Title: Love Song
Cast : Kim Jaejoong
Jung Yunho
Go Ahra
And OC dan akan ada yg menyusul
Genre : Romance/Drama
Rate : T menuju T+
Warning : GS for uke
Disclaimer : all the characters are not mine, they belong to theirself, management, parents, families, and God.
Summary : Kita saling terikat, kita saling bersama. Sesungguhnya tak ada jarak yang memisahkan kita, tapi jarak itu akan selalu tercipta oleh keinginanmu. Ku benci lagu cinta ini, ku takkan pernah menyanyikannya lagi, Oh I Hate This Love Song...
.
.
Love Song
Inspired by :
BigBang-Love Song
.
.
Terik matahari yang sudah meninggi itu mengusik tidur nyenyak seorang yeoja cantik. Geliat tubuhnya menandakan bahwa ia mulai mendapatkan energi tubuhnya untuk segera bangun. Saat bangun, ia merasa badannya tak nyaman, mungkin karena ia belum berganti baju dengan baju tidur semalam lagipula ia juga merasa badannya sangat berat sekali, apakah ini karena permasalahan yang menimpanya semalam? Sehingga segala sesuatunya terasa sulit dan berat untuk dilakukan? Entahlah.
"Nnngghh~ berat" masih dengan mata terpejam Jaejoong, yeoja itu mulai bangkit untuk duduk, penuh perjuangan.
BRUG
"Aw!" ringis Jaejoong saat badannya terhempas kembali ke ranjang, kepalanya berbenturan kuat dengan bantal dan itu menyebabkan efek pusing baginya.
"Mmmh, kau ini sedang tidur saja berisik sekali Jae, cepat lanjutkan tidurmu. Ini masih terlalu pagi untuk bangun zzzzzz" Yunho, semakin mengeratkan pelukannya yang sedari tadi bertengger kokoh di pinggang mungil Jaejoong. Itulah yang menyebabkan Jaejoong merasa badannya berat untuk bangun.
"Ya! Jung Yunho! Terlalu pagi otakmu? Ini sudah jam 8 pabbo. Kita terlambat untuk ke kantor" dengus Jaejoong kesal sambil memijat-mijat kepalanya yang pusing.
"Ck. Sudahlah, bolos sehari bukan berarti kita bangkrut, ahh ternyata pinggangmu nyaman juga. Zzzzzz" Yunho yang merasa Jaejoong akan mengusik tidurnya lagi langsung menenggelamkan wajah Jaejoong di dadanya, dan ia pun melanjutkan tidur 'damai'nya.
"Kau menyebalkan Jung" gerutu Jaejoong memukul pelan dada Yunho, tapi ia pun langsung menyusul Yunho kealam mimpi.
Drrrtt
Drrrtt
"Aiisshhh mengganggu saja!" Yunho yang baru setengah jam menikmati kembali tidurnya kini semakin kesal karena getaran handphone yang menyuruhnya untuk segera membukanya. Dengan mata yang tertutup, ia ambil handphone itu dan mengangkat sebuah panggilan telepon.
"Yeoboseyo, nuguseyo?" sapanya khas orang bangun tidur dengan terpaksa.
"..."
"Eh? Suami? Siapa maksudmu suami? Ya Jaejoong untuk apa kau meneleponku huh? Bukankah kau masih tidur dipelukanku semalam huh?" jawab Yunho melantur
"..."
"Bukan Jaejoong? Lalu kau siapa? Aku kan suami Jaejoong"
"..."
"MWO?" Yunho langsung terduduk dan melihat kesebelahnya, ia kaget saat melihat Jaejoong tertidur pulas disisinya. Mati kau Jung, desisnya
"A..euu Ahra chagiya, mianhae ne chagi. Aku baru bangun tidur. Kau kan tau sendiri kalau aku bangun tidur omonganku suka melantur kemana-mana" Yunho mencoba menjelaskan maksud jawabannya tadi pada orang yang meneleponnya, yaitu Go Ahra.
"..."
"Aniya...cuman kamu yang dihatiku chagi" Yunho berusaha membuat kekasih hatinya tidak marah padanya. Tanpa menyadari Jaejoong sudah bangun dan menyeringai licik dibelakangnya.
GREP
"Yunnieehh~ kau hebat sekali semalam sayang" goda Jaejoong dengan seduktif ditelinga kiri Yunho. Memeluk badan Yunho dari belakang dengan erat yang semakin membuat tubuh mereka menempel sempurna, jangan lupakan nafas dan suara Jaejoong yang menggelitiki leher Yunho dengan sempurna.
"Ya! Kim Jaejoong apa yang kau lakukan? Kau bisa membuat Ahra sal- hhhhhhmmmpppphhh"
Jaejoong langsung membekap mulut Yunho menggunakan tangannya dengan kencang, sehingga menimbulkan erangan dari Yunho. Dengan ponsel yang masih menempel ditelinga kanan Yunho, membuat Ahra dapat mendengar dengan jelas perbincangan mereka.
"Yunnhhh mmppttthh, kau pastiihhh sedaannngg mmhhh tegang nehhh?" jawab Jaejoong dengan suara yang dibuat mendesah.
"Mmmppphh mmppphhh heemmppttt" Yunho memberontak tapi Jaejoong tetap mempertahankan posisinya.
"Ahhhh Yunnhhh sabaaarrr mmmhhhh"
"..."
"hemmpptthhh mmppttthhh"
"Yunnieeehhhh"
"..."
TUT
TUT
TUT
"Hemptt YA! Hhhh hhh" Ahra mematikan teleponnya dan Yunho langsung melepas paksa tangan Jaejoong yang membekap mulutnya.
"Apa yang kau lakukan Kim Jaejoong? Kau telah membuat pacarku salah paham!" Yunho langsung menarik Jaejoong sekuat tenaga dan tubuh Jaejoong terpelanting ke depan, untung saja kepalanya tak mengenai pinggiran tempat tidur yang keras.
Dengan angkuhnya Jaejoong menatap Yunho, dan menyingkirkan rambutnya kebelakang.
"Mauku? Kalian putus!"
"Apa hak mu un-"
"Hak ku adalah karena aku istrimu, yang kau lihat itu seharusnya aku Yunho, AKU! KIM JAEJOONG ISTRIMU JUNG YUNHO!" bentak Jaejoong dihadapan Yunho. Sedangkan namja itu hanya terpaku mendengar penuturan Jaejoong.
"Dan perlu kau ingat Jung" desis Jaejoong sambil memegang wajah Yunho dengan tangan kanannnya.
"Kau hanya boleh mencintai aku seorang, camkan itu!"
Yunho hanya terpaku mencerna perkataan Jaejoong, tanpa menyadari bahwa Jaejoong telah keluar kamar dengan linangan air mata dipipinya.
.
.
Jarinya mengetuk-ngetukkan bolpoin itu ke meja, tak diperdulikannya angka statistik yang terpampang dilayar laptopnya, berkas-berkas yang berserakan meminta untuk ditandatangani dan ocehan asistennya tentang keadaan perusahaan.
"-nim. Sajangnim? YA SAJANGNIM?!"
PRAK
"YAIISSHH! Junsu-ya ini dikantor tak perlu berteriak bisa kan" kaget Yunho karena Junsu berteriak padanya yang sedari tadi melamun. Bahkan bolpoin yang dipegannya pun jatuh karena kagetnya ia.
"Mianhamnida sajangnim, dari tadi saya memanggil Anda tetapi Anda tidak menyahut jadi saya berteriak saja supaya Anda dengar." Jelas Junsu dengan wajah polosnya.
"Tak usah seformal itu saat berdua seperti ini Junsu, lagipula ada kepentingan apa kau kesini?" tanya Yunho sambil melonggarkan simpul dasinya.
"Ye? Jadi dari tadi aku mengoceh tentang keadaan SDM, produksi, operasi bahkan keuangan perusahaan oppa tak mendengarnya sedikitpun? Aish nappeun oppa!" sungut yeoja imut itu kesal.
"Ne ne mian Junsu-ya, aku sedang tidak fokus hari ini, aku banyak pikiran"
"Dan pikiranmu itu tersita bukan untuk perusahaan kan oppa? Ada apa? Hari ini tumben kau terlambat datang, kalaupun terlambat pasti kau memberi tahuku alasannya"
Yunho memandang Junsu, hoobaenya dari sekolah dasar hingga kuliah itu memang cepat tanggap jika ada sangkut pautnya dengan Yunho. Tak ayal hubungan mereka lekat seperti adik-kakak, tentunya jika diluar urusan bisnis. Mencurahkan kegundahan hatinya saat ini pada Junsu mungkin akan meringankan beban.
"Junsu-ya, aku dimarahi Jaejoong tadi pagi" ucap Yunho tak semangat.
"Dimarahi? Bukankah itu biasa kalian lakukan setiap hari oppa?"
"Aniya, ini berbeda. Bukan perdebatan tentang bisnis ataupun hal-hal lain"
"Emm, soal rumah tangga kalian?"
"Itu masih terlalu kompleks"
"Soal Go Ahra?"
"Ada sangkut pautnya"
"Cinta?"
"Itu dia!"
"..."
"Eh? Maksudku bukan begitu, jadi eu..aku dan Jaejoong eh maksudku Jaejoong tadi pagi itu-"
"Jangan berbelit-belit oppa" sanggah Junsu. Yunho hanya mampu mengacak-acak rambutnya frustasi, bingung menjelaskan dari mana pada Junsu. Akhirnya ia pun menceritakan kronologis kejadian dari bangun tidur hingga Ahra yang menelepon.
"Betulkan apa yang kukatakan dari dulu. Jae eonni itu memang menyimpan perasaan untukmu oppa, tapi kau saja yang tidak menyadarinya. Huh. Dasar tidak peka" Junsu semakin mempoutkan bibirnya karena kesal oppanya itu tidak peka akan perasaan Jaejoong. Apalagi Yunho masih berhubungan dengan Ahra.
"Jangan sok tau Junsu. Aku yakin dia bersikap seperti itu karena dia memang tak suka melihatku bersama dengan Ahra, ia merasa tersaingi oleh kekasihku sendiri"
"Jae eonni melakukan itu karena ia mau mempertahankanmu disisinya oppa, bukan iri pada nenek lampir itu!"
"Jaga ucapanmu Junsu! Ahra bukan nenek lampir!"
"Ahra Mak lampir!"
"Ahra bukan mak lampir!"
"Ahra wanita oplas!"
"Ne itu benar! Eh?! Ya kau berani mengatainya seperti itu?!"
"Kau sendiri yang menyetujuinya oppa, jangan hanya salahkan aku"
Yunho jadi gemas sendiri dengan sikap Junsu yang selalu membela Jaejoong dan manyudutkan dirinya serta menjelek-jelekkan Ahra yang notabene adalah kekasihnya.
"Oppa~"
"Hm"
"Aku yakin permasalahanmu bukan hanya kejadian pagi ini saja kan? Apakah saat pesta salah satu kolega perusahaan semalam terjadi sesuatu diantara kalian berdua?"
"..."
"Jawab aku oppa! Dan jangan ada yang ditutupi"
"Jaejoong mengatakan ia meludahi Ahra ditoilet, aku marah dan pergi bersama Ahra meninggalkan ia sendiri. Saat perjalanan pulang aku menurunkannya di jalan tak perduli hari sudah malam dan ada atau tidaknya transportasi, hingga aku sampai duluan dirumah pun dia belum pulang. Ketika dia pulang, satpam rumahku bilang bahwa dia dikejar oleh pria-pria mabuk yang hendak memperkosanya, dan yeah itu terlihat jelas sekali dari penampilannya yang berantakan sampai akhirnya ia pingsan dihadapanku"
PLAK
"YA KIM JUNSU!" Yunho memegang pipinya yang ditampar oleh Junsu setelah ia menceritakan kejadian semalam. Ia tak percaya orang yang sudah dianggapnya seperti adik kandung sendiri menamparnya untuk pertama kali semenjak mereka kenal, dan itu karena menyangkut Jaejoong.
"OPPA! Kau tega berbuat itu pada Jae eonni? Dimana otak dan perasaanmu oppa? Kalaupun kau membencinya karena kau terpaksa menikah denganya, setidaknya hargai ia sebagai wanita. Bagaimana jika kekasihmu itu yang berada diposisi Jae eonni semalam huh? Apa yang kau lakukan? Kau akan diam? Tentu tidak! Karena kau tau ia adalah kekasihmu, tapi ini Jae eonni oppa. Kau tega sekali membiarkan ia pulang sendirian dan..dan..hiks..hiks..kau tega oppa."
"Junsu-ya, uljima aku-" Yunho langsung menghampiri Junsu dan merengkuh adiknya itu dalam pelukan.
"Aku tak sanggup hiks..membayangkannya oppa. Jae eonni wanita yang baik, ia terlalu berharga untuk disakiti, ia terlalu berharga untuk dilukai. Dan kau..hiks..membiarkan ia hiks..hiks.."
"Ne mian Junsu-ya, aku khilaf. Aku berjanji tak akan mengulanginya lagi."
"Hiks, yaksokhae?" tanya Junsu sambil mendongakkan kepalanya.
"Eu..."
"Jawab oppa!"
"Ne Junsu"
"Oppa~ aku ada ide...sini"
Junsu membisikkan idenya pada Yunho. Ia ingin Yunho melakukan permintaan maaf atas perbuatannya semalam pada Jaejoong.
.
.
"Oppa! Yang ini bagus tidak? Ah ani, bagaimana dengan yang ini? Atau yang ini? Tapi ini juga cantik oppa. Aiishh eotheokhae? Ya Yoochun oppa!"
Jaejoong sedang sibuk memilih baju disalah satu butik terkenal langganannya. Dengan ditemani Yoochun, yeoja itu semangat sekali mencari gaun yang pas untuk makan malam bersama Yunho.
"Kau ini repot sekali sih! Ini kan hanya makan malam spesial kalian berdua, lalu kenapa kau mencari pakaian untuk yang seharusnya untuk pesta Jaejoongie"
Yoochun jadi kesal sendiri, pasalnya dari dua jam yang lalu Jaejoong tak sekalipun menetapkan pakaiannya, bahkan pakaian-pakaian itu banyak berserakan dihadapannya, ah jangan lupakan sebuah gaun mini yang terlampir dipahanya karena dilempar Jaejoong asal tadi. Membuat pikirannya berfantasi liar.
"Ini kan pertama kalinya Yunho mengajakku private dinner oppa, aku harus tampil spesial."
"Ne oppa mengerti, tapi tak harus repot seperti ini kan. Selera fashionmu bagus lalu kenapa memilih seperti ini saja lama sekali sih?"
"Kau tidak iklas menemaniku? Baiklah. Ayo kita pulang saja sekarang oppa." Jaejoong bergegas mengambil tasnya, tapi ditahan Yoochun.
"Mian ne, oppa tak bermaksud seperti itu. Kkaja oppa temani kau ke butik yang lain."
"Aniya, tidak usah oppa, aku pergi sendiri saja"
"Kau marah eoh? Itu tidak baik Jae, ini kesempatanmu untuk mendapatkannya. Buat hatinya terpaku untuk mu ne, hwaiting!"
Mendengar penuturan Yoochun Jaejoong hanya dapat tersenyum. Jiwa semangatnya datang saat Yoochun juga ada untuk menyemangatinya. Setidaknya, ada teman yang menjadi sandarannya untuk berkeluh kesah.
'Semoga ini pertanda baik Jae, aku berdoa untukmu' batin Yoochun.
.
.
Malam ini, salah satu private room dihotel bintang lima Seoul ada Kim Jaejoong yang sedang menunggu Jung Yunho. Dia sangat cantik sekali malam ini, ia mempersiapkan segala sesuatunya dengan spesial.
Tadi siang Yunho menghubunginya dan mengatakan bahwa ingin makan malam berdua dan membicarakan sesuatu yang sangat penting. Mendapat kesempatan seperti itu tentu saja Jaejoong tak menyia-nyiakannya. Tanpa berpikir panjang apa maksud Yunho.
CKLEK
TAP
TAP
Jaejoong mendongakkan kepalanya melihat Yunho yang berjalan kearah meja mereka. Ia tersenyum tetapi Yunho tidak. Ah bahkan pakaian Yunho adalah pakaian yang ia pakai kekantor hari ini.
"Em, kau sudah lama menunggu?" tanya Yunho setelah ia duduk.
"Tidak juga hanya lima belas menit" balas Jaejoong sedikit tak bersemangat setelah melihat penampilan Yunho.
"Jae, langsung pada intinya saja. Aku, mau meminta maaf atas kejadian semalam Jae. Aku tak tahu kalau perbuatanku yang meninggalkanmu dijalan berbuah fatal. Dan atas kejadian tadi pagi saat aku menghempaskan tubuhmu juga aku minta maaf. Itu karena aku reflek" jelas Yunho to the point.
Jaejoong hanya diam mendengar perkataan Yunho. Perasaannya tak nyaman, tak masalah jika Yunho meminta maaf pada intinya langsung, tapi itu terkesan Yunho menjadi tak perduli dengan perasaan Jaejoong, yang Yunho butuhkan hanya maaf itu saja.
"Tapi bercermin dari kejadian semalam dan tadi pagi, kau tentu tahu bukan ini ada kaitannya dengan kekasihku, Ahra. Aku tak mau baik itu kau dan tentu saja Ahra tersakiti, tapi kumohon Jae, mengertilah aku. Aku dan Ahra adalah sepasang kekasih, tak mungkin aku meninggalkan kekasihku yang sedang terpuruk dan mengantar pulang orang yang membuat kekasihku terpuruk seperti itu. Apalagi perbuatanmu tadi pagi membuat Ahra semakin menyalahkanku yang mulai berpaling darinya. Maka dari itu Jae, agar kedepannya lebih baik bagaimana bila kita bercerai saja. Aku tahu usia pernikahan ini masih sangat muda tapi aku tak mau kau semakin tersakiti karena pernikahan ini"
Jaejoong hanya tertunduk mendengar Yunho. Setetes demi setetes air matanya berjatuhan, membasahi gaunnya. Tangannya terkepal menahan emosi yang mulai menguasai dirinya. Yunho menyuruhnya untuk mundur, dan Yunho juga menyalahkannya. Jaejoong tidak terima, ia dongakkan kepalanya menatap Yunho. Yunho sendiri yang ditatap seperti itu oleh Jaejoong kaget melihat air mata Jaejoong.
"Kau ingin mengakhiri ini semua eoh? Tapi sayangnya tidak denganku Yun" tantang Jaejoong.
"Apa maksudmu? Kalau kau masih keras kepala mempertahankan ini, kau akan menyakiti dirimu lebih jauh. Berpikirlah panjang Jae!"
"Apakah sikap dan perkataanku selama ini tak dapat membuka pikiran dan perasaanmu eoh? Apakah aku selalu minus dimatamu huh? Bela saja kekasih plastik mu itu terus-menerus"
PRAK
Yunho memukul meja yang ada dihadapannya mendengar perkataan Jaejoong. Jaejoong mengatai kekasihnya dengan kata plastik!
"Jaga ucapanmu Jae, aku tak pernah berbuat salah padamu dimasa lalu, lalu kenapa kau melakukan ini padaku. Dan satu lagi, jangan pernah kau menghakimi kekasihku!" desis Yunho yang kini menghampiri Jaejoong. Ia cengkram dengan kuat dagu Jaejoong agar mendongak menatapnya.
"kau memang tak membuat kesalahan dimasa lalu, tetapi kau membuatnya sekarang. Dan aku benci itu, kesalahanmu saat ini ialah kau tak bisa memandangku! Kau tak bisa mengerti perasaanku! Aku mencintaimu Yunho! Aku mencintaimu!"
SRAK
Jaejoong melepas cengkraman Yunho dan berdiri dihadapan Yunho. Mata keduanya saling beradu emosi.
"Simpan perasaan konyolmu itu karena aku tak akan menanggapinya!"
"Kau akan menyambutnya setelah ini Jung"
CHU
Mata Yunho terbelalak lebar. Ia tak menyangka Jaejoong menciumnya sekarang, ciuman ini berbeda, karena ini bukan suatu tuntutan yang harus dilakukan didepan umum seperti biasanya. Tubuhnya masih kaku untuk menerima aksi Jaejoong. Sedangkan yeoja itu sudah mulai agresif dengan kelakuannya.
Bibirnya mengundang bibir Yunho untuk membalas, dan akhirnya disambut namja bermata musang itu. Mereka sudah berada dilevel french kiss sekarang. Tak perduli dengan permasalahan yang mereka debatkan sebelumnya.
Mata keduanya terpejam saling menikmati cumbuan satu sama lain. anggota tubuh mereka yang lain pun semakin aktif untuk menyapa tubuh pasangannya. Private room restoran mewah itu kini suhunya terasa panas.
Lama mereka bertautan bibir, akhirnya mereka melepasnya juga karena mereka masih membutuhkan oksigen untuk paru-paru mereka. Keduanya saling menatap, masih tersimpan pancaran nafsu disana. Tak perduli nafas mereka yang masih terengah-engah mereka melanjutkan aktifitas itu lagi.
Kini Yunho mulai berani menyambar bahu terbuka Jaejoong, sedangkan yeoja itu kini sudah ada di pangkuan Yunho yang menggendongnya seperti koala. Meremas-remas rambut Yunho untuk memancing gairah namja berkulit tan itu.
"Ahh kau menyukainya eoh?" tanya Jaejoong disertai desahan.
"Mmmhh tubuhmu menjadi candu bagiku"
"Lakukanlah ahh, dia milikmu"
Jaejoong pun turun dari gendongan Yunho, mereka merapihkan penampilan sebelum keluar ruangan dan bergegas untuk pulang kerumah menyelesaikan pekerjaan yang tertunda.
.
.
Pagi menjelang, tapi mendunglah yang mendominasinya. Surya enggan untuk memancarkan sinarnya karena ia mungkin tahu, seorang yeoja malang akan mengalami hal yang tak ia inginkan pagi ini.
Jaejoong menggeliatkan tubuhnya. Ia mulai terusik saat mendengar dengkuran halus dari namja yang tidur disebelahnya. Mata doe yeoja itu terbuka perlahan. Ingatannya mulai menyapa otaknya pagi ini. Tanpa diperintahpun hidungnya mencium bekas aroma percintaan? atau aroma persetubuhan? Entahlah mana yang pas mendeskripsikannya, karena mereka melakukannya tanpa cinta bukan? Ah koreksi, Yunho yang melakukannya tanpa cinta, tidak dengan Jaejoong.
Ia sadar, tangan yang melingkupi tubuh polosnya ini hanya bertahan sampai namja itu terbangun nantinya. Bahkan saat terbangun nanti pun namja itu pasti akan mengelak dengan sekuat tenaga segala hal yang terjadi semalam.
Jaejoong telah menyerahkan mahkotanya pada Yunho, namja yang berstatus suaminya. Tapi ia yakin itu bukan hanya sekedar status, akan ada yang lebih dari kata status.
Diliriknya wajah damai Yunho yang tertidur. Jari telunjuk Jaejoong menyusuri wajah tampan itu dengan perlahan, mengenal betapa sempurnanya wajah suaminya. Puas dengan itu ditatapnya kembali wajah Yunho sampai akhirnya namja itu terbangun, wajah Jaejoonglah yang ia lihat pertama kali.
"Kau sudah bangun? Gomawo. Chu~ Morning sweet kiss for my husband" dengan yakin Jaejoong melakukannya. Yunho hanya diam menerimanya.
"Hey, kau tahu. Aku tak menyesal aku melepaskan mahkotaku untukmu. Karena semalam kau sangat hebat. Dengan kehebatanmu itulah, aku bisa melepaskan traumaku akan kejadian tempo hari, melepaskan ketakutanku akan akan bayang-bayang mereka yang menjamah tubuhku. Melepaskan kekalutanku akan diriku yang kunilai sendiri sudah hina. Gomawo Yun, kau membuatku bisa melepaskannya, gomawo."
Jaejoong menenggelamkan wajahnya di dada bidang Yunho, memeluk namja itu dengan erat. Ada perasan lain yang menyusup hati Yunho ketika Jaejoong mengatakan masalah pemerkosaan itu. Perasaan ingin melindungi dan tak ingin membiarkan yeoja itu menangis karena perbuatannya.
Tak ada yang Yunho katakan. Namja itu langsung melepaskan pelukan mereka dan menatap Jaejoong intens.
"Aku akan benar-benar menghapusnya dari ingatanmu" bisiknya lembut.
Dan merekapun melakukan kegiatan panas mereka pagi ini.
.
.
Disaat kegiatan mereka berada ditengah perjalanan, suara ponsel Yunho benar-benar mengganggu kegiatan mereka. Yunho mau tak mau mengangkatnya.
"Yeob-"
"..."
"Mwo? Ne Ahra kau tunggu aku datang"
Tanpa berbasa-basi namja itu langsung menuju kamar mandi, meninggalkan Jaejoong yang terpaku diranjang. Tak menyangka kebersamaan yang hangat itu akan berakhir secepat ini.
"Cih, ingatan itu memang sudah terhapus sekarang, tapi kau malah menambah luka hatiku. Miris sekali kau Kim Jaejoong."
Air mata terus saja membasahi pipi yeoja cantik itu. Tapi Jaejoong tak memperdulikannya. Ia bergegas menghampiri lemari dan mengambil baju untuk dipakainya dan merapihkan beberapa barang seperlunya kedalam tas, ia berniat meninggalkan Yunho untuk sementara.
Ee saram noraega shireo dashin an bureuri
I hate this love song, I'll never sing it again
neoreul tteo-olliji anhge ijeul su ittge
So I can stop thinking of you, so I can finally forget you
Ee sarang noraega shireo useumyeo bureuri
I hate this love song, I'm going to sing it with a smile
geudaega oerobji anhge jigeum neo-egero nan
In order to cure your loneliness, I'm going to you now
Oh I hate this love song...
.
.
END? or TBC?
readers yang menentukan..
mian karena telat post yang berkepanjangan..semoga gak lupa dengan cerita ini..
cerita ini gak akan nyentuh ammpe chapter 10, karena setia chapter akan menggambarakan dr lirik lagu..
gimme reviews ne..don't be silent reader
and thanks for attention