Selamat membaca.
Disclaimer : Semua tokoh Naruto milik Kishimoto sensei
Pairing : SasuFemNaru
Rated : T
Genre : Hurt comfort, romance, family, friendship, angst
Warnings : Gender switch
My Sister Diary
Prologue
By : Fuyutsuki Hikari
Pada awal musim dingin, tepatnya tanggal 10 Oktober tahun 1995, keluarga Namikaze menanti kelahiran anggota keluarga baru. Sang kepala keluarga terus berjalan mondar mandir tepat di depan pintu ruang bersalin rumah sakit Konoha tempat istrinya yang bernama Kushina sedang berjuang untuk melahirkan anak kedua mereka.
"Demi Tuhan, Minato. Bisakah kamu duduk! Kamu hanya membuatku pusing melihatmu mondar mandir seperti itu." Sembur seorang pria, berusia setengah baya dengan rambut putih panjang yang bernama Jiraiya.
"Bagaimana aku bisa duduk tenang tou-san? Istriku akan melahirkan bayi kembar." Jawab Minato, masih berjalan mondar mandir.
"Ini bukan pertama kali Kushina melahirkan, dia sudah berpengalaman dengan melahirkan Kurama. Tenanglah Minato, sekarang duduk!" perintah Jiraiya tegas, pada akhirnya berhasil membuat Minato duduk diam di sampingnya.
Menjelang tengah malam, tangisan bayi pun terdengar dari dalam ruangan bersalin. Menyebabkan kedua sosok pria yang sedari tadi menunggu di luar segera berdiri dan berjalan menuju pintu ruang bersalin. Setelah beberapa saat, pintu ruang bersalin terbuka, seorang dokter yang tidak lain adalah ibu dari Minato keluar dari dalam ruangan tersebut.
"Bagaimana keadaan istri dan bayi kembar kami, kaa-san?" tanya Minato dengan raut cemas.
Tsunade menarik napas panjang sebelum menjawab pertanyaan puteranya itu. "Kushina masih pingsan, kehabisan tenaga. Tapi dia baik-baik saja. Puteri pertama kalian sehat, hanya saja puteri kedua kalian..." Ada jeda sesaat sebelum Tsunade kembali berbicara. "Keadaan puteri kedua kalian sangat lemah, ada masalah dengan jantungnya. Sekarang kami akan memasukkannya ke ICU untuk perawatan intensif. Kami akan melakukan hal terbaik untuknya, Minato. Berdoalah, minta pada Tuhan agar menjaga puterimu. Sedangkan puteri pertamamu sedang dibersihkan." Tsunade mencoba untuk menenangkan putera kesayangannya.
Minato hanya tertunduk mendengar perkataan Tsunade. Kegembiraan atas kelahiran puteri kembarnya, terusik dengan kenyataan kesehatan puteri keduanya.
Jiraiya menepuk pundak Minato dan berbicara dengan nada lembut. "Masuklah, Minato. Lihat keadaan Kushina dan puteri pertamamu. Aku yakin puteri keduamu akan baik-baik saja."
Minato menatap Jiraiya, mengisyaratkan rasa terima kasih yang tak terucap oleh kata-kata. Dihapusnya air mata yang jatuh dari sudut matanya, dia tersenyum walaupun senyum itu nyaris dipaksakan. Dengan langkah mantap, dia langkahkan kaki menuju tempat istrinya berbaring. Dia menatap sosok istrinya dengan pandangan penuh cinta, menatap sosok Kushina yang saat ini masih pingsan karena kelelahan.
Minato mengecup kening Kushina lembut, digenggamnya tangan kanan Kushina dan diletakkannya punggung tangan kanan Kushina dipipinya. Pandangannya beralih ke box tempat puteri pertamanya tidur. Begitu cantik dan damai, membuat Minato tersenyum dibuatnya.
Minato duduk dikursi yang ada di samping tempat tidur Kushina. Menunggunya dengan sabar hingga akhirnya Kushina tersadar. Kushina mengerjapkan mata beberapa kali, sebelum menatap Minato dan tersenyum sangat cantik. Minato mencium punggung tangan Kushina yang sedari tadi digenggam olehnya.
"Bagaimana keadaan puteri kembar kita? Apa mereka sehat? Apa mereka sempurna?" tanya Kushina terdengar lemah.
Minato tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Kushina. "Puteri pertama kita ada di sini, lihat dia sedang tidur." Minato menunjuk ke box tempat puterinya berada.
Mata Kushina mengikuti arah telunjuk suaminya, dia tersenyum melihat sosok puteri kecilnya tertidur nyenyak. "Lalu dimana puteriku yang lain?" tanya Kushina pada Minato.
Minato terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab. "Dia masih di ruang ICU, ada sedikit masalah dengan jantungnya. Kaa-san sedang melakukan perawatan intensif saat ini."
Mendengar jawaban dari Minato kontan membuat Kushina menangis, dirinya sedih mendengar keadaan salah satu puteri kecilnya.
"Dia akan baik-baik saja, Kushina. Dia seorang Namikaze juga seorang Uzumaki. Dia pasti bertahan, kita harus yakin." Minato berkata dengan nada meyakinkan dan dibalas dengan anggukan lemah Kushina.
Dan begitulah puteri pertama mereka yang sehat yang juga merupakan anak kedua, diberi nama Naruto Namikaze, sedangkan puteri kedua mereka yang lemah diberi nama Naruko Namikaze. Keduanya benar-benar mirip satu sama lain, dengan rambut pirang, kulit putih serta bola mata sapphire seperti milik Minato.
Naruto dan Naruko tumbuh menjadi gadis kecil yang sangat menyenangkan. Saat ini mereka berdua berusia lima tahun, sementara kakak laki-laki mereka yang bernama Kurama berusia sepuluh tahun.
Yang membedakan dari mereka bertiga adalah perhatian kedua orang tuanya terhadap mereka. Karena diantara mereka, Naruko yang paling lemah menyebabkan semua perhatian kedua orang tuanya tertuju padanya. Menyebabkan putera tunggal mereka lebih senang berdiam diri di dalam kamar, sedangkan Naruto yang masih tidak mengerti pada keadaan sekitarnya masih saja mencoba untuk mendapat perhatian dari orang tuanya walaupun pada akhirnya selalu saja gagal.
Kedua orang tuanya tidak pernah menghadiri pertemuan orang tua di sekolahnya, tidak pernah hadir saat Naruto mendapat penghargaan sebagai siswa paling berprestasi di sekolah. Alasannya selalu sama, Naruko sakit. Naruko masuk rumah sakit atau mereka harus memenuhi panggilan dari wali kelas Kurama karena lagi-lagi Kurama berbuat ulah. Hingga akhirnya Naruto mengambil kesimpulan, sekeras apapun usaha dan prestasi yang dibuatnya, perhatian orang tuanya tidak akan tertuju padanya. Dan hal ini menjadikan Naruto menjadi tertutup. Jujur, Naruto sebenarnya cemburu pada Naruko. Tapi dia tidak membenci adik kembarnya itu, sama sekali tidak. Karena dia pikir, takdirlah yang membuat semua ini terjadi.
Sementara itu Naruko, yang merasa dunia tidak adil terlalu egois untuk berbagi perhatian kedua orang tuanya dengan saudara-saudaranya yang lain. Sebenarnya dia juga iri pada Naruto, yang dengan bebas bersekolah, sedangkan dirinya homeschooling. Dia juga iri pada Kurama yang sepertinya tidak pernah kehabisan energi, bertingkah semaunya, sementara Naruko, untuk berlari saja dia tidak diijinkan.
Waktu pun terus berlalu, saat ini Naruto dan Naruko berusia sepuluh tahun saat pertengkaran itu terjadi. Tsunade dan Jiraiya datang menemui Minato dan Kushina setelah mendapat berita jika Kurama kecelakaan saat ikut balap motor liar.
Naruto dapat mendengar dengan jelas saat Tsunade berteriak marah pada Minato dan Kushina. "Ini semua karena kalian tidak memperhatikan Kurama dan Naruto dengan baik, kalian terlalu fokus pada Naruko!"
"Tapi Naruko sakit, kaa-san." Kushina menjawab disela isak tangisnya.
"Hal itu tidak membenarkan tindakan kalian yang dengan sengaja menelantarkan kedua anak kalian yang lain!" Jiraiya menimpali.
"Kami mencukupi semua kebutuhan mereka, tou-san." Jawab Minato.
Tsunade mendengus mendengar jawaban putera tunggalnya. "Tapi kalian tidak memberi mereka kasih sayang. Kalian pikir, uang saja cukup untuk membeli kebahagiaan seorang anak?" perkataan Tsunade ini mampu membungkam bibir anak dan menantunya.
Keheningan menyelimuti ruangan tempat mereka berada saat ini, tidak ada satupun diantara mereka yang berbicara. Hingga akhirnya Jiraiya bicara dengan nada tenang. "Kami berdua sudah memutuskan akan membawa Naruto dan Kurama bersama kami ke New York. Mereka berdua lebih baik tinggal bersama kami, daripada di sini bersama kalian."
Kushina tercekat mendengar berita ini, air mata kembali turun dengan deras. Dia tahu, jika kedua mertuanya sudah memutuskan sesuatu, maka hal itu sudah tidak dapat dibantah. Karena hal itu lah akhirnya Naruto dan Kurama berada di New York saat ini dan jika boleh jujur dirinya merasa lebih hidup saat tinggal bersama kakek neneknya.
Saat usia Naruto menginjak tiga belas tahun, Tsunade secara tidak sengaja mengetahui bakat Naruto dalam bidang musik. Tsunade dengan yakin membawa Naruto ke Juilliard School menemui salah satu profesor kenalan Tsunade yang kebetulan mengajar disana. Kemampuan Naruto mampu membuat sang profesor tercengang kagum. Dengan senang hati sang profesor menempatkan Naruto langsung di bawah bimbingannya untuk menjadi seorang komposer.
Sedangkan Kurama, ia berhasil keluar dari masalah masa remajanya dan kembali ke jalur yang seharusnya. Dengan usahanya, dia berhasil masuk ke Universitas Columbia mengambil jurusan Psikologi. Dan dengan bimbingan Jiraiya, Kurama juga belajar ilmu bisnis yang akan sangat berguna untuknya saat dia memegang perusahaan Namikaze suatu hari nanti.
Saat itu Naruto sedang berada di Central Park, ketika dia mendapat kabar dari Tsunade bahwa Naruko koma di Jepang. Naruto memantapkan hati untuk kembali ke Konoha, untuk melihat kondisi saudari kembarnya tersebut. Bagaimanapun sudah lebih dari tujuh tahun mereka tidak bertemu. Dan Naruto rasa, saat ini adalah waktu yang tepat untuknya pulang. Lagi pula, tidak masalah rasanya jika dia menunda S2nya di Juilliard hingga tahun depan.
.
.
.
Dan di sinilah Naruto berada, di ruang ICU tempat saudari kembarnya koma. Saat ini saudari kembarnya sedang berusaha bertahan hidup dengan segala macam peralatan medis menempel pada tubuhnya. Naruto sengaja datang ke rumah sakit sebelum ke kediamannya. Bagaimana pun tujuan utama Naruto pulang adalah untuk melihat keadaan Naruko.
Setelah beberapa lama berada di rumah sakit, akhirnya Naruto pergi pulang menuju kediamannya. Kepulangan Naruto benar-benar mengagetkan Kushina dan Minato, karena memang dia sama sekali tidak memberi tahu kedua orang tuanya mengenai kepulangannya.
Kushina memeluk Naruto erat, seakan-akan takut jika semua ini hanya mimpi. Dilihatnya Naruto dari ujung kaki hingga ujung kepala, terhenyak melihat sosok puterinya yang begitu cantik sama seperti Naruko.
Setelah acara pertemuan itu selesai, Naruto pamit untuk beristirahat. Kushina menyarankan agar Naruto tidur di kamar Naruko untuk sementara, karena kamar Naruto harus dibersihkan terlebih dahulu. Naruto berbaring di tempat tidur milik Naruko, dilihatnya kamar luas ini. Catnya berwarna pink muda, dengan perabotan shabby chic, benar-benar kamar seorang puteri, pikirnya. Naruto dan Naruko memang kembar, tapi dalam selera mereka benar-benar saling bertolak belakang.
Mata Naruto menangkap sebuah buku tebal yang tergeletak di atas meja belajar Naruko. Dia berguling bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju meja belajar Naruko. Disentuhnya buku tebal tersebut yang ternyata sebuah diary, hati Naruto bimbang dia ingin melihat isi diary Naruko, tapi dia juga tahu jika hal itu salah. Rasa keingintahuannya berhasil mengalahkan rasa bimbang pada dirinya.
Naruto kembali duduk di ranjang dan menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Dibukanya sampul diary itu, dengan perlahan Naruto membalik halaman pertama diary Naruko. Dan menyadari jika Naruko menulis diary pada saat-saat tertentu saja.
Halaman ke-1 bertanggal 01 April 2008. Naruko menulis bahwa dia sangat gembira karena pada akhirnya dia diijinkan sekolah di luar. Walaupun orang tuanya tetap mengantar jemputnya ke sekolah, tapi itu lebih baik daripada homeschooling yang sangat membosankan.
Naruto melewati beberapa halaman hingga sampai ke halaman bertanggal : 30 Januari 2011. Naruko menulis jika tadi siang dia bertemu dengan putra kedua keluarga Uchiha, yang kebetulan sedang datang bertamu ke kediaman Namikaze bersama kedua orang tuanya. Dan Naruko jatuh cinta pada pandangan pertama. Nama pemuda itu adalah Sasuke Uchiha, dengan berani Naruko mengatakan pada Sasuke bahwa dia menyukainya dan dibalas dengan tatapan dingin dari Sasuke. Sasuke dengan gamblang mengatakan jika dia tidak menyukai gadis manja seperti Naruko. Tapi Naruko tetap bersikeras, bertanya pada Sasuke bagaimana agar Sasuke bisa menyukainya. Akhirnya Sasuke memberikan tantangan pada Naruko, jika dia bisa melewati masa SMA-nya di Konoha Gakuen dengan penampilan kutu buku, mungkin Sasuke bisa menyukainya. Dan Naruko pun menyetujui tantangan itu.
Naruto terus membaca diary Naruko. Halaman-halaman berikutnya menceritakan bagaima orang-orang memperlakukannya dengan tidak pantas pada dirinya. Konoha Gakuen merupakan sekolah elit, berisi anak-anak konglomerat. Disana orang-orang melihat satu sama lain hanya dari penampilan. Dan Naruko dengan penampilan aneh, rambut panjang dikepang dua, kacamata tebal serta baju seragam yang terlampau besar tentu menjadi sasaran empuk kejahilan siswa lainnya.
Naruko juga menceritakan jika Sasuke sama sekali tidak membantunya, bahkan dia bersikap seolah-olah tidak mengenalnya. Tapi Naruko bertekad akan terus bertahan, agar Sasuke mau menerimanya sebagai kekasih.
Naruto mendesis marah, saat salah satu halaman menceritakan jika seorang siswi yang bernama Karin membuang tas sekolah Naruko ke tempat pembakaran sampah yang ada di belakang gedung sekolah. Lalu ada juga seorang pemuda jejadian bernama Gaara yang menumpahkan makan siang milik Naruko ke atas kepalanya dan mempermalukan Naruko dihadapan murid lain saat makan siang di kantin. "Apa maksud pemuda jejadian?" bisik Naruto tidak mengerti. Tapi dia tidak ambil pusing dan kembali membaca.
Air mata Naruto turun saat dia membaca bagian lain dari diary Naruko yang mengatakan, 'andai saja aku sepintar Naruto, tentu aku tidak akan seperti ini. Andai saja aku sekuat Ku-nii, tentu aku bisa melewati semua ini dengan mudah. Andai mereka berdua ada di sini, pasti aku tidak segan untuk menangis di bahu mereka jika rasa ini sudah tidak sanggup menanggungnya. Aku tidak bisa menangis di hadapan tou-san dan kaa-san, itu hanya akan membuat mereka bertambah khawatir.'
Naruto membaca diary Naruko sampai akhir. Dia mengambil keputusan untuk berpura-pura menjadi Naruko, sekolah di Konoha Gakuen dan membalas semua orang yang sudah menyakiti saudari kembarnya. Lagi pula, ini akan memberi pengalaman pada Naruto yang selama ini tidak pernah merasakan bangku SMP dan SMA, jadi hal ini pasti akan menyenangkan, pikirnya. Ditutupnya diary Naruko dan dia memejamkan mata untuk tidur.
Sementara itu di Konoha Gakuen, para murid kelas 2A asyik dengan urusannya masing-masing. Tidak ada pelajaran siang ini, karena para guru sedang ada rapat. Sasuke duduk di bangku paling belakang di dekat jendela, dia benar-benar merasa sangat bosan.
Shikamaru seperti biasa tidur dengan lelap, Neji sibuk dengan bukunya, Kiba masih asyik menggoda Hinata, Chouji menikmati keripik kentangnya. Shino dan Lee sibuk dengan dunianya masing-masing. Sementara itu, para wanita yang terdiri dari Sakura, Ino, Karin dan Tenten sedang membahas Naruko.
"Sudah satu minggu dia tidak masuk, menurut kalian apa kali ini dia akan mati?" tanya Karin.
Sakura menjawab dengan santai. "Aku harap begitu, kalian tahu aku tidak suka sikapnya yang sombong."
"Yah, dengan wajah jelek dan penyakitan seperti dia, masih bisa bersikap angkuh dan menyebalkan." Balas Ino.
"Kalian tahu, saat Lee membantunya berdiri ketika dia jatuh di kantin, dia menepis tangan Lee dengan kasar. Benar-benar menyebalkan." Dengus Tenten.
"Tapi sikap kalian padanya juga sangat keterlaluan." Potong Hinata. "Jika aku menjadi dia, aku juga pasti berpikiran negatif pada orang-orang disekitarku."
"Itu bukan alasan." Sakura mengibaskan tangannya.
"Yang jelas aku bosan, ketidakadaannya membuat aku tidak memiliki mainan untuk dimainkan." Keluh Gaara bosan.
Sasuke yang sedari tadi mendengarkan percakapan itu, hanya berdoa dalam hati. Berharap jika Naruko segera mati, agar dia terbebas dari wanita menyebalkan yang selalu bersikap layaknya seorang puteri.
Saat makan malam, di kediaman Namikaze, Naruto mengutarakan keinginannya untuk menggantikan Naruko sekolah selama Naruko masih sakit. Pada awalnya baik Kushina juga Minato menolak gagasan tersebut. Tapi Naruto meyakinkan kedua orang tuanya, jika dia tidak melakukannya maka Naruko harus mengulang kelas lagi tahun depan dan hal itu pasti membuat Naruko sedih. Alasan Naruto ini akhirnya bisa diterima Kushina juga Minato. Dengan berat hati, mereka mengijinkan Naruto sekolah menggantikan Naruko untuk sementara. Dan mulai besok, penyamaran Naruto menjadi Naruko pun akan dimulai.
.
.
.
TBC