhirnya memilih bertanya.

"Belajar memasak sekaligus menanyakan persiapan menjelang kelahiran bayi kita."

"Apa aku harus menunggumu?"

"Kau mau menunggu?"

"Kau kan sedang hamil."

"Kalau begitu lebih baik menunggu. Tadi Young Rae-eonnie juga bilang Sungmin-oppa dirumah. Kau bisa berbincang dengannya."

Gotcha.

.

.

Sungmin masih dalam posisi bersantainya di halaman belakang. Menikmati udara sejuk sendirian. Anaknya sedang bermain bersama ibunya di ruang tamu. Entahlah, rasanya ia sedang tidak ingin main bersama mereka saat ini.

"Hyung, Annyeong."

Rupanya Sungmin tidak terkejut saat Kyuhyun muncul dan menepuk pundaknya dari belakang.

"Tidak terkejut?"

"Aku hapal langkah kakimu." Kyuhyun tersenyum lebar mendengar jawaban Sungmin.

"Kau hapal semua hal mengenaiku, Sungmin-hyung."

"Ya. Aku hapal. Semuanya."

Kyuhyun tidak membalas ucapan Sungmin dan memilih duduk di sampingnya.

"Bagaimana istrimu, Kyu?"

"Dia baik dan akan melahirkan sebentar lagi."

"Lalu, bis—"

"Bisnisku juga baik," potong Kyuhyun yang sepertinya tahu apa yang akan diucapkan Sungmin setelahnya.

"Ah, kau sudah tahu anakmu laki-laki atau perempuan, Kyu? Kuharap dia laki-laki jadi—"

"Sungmin-ah," potong Kyuhyun cepat.

"Kau tahu mauksud kedatanganku, kan?"

"Mengantar istrimu berkonsultasi dengan Young Rae. Aku tahu."

"Kau—berubah. Apa...kau akan tetap sedingin ini jika saja...aku ada bersamamu?"

Sungmin mengalihkan pandangan tepat ke mata Kyuhyun. Mencari emosi yang hendak disampaikan Kyuhyun padanya. Ia tidak kuat melihat tatapan Kyuhyun. Dengan cepat ia merengkuh leher Kyuhyun dan menciumnya. Ia merindukannya dan itu final. Kejujuran itu muncul begitu saja dalam dirinya.

"Aku merindukanmu," ucap Kyuhyun setelah mereka selesai berciuman.

"Aku merindukan semuanya, Hyung."

"Kita...punya keluarga, Kyu. Tidak boleh begini. Istrimu sebentar lagi melahirkan dan—berhenti bersikap seolah kita masih mempunyai hubungan."

"Apa kau mencintaiku?"

Sungmin tidak perlu berpikir ratusan kali saat disuguhi pertanyaan semacam itu dari Kyuhyun. Jawabannya bahkan lebih jelas daripada terik matahari yang bersinar di atas mereka. Ia berani bersumpah kalau dalam usia pernikahan yang menginjak lima tahun, ia tidak pernah sekalipun mengungkapkan cinta pada istrinya.

"Aku mencintaimu."

Kyuhyun hanya cukup itu dan ia tahu kalau masih ada masa depan untuk dia dan Sungmin.

"Aku juga mencintai Yeon Joon. Dia anakku."

Jeda yang cukup panjang sebelum Sungmin kembali melanjutkan.

"Aku tidak keberatan kalau harus meninggalkan Young Rae. Tapi...Yeon Joon...dia anakku—darah dagingku."

"Apa yang coba kau katakan sekarang padaku, Min? Apa...apa artinya kita masih bisa...bersama kalau kita mau?"

"Sampai kapanpun Yeon Joon tetap anakku dan tidak akan menjadi anakmu, Kyu."

"Apa itu artinya kau...tidak akan mencintaiku lagi?"

Sungmin menangkupkan tangannya di pipi Kyuhyun. "Maaf, Kyuhyun-ah. Aku tidak akan menjanjikan apapun lagi padamu. Tidak satupun disaat aku yakin tidak bisa memenuhi apapun."

.

.

"Kau...apa?"

"Barusan aku kerumahmu bersama Kyuhyun. Tapi tadi hanya ada Sungmin-oppa. Oppa bilang kau sedang disini jadi...aku kesini dan..."

"Meninggalkan Kyuhyun berdua di rumah kami?"

"Ya. Ada masalah dengan itu?"

"Mereka hanya...berdua."


"Menikah dengan Lee Sungmin?"

"Bukankah dia tampan?"

Young Rae tidak mengelak saat ditanya begitu, hanya saja...

"Bukankah Sungmin sedang berpacaran dengan Kyuhyun?"

Tawa ibunya meledak.

"Sungmin itu normal. Hubungannya dan Kyuhyun hanya sebatas gosip karena fans mereka di Super Junior."


"Sungmin benar-benar mencium Kyuhyun di foto ini."

"Tidak. Calon suamiku normal."

"Kusarankan padamu, Rae-ah, jangan menikah dengan Sungmin. Hubungannya dan Kyuhyun bukan hal yang bisa kau remehkan."

"Terserah kalian mau mengatakan apa, tapi Sungmin normal dan dia tidak punya hubungan apa-apa dengan Kyuhyun. Kami akan menikah kurang dari sebulan lagi."

"Young Rae-ah, kau tidak tahu."

"Aku mengikuti perkembangan Super Junior beberapa minggu ini. Kyuhyun dan Sungmin tidak menunjukkan kedekatan yang berlebihan saat di panggung. Berhenti mengada-ada."

Temannya menggeleng kasihan dan memilih pergi. Meninggalkan foto yang menjadi topik pembicaraan mereka di depannya.

Calon suaminya dan Kyuhyun berada di ruang tunggu dan duduk berduaan di pojok ruangan. Tepat disaat member Super Junior yang lain maju ke arah kamera dan bersorak sorai menunjukkan sisi aktif mereka. Nyaris tidak terlihat kalau Kyuhyun dan Sungmin ada disana. Apalagi berciuman. Tapi sayangnya, tangan Kyuhyun yang melingkar di leher Sungmin mengindikasikan kalau mereka benar berciuman.

"Ini hanya editan. Ini foto editan."


.

KyuMin adalah pasangan yang lebih sering beraksi di belakang panggung. Mereka jarang melakukan fanservise di panggung.

.


Mereka hanya berdua di halaman belakang rumah Sungmin.

Kembali mereka akan merengkuh kehangatan yang hanya bisa didapat saat mereka bercinta.

"Kita tidak akan melakukannya di kamar, Min. Kita sudah bicara mengenai aroma sperma sebelum ini, kan?"

.

"Kita akan bercerai."

.

.

TBC

.

Alohaaaa~

Selamat pagi, selamat siang, selamat malam. LOL ketular virus MC Kyuhyun.

Fanfic ini dibuat karena...tanpa alasan khusus. Tiba-tiba kepikiran mau bikin yang melow galau gitu gara-gara ga bisa nonton mubank #telat xD

Saya tahu ini gaje, tapi saya bener-bener lagi mau nulis, jadi terciptalah.

Fanfic ini pasti twoshot tapi takut kepanjangan dan pasti akan tamat di chapter depan. Adegan panas juga mungkin akan muncul di sana. Ga janji hot sih, tapi...ya begitulah.

Bisa dipastikan kan akhirnya bakal sad atau happy? Pastilah. Yang baca kan pinter :D

Terima kasih yang sudah baca~ Semoga bisa membuat kita semua berenti galau dengan fanfic galau #apasih

Tolong review dan kritiknya :)