Ini fanfic pertama gw. gw bermaksud buat cerita gak mutu *mdh2an emg GAK bener2 GAK mutu* ttg para GOM tercinta dengan OC. Gw mu bikin cerita dengan menggunakan POV masing2 GOM dengan ada beberapa interaksi dengan para readers. Entah ini boleh apa enggak tp mdh2an boleh. Gw juga mau bermaksud melibatkan barang2 yg mungkin jd icon mereka. ahahhaha...
Warning : Penuh dengan kegajehan, gak mutu dan maybe typos.
Rating : T
Pairing : GOMxOC.
Gw berharap kalian gak bosen bacanya. Gw siap menerima kritik dan saran kalian. Please enjoy~
Aku, Dia dan ...
Kuroko no Basuke adalah milik Fujimaki Tadatoshi.
FF ancur ini *semoga saja memang* milik saya.
Chapter 1 : Kuroko Tetsuya's Story - Aku, Dia dan Vanilla Shake -
-Kuroko Tetsuya's POV-
Namaku Kuroko Tetsuya. Aku bersekolah di Teikou High School. Sekolah kami sangat terkenal akan tim basketnya, kalian pernah dengar Kiseki no Sedai? Benar. Kiseki no Sedai atau bisa kalian sebut Generasi Keajaiban. Asal kalian tau, aku juga termasuk salah satu anggota Kiseki no Sedai. Walaupun aku tidak memiliki kemampuan yang hebat seperti 5 orang lainnya, tapi bisa kukatakan bahwa aku cukup bisa diandalkan dalam permainan basket.
Kalian pasti tau kan? Aku suka sekali minum Vanilla shake di Maji Burger. Rasanya enak. Akhir-akhir ini aku semakin sering saja pergi ke sana. Sebenarnya aku ke Maji Burger tidak sekedar untuk minum Vanilla shake kesukaanku tapi aku punya urusan lain. Aku sedang janjian dengan seseorang, ah, ternyata dia sudah datang.
"Kuroko-kun, di sini, di sini." Anak perempuannya itu melambai-lambaikan tangannya ke arahku.
Benar. Aku sedang janjian dengan seorang anak perempuan. Bagaimana penampilannya? Hem…dia terlihat biasa seperti anak perempuan lainnya, baik hati dan juga manis, terutama senyumannya.
"Doumo. Ternyata hari ini kau yang datang lebih awal."
"Un.. Kebetulan hari ini tidak ada kegiatan, jadi aku langsung ke sini, sebenarnya aku juga belum lama sampai. Ah, iya, biarkan aku pesankan makanan. Kuroko-kun pesan apa saja? E…to…pasti Vanilla shake! Hehehe…dan apa lagi?"
Dia sudah menebaknya. Aku memang selalu pesan itu sih.
"….cheeseburger."
"Baiklah, tunggu sebentar ya."
Dia mulai mengantri untuk memesan makanan.
Selama menunggu, ada yang ingin kuceritakan pada kalian. Aku kenal dengan anak perempuan itu kira-kira sebulan yang lalu. Kami bertemu di Maji Burger saat mengantri untuk pesan. Biasanya saat aku mengantri, orang lain pasti akan menyelak, ya kalian tau kan orang-orang selalu saja tidak sadar akan keberadaanku, tidak terkecuali dia. Sama saja dengan yang lain, dia juga tidak menyadari keberadaanku dan menyelak antrian begitu saja, kupikir ya sudahlah. Saat duduk pun juga begitu, dia langsung saja duduk di tempat favoritku, jelas-jelas ada aku disana. Saat melihatku dia kaget kemudian berteriak keras sampai-sampai semua orang melihat ke arah kami. Untung saja aku tidak dikira orang mesum atau yang lainnya. Sejak saat itu kami saling kenal dan semakin sering bertemu untuk sekedar ngobrol sambil minum vanilla shake. Ah tidak tidak tidak. Orang yang meminum vanilla shake hanya aku saja, dia tidak suka vanilla shake. Dia bilang vanilla shake rasanya aneh dan membuat mual jadi dia lebih suka minum Milkshake rasa buah seperti stroberi atau melon.
"Maaf membuatmu menunggu Kuroko-kun. Ini pesananmu."
"Terima Kasih."
Kami mengobrol banyak hal sambil menghabiskan pesanan kami. Entah kenapa kalau mengobrol dengannya aku merasa nyaman sekaligus ada perasaan aneh yang tidak kumengerti. Aku tidak benci dengan hal itu sih.
"Sekali-kali kau harus mencoba Vanilla shake di sini. Sangat enak loh. Dijamin." Aku selalu berusaha menyakinkannya bahwa vanilla shake kesukaanku ini bukan minuman aneh yang membuat mual.
"Kuroko-kun selalu saja bilang begitu. Aku kan memang tidak suka vanilla shake. Aku pernah mencobanya dan hampir muntah."
"Kalau vanilla shake disini aku jamin enak. Coba lah."
"Baiklah. Lain kali ya. Hehehe.."
Yak jurus senyuman menghindar itu lagi. Aku tidak akan menyerah sampai dia merasakan vanilla shake ini. Minuman seenak ini kenapa dia bilang bisa membuat mual. Lagipula apa bedanya dengan minuman milkshake lainnya.
.
.
.
"Hem…begini Kuroko-kun. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu."
Ada apa dengannya? Wajahnya mendadak serius.
"Ada apa? Katakan saja."
"E..to…Kuroko-kun….sepertinya kita…. akan sulit bertemu…. seperti ini lagi."
"Eh? Apa maksudmu?"
Aku bingung dengan kata-kata nya yang putus-putus itu.
"Kita sudah kelas 3, jadi harus segera memutuskan untuk memilih Universitas. Orang tua ku ingin aku masuk Universitas Tokyo. Aku sudah didaftarkan untuk ikut les privat di rumah setiap pulang sekolah. Jadi mungkin kita akan sulit untuk bertemu. "
Aku hanya diam mendengarkan ucapannya. Aku bingung harus merespon seperti apa. Padahal bukan kah itu hal yang baik? Dia harus les supaya bisa masuk Universitas Tokyo. Mungkin seharusnya aku mendukungnya. Bahkan aku sendiri belum melakukan apapun untuk masa depan ku. Dia sudah satu langkah di depan ku. Tapi langkah yang dia ambil haruskah membuat kami tidak bisa bertemu? Kenapa rasanya jadi sedih sekali.
"Oh. Begitukah? Bukan kah bagus? Kau harus konsentrasi dengan lesmu ya supaya kau bisa memenuhi keinginan orang tuamu. Aku sangat mendukung."
"Tapi…mungkin kita akan sulit bertemu bahkan mungkin tidak akan bisa bertemu lagi. Orang tua ku sangat ketat masalah pendidikan. Mungkin aku tidak akan diizinkan pergi kemana-mana. Mereka pikir bertemu dengan teman hanya buang-buang waktu saja. Aku bisa bertemu dengan Kuroko-kun seperti sekarang karena aku pergi diam-diam dan merahasiakannya."
"Mungkin lebih baik begitu. Aku pasti hanya mengganggu saja. Sebaiknya memang tidak usah bertemu, jadi kau bisa konsentrasi pada pelajaranmu."
Apa yang aku katakan padanya? Ah, bodoh.
"Kuroko-kun…."
"Sudah selesai makannya? Bagaimana kalau kita pulang? Hari sudah mulai gelap."
Entah ada angin apa yang merasuki tubuhku. Rasannya panas. Aku jadi kesal. Ah. Bukan karena angin, tapi karena dia mengatakan hal tidak masuk akal seperti 'tidak akan bisa bertemu lagi'. Bagaimana tidak bisa bertemu? Alasan saja. Mungkin sejak awal memang dia tidak mau bertemu denganku dan berusaha membuat situasi 'orang tua, universitas dan les' sebagai alasan.
"Jaa.. Kuroko-kun."
"Jaa."
Aku pergi begitu saja tanpa basa-basi panjang lebar. Kekesalan masih memenuhi diriku. Aku harus menenangkan diri. Bagaimana bisa aku terpancing emosi dengan hal seperti ini.
-Seminggu kemudian-
Akhir-akhir ini aku sering bengong. Tumben sekali aku bengong, sampai-sampai aku tidak sadar Kise-kun melemparkan bola ke arahku. Alhasil, aku jatuh. Para anggota Kiseki no sedai yang lain kelihatan kebingungan melihatku dengan keadaan seperti ini. Bagi mereka, aku bukan tipe orang yang mudah kehilangan konsentrasi apalagi dengan hal yang berhubungan dengan basket. Bahkan seorang Akashi pun tiba-tiba saja jadi baik hati menyuruhku pulang lebih awal, ya tetap saja di akhir dia berkata "Tetsuya, kau boleh pulang, tapi besok porsi latihanmu jadi 3 kali lipat."
Baiklah. Lupakan porsi latihan 3 kali lipat. Aku ingin vanilla shake sekarang.
Aku duduk di tempat favoritku. Aku hanya memandangi kursi di depanku sambil menyedot habis minumanku. Maji burger. Tempat tercinta dengan vanilla shake paling enak tiba-tiba saja berubah jadi neraka. Aku merasa sesak di sana. "Hah. Kenapa aku mengatakan hal jahat seperti itu sih?"
Aku….sepi….hah.
Biasanya dia selalu berisik dengan cerita-cerita tentang kelasnya. Kritiknya terhadap vanilla shake juga kini tidak terdengar lagi. Seandaikan kami satu sekolah pasti hal ini tidak akan menjadi sulit. Tunggu dulu! Sebenarnya sejak seminggu yang lalu apa yang aku pikirkan sih? Kenapa terasa sulit? Apa yang membuat terasa sulit? Bukankah yang merasa sulit seharusnya dia, bagaimanapun dia harus belajar rajin setiap hari. Lalu apa yang membuatku berfikir ini semua terasa sulit? Bisa kalian jelaskan padaku? Aku…aku hanya tidak bisa bertemu dan mengobrol dengannya disini. Itu saja. Itu saja? Ngomong-ngomong saat dia bilang 'tidak bisa bertemu lagi' aku merasa sangat kesal. Kenapa ya?
Sudah. Lupakan. Pulang.
Di perjalanan aku duduk di pinggir sungai dekat jalan ke arah rumahku. Kupikir, aku bisa bersantai sejenak dan melupakan hal-hal tidak penting sambil memandangi matahari terbenam di ujung sana. Tiba-tiba saja aku mendengar suara.
"-KUUUN…..KUU..ROOOO..KOOOO-KUUUN~"
Di kejauhanan aku melihat sesosok perempuan berlari ke arahku. Siapa? Sepertinya orang yang sangat ingin kulihat wajahnya. Eh? EH? DIA! DIA SE….SEDANG APA DISINI?!
"Haaah….Haaaaah…Haaaah….Ku..ro..ko-kun. Ughh.. Aku…sampai kehilangan jejak.. Sasuga…Phantom sixth member…Haaah.." Dia bicara sambil terengah-engah.
"Se….dang apa kau disini? Bukannya saatnya kau belajar?"
"Em…eto…aku bolos."
"Bolos? Kenapa? Memangnya ada apa?" Dia mengalihkan pandangan ke kakinya.
"Itu….karena aku….eto….pengen ketemu dengan Kuroko-kun!"
Dia terus saja memandangi kakinya. Kenapa dia tidak memandangku sih. Ingin bertemu denganku?
"Tapi….apa baik-baik saja kalau kau bolos? Eto…hanya untuk bertemu denganku?" Aku membalas omongannya dengan bodohnya.
"Iya. Memangnya Kuroko-kun tidak mau bertemu denganku? Atau….Kuroko-kun tidak suka bertemu denganku ya?"
"Kalau aku sih…"
Aku mendadak menyadari sesuatu. Penyebab sesak, kesal, bengong dan perasaan campur adukku sejak seminggu yang lalu. Jadi semua itu karena aku kangen dengannya? Aku ingin bertemu dan ngobrol dengannya? Aku ingin tertawa bersamanya? Aku ingin mendengar dia mengatakan 'vanilla shake itu membuat mual'? Semua itu kah sebabnya? Ba..bagaimana ini?
"Ku..roko-kun…kenapa kau kelihatan panik? Ah‼ aku bawakan sesuatu. Tenangkan dirimu dengan ini. Vanilla shake kesukaan Kuroko-kun."
Saking paniknya aku langsung saja mengambil vanilla shake yang dia pegang kemudian meminumnya.
"Tu..tunggu dulu."
Sepertinya dia mau mengatakan sesuatu.
"Ahh..itu vanilla shake punyaku. Tadi aku sudah meminumnya. E..to…yang ini untuk Kuroko-kun, yang masih baru.."
HAH?
"Hehe..Kuroko-kun kan pernah bilang aku harus mencobanya, jadi kucoba tadi.. dan… benar kata kuroko-kun…..rasanya enaaaaaak sekali!"
Dia tersenyum manis. Bagaimana ini? Aku meminum vanilla shake miliknya dengan sedotan yang sama. Itu artinya….
"Kuroko-kun….wajahmu merah sekali. Apa kau sakit?"
Aku hanya bisa membuang muka. Aku merasakan panas di wajahku. Gawat. Perasaan aneh ini sudah kumengerti sebabnya. Semua ini karena vanilla shake. Entah kenapa vanilla shake tadi rasanya lebih manis dibanding bergelas-gelas vanilla shake yang pernah kuminum.
"Aku tidak apa-apa." Aku berusaha menjawabnya tanpa panik.
"Benarkah? Mungkin karena matahari terbenam ya.
….aku akan berusaha mencari cara untuk bisa dapat ijin keluar rumah. Haha. Hari ini aku pasti di marahi ayah karena lari meninggalkan guru privat itu… jadi Kuroko-kun, lain kali kita bertemu lagi di Maji Burger ya! Pada saat itu aku akan pesan vanilla shake."
Dia tersenyum. Aku merasakan semburat merah di wajahku semakin nyata. Ahhh…aku tidak tahan lagi. Apa aku katakan saja yang sejujurnya tentang perasaanku? Bagaimana menurut kalian?
Gimana? gimana? menurut kalian? aaaaahhh pasti jelek. Gw agak kebingungan bikin cerita dengan POV nya kuroko, soalnya gw kurang tau cara pikir kuroko di saat kek gt. ya sudahlah.
Review Please~