LILIUM

Last Chapter

.

Specificatur

Akhir yang Ditentukan

.

.

:: Nakazawa Ayumu ::

.

Semburat oranye mewarnai langit sore, gumpalan awan lembut beriringan menghiasinya. Angin sejuk bulan Juni berhembus pelan. Sebuah taman dekat apartemen mewah, dua tahun lalu. Disanalah Kyuhyun bertemu dengannya pertama kali.

Kyuhyun baru saja pulang bertugas, mampir sejenak dan membeli sekaleng jus rasa favoritnya. Duduk di bangku taman, ia melirik kesebelahnya. Seorang pria manis berpakaian kasual tengah menunduk menatap tanah. Satu koper berwana hijau tua tak terlalu besar berada tepat di hadapannya. Apa dia seorang tuna wisma? Atau hanya bocah yang kabur dari rumah? Kyuhyun berusaha tak ambil peduli, sampai Orang itu menengadah menatap langit. Kyuhyun dibuatnya tertegun. Wajah manis rupawan itu mengapa bisa memiliki dua pasang mata yang menatap begitu sendu pada langit?

Terburu Kyuhyun merogoh saku jasnya, ada sekotak cokelat di sana. Cokelat yang tadi pagi ia temukan di meja kerjanya, kemungkinan dari penggemar di kantornya. Tak ambil pusing, ia mengulurkan cokelat itu pada pemuda tersebut, "Kau akan lebih bahagia jika makan cokelat. Ambillah," tawarnya.

Pemuda itu menoleh ke arah Kyuhyun perlahan, tak tersenyum tak berkata apapun hanya melihat cokelat itu bergantian. Merasa tak ada respon, Kyuhyun menaruh coklat itu di atas koper si pemuda. Sadar baru saja ia menerapkan sikap 'sok kenal' pada orang ini, Kyuhyun bergegas berdiri. Tanpa mengatakan apapun ia beranjak pergi.

.

.

Esok harinya Kyuhyun kembali. Entah kenapa ia merasa ingin ke tempat itu lagi. Langit medung terlukis, gumpalan awan abu-abu bergumul di atasannya. Suara gemuruh disertai angin kencang menemani sore kali ini. Dan sekali lagi Kyuhyun melihatnya. Diantara beberapa orang yang memilih beranjak dari taman menghindar hujan, pemuda yang dilihatnya kemarin itu tetap duduk termangu tak bergeming.

"Hujannya akan semakin deras! Kau carilah tempat berteduh!" seru Kyuhyun ia berteriak, mencoba menandingi suara jatuhnya hujan yang begitu mendominasi. Tak ada tanggapan dan hujan kian deras, membuat tubuh Kyuhyun yang hanya berlapis kemeja kepolisian menggigil.

"Kau Gila?!" serunya lagi dengan tak sopan. Kyuhyun sama sekali tak habis pikir dengan pemuda ini. Ia sudah mengasihinya dengan memberinya peringatan, lalu kenapa orang ini begitu keras kepala dan masih bertahan terguyur hujan? Apa dia berniat membunuh dirinya sendiri dengan membiarkannya terkena hiportemia?!

Tanpa diperingati, Kyuhyun bergerak memayungi pemuda itu. Ia memosisikan benda itu agar tenggenggam dengan benar di tangan pucat si pemuda. Ah, lihatlah sekarang, tubuhnyalah yang kini sudah basah kuyup. Pemuda itu tetap tidak bergerak. "Genggam payung ini dengan benar agar kau tak kehujanan! Cepatlah pulang ke rumah!"

Setelah mengatakan itu, Kyuhyun berlari menjauhinya, kembali ke arah mobil. Sebelum membuka pintu, Kyuhyun yakin melihat sosok pemuda itu melirik ke arahnya. Pemuda itu berdiri, membungkuk pada Kyuhyun lalu berjalan pergi.

.

Kyuhyun berlari hingga terengah. Malam sudah larut, ia baru saja kembali dari pengejaran bandar Narkoba terbesar di Seoul. Lalu, kenapa ia bersusah payah kembali ke tempat ini? Kyuhyun jadi merasa konyol. Apakah dia berharap bisa bertemu dengan pemuda kemarin lalu? Ada apa dengannya? Kemarin ia mengatai pemuda itu gila, apa sekarang dialah yang berubah menjadi orang gila? Sudah tak lagi ada orang selain dirinya di taman ini. Menghela nafas kasar ia menatap arloji mahal di tangannya. Pukul 20.41. Bodohnya dia.

Tapi Kyuhyun tak kunjung berdiri dari duduknya. Ia hanya terdiam memandang langit. Malam ini banyak gugusan bintang bertebaran di atas sana, cerah sekali jika dibandingkan cuaca kemarin. Ia membayangkan rupa pemuda itu sekali lagi, ia sadar semenjak bertemu ia jadi selalu memikirkannya. Terlampau sering malah. Sekali lagi ia bertanya pada dirinya sendiri. Ada apa dengannya? Mungkinkah ia menyukai pemuda itu? Apakah dalam waktu sesingkat tiga hari ini perasaan seperti ini bisa muncul dengan mudahnya? Pada pemuda asing yang ia tidak tau bagaimana sifatnya –minus wajahnya yang manis itu-. Namapun ia tak tau.

"Kau kembali,"

Kyuhyun tersentak dalam lamunannya. Suara datar yang begitu lembut siapa itu? Ia menoleh ke belakang, seseorang berdiri di sebelah lampu taman membawa payung lipat warna hitam miliknya. Kyuhyun tak bisa memandang rupanya dengan jelas hingga pemuda itu berjalan mendekatinya.

"Terima kasih,"

Pemuda itu menyerahkan payung, Kyuhyun sempat terdiam hanya untuk memuji wajah manis –dan juga suara yang baru saja ia dengar- itu dalam hati. Dan begitu Kyuhyun mengulurkan tangan untuk mengambil kembali payungnnya, pemuda itu balik menggeggam tangannya secara tiba-tiba, sedikit membuat Kyuhyun tersentak. Payung hitam itu dibiarkan terjatuh, sedangkan satu tangannya yang lain menyentuh sisi wajahnya.

"A-Ap-.."

"Bibirmu robek," jawab pemuda itu seraya mengusap sudut bibirnya yang baru disadarinya terasa perih. Mendapati pemuda itu memandanginya dengan jarak sedekat ini, membuat Kyuhyun gugup bukan kepalang.

Pemuda itu merogoh saputangan di saku kemejanya,lalu menempelkan di wajah Kyuhyun secara perlahan. "Pakai ini, ambil saja tak perlu dikembalikan," ucapnya. Kyuhyun tertegun, tidak perlu dikembalikan? Itu tandanya Kyuhyun mungkin tak perlu bertemu lagi dengan pemuda ini? Dadanya tiba-tiba terasa sesak. Tidak mau.. Tidak ingin... dan baru saja si pemuda akan beranjak pergi, Kyuhyun menahannya, dan dengan seenaknya menarik pemuda itu ke arah mobil dan masuk kedalamnya.

Mobil melaju cepat, deru mesinnya membelah kesunyian malam. Hanya dalam waktu singkat, mereka sampai di apartemen Kyuhyun. Dan Kyuhyun memaksa pemuda itu untuk masuk. Dalam diam Kyuhyun tersenyum senang mendapati tak adanya penolakan dari pemuda ini. Ia menggenggam tangan si pemuda semakin erat. Ah.. cinta memang bisa membuat orang tak waras.

Sesampainya di ruangan Kyuhyun, Tuan Cho dilanda kebingungan. Ia sudah seenaknya mengajak pemuda ini bersamanya. Lalu setelah ini, apa yang harus ia lakukan?

"Di.. Dimana kau tinggal?"

Diam sejenak, lalu pemuda itu menjawab, "Dimana saja yang bisa kutinggali,"

Kyuhyun mengeryit dan menatapnya heran. Ia bertanya lagi, "Apa pekerjaanmu?"

Karena tak kunjung mendapat jawaban lama, Kyuhyun bisa menebak bahwa pemuda ini mungkin pengangguran. Sepintas ide muncul di pikiran Kyuhyun, dengan alasan ini, Ia mungkin bisa bersama pemuda ini lebih lama lagi, "Tinggallah di sini,"

Pemuda itu membelak, "Tunggu aku-.."

"Biarkan aku berterima kasih,"

"Tapi aku hanya-.."

"Siapa namamu?" sela Kyuhyun cepat.

"..."

"..."

"Sungmin,"

.

.

.

.

.

Kyuhyun menatap langit-langit ruangan, menghela nafas. Seberapa banyak barang pecah belah ia hancurkan, seberapa keras ia berteriak, seberapa lama ia menangis.. Kyuhyun merenggut kausnya kasar, menekan tepat di bagian dada. Ia meringis, perih di dadanya tak kunjung hilang. Sudah lewat dua minggu setelah kejadian itu, emosi dalam dirinya masih bergolak. Amarah masih menguasainya.

Kyuhyun masih megingatnya dengan jelas sangat. Kisah masa lalu Sungmin, suaranya yang bergetar, wajahnya yang tampak begitu pias, dua iris mata yang memandangnya.. ketika ia memutuskan menarik pelatuk untuk menembakan kepalanya sendiri. Kejadian itu terasa begitu cepat juga terasa lambat secara bersamaan. Begitu lambat saat semua kebenaran diungkap hingga Kyuhyun sesak dalam waktu, Begitu cepat saat Kyuhyun menyadari peluru itu merenggut nyawa Sungmin. Tubuhnya roboh begitu saja di hadapan Kyuhyun.

Sungmin sudah mati.

Sungmin sudah meninggalkannya.

Kenyataan itu harus Kyuhyun telan pahit-pahit. Kenangan-kenangan bersama Sungmin berkelibat cepat di kepalanya. Beginikah Pemuda itu membalas cintanya? Setelah semua yang ia lakukan hanya untuk dirinya seorang. Ia meremas kian erat. Semua kisah Sungmin yang ia akhiri dengan tindak bunuh diri. Kenapa ia tidak membunuhnya? Ia bahkan sudah rela mati hanya di tangan pemuda itu.. Tapi mengapa Sungmin.. Kyuhyun tak habis pikir. Apakah ini cara Sungmin menyiksanya? Seperti menambah air garam pada luka yang terbuka lebar.. membiarkan Kyuhyun meringis kesakitan, menderita karena kehilangan lalu membusuk dalam kesepian. Apakah Sungmin menginginkan semua itu?

Suara langkah kaki mendekat terdengar. Kyuhyun tak mau ambil pusing, entah itu salah satu bawahan kantor yang mengajaknya kembali bekerja, mengurusi penjahat lain atau dokumen-dokumen yang mulai menumpuk di meja kerja pribadinya.

"Pintu apartemenmu tidak dikunci, jadi aku masuk saja,"

Suara berat Siwon menginterupsinya. Sementara Kyuhyun tak menjawab, Siwon memperhatikan keadaan apartemennya. Benar-benar seperti kapal pecah. Barang-barang sudah tak lagi di tempat yang seharusnya. Siwon mencoba maklum lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sedikit meringis karena luka di bahunya yang belum benar-benar pulih.

"Milik Sungmin,"

Ucapan Siwon berhasil membuat Kyuhyun melirik ke arahnya. Diperhatikannya gerak-gerik Siwon yang menaruh sebuah buku besar dan cukup tebal di atas meja.

"Kupikir kau ingin melihatnya juga, Album pernikahannya.. bersama Kirie," kata Siwon ragu. Pelipis Kyuhyun berkedut. Ingin melihatnya juga? Apa yang Siwon pikirkan hingga kepercayaan itu datang kepadanya?

"..."

"Di dalamnya ada-.."

"Tidak." Kyuhyun menyela.

"Tapi kau-.."

"Tidak."

"Kau perlu tau. Di dalamya-.."

"Tidak mau-.."

"KAU AKAN MELIHATNYA KYUHYUN-SSHI!" Siwon berteriak. Habis juga kesabarannya kalau Kyuhyun terus saja menyelanya. Melihat kondisi Kyuhyun yang seperti ini, yang menurutnya hanya 'sebatas tahu' pada apa yang Sungmin katakan membuatnya kesal. Tangannya terkepal menahan amarah. Kyuhyun tidak mengerti.. Kyuhyun hanya tidak tau.. kalau Sungmin hanya terlampau..

"Lihat dan pikirkan sendiri! Aku hanya ingin kau tau dan perbaiki kondisi barbarmu ini!" kata Siwon lagi. Siwon menyentuh bahunya lalu menunduk, menatap kaki bersepatu dirinya yang ternyata menginjak pecahan vas bunga.

"Aku.. Aku sudah menyerah pada Sungmin," sedikit jeda, "Tapi kuharap kau jangan. Karena dia..." Siwon tak melanjutkannya, ia menelan ludah lalu berbalik memunggungi Kyuhyun. Pria Choi itu melirik beberapa detik ke arah Kyuhyun.

"Senang bekerja sama dengan anda, Cho Kyuhyun-sshi. Sampai bertemu di kasus berikutnya," ujarnya lalu melangkah pergi.

.

.

.

Sudah satu jam berlalu sejak Siwon pergi dari apartemennya, Kyuhyun tak beranjak. Walau begitu, lontaran keras Siwon padanya masih bisa ia dengar, berdengung di telinganya. Ia melirik album itu. Lama kemudian baru ia memutuskan meraih benda itu. Jemarinya bergerak pelan mengusap sampulnya yang berwarna keperakan, ada nama yang terukir dengan tinta timbul berwarna emas di tengahnya. Lee Sungmin dan Kirie Yamada. Ragu, ia membukanya.

Halaman pertama, satu foto ukuran sedang, di depan gerbang sekolah Sungmin memakai seragam dan disebelahnya berdiri seorang wanita berparas manis berkepang lengkap dengan seragam juga. Kyuhyun menatapnya lekat. Dia.. wanita inikah yang bernama Kirie?

Halaman kedua, sepertinya diambil di kelas mereka. Sungmin yang menunduk mengerjakan sesuatu dengan tumpukan buku pelajaran di atas meja, dan Kirie yang tersenyum mengganti bunga di meja guru. Foto lainnya, yang bisa Kyuhyun tebak sepertinya diambil saat festival, sosok Sungmin yang memakai hakama samurai dan Kirie yang juga memakai Kimono berlapis menari mengitari api unggun besar dengan jutaan kerlap-kerlip kembang api di langit malam.

Setelah berlembar-lembar Kyuhyun buka dengan cepat, ia sampai pada lembar yang memuat foto pernikahan Sungmin dengan Kirie. Harus Kyuhyun akui, Kirie sangatlah cantik dengan polesan make-up sederhana, gaun putih mengembang dan buket bunga lili di tangan. Dan Sungmin... begitu tampan dengan tuxedo dan senyum yang merekah bahagia.. hati Kyuhyun mengerut sakit. Ia bergegas membuka lembar selanjutnya,

Kyuhyun tertegun. Ada dua foto di lembar ini. Foto pertama Sungmin yang tersenyum lebar di depan kamera, begitu dekat menunjukan sebuah test pack dengan tanda dua garis merah. Sementara Kirie menahan tawa di belakangnya. Foto berikutnya adalah foto yang diambil di sebuah ruang keluarga, Kirie sedang menyulam sesuatu yang sepertinya bisa Kyuhyun duga adalah pakaian bayi karena bentuknya yang mungil, Sungmin memeluknya dari belakang.

"Aku kehilangan mereka, dengan cara yang tidak pernah kau pikirkan,"

Geligi Kyuhun bergemelatuk. Tentu saja ia mengingatnya. Kirie diperkosa, Bayi yang luruh karena keguguran, Istri yang menjadi gila dan akhirnya menyusul anak mereka yang belum lahir ke alam sana. Kyuhyun memejamkan mata rapat. Sudah jelas. Perasaan Sungmin padanya.. ia bukanlah apa-apa untuk Sungmin. Sungmin memilih mati.. ia memilih meninggalkan Kyuhyun agar bisa bersama dengan istri dan anaknya..

Kyuhyun menutup album, tak ingin melihatnya lagi sampai selesai, untuk kali ini dan seterusnya.. ia melempar album itu kembali ke meja dengan keras, dan karena itulah selembar foto jatuh. Kyuhyun tak ingin mempedulikannya, tapi saat ia melihat apa yang ada di dalam foto itu, ia berubah pikiran. Kyuhyun memungutnya. Sebuah foto, dirinya dan Sungmin.

Lama ia pandangi lembar foto itu lalu membaliknya, dan ia kembali tertegun untuk kedua kalinya. Ada sebaris kalimat di sana. Kyuhyun sangatlah tau bagaimana tulisan tangan Sungmin. Ia membaca kalimat itu berulang kali, dan hatinya bergemuruh, tangannya gemetar dan ia menggigit bibir. Ia membaca kalimat itu lagi dan lagi, sebuah kalimat yang berujung dengan namanya juga tertulis di sana. Dadanya sesak,

Dasar bodoh. Entah dirinya atau Sungmin.

Kyuhyun membacanya sekali lagi dan menangis dalam diam.

.

.

.

.

.

Sungmin sempat menolak tapi Kyuhyun bersikeras membuatnya tinggal. Setelah berminggu-minggu ia lalui hidupnya bersama pemuda ini, maka Sungmin tau bahwa pemaksa adalah sebagian dari sifat seorang Cho Kyuhyun.

Tapi Sungmin tau bahwa pria ini tidaklah jahat, dari pertemuan mereka pertama kali. Tapi Sungmin masih saja tidak mengerti, kenapa Kyuhyun berbaik hati padanya? Ia hanya orang asing tak punya tempat tinggal dan pekerjaan yang ia temukan di taman. Kenapa Kyuhyun mau menampungnya, memberi makan dan fasilitas lainnya? Apakah karena dia seorang polisi jadi ia beranggapan bahwa memang sepantasnyalah orang seperti Sungmin diberi pertolongan?

Sungmin selalu berpikir seperti itu. Tapi entah kenapa semakin hari perlakuan Kyuyun padanya terasa berbeda. Ia memang terkesan tak peduli pada orang lain, tapi Kyuhyun senang membantu.. ia berusaha berbuat baik pada semua orang yang membutuhkan, tapi pada Sungmin.. Kyuhyun bersikap hati-hati juga begitu melindungi pada Sungmin layaknya pemuda itu bagaikan barang berharga, memujanya, menyandingkan posisi Sungmin sebagai seorang raja yang dituruti semua kemauannya –walau Sungmin sangat, sangat jarang meminta-. Ia melakukan apapun untuk Sungmin. Sungmin menghargainya, tapi kenapa?

Kyuhyun pernah bertanya tentang asal-usulnya yang sering kali Sungmin jawab dengan kebohongan atau hanya diam belaka. Sungmin hanya tidak ingin menguak masa lalunya yang kelam, dan kali itu Kyuhyun tidak memaksanya.

Saat suatu malam Sungmin terbangun karena mimpi buruk –yang selalu hadir setelah kematian Kirie- Kyuhyun mendatangi kamarnya, menghampirinya yang panik dan ketakutan. Kyuhyun lalu memeluknya. Kyuhyun orang asing, tapi entah kenapa Sungmin merasa nyaman dalam dekapannya. Beberapa menit berlalu, masih dengan posisi memeluk, Kyuhyun menyampaikan perasaannya, ia berbisik lirih tepat di telinga Sungmin. Kyuhyun mengatakannya, bahwa ia mencintai Sungmin sejak pertama kali mereka bertemu. Tidak ada alasan lain.

Sungmin mengeryit dan melepas pelukan pria itu dengan terburu. Apa-apan dia?

"Jangan menangis,"

Sungmin tersentak saat jemari Kyuhyun terulur mengusap pipinya. Sungmin menepisnya, tapi Kyuhyun dengan cepat menggenggamnya, membawa tangannya ke dekat wajahnya dan mengecupnya lembut. Dada Sungmin berdesir dibuatnya. Untuk pertama kali, setelah Kirie, Sungmin merasakan debaran seperti ini.

"Aku mencintaimu, Sungmin,"

Tubuh Kyuhyun bergerak maju. Bibirnya mengecup kening Sungmin, merambat turun menyentuh alis, mengecup singkat kelopak mata, lalu kedua pipinya, hidung, sudut bibir... Kyuhyun menatapnya sejenak lalu menciumnya tepat di bibir, melumatnya hingga Sungmin mengerang dan saat itulah lidahnya memaksa masuk kedalam mulutnya, mengabsen deretan gigi, menyapu langit-langit dan bergulat dengan lidah Sungmin sendiri.

Saat Ciuman itu terlepas, Sungmin bisa merasakan air liur yang mengalir dari sudut bibir. Ia terengah mengambil nafas sampai Kyuhyun melanjukan sentuhan bibirnya pada telinga Sungmin, mengulumnya sesaat, lalu turun ke leher dan bahu. Meninggalkan banyak tanda kemerahan di sana.

Tangan Kyuhyun bergerak menyusup masuk kedalam pakaian Sungmin, membelai sepanjang tulang punggungnya, mengelus perut dan merayap ke atas hingga menemukan titik sensitif di dadanya.

"Nnnh.."

Satu tangan Kyuhyun yang lain ikut bergerak melepaskan kancig kemeja Sungmin, saat itulah ia terkejut, dan mencoa mengentikan Kyuhyun, tapi dengan adanya perbandingan kekuatan juga bibir Kyuhyun yang menjamah kulitnya, Sungmin tidak bisa melawan. Apa yang harus ia perbuat? Kenapa dengan mudahnya ia membiarkan Kyuhyun menyentuhnya? Ia laki-laki, dan jika terus berlanjut seperti ini bukankah ia... mengkhianati Kirie?

"Jangan takut," bisik Kyuhyun pelan yang menyadari Sungmin yang tak berhenti gemetar. Kenapa Kyuhyun memperlakukannya begini lembut? Kyuhyun menciumnya lagi, dan Sungmin merasa nyaman karenanya.

"Sungmin.. Sungmin..,"

Saat dimana penyatuan tubuh terjadi, Sungmin merasa sakit luar biasa. Sakit dan takut.. tapi entah kenapa setiap Kyuhyun memanggil namanya, semua kekhawatiran itu hilang tak berbekas. Sungmin tidak mengerti perasaan asing yang saat itu menghinggapinya. Saat Kyuhyun bergerak dalam dirinya, Sungmin merasa aneh, dan tanpa disadari Sungmin ikut bergerak mengikuti gerakan Kyuhyun hanya untuk membuat dirinya menyatu lebih dengan Sungmin.

"Nggh! Ahh.. hh!"

Peluh membasahi mereka, membuat tubuh yang tengah bergelut itu mengilap. Sungmin hampir mencapai batasnya. Ia bisa merasakan Kyuhyun yang terus saja menumbuk kasar sesuatu di dalam dirinya hingga Sungmin seperti ini, bergerak cepat dan dalam hingga ia bisa merasakan kesejatian Kyuhyun mencapai pusarnya. Sungmin tidak mengerti mengapa ia bisa bersuara seperti itu, mendesah seperti wanita. Ia sama sekali tidak mengerti bahkan sampai ketika semua pandangannya memutih kabur juga tubuhnya yang mengejang.

"Sungmin-ah.. Gguhh!"

Kyuhyun mendekapnya erat. Sungmin bisa merasakan sesuatu mengaliri bagian bawah tubuhnya. Hangat dan membuatnya merasa penuh. Tanpa disadari, tangan Sungmin membalas pelukan pria ini. Setelah semuanya selesai, Kyuhyun bergerak bangkit untuk mencium Sungmin sekali lagi. Ia mengusap rambut Sungmin penuh sayang sementara Sungmin menatapnya dalam diam.

"Bekerjalah bersamaku di kepolisian,"

.

.

.

Mereka memulai hubungan setelahnya. Tidak ada peryataan resmi, tapi sikap Kyuhyun pada Sungmin bisa dikatakan seperti itu. Sungmin tak lagi menolak. Ia juga menyetujui tawaran Kyuhyun untuk bekerja di kepolisian. Berpikir memang ada baiknya bahwa ia punya pekerjaan dan dengan menjadi polisi ia bisa menangkap para penjahat.

Ia bertemu dengan Donghae. Sepupunya di hari pertama ia bekerja. Tapi Sungmin berusaha menenangkan diri dan memilih untuk berpura-pura tak mengenalinya. Ia berharap Donghae tak membuka identitasnya, tidak untuk saat ini.

Ia menjalani rutinitasnya sebagai polisi, sentuhan-sentuhan Kyuhyun padanya masih terasa asing. Tapi ia mencoba tidak menghiraukannya. Dan suatu hari Donghae menghampirinya, meminta penjelasan padanya, "Kenapa kau bersama Cho Kyuhyun?" beberapa jawaban sudah tersusun di kepalanya,

"Apa kau sudah tidak mencintai Kirie lagi?"

Sungmin terdiam detik itu juga. Lidahnya kelu. Donghae tidak tau, setelah ia bersama Kyuhyun, pertanyaan-pertanyaan itu kian menghantuinya. Tapi ia tidak boleh goyah. Bukankah ia masuk kepolisian demi Kirie? Ia tidak ada apa-apa dengan Kyuhyun. Pria Cho itulah yang menganggapnya seperti itu, dan Sungmin mencoba mengikutinya karena tak ingin menyakiti orang yang sudah berbaik hati padanya. Ia pun pergi meninggalkan Donghae tanpa berbicara apapun lagi.

Setelah dua tahun berlalu, Sungmin mencoba bertahan. Tidak mudah memang, tapi Sungmin mulai terbiasa. Bersama Kyuhyun dalam hitungan tahun membuat Sungmin mulai mengerti tentangnya. Dan sesuatu dalam diri Sungmin mulai berubah. Sekeras apapun Sungmin menolaknya, perasaan itu selalu datang lagi.

"Apa itu?" Sungmin bertanya ketika suatu kali Kyuhyun datang ke apartemen dengan satu bingkisan besar.

"Bingkisan dari keluarga yang ditinggalkan," jawab Kyuhyun enteng.

Hati Sungmin terbebani mendengarnya, Keluarga yang ditinggalkan.. Ia yang ditinggalkan..

"Sedang memasak apa?" tanya Kyuhyun seraya memeluk Sungmin dari belakang. Sementara kepalanya bersandar di pundak Sungmin, hidungnya menghirup tengkuk kekasihnya.

"Kasihan..." lirih Sungmin dengan suara datar. Keluarga yang ditinggalkan maupun dirinya, sungguh malang sekali nasibnya.

Kyuhyun yang menyadari raut wajah Sungmin yang kini tertunduk lesu segera membalikan tubuh Sungmin. Menangkup wajah berparas manis itu dan menciumnya lembut. Pria itu tersenyum, "Aku tidak akan meninggalkanmu, tidak akan membiarkanmu meninggalkanku, setidaknya sampai kematian dari kita masing-masing," ucapnya. Mendengarnya Sungmin dibuat terpana, lagi-lagi tanpa bisa dicegah perasaan ini datang diantaranya dengan Kyuhyun. Apakah Kyuhyun bersungguh-sungguh? Atau hanya sekedar mengucapan untuk menenangkan? Tapi janji Kyuhyun padanya saat itu.. membuat Sungmin begitu bahagia.

Sungmin pikir semuanya selesai. Tapi ternyata dendam dalam dirinya masih tersisa. Setiap ada kasus tak terselesaikan dengan adil, amarah kembali menguasainya. Sampai ketika ia membunuh seseorang untuk pertama kalinya, pelaku perampokan yang kabur. Dan Zhoumi melihatnya. Mereka bekerja sama dan entah apa yang dipikirkan Sungmin sampai menyetujui hubungan sepihak dengan Zhoumi. Sungmin tau Zhoumi mencintainya, tapi ia tidak bisa memandangnya sama seperti pada Kirie bahkan Kyuhyun.

Sungmin menyesalinya. Menyalahkan dirinya sendiri yang sudah mengecewakan Donghae, Zhoumi, terlebih Kyuhyun. Entah sudah berapa banyak kebohongan yang Sungmin katakan padanya, entah sudah berapa kali ia merepotkan Kyuhyun dengan kasus-kasus yang ia perbuat sendiri.

Suatu malam saat keduanya melewatinya bersama, Sungmin terjaga. Ia sudah memikirkan rencananya baik-baik sedari kemarin lalu. Ia mengambil pisau lipat di bawah ranjang mereka, mengarahkannya kepada Kyuhyun. Kyuhyun masih terlelap, dan hanya dengan melihat wajahnya, nyali Sungmin menciut. Ia ingin membunuh pria ini. Tapi ternyata tidak bisa. Wajahnya yang rupawan tanpa cela, sifat juga sikap dalam dirinya, Sungmin tidak bisa melupakan itu semua.. terlebih karena perasaan Sungmin padanya mulai berkembang pesat jauh dari perkiraannya.

Apa yang harus ia lakukan jika Kyuhyun sudah mengetahui semuanya? Bagaimana reaksi Kyuhyun ketika tau ia dibohongi? Ketika Sungmin sudah terlalu mengecewakannya? Apakah saat itu Kyuhyun akan menangkapnya? Kyuhyun adalah Kepala Kepolisian dan Sungmin hanya pembunuh gila berkedok polisi. Apakah suatu nanti Kyuhyun akan menghukumnya? Sungmin berharap seperti itu, tapi keraguan merayap di hatinya. Bagaimana kalau Kyuhyun bersikeras melindunginya? Bagaimana kalau Kyuhyun melalaikan tugasnya sebagai poisi dan malah berbalik menjadi penjahat sepertinya? Kyuhyun akan dicela, dicerca, orang-orang akan menghina, merendahkannya, mengatakan bahwa ia hanya polisi tidak becus dan tidak bertanggungjawab, ia akan diadili.. Posisinya sebagai kepala kepolisian akan turun derajatnya. Nama baik Kyuhyun dipertaruhkan di sini. Tidak boleh.. Sungmin tidak mau Kyuhyun mendapatkan penghinaan seperti itu.

Karena Kyuhyun memang tak pantas mendapatkannya..

Benar kata orang. Dendam menghancurkan segalanya. Tapi Sungmin sudah terlambat. Karena itu Sungmin bertekad. Jika suatu saat identitas dirinya terbongkar.. maka ia setidaknya harus membiarkan Kyuhyun hidup.. Biarlah Kyuhyun membencinya, asal Kyuhyun bertahan dan hidup.. tak apa.. tidak masalah baginya.. asal itu untuk Kyuhyun, Sungmin rela melakukan apapun.

Sungmin menyimpan pisaunya kembali. Beranjak dari tempat tidur dan mengambil sebuah album yang sudah lama ia sembunyikan. Hanya dengan membukanya, hatinya menjadi teriris perih. Ia lalu mengambil selembar foto. Satu-satunya foto dirinya dengan Kyuhyun.

'Jika suatu saat Sungmi-kun ingin pergi dariku, disaat itulah aku akan menyerah..,'

Perkataan Kirie terbayang dibenaknya. Sekarang Ia merasa bersalah luar biasa. Tapi Sungmin tidak bisa lagi membohongi perasaannya. Sungmin tak bisa mencegah, menutup, ataupun membuangnya. Ia mengambil pena, dan mulai menulis di balik foto itu. 'Maaf Kirie... Maaf.. Maaf... Maafkan aku..,'. beribu maaf ia lontarkan sejak malam itu.

Cho Kyuhyun. Pria itu. Dia...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

'Aku mencintaimu, Kyuhyun-ah,'

.

.

.

.

.

TAMAT

.

OMAKE

.

'JRASSH!'

Satu tusukan mematikan satu nyawa setelahnya. Darah pekat terpercik ke segala arah, begitu deras sehingga mengotori pekarangan gereja tua dan wajah tampan seorang pria. bulan malam ini penuh dan berada di posisinya yang paling tinggi di langit. Tak ada bintang satupun yang menghiasinya.

Satu tusukan, dua tusukan, tiga, empat.. pria itu hujamkan keras pada tubuh kaku si korban. Tak pelik sebuah ingatan terbayang dibenaknya,

"Apakah kau menyukai Kirie?"

Donghae tertegun. Apakah semua pengalaman di masa lalu benar ditujukan untuk wanita itu? Apakah benar Ia menyukai Kirie? Donghae menggeleng. Bukan. Ia... Ia hanya..

"Apakah kau menyukai Sungmin?"

Kepala Donghae seketika mendongak begitu pertanyaan itu meluncur dari bibir Eunhyuk. Menyukai.. Sungmin? Ia menyukai.. sepupunya sendiri? Donghae menggigit bibir keras, rasa sakit menghantam dadanya. Bukan.. ia tidak menyukai Sungmin. Perasaannya ini lebih dari sekedar rasa suka biasa. Ia mencintainya.. ia mencintai pemuda yang menjadi sepupunya itu.

Ia mengenal Sungmin sejak jauh ketika mereka masih kecil. Dialah yang selalu menemani Sungmin. Dan Donghae sama sekali tidak merasa keberatan. Ia.. senang. Ia yang melindungi Sungmin selama itu. Tapi semua berubah saat mereka pindah ke Jepang. Wanita itu.. Kirie.. Dia mulai meniadakan jarak pada Sungmin dan melebarkan celah antara dirinya dan Sungmin.

Seharusnya hanya dirinyalah yang bisa membuat Sungmin tertawa, hanya dia yang bisa membuat Sungmin senang. Tapi Kirie memang gadis yang berbeda, ia bisa membuat Sungmin sedemikian rupa, membuat Sungmin menggantungkan diri padanya, perlahan membawa Sungmin pergi..

Benci.. sesungguhny ia membenci gadis itu.

Tapi apa yang bisa ia perbuat, karena kenyataan yang diterimanya adalah Sungmin juga jatuh hati pada gadis itu. Donghae tetap membantu mereka walau dengan pamrih. Mereka menikah dan akan memiliki anak. Sungmin akan berkeluarga, dia akan bersama Kirie tanpa dirinya.. ia tidak akan memerlukan Donghae lagi. Dan betapa kejamnya ia saat merasa sedikit senang saat perlahan keluarga Sungmin hancur. Ia merasa bahwa ini saatnya ia menipiskan jaraknya lagi dengan Sungmin. Tapi apa daya Sungmin kembali pergi darinya.

"Begitu ya.. kau mencintainya.." gumam Eunhyuk mengerti.

Air matanya mulai menetes membuat pandangannya mengabur. Tapi Donghae tetap berada di tempatnya, menduduki mayat korbannya dan terus saja menusuk perut juga dadanya. Merasa tak puas, merasa benci..

Donghae masih tak habis pikir, apa yang kurang darinya. Orang-orang tidak tau betapa senangnya dia bertemu lagi dengan Sungmin, tapi seketika hatinya hancur mendapati sepupunya itu memiliki hubungan dengan Cho Kyuhyun? Apa yang ia lakukan? Apa yang ia rencanakan? Apa ia sudah lupa dengan Kirie? Kenapa bersama Cho Kyuhyun?

Saat tau Sungmin melakukan pembunuhan, Zhoumi menjadi partnernya. Ia marah. Dadanya berdesir diiputi rasa cemburu. Kenapa harus Bersama Zhoumi? Kenapa Zhoumi harus diterima sedangkan ia tidak? ia ingin Sungmin membutuhkannya, ia ingin berguna untuk Sungmin. Donghae iri dan ia membenci semuanya. Ia benci pada orang-orang yang berada di dekat Sungmin, ia benci ketika orang-orang itu mengambil hatinya.. ia benci dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga Sungmin.

Kala itu, dua minggu yang lalu.. ia tidak sempat menyusul. Ryeowook tiba di kantor dengan wajah pucat dan ketakutan, menolak menceritakan apapun. Tapi Donghae tau segalanya. Beberapa jam kemudian, Siwon juga Kyuhyun datang dengan keadaan yang sama tidak mengenakannya, terlebih pada Pria bermarga Cho itu.

Sungmin tidak kembali.. ia tewas. Katanya tertembak pelaku perampokan yang ia kejar sendiri. Tapi Donghae tau Kyuhyun membohongi semuanya. Ia semakin iri begitu mengetahui tindakannya ini untuk melindungi Sungmin. Donghae menghabiskan seharian penuh menangis di kamar jenazah tempat Sungmin disimpan. Ia tidak beranjak hingga tiba waktunya pemakaman. Tidak ada rasa apapun lagi sejak hari itu. Hanya rasa marah yang tak ada habisnya membakar jiwa.

Donghae bersumpah akan menggantikan Sungmin. Ia akan membunuh para pendosa itu menggantikannya. Kalau ini yang Sungmin inginkan, Donghae akan melakukannya.

Donghae mengambil nafas cepat. Dua lengan berhasil dipotongnya dengan sempurna. Ia meludah, menatap jijik pada si mayat dan menendangnya keras-keras. Ia baru akan membawa lengan-lengan itu ke gereja saat seseorang menghampirinya.

"Kau melupakan lilinya,"

Donghae menyipit, siluet seseorang muncul dari kegelapan malam. Ia berjalan mendekat, tangannya menggenggam setangkai lili yang masih segar dan menaruhnya di tubuh mayat yang terkoyak. Ia bergegas berdiri, mengambil sapu tangan di kantung celana dan membersihkan wajah Donghae secara perlahan. Donghae melihatnya dengan tatapan heran.

"Untuk apa kau di sini?"

"Membantumu," jawabnya jujur. Ia tersenyum dengan ciri khas gummy smilenya. Ia mengusap wajah Donghae lalu berjinjit untuk mencium bibirnya singkat. Setelahnya ia bergerak memeluk Donghae erat, "Kau melakukan ini semua seperti dan untuk Sungmin-hyung. Maka biarkan aku seperti Zhoumi.. biarkan aku membantumu.. biarkan aku bersamamu.." ujarnya pelan.

"Karena aku mencintaimu..,"

TAMAT


A/N: Pertama saya mau minta maaf untuk keterlambatan update. Enggak pantas memang, tapi saya bener minta maaf. Fiksi terakhir ini, sebenernya udah selesai dari akhir November tahun lalu, tapi emang modem yang nyebelin say enggak bisa publish. Saya dua bulan ini enggak bisa buka internet dari laptop, dan fanfic ini enggak bisa dikirim lewat Handphone.

Terima kasih buat semua pembaca yang sabar dan masih mau baca. Terima kasih banyak! Sudah sampai ending dari LILIUM, saya sudah memikirkan ini baik-baik, maaf jika tidak berkenan. Aku berencana membuat fiksi lagi dengan tema Thriller. Sampai Jumpa!

28 November 2014