Hari itu Zi Tao terbangun dengan kepala pening. Terakhir kali ia sedang bersama Baekhyun ketika sebuah bayangan gelap menyergapnya. Zi Tao berusaha menggerakkan tubuhnya namun seluruh tubuhnya terikat begitu kuat. Ia segera menyadari sesuatu yang tidak beres sedang terjadi padanya. Kegelapan yang ada di sekitarnya terlalu pekat hingga Zi Tao tak mampu melihat apa-apa dan mencari tahu sedang berada di mana dirinya sekarang.
Zi Tao mulai memperkirakan jika ia disergap dan diculik. Ia disekap di sebuah tempat sampai orang-orang yang bertanggung jawab atas penculikan dirinya menunjukkan batang hidungnya dan mulai meminta apa yang mereka inginkan. Tak beberapa lama Zi Tao memang bertemu dengan orang-orang itu, salah seorang yang kemunculannya tidak ia duga sama sekali.
.
.
.
Disclaimer:
Our Dear God, Parents and Family, Agency, Fans, Themselves, and Author
Inspirated:
Dark Shadow's Movie © Warner Bros
Rated:
Err, we're not sure :P
Genres:
We're not sure too about this by the way, hahaha :D
Casts:
Kris (Wu Yi Fan) + Tao (Huang Zi Tao, Edison Huang), EXO's members, slight others
Warning:
This fanfiction contains Yaoi, Boys Love, ManXMan, Lime, Lemon, Weirdness, OOC, Typos, Misstypos, etc
.
.
.
The Sucker – Chapter 10
.
.
.
.
.
.
"Park Chanyeol," Zi Tao mengangkat wajahnya dan menatap punggung di hadapannya, "Kau tidak benar-benar terlibat dengan organisasi itu kan?"
Rasa-rasanya baru sebentar Zi Tao merasa sedikit lega karena ia bertemu dengan orang yang ia kenal di tempat penyekapannya. Namun hal itu tak bertahan lama karena beberapa menit kemudian ia mengetahui jika orang yang ia sangka akan menyelamatkannya adalah bagian dari organisasi jahat yang menculiknya. Baru saja ia melihat api berkobar di penjuru ruangan, baru saja ia melihat sosok iblis yang dikatakan Edison kepadanya saat ia berada di gua. Chanyeol seratus delapan puluh derajat berbeda dengan yang Zi Tao kenal saat nada suaranya bergema memantul-mantul dalam ruangan. Terdengar begitu bengis dan jahat.
Chanyeol menarik senyum miring dengan sudut bibirnya, "Kau ingin jawaban seperti apa, Tao? Kalau kau ingin aku berbohong, maka akan kujawab kalau aku tidak terlibat dengan Knight, tapi kalau kau ingin tahu yang sebenarnya, kau seharusnya bisa memperkirakan apa jawaban yang akan kau peroleh dengan menyusun kembali potongan-potongan kejadian yang kau alami."
"Kalau begitu berbohonglah padaku Chanyeol!" Zi Tao menatap wajah Chanyeol, "Berbohonglah dan katakan padaku kalau kau tidak ada hubungannya dengan semua ini. Katakan padaku kalau ini hanya gurauanmu saja."
Chanyeol menggeleng. Helai-helai rambutnya sudah lebih pendek dari yang terakhir Zi Tao ingat sebelumnya. Chanyeol terlihat lebih manis dengan rambutnya itu, tapi ia jauh dari kata itu karena sekarang ini yang ada di hadapannya adalah Chanyeol yang tidak Zi Tao kenal. "Perlukah aku berbohong meskipun kau sudah tahu yang sebenarnya Tao? Dosaku sudah tak terampuni, neraka paling dalampun menolakku. Kau ingin mendengarku yang seperti ini berbohong kepadamu?"
"Kalau begitu, katakan padaku apa yang sebenarnya kalian tidak melakukan semua ini hanya untuk memperoleh kekuatan kan?"
"Kami memang tidak memerlukannya, tapi Bossie ingin memuaskan hatinya. Membunuh dan mengejar mangsanya menjadi kesenangan tersendiri baginya dibandingkan jika ia memperoleh langsung apa yang ia inginkan. Kami para iblis yang telah ia bangkitkan mematuhinya saat ia memerintahkan kami untuk menunggu selama ratusan tahun hanya untuk kekuatan itu."
"..."
"Bossie akan benar-benar puas ketika kekuatan yang sudah ia nantikan selama delapan ratus tahun benar-benar menjadi miliknya," Chanyeol menatap Zi Tao dengan bola mata yang berkilat-kilat karena pantulan cahaya api, "Kami hanya iblis yang patuh kepadanya tanpa pertanyaan dan suara. Kepercayaan kami kepadanya melebihi apapun di dunia ini, bahkan kalian para manusia yang kami kenal selama penantian kami ratusan tahun belakangan tidak membuat kami luluh sedikitpun." Chanyeol menarik sebelah kakinya dan berjalan meninggalkan Zi Tao menuju pintu. "Kurasa pembicaraan ini sudah selesai, Tao. Tak ada hal lain yang perlu kuceritakan padamu. Sampai jumpa, entah sebagai sesama iblis seperti kami, atau sebagai mayat nantinya." Phoenix milik Chanyeol terbang dan hinggap di lengan kirinya. Burung magis itu berkuak dengan suara melengking sambil mengikuti arah kaki Chanyeol.
"Bagaimana dengan Baekhyun?"
"..."
"..."
Chanyeol mengangkat sebelah tangannya dan membiarkan Phoenix yang baru saja hinggap di sana terbang mengitari ruangan sambil kembali berkuak dengan suara yang memekakkan telinga. Ia membalikkan badannya ke arah Zi Tao dan memutar roda besi raksasa tempat Zi Tao terikat."Kenapa kau bertanya tentang bocah itu?"
"Bukankah dia kekasihmu? Kau tidak mungkin melukainya kan?" Zi Tao mengkhawatirkan kondisi Baekhyun yang selama ini berada di sekitar Chanyeol. Baekhyun paling mudah untuk diserang ketika tidak ada seorangpun yang menyadarinya. Baekhyun begitu kecil dan kurus. Ia terlalu baik hati sampai-sampai ia tak akan mencurigai Chanyeol adalah orang yang jahat.
"Dengar, Tao," Chanyeol menatap Zi Tao yang sudah tidak dalam posisi terbalik, "Sudah kukatakan padamu jika kaum seperti kami tidak memiliki cinta. Hubungan romantisme tidak ada bagi kami karena kami sudah lama hidup dengan hati yang mengeras seperti batu."
"..."
"Kau juga akan merasakannya, Tao. Hatimu akan sama seperti kami nantinya, cepat atau lambat. Pilihanmu hanya tersisa dua, bergabung bersama kami, atau mati disini. Menjadi iblis bukan pilihan yang buruk ketika memang hanya jalan itu yang tersedia untukmu. Aku pernah menjadi manusia, tapi itu ratusan tahun yang lalu. Selamanya aku tidak akan menyesal karena telah memilih untuk menjadi iblis meskipun aku harus kehilangan hati dan sisi manusiaku." Nada suara Chanyeol dingin dan tanpa emosi.
"Jika kau memang pernah menjadi manusia, kenapa kau tetap memanfaatkan Baekhyun?" Zi Tao menggenggam tangannya kuat untuk menahan amarah, "Tidakkah kau melihat caranya memandangmu, caranya memperlakukanmu, tidakkah kau menyadari jika ia menyayangimu?" Zi Tao berontak sekuat tenaga karena kemarahan yang begitu besar di dadanya. Ia melukai pergelangan tangannya karena ikatan yang mengikat tangannya begitu kuat.
"Kau tahu Tao?" Tubuh Chanyeol mulai mengeluarkan percikan api. Dalam sekejap api itu membesar dan membakar ujung rambut Zi Tao yang terurai ke dahinya. "Saat tanganku menyentuh tubuhnya dengan api, kau tahu apa yang paling membuatku yakin jika aku tak pernah menganggapnya ada? Kau tahu apa, Tao? Wajahnya! Wajahnya yang terkejut ketika aku membakar ruangan di sekelilingnya dengan api dan ketika ujung rambutnya mulai terbakar dengan api yang bukan ilusi? Wajahnya membuatku yakin jika aku mampu membunuhnya dengan sekali tebas!"
Blaar
Seketika api menyebar dari kekosongan ruang di hadapan Zi Tao. Chanyeol mengobarkan apinya ke penjuru ruangan dan membuat seluruh perabotannya terbakar. Roda tempat Zi Tao terikat turut terkena kobaran api yang panasnya terasa amat menyakitkan. Chanyeol tidak mengarahkan apinya ke tubuh Zi Tao secara langsung namun panasnya cukup membuat Zi Tao merasa seperti sedang dibakar hidup-hidup.
"Apinya lebih besar dari yang kau lihat ini, Tao. Panasnya juga berkali lipat. Dia nampak terkejut dan wajahnya terlihat begitu putih dan pucat. Ia ketakutan Tao, ia ketakutan ketika aku memandanginya dari ujung ruangan," Chanyeol berteriak-teriak seperti orang kesetanan sebelum ia mulai membalikkan badannya menuju pintu dan meninggalkan Zi Tao sendirian dengan kobaran api yang mulai mengecil."Pikirkan kembali Tao. Menyelamatkan dirimu sendiri bisa jadi pilihan yang tepat saat ini sebelum kau benar-benar menjadi abu."
Zi Tao menarik-narik pergelangan tangannya yang masih terikat sambil memandangi Chanyeol yang berjalan keluar ruangan dan menghilang di balik pintu. Api di sekitarnya masih ada meskipun sudah tidak sebanyak tadi. Dengan satu hentakan kuat, Zi Tao berhasil memutuskan tali yang mengikat pergelangan tangannya dan tubuhnya ambruk ke lantai yang dingin. Chanyeol secara tak sengaja mengenai tali yang mengikatnya sehingga tali itu terbakar dan mudah untuk diputuskan.
Zi Tao tak mau membuang waktunya, meskipun pipinya terasa begitu dingin ketika bersentuhan dengan permukaan lantai, ia tak ambil pusing untuk memikirkan perbedaan suhu itu karena ada hal lain yang lebih penting. Chanyeol sudah memanggil para iblis dan membuat langit diselimuti kegelapan. Zi Tao berdiri dan berlari ke arah pintu yang baru saja dilewati Chanyeol. Ia menemukan lorong panjang di hadapannya, langit-langitnya tidak terlalu tinggi sehingga ia harus sedikit merunduk saat melewatinya.
Setelah berlari tanpa tentu arah dalam kegelapan, Zi Tao melihat lentera yang sepertinya digunakan Chanyeol saat ia datang menemuinya tadi. Apinya masih menyala dan nampak seperti dibuang karena ada beberapa retakan pada kaca luarnya. Zi Tao mengambil lentera itu dan mulai berlari mencari jalan keluar dari lorong itu. Lorong yang dilewatinya hanya memiliki satu jalur, namun jalurnya terasa seperti berkelok-kelok dan semakin ia berjalan mengikutinya semakin ia mendengar suara air. Zi Tao mulai mengira-ira jika ujung lorong yang dilaluinya berada di saluran air bawah tanah kota.
Zi Tao sebetulnya bingung dengan semua yang dialaminya, tapi ia tak mau memikirkan apapun karena yang paling penting adalah menemukan jalan keluar dan mencari Kris. Knight mengincar Dragon dalam diri Kris. Meskipun kini makhluk itu berada dalam tubuhnya, pasti hanya Kris yang bisa mengendalikannya. Itu artinya bisa saja Zi Tao dijadikan sandera untuk memancing Kris agar memberikan apa yang diinginkan Knight. Yang terpenting bagi Zi Tao sekarang adalah jangan sampai ia tertangkap oleh Knight dan sebisa mungkin ia harus segera bertemu dengan Kris.
Derap kakinya bergema di dinding lorong dan membuatnya semakin merasa tak nyaman. Ia sendirian di sebuah lorong gelap tanpa tahu di mana dirinya benar-benar berada. Langkah kakinya semakin cepat dan suara yang ditimbulkan terdengar makin keras. Ujung lorong yang dilaluinya berhenti di satu dinding. Zi Tao terdiam beberapa saat ketika ia menyadari jika lorong yang dilewatinya berakhir pada tembok yang buntu."Tidak! Tidak! Lorong ini tidak boleh berhenti disini!" Zi Tao menggunakan telapak tangannya untuk meraba seluruh permukaan dinding batu di depannya. Mungkin saja ada tuas, atau apapun itu yang bisa ia gunakan untuk keluar dari lorong. Namun semuanya nihil. Yang ia sentuh adalah permukaan dinding batu yang datar. Tidak ada apa-apa di sana.
"Pikirkan Zi Tao, Chanyeol juga melewati lorong ini. Pasti ada jalur lain," Zi Tao menggoyang-goyangkan lenteranya ke segala arah dan mulai mencari dengan teliti setiap sudut dinding lorong. Di akhir lorong sempit tempatnya berada saat ini adalah ruangan berbentuk lingkaran dengan diameter empat meter dan tinggi yang kira-kira mencapai enam meter ke atas. Zi Tao sudah merabai seluruh permukaan batu tersebut hingga telapak tangannya terluka namun ia tak melihat apapun.
Jika tak ada di dinding, mungkin ada di atas. Zi Tao segera mendongakkan kepalanya dan ia melihat sebuah motif berbentuk segi enam berdiameter satu meter di langit-langit. Motif itu nampaknya pernah Zi Tao lihat di suatu tempat. Zi Tao segera mengarahkan lenteranya ke lantai yang di pijaknya, ia segera melihat motif yang sama tercetak di salah satu bagian lantai batu. Zi Tao segera mendekati motif yang berukuran tidak lebih besar dari telapak tangannya itu dan mulai merabainya.
Motif segi enam itu memiliki tiga garis melintang di dalamnya dan seperti diukir ke dalam batu tempatnya berpijak. Zi Tao menyentuh motif itu dan mulai memutarnya. Perkiraannya adalah batu itu bisa saja merupakan tuas yang membuka jalan keluar dari lorong buntu tempatnya berada sekarang. Setelah memutarnya Zi Tao kemudian menemukan jika motif itu tidak difungsikan untuk diputar. Dengan menggunakan ujung-ujung jarinya, Zi Tao menarik motif itu hingga ujungnya tertarik sebagian. Untuk beberapa lama tidak ada yang terjadi, namun kemudian terdengar suara dan getaran di tempatnya berdiri.
Zi Tao mundur perlahan ketika dinding di hadapannya mulai berderak dan bergetar. Beberapa batunya mulai bergerak maju secara perlahan dan cahaya mulai masuk mengenai kepala Zi Tao. Motif segienam di langit-langit ikut berputar dan terbuka memperlihatkan langit gelap di atas sana. Setelah derakan dan getarannya berhenti, Zi Tao melihat jika di hadapannya sekarang ada batu-batu yang menonjol keluar dari dinding dan memutar sepanjang dinding ruangan yang berbentuk lingkaran itu hingga ke langit-langit yang telah terbuka.
Zi Tao segera menaiki tangga itu dan keluar dari dalam lorong bawah tanah. Ia melihat matahari yang mulai tertutupi sepenuhnya oleh bayangan hitam. Angin yang dirasakannya begitu dingin dan penuh oleh hawa mistis yag tidak bisa ia definisikan. Zi Tao segera menatap ke cakrawala, ia mengenali tempatnya berpijak saat ini. Ia berada di bukit barat Bakerly Port dan itu artinya ia berada cukup dekat dengan Mansion Wu. Dari kejauhan ia bisa melihat asap hitam dari arah Mansion. Tanpa berpikir panjang ia segera berlari ke arah mansion namun ia segera berhenti saat melihat empat sosok wanita yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Hello ," salah satu diantaranya bersuara, "Remember us?"
'...Empat diantaranya adalah iblis wanita...'
Zi Tao bergeming di tempatnya. Dua dari empat wanita di hadapannya berjalan maju mendekatinya. "O-ow, our little Edison were scared with us," Fei berhenti berjalan mendekati Zi Tao karena Zi Tao bergerak mundur satu langkah. "Normally, when someone meets their past life killer, they would run away. But you didn't. How brave you kid," Fei memberi jeda sejenak, "Or maybe I should say how stupid you are?"
Fei dan Min sudah bersiap untuk menyerang Zi Tao dan menunggu saudarinya untuk membakar Zi Tao. "Oh, should I give you some rain so you can feel some water on your before-burned-skin? Good idea I think."
Fei nampak menikmati waktunya menakut-nakuti Zi Tao seperti ketika ia membunuh Edison dahulu. Delapan ratus tahun yang lalu ia yang paling menikmati saat-saat penyiksaan terhadap Edison Huang yang malang. Bahkan setelah Edison Huang benar-benar mati dan bereinkarnasi menjadi Huang Zi Tao ia masih merasakan perasaan ingin menyiksa bocah itu. "Tak disangka kita bertemu dengannya secepat ini. Seperti buruan yang sengaja memunculkan dirinya di hadapan pemangsanya, kau juga muncul di hadapan kami. Seekor burung kecil yang muncul di depan Elang yang kelaparan. Jangan berlama-lama Fei, waktu kita terbatas. Bossie ingin kita membawa bocah Edison itu dalam keadaan hidup dan tanpa terluka secepatnya," Salah seorang yang lain bersuara dan ia mulai mengeluarkan api dari ujung-ujung jarinya. Awalnya hanya dari ujung jari telunjuk, namun kemudian api mulai muncul dari seluruh jari-jarinya. "Tapi sepertinya Bossie tidak akan marah kalau kita membuatnya sedikit terbakar, tak perlu menurunkan hujan karena itu akan membuang-buang waktu. Kita tak perlu berbaik hati padanya."
Jia bersiap melemparkan kobaran api hitam di tangannya ke arah Zi Tao saat tiba-tiba sebuah panah menembus jantungnya dan membuatnya jatuh tersungkur. Fei dan Min yang melihat hal itu berteriak amat nyaring dengan mata yang hampir keluar karena terkejut. Panah itu menembus lurus jantung Jia dan berdesing kuat melewati dua iblis itu dan juga Zi Tao sebelum akhirnya panah itu menghilang di kejauhan dan meninggalkan jejak asap putih di udara. Tubuh Jia bergetar hebat saat bagian tubuhnya mulai menghitam. Matanya terbalik dan teriakannya seperti kesakitan ketika kulitnya mulai mengelupas satu demi satu. Lubang di dada kirinya melebar dan memperlihatkan tulang-tulang dan rongga kosong pada tubuhnya yang mulai mengkerut. Kulit mudanya menjadi kering dan tua, helai-helai rambut merahnya berubah menjadi putih dan rontok satu persatu. Getaran di tubuh Jia berhenti seketika saat sebuah bola cahaya hitam keluar dari mulutnya dan ia musnah menjadi abu yang diterbangkan angin.
Zi Tao yang melihat pemandangan itu terkejut bukan main. Tak berapa lama terdengar suara teriakan Fei yang membelah langit gelap Bakerly Port ketika tubuhnya juga ambruk ke rumput bukit. Suaranya seperti tercekik dan kesakitan bukan main, tangannya memegang dada kirinya dan kakinya menendang-nendang begitu kuat. Fei berguling di tanah seperti orang kesetanan karena rasa sakit dan ia berakhir sama menjadi abu yang diterbangkan angin sama halnya dengan Jia.
Semuanya bergerak dalam gerakan slow motion ketika Zi Tao menyadari jika dua iblis wanita yang ada di hadapannya tiba-tiba musnah. Min yang berdiri di hadapannyapun tak kalah terkejut bukan main ketika dua saudarinya diserang. Wanita itu membalikkan badannya dan menatap sosok lain yang berdiri seratus meter di belakangnya. "Suzanne, kita diserang!" Wanita itu bersuara memanggil sosok saudari lainnya yang tersisa dan ia terkejut saat melihat saudarinya itu menggenggam sebuah busur.
"!"
Sosok itu berambut hitam panjang dan helai-helai halus rambutnya bergerak-gerak mengikuti angin. Mata cemerlang, bibir seindah kecupan para dewi, dan suara seindah harpa. Wanita itu menggenggam busur buatan pengrajin terbaik Bakerly Port dan ia mengarahkan panahnya ke jantung Min. Anak panahnya terbuat dari pohon yang terkenal karena kekuatannya dan hanya tumbuh di daratan Bakerly Port. Anak panah yang terdapat ukiran lambang keluarga Wu disana.
"Suzanne.."
"Jangan panggil aku Suzanne," Sosok itu bersuara dengan suara yang begitu indah namun sarat akan kebencian, "Namaku tidak akan pernah menjadi Suzanne seperti nama yang diberikan orang itu kepadaku. Meskipun kalian para iblis telah menghapus pertalian darah keluargaku dariku, aku masih belum kehilangan darah keluargaku."
"Suzanne, apa maksud semua ini?"
"Sudah kukatakan padamu, jangan panggil aku dengan nama itu!" Sosok itu memicingkan sebelah matanya dan mulai membidik anak panahnya. Ia menarik tangan kanannya menjauh hingga busurnya meregang dan tak berapa lama terdengar desingan anak panah membelah udara dan menembus tepat ke jantung Min. Min tidak sempat melakukan apa-apa karena ia terkejut dengan kematian Jia dan Fei, dan juga sosok saudarinya yang membunuh mereka. Min jatuh dengan posisi berlutut, celana hitamnya koyak di bagian lutut saat ia jatuh mengenai ujung batu yang keras. Tidak ada darah yang mengalir, karena tubuhnya sama kosongnya seperti kedua saudari lainnya yang telah lebih dulu musnah karena panah yang telah disucikan.
Drak drak drak
Tanah yang dipijak Suzanne tiba-tiba runtuh ke bawah. Suzanne berhasil melompat tepat sebelum tanah itu jatuh jauh ke dalam perut bumi dan menelannya. Min masih sanggup menggunakan kekuatan pengendalian buminya meskipun ia mulai kehilangan tubuhnya.
"Kau akan menyesali pilihanmu ini, Suzanne. Bossie telah berbaik hati membangkitkanmu dari kegelapan yang menjeratmu dan kau mengkhianatinya dengan cara paling keji yang bisa kau lakukan, kau tetap akan menjadi iblis dan kau tak akan bisa kembali menjadi dirimu yang dulu meskipun kau mengemis kepada kekuatan terkuat di muka bumi ini–uhuk," Min terbatuk-batuk keras saat ia mulai kehilangan rambutnya yang memutih. Dirinya menjadi amat tua dan nampak seperti mayat hidup ketika ia mulai menua dalam sekejap. Sembilan ratus tahun ia awet muda dan sekarang wajah aslinya nampak begitu mengerikan. "Jangan kau kira Bossie akan melepaskanmu begitu saja, Suzanne."
Bruk
Tubuh Min ambruk seluruhnya dan bola bercahaya hitam keluar dari mulutnya. Tubuhnya menghilang menjadi abu dan angin berhembus dengan amat kuat menerbangkan abu para iblis wanita berusia sembilan ratus tahun itu.
"Sudah kukatakan padamu," Suzanne menatap abu yang beterbangan itu, "Namaku tak akan berubah menjadi Suzanne."
Angin bertiup semakin kencang dan kelopak-kelopak bunga liar yang tumbuh di bukit barat Bakerly Port beterbangan satu demi satu. Sebuah kelopak bunga berwarna putih terbang ke arah sosok sang wanita pemanah, dengan telapak tangannya ia meraih helai lembut itu.
"Namaku masih Sue Ji."
.
.
Zi Tao yang melihat seluruh kejadian itu berdiri diam. Ia tak tahu harus melakukan apa-apa karena otaknya kesulitan menganalisa apa yang sebenarnya terjadi. Akal sehatnya menyuruhnya untuk lari dan menjauh dari iblis pemanah yang berdiri di hadapannya, namun hatinya mengatakan jika ia dapat mempercayai wanita itu. Akal sehatnya hanya berpikiran logis jika ia harus menyelamatkan dirinya dan berusaha agar tak tertangkap oleh Knight dan dijadikan sandera untuk memancing Kris.
Sue Ji berjalan mendekati Zi Tao dan memeluknya dalam sebuah pelukan hangat. Tubuhnya tidak benar-benar hangat karena ia bukan makhluk yang hidup, tapi Zi Tao dapat merasakan kehangatan dari pelukan Sue Ji kepadanya. Rasanya seperti dipeluk oleh keluarga dan ia merasa hatinya menghangat dalam pelukan itu. Seperti dipeluk oleh seorang kakak yang amat mengasihinya.
"Andaikan kita tak dipermainkan oleh waktu dan takdir, mungkin kau sudah menjadi adikku, Tao." Sue Ji mengusap punggung Zi Tao, ia memeluknya begitu lama seperti seorang kakak yang kembali dipertemukan oleh adiknya setelah terpisah dalam waktu yang lama. Zi Tao sendiri diam saja saat Sue Ji memeluknya. Ia tak merasa takut atau ingin melarikan diri, meskipun sosok iblis di Knight saat ini sedang memeluknya begitu erat.
"Bagaimana bisa aku menjadi adikmu?" Zi Tao bersuara setelah beberapa lama tenggelam dalam pelukan Sue Ji. "Kau adalah iblis dan aku adalah manusia. Tuhan tak akan mempermainkan takdir antara manusia dan iblis dengan menjadikan dua makhluk itu saudara," katanya dingin.
"Aku tak dapat bercerita banyak kepadamu, Tao. Setelah menghabisi tiga orang itu aku tak akan hidup lebih lama lagi. Cepat atau lambat aku akan dihabisi oleh Bossie karena telah mengkhianatinya. Aku hanya ingin membuatmu dan Kris selamat. Begitu pula dengan garis keturunan keluarga Wu yang masih ada di kota ini."
Sue Ji menarik Zi Tao yang berusaha melepaskan diri dari pelukannya, ia menggenggam tangan Zi Tao agar bocah itu tetap berada di sisinya. "Apa hubunganmu dengan Kris dan keluarga Wu?" tanya Zi Tao dengan nada penuh selidik. Meskipun hatinya berkata jika wanita itu bisa dipercaya, ia tak mau mengabaikan akal sehatnya dan begitu saja mempercayai sosok di depannya itu.
"Aku Wu Sue Ji, sepupu Kris, Wu Yi Fan yang terkurung dalam lindungan keluarga Wu karena dirinya berbeda dari manusia lain," Sue Ji meletakkan tangannya di pergelangan Zi Tao, "Andai aku tahu jika dahulu Edison berhubungan dengan para iblis Knight yang membuat kakakku kehilangan delapan ratus tahun hidupnya, aku akan melakukan apapun agar Edison tidak melakukan hal-hal ceroboh demi menyelamatkan Kris."
"Kau mengenal Edison?"
"Ya," Sue Ji mengangguk, "Aku hidup di jaman yang sama dengan Kris dan Edison, delapan ratus tahun yang lalu aku hidup dan bernapas di daratan ini, di daratan moyangku yang saat ini akan diporak-porandakan oleh makhluk-makhluk itu."
"Bagaimana kau mengenal Edison?"
"Aku tak mengenalnya, aku hanya sekedar mengetahuinya karena ia seperti bayangan kakak sepupuku Kris." Zi Tao sudah berniat menanyakan berbagai pertanyaan kepada wanita di hadapannya namun tiba-tiba ia didorong begitu kuat hingga ia terjerembab ke tanah bukit. Ia tak sempat melihat apa-apa karena sebuah jubah hitam menutupi tubuhnya dan terdengar suara dentuman yang begitu keras.
Tanah bukit barat Bakerly Port bergetar kuat menyusul dentuman kedua yang lebih dahsyat. Zi Tao dapat merasakan angin yang begitu kuat dan batu-batu kecil yang jatuh bergemelutuk menimpa bagian tubuhnya yang tertutupi jubah milik Sue Ji.
"Sudah kuduga kau akan berkhianat, Suzanne," terdengar suara berat di antara suara tanah yang berderak-derak. "Kukira kau akan bertahan lebih lama, namun kesetiaanmu memang hanya sampai disini sesuai dengan apa yang kuperkirakan." Suzanne berdiri, ia sempat terhempas karena kuatnya ledakan yang dibuat oleh sosok di hadapannya. Pandangannya nyalang ke sosok yang mengenakan jubah hitam panjang itu, "Aku tidak pernah berkhianat kepadamu, sejak awal aku tidak pernah benar-benar setia dengan organisasimu. Jangankan sebagai Suzy, aku tak pernah sudi memanggilmu Bos meskipun kau yang telah membangkitkanku," Sue Ji merentangkan kedua tangannya ke udara dan seketika muncul pusaran angin yang semakin membesar. Pusaran itu mengarah tepat ke arah sang iblis namun dalam saat yang bersamaan sebuah halilintar menggelegar ke pusat pusaran angin dan membuatnya musnah seketika.
Sue Ji tercengang saat melihat pusaran anginnya hilang begitu saja. Sosok iblis tua yang saat ini tengah memainkan halilintarnya di langit nampak tertawa dengan nada suara yang mengejek."Apa kau lupa jika aku yang memberikanmu kekuatan hm? Bukan hal yang sulit untuk menangkis dan menghadapi setiap seranganmu. Tubuhmu seperti peta berkelok yang sulit untuk diketahui arah dan jalurnya, namun aku adalah orang yang menciptakan peta itu, aku mengetahui setiap potongan dalam tubuhmu sampai partikel terkecilnya," ujar sang iblis meremehkan.
"Cih!"
"Kau salah karena melawan penciptamu," iblis itu mengeluarkan petir dan kilatan putih listrik menyambar tubuh Sue Ji berkali-kali. Suaranya mengerikan karena ledakan terjadi di sekitar tubuh Sue Ji yang berasap karena tingginya listrik. Zi Tao yang mendengar suara-suara mengerikan segera bangkit dari tempatnya sekarang. Ia menyibakkan jubah hitam yang menutupi tubuhnya. Ia merunduk di antara semak-semak dan perdu hingga tubuhnya tak dapat terlihat. Ia terkejut bukan main saat melihat bukit yang baru beberapa menit dipijaknya telah hancur dan porak-poranda. Tanah yang tak rata karena ledakan, bunga dan tanaman yang hangus dan hancur, serta retakan-retakan di bukit yang sebelumnya tidak ada di sana.
Zi Tao melihat tubuh Sue Ji yang sudah tersungkur ke tanah dan kilatan demi kilatan cahaya putih listrik yang terus-terusan menyambar itu mencuri pandang dengan sebelah matanya ke arah Zi Tao yang tertutupi jubah hitam milik dan perdu di bagian bawah bukit. Tempat Zi Tao berada tidak terlihat oleh sosok pria di hadapannya saat ini, bagaimanapun ia harus mengalihkan perhatian iblis itu dari Zi Tao. Pandangan mata mereka bertemu, Zi Tao dapat melihat jika Sue Ji menyuruhnya untuk lari dan menyelamatkan diri. Menjauh dari medan pertempuran dirinya dan sosok iblis tua itu. Zi Tao tidak tahan melihat Sue Ji, ia ingin menyelamatkan Sue Ji namun ia tak tahu harus berbuat apa. Kedua telapak tangannya bergetar karena ketakutan, kengerian benar-benar terpancar di wajahnya saat melihat pemandangan di hadapannya. Zi Tao tidak tahan, ia tidak tahan melihat wanita yang seharusnya menjadi kakak sepupunya diserang terus-terusan oleh sang iblis.
"Uh.."
Zi Tao menggenggam ujung jubah milik Sue Ji kuat-kuat, jubah itu sebelumnya dikenakan oleh Sue Ji sebelum wanita itu mendorongnya ke bagian yang tersembunyi ketika sesosok makhluk lain datang ke bukit. Kejadiannya terjadi begitu cepat namun ia dapat melihat wajah Sue Ji menjadi amat waspada ketika melihat sosok itu. Tak berapa lama Zi Tao tersentak, 'Mungkinkah itu Bossie?'.
Zi Tao menatap lurus ke arah sosok di ujung bukit dari tempatnya bersembunyi saat ini. Sosok itu bisa saja benar-benar Bossie karena kekuatannya begitu dahsyat dan mengerikan. Sue Ji bahkan sudah jatuh tak berdaya di tanah karena serangan sosok itu Tao terdiam, ada keinginan yang begitu kuat dalam dirinya untuk menyelamatkan Sue Ji. Ia ingin menyelamatkan kakak sepupunya itu dan memusnahkan sosok iblis tua yang masih saja menyerang tubuh Sue Ji meskipun ia sudah tak berdaya melawan.
Ngiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing
Tiba-tiba Zi Tao merasakan keheningan ketika ia menutup kedua matanya. Ia tak tahan melihat tubuh Sue Ji yang diserang habis-habisan dengan kilat petir dan percikan es. Namun semuanya menjadi aneh ketika ia tak lagi mendengar apapun melalui -suara ledakan dan guntur yang sebelumnya memenuhi rongga telinganya menghilang sama sekali. Zi Tao bahkan tak dapat mendengar suara angin yang sedari tadi berhembus begitu kuat. Saat ia membuka matanya, yang ia lihat adalah dunia dalam hitam dan -olah ia berada dalam dunia rekaman video lama yang hanya memiliki dua warna dan tanpa suara. Semuanya berhenti dan membeku di tempatnya. Kilat petir berhenti di udara dan semua hal berhenti bergerak dan Zi Tao kembali menyadari jika ia berada dalam vakum waktu yang tak terdefinisi.
Zi Tao kemudian menyadari jika hanya dirinya yang berwarna dalam dunia hitam putih itu. Ia dapat melihat dengan jelas warna pakaian yang dikenakannya. Begitu pula dengan rambut merahnya yang menjuntai ke ujung matanya. Ia seperti bagian editan dalam sebuah foto yang dibuat berwarna dalam background hitam putih di sekelilingnya. Telapak tangannya nampak begitu hidup di antara vakum waktu yang terjadi saat ini. Ia mendongakkan wajahnya ke atas dan memandang langit. Langit di atas nampak tak ada bedanya dengan pemandangan yang dilihatnya, hitam-putih. Bukan hanya langit yang menjadi hitam putih, daun cemara bukit barat Bakerly Port yang rontok dan berjatuhan karena pertarungan Sue Ji juga kehilangan warna aslinya dan berhenti di udara. Daun-daun itu berhenti tepat di atas kepala Zi Tao dan sebuah rasa penasaran timbul dalam benaknya.
Jari-jari Zi Tao menyentuh ujung daun yang berhenti di atas kepalanya. Sesaat setelah menyentuh ujung daun, warna kehijauan tiba-tiba muncul secara perlahan di daun itu. Zi Tao melihat dengan wajah takjub saat daun itu jatuh dan melayang ke arah kakinya melewati wajahnya. Ia memandangi saat-saat daun itu tidak terpengaruh vakum waktu yang terjadi dan bergerak dalam satuan waktu yang sama seperti dirinya. Zi Tao kemudian menyentuh daun-daun lain yang berhenti di udara dan tak berapa lama daun-daun kehijauan nampak jatuh melayang-layang dari langit. Waktu kembali bergerak dengan sentuhan tangannya dan dunia hitam putih yang berhenti memiliki warna lain dalam tubuh Zi Tao dan daun-daun cemara itu.
'Andaikan waktu adalah kuasaku, mungkin aku bisa menyelamatkan semuanya dengan aliran waktu yang kuciptakan,' Zi Tao teringat kalimat yang pernah diucapkan Edi dalam potongan ingatannya. Kalimat itu jelas, ada petunjuk jika mungkin Edison memiliki suatu hal yang berhubungan dengan penghentian waktu. Tapi Zi Tao tak dapat mengetahui apa maksud kalimat itu. Jika saja ada Edison, mungkin ia tak akan terjebak dalam keanehan dan kebingungan ini. Apa maksud kalimat itu masih menjadi pertanyaan bagi Zi Tao yang masih berdiam di balik semak. Kemudian Zi Tao teringat sesuatu, noktah lain yang muncul dalam tubuhnya setelah ia tak lagi menjadi manusia. Ia mencari noktah itu dan memperhatikannya dengan seksama. Bentuknya seperti jam pasir, kemungkinan besar itu ada hubungannya dengan kemampuan yang dimilikinya. Sama seperti Dragon milik Kris yang dilambangkan noktah berbentuk naga bersayap.
Time controller, penguasa waktu. Itukah dia? Mungkinkah dirinya adalah penguasa waktu dan seluruh kendali jagat raya berada dalam dirinya? Zi Tao tak mau percaya, tapi hal itu yang paling masuk akal dalam pikirannya. Setelah semua keanehan dan keajaiban yang terjadi padanya, bukan tak mungkin ia juga adalah bagian dari keajaiban mistis itu.
Zi Tao kemudian berdiri, ia menyingkirkan beberapa semak di hadapannya dan berlari menuju tubuh Sue Ji. Raut wajah Sue Ji nampak kesakitan meskipun tidak ada luka pada tubuh luarnya. Zi Tao merasa jika itu tidak wajar, namun yang harus ia lakukan adalah menyentuh Sue Ji dan membawanya lari sebelum waktu kembali bergerak tanpa mampu ia kendalikan.
"Zi Tao?" tanya Sue Ji keheranan. Baru beberapa detik yang lalu ia diserang oleh iblis tua di hadapannya dan saat ini ia telah berada dalam rangkulan Zi Tao. "Apa yang terjadi?"
"Waktu sedang berhenti saat ini. Aku akan membawamu menjauh dari tempat ini dan kita bisa atur strategi untuk mengalahkan iblis itu," kata Zi Tao sambil menarik tubuh Sue Ji menjauh. Tubuh Sue Ji terasa ringan sampai-sampai Zi Tao tak mau percaya jika yang sedang digandengnya saat ini bukan manusia. "Aku ingin menyelamatkanmu, dan juga semuanya." Kata Zi Tao. Tapi Sue Ji menggeleng dan berhenti mengikuti arah langkah Zi Tao. Zi Tao memandang Sue Ji dengan wajah panik, "Kita harus cepat pergi dari sini, disini tidak aman. Kita bicarakan semuanya di tempat yang lebih terlindung sebelum waktu kembali bergerak."
"Tidak Tao. Aku harus menyelesaikan semuanya sekarang," kata Sue Ji. Wanita itu membalikkan badannya ke arah sosok iblis tua yang terjerat dalam vakum waktu. "Aku akan menghabisi Bossie dengan kedua tanganku."
"Tapi kau sudah tak mampu lagi! Kau tak melihat dirimu sendiri? Dari mataku kau terlihat begitu lelah, begitu letih. Bagaimana bisa kau mengalahkan dia?" Zi Tao menarik Sue Ji dan mencegahnya mendekati kembali sosok sang iblis tua. Zi Tao meragukan kemampuan Sue Ji dalam menghadapi Bossie. Bagaimanapun Sue Ji telah melewati delapan ratus tahun. Ia terbilang tua untuk iblis jelmaan manusia, kekuatannya tidak sekuat ketika ia masih mengabdi pada Knight.
"Tao dengarkan aku. Sekali ini saja, meskipun kau tak mengenalku dengan baik, dengarkan perkataan kakakmu ini," Sue Ji menghela napas, "Dia, iblis tua yang ada di sana adalah Bossie. Aku tahu jika aku tak mampu melawannya sendirian, tapi aku bisa melakukannya bersamamu. Jika kita berhasil menghabisinya, maka semua iblis yang dibangkitkannya akan ikut menjadi debu bersama dengannya. Lagipula, ada satu hal, dengarkan aku dulu Tao,"
Tao sudah akan menyela perkataan Sue Ji, tapi ia menahannya. Sue Ji kembali melanjutkan kata-katanya, "Panah dan busurku sudah disucikan di lembah air mata para dewa. Aku pergi ke pegunungan di Tibet dan masuk ke pintu menuju dunia balik. Aku mengendap masuk untuk meminta secawan air mata para dewa. Panahku bisa menghabisi iblis seperti Bossie dan membuatnya kembali menjadi abu. Yang kubutuhkan hanyalah kesempatan untuk dapat mengarahkan panahku tepat ke jantungnya."
"Tapi kau akan ikut menjadi abu jika kau membunuh Bossie," kata Zi Tao dengan nada tak rela. Ia memang tak mengetahui apa-apa, tapi ia tahu rasa sakit ketika ditinggalkan oleh orang yang disayangi. Ia memandangi Sue Ji lekat-lekat, wanita secantik itu harus mati karena ingin melindungi orang lain. Bagian hati Zi Tao tidak mau menerima hal itu, apalagi hati Kris. "Tidakkah kau teringat pada kakakmu? Maksudku, kau akan meninggalkan Kris?"
Takut mati. Zi Tao sangat takut mati, ia tak mau kehilangan kesempatan untuk bisa bersama dengan orang dan keluarga yang disayanginya. Namun Zi Tao adalah entitas yang hidup, ia bergerak dan waktu dalam dirinya masih terus berputar sampai ratusan tahun lamanya. Namun Sue Ji berbeda, jika ditanya apakah ia takut mati, maka jawabannya adalah ia amat siap dengan kematian. ia sudah tidak hidup, jam pasir dalam kehidupannya sudah lama hancur berserakan dan meninggalkan debu pasir yang diterbangkan angin. Ia tak memiliki waktu yang bisa diputar, karena itu ia amat merindukan kematian dalam delapan ratus tahun keabadiannya. Ia sudah puas dengan segala yang ia rasakan ketika pada akhir penantiannya ia memutuskan untuk menggadaikan nyawanya kepada sosok Bossie untuk bisa menanti kebangkitan Kris.
"Aku sudah tidak hidup, Tao. Ketika aku pergi ke dunia balik aku menyadari jika aku sudah tak memiliki kehidupan lagi di dunia. Dunia itu hanya bisa dimasuki orang yang sudah mati atau manusia yang waktu hidupnya sudah hampir habis. Takdirku dan takdirmu berbeda Tao, begitu pula dengan takdir Kris. Aku sudah hidup terlalu lama, kematian adalah satu-satunya hal yang kurindukan selama ini," ujar Sue Ji dengan wajah terluka. "Karena itu, aku harus menyelesaikan semuanya sebelum waktuku benar-benar habis."
Zi Tao mengangguk kepada Sue Ji. Ia melihat kesungguhan dalam tatapan mata sang kakak perempuan dan ia tak kuasa untuk menghalanginya. "Apa yang harus kulakukan?" Kata Zi Tao pada akhirnya. Ia melihat Sue Ji yang mengisyaratkan padanya untuk diam dan menyaksikan apa yang akan ia lakukan. Ia menarik salah satu panahnya dan mengarahkannya ke sosok Bossie yang masih membeku dalam dunia hitam putih. Satu panah melesat cepat ke tubuh Bossie dan sebuah suara kayu yang hancur terdengar setelahnya. Panah itu hancur ketika menabrak tubuh Bossie dan menjadi serpihan kayu yang berjatuhan.
Sue Ji mengambil lagi sebuah panah dan kembali mengarahkannya ke tubuh Bossie, "Tao, aku tahu jika Chrono ada dalam tubuhmu. Gerakkan kembali waktu dan aku akan memanah Bossie ketika waktu kembali bergerak."
"Tapi aku tak mengetahui cara mengendalikan kekuatan ini," kata Zi Tao kebingungan. "Aku tak paham, sama sekali."
Sue Ji memutar otaknya, ia tak bisa memanah Bossie karena ia dan Bossie berada dalam dimensi yang berbeda. Kuasa waktu Zi Tao memiliki dinding pembatas yang kuat antara dimensinya. Ia akan bisa memanah Bossie ketika waktu sudah kembali bergerak dan mereka berada dalam dimensi waktu yang sama.
"Bagaimana caramu membawaku masuk ke dalam dimensi waktumu Tao?" tanya Sue Ji.
"Aku menyentuhmu dan saat itu dirimu langsung berada dalam dimensiku. Kau jadi berwarna diantara dunia yang hitam putih, sama sepertiku." Jelas Zi Tao. Ia kemudian mengarahkan tangannya dan menyentuh kelopak bunga yang berhenti di udara. Warna merah terang kemudian muncul dari kelopak bunga itu dan diantara dunia yang hitam putih kelopak itu jatuh melayang-layang ke permukaan tanah.
"Aku akan menyentuh Bossie dan kau akan memanahnya ketika ia masuk ke dalam dimensi kita." Kata Zi Tao, namun Sue Ji mencegahnya. "Kau akan mati duluan ketika kau membuat iblis itu masuk ke dalam dimensi kita."
"Lalu apa yang harus kita lakukan," tanya Zi Tao putus asa.
Sue Ji mengeratkan kembali jemarinya di panah dan busurnya, lalu membidik jantung Bossie di hadapannya, "Gerakkan kembali waktu, Tao."
.
.
Di sisi lain, Kris yang sedang bertarung dengan Chanyeol juga berhenti bergerak. Seluruh dunia tanpa kecuali berhenti dan berubah menjadi hitam dan putih. Kobaran api di antara mereka berdua nampak berhenti di udara dan pemandangan yang dihasilkan amat menakjubkan sekaligus mengerikan. Dua pengendali api nampak saling menyerang dengan kobaran api yang membelah awan. Kris nampak separuh melayang di udara dan sosok naga api raksasa melayang di atas kepalanya. Chanyeol sendiri mengarahkan kedua tangannya dan api berkobar dari kanan dan kiri tubuhnya. Burung Phoenix jelmaan kekuatannya bertengger di bahu kirinya.
Sebelumnya dua orang itu bertarung dengan begitu dahsyat di area mansion keluarga Wu dan separuh dari bangunan itu telah hancur karena pertarungan mereka. Kris berkali-kali menyerang Chanyeol dari menara mansion ketika ia menghindari setiap serangan yang diarahkan kepadanya dengan terbang menjauh.
Kris sudah bersiap memberikan kepakan sayap Dragon ke arah Chanyeol sebagai serangan terakhir untuk menghabisi Chanyeol namun tiba-tiba waktu berhenti bergerak. Saat Zi Tao telah menggerakkan kembali waktu dan Kris mengedipkan matanya, sosok Chanyeol menghilang bersama dengan kobaran apinya.
.
.
Sue Ji membidik panahnya tepat ketika Zi Tao menggerakkan kembali waktu dan tak berapa lama sebuah panah melesat ke arah jantung Bossie dan suara panah yang menembus tubuhpun terdengar.
Crash
Namun yang terlihat adalah tubuh Chanyeol yang jatuh tersungkur di tanah. Ia memegangi bahunya yang berlubang hitam karena terkena panah Sue Ji.
"Chanyeol!" Zi Tao berteriak amat keras, "Apa yang.."
Deg
Kedua bola mata Zi Tao melebar melihat Chanyeol di hadapannya. Zi Tao menggeleng dengan raut wajah tak terbaca dan sarat akan kesedihan saat ia memalingkan wajahnya dari Chanyeol dan melihat sosok Bossie yang kembali menyerang Sue Ji. Ia merasa dunianya menjadi kosong saat ia menatap sosok Bossie sampai-sampai ia tak mendengar teriakan Sue Ji kepadanya.
"Zi Tao! AWAS!"
"!"
Zi Tao membelalakkan matanya saat sebuah kilat yang amat besar mengarah ke dirinya. Ia tak sempat menghindar dari serangan Bossie saat tubuhnya terhempas namun sebuah sosok makhluk raksasa tiba-tiba muncul dan menjadi tameng untuknya.
"Tao!"
Sebuah suara yang amat dikenal Zi Tao terdengar dan sebuah pelukan membuatnya tersadar jika saat ini ada Kris yang melindunginya. Serangan-serangan lain datang ke arah mereka berdua namun Kris membuat dinding api sehingga serangan Bossie tidak dapat mengenai mereka berdua.
"Kris.." kata Zi Tao dengan suara serak. Ia tak berkata-kata lain karena Kris menciumnya. Kris memeluk Zi Tao dengan amat kuat dan ia dapat merasakan tubuh Zi Tao yang terasa hangat, memastikan jika ia belum mati meskipun ia terluka di beberapa bagian.
"Bangun Tao, kumohon bangun," kata Kris sambil menggoyang-goyangkan tubuh Zi Tao. Kedua mata Zi Tao terpejam dan ia takut jika Zi Tao tak akan membuka matanya lagi untuk selamanya.
Zi Tao membuka kedua matanya, ia melihat wajah Kris di hadapannya. Ah, betapa ia merasa terlindungi dengan adanya sosok orang yang dikasihinya itu.
Kris membantu Zi Tao untuk berdiri dan ia melihat arah pandang Zi Tao. Disana ada sosok tua Bossie yang terus-terusan mengejar Sue Ji dengan kemampuannya berpindah tempat secara cepat. Banyak sekali kilat yang dikeluarkan Bossie ke sosok Sue Ji yang saat ini sedang berusaha menjauhkan serangan Bossie dari dinding api yang melindungi Kris dan Zi Tao.
"Kris, wanita yang sedang bertarung itu adalah Wu Sue Ji, adikmu. Ia akan mengalahkan Bossie dengan panah sucinya namun panah itu harus mengarah tepat ke jantung Bossie. Alihkan perhatian Bossie agar Sue Ji memiliki kesempatan untuk membidik Bossie," kata Zi Tao cepat. "Kau bilang dia adikku?" tanya Kris tak percaya. Zi Tao mengangguk, "Ya, dia adikmu dan ia berada di pihak Kight untuk memastikan jika kau tetap aman sebelum kau bangkit dari makam."
Kris mengangguk, ia mengarahkan Dragon ke arah Bossie dan mulai menyerangnya dengan kobaran-kobaran api. Ia meninggalkan Zi Tao yang memandang tubuh Chanyeol di kejauhan. Ia memejamkan matanya saat melihat pertarungan Kris dan Sue Ji melawan Bossie, "Ada hal lain yang harus kulakukan, Kris."
Bossie yang melihat Zi Tao di kejauhan memutuskan untuk menyerang sasaran tanpa perlindungan itu. Ia menghalau serangan Kris dan Sue Ji dengan membuat tameng listrik lalu ia mengeluarkan kilat dengan listrik tinggi dan mengarahkannya ke tubuh Zi Tao.
Gaaarh
Namun serangan itu meleset dan mengenai pohon-pohon cemara dan bukit-bukit yang menjadi bagian bukit barat sampai hancur menjadi debu. Bossie memegangi paha kanannya dan ia melihat lubang hitam disana. Panah Sue Ji berhasil mengenai salah satu bagian tubuhnya. Namun Bossie adalah iblis yang kuat, sebuah panah di pahanya tidak akan membuatnya kalah begitu saja. Bossie bersiap mengarahkan serangannya ke Sue Ji namun sebuah panah lain sudah terlebih dahulu mengarah ke tubuhnya dan diikuti panah-panah lain.
Tubuh Bossie berlubang disana-sini terkena panah-panah suci Sue Ji. Namun sosok iblis berjubah dan bertudung itu masih bisa berdiri meskipun ia harus memegangi perutnya yang berlubang. Sue Ji juga nampak kepayahan karena di tubuhnya juga muncul lubang-lubang seperti yang muncul di tubuh Bossie. Bossie yang terluka juga akan melukai seluruh iblis yang dibangkitkannya, maka dari itu Sue Ji berusaha keras untuk bisa membidik jantung Bossie dengan tepat sebelum ia sendiri menjadi abu. Tubuh Sue Ji mulai menua dan wajahnya mulai retak. Ia mengarahkan panah-panah terakhirnya ke tubuh Bossie dengan kekuatan terakhirnya.
"Ini untuk keluargaku, untuk Edison, dan untuk Kris yang hidupnya telah kau hancurkan!" teriak Sue Ji keras dan tiga buah panah melesat cepat ke arah Bossie. Tubuh Sue Ji ambruk dan Kris segera menangkap tubuh itu. Sue Ji tersenyum kepadanya.
Angin kencang tiba-tiba muncul dan guguran kelopak-kelopak bunga nampak beterbangan di udara. Harum semerbak bunga tercium dan terdengar suara derap kaki mendekati bukit. Ratusan rusa bercahaya kuning muncul dari kejauhan dan semakin mendekat ke arah Sue Ji dan Kris. Rusa-rusa itu memiliki kalung bunga di lehernya dan kesemuanya berhenti mengelilingi bukit. Tanduk-tanduk mereka nampak begitu kuat dan indah saat Kris menyadari jika semua rusa itu tembus pandang. Mereka semua adalah arwah. Arwah rusa-rusa yang dahulu diburu oleh Sue Ji dan dimakamkan dengan layak di tanah hutan Bakerly Port di bawah bibit-bibit bunga yang ditanamnya.
Doa Sue Ji dikabulkan, para rusa itu kembali ke alam dan memberikan manfaat bagi kehidupan hutan selanjutnya. Salah seekor dari rusa-rusa itu berjalan mendekati Sue Ji dan Kris. Ia menggigit rangkaian bunga dan kemudian dengan perlahan meletakkan rangkaian bunga itu di atas tubuh Sue Ji. Rusa itu mendekatkan moncongnya ke wajah Sue Ji yang retak. Kulit tua itu berubah kembali menjadi muda dan Sue Ji tersenyum, ia tersenyum dengan wajah damai dan ia mengucapkan selamat tinggal kepada Kris dengan hati yang bahagia. Ia bersyukur meskipun ia telah menjadi wanita renta ia tetap bisa melihat wajah kakaknya yang tak bertambah tua. Sama seperti impiannya ketika ia masih bersama Kris dan belum ada Knight.
"Sampai jumpa, Kris. Semoga di kehidupan berikutnya kita dipertemukan kembali sebagai saudara yang saling mengasihi."
Tubuh Sue Ji menghilang menjadi debu dan guguran bunga yang berjatuhan semakin banyak. Para rusa mengangkat moncongnya dan mulai mengeluarkan suara teriakan pilu secara bersamaan. Tak berapa lama arwah-arwah rusa itu mulai menghilang satu persatu dan kemudian tak ada satupun dari arwah-arwah itu yang tertinggal di bukit barat Bakerly Port.
Suasana hening yang tercipta beberapa saat kemudian terdistraksi oleh suara tawa Bossie yang menggelegar. Panah Sue Ji hanya mengenai bagian-bagian tubuhnya dan tidak mengenai jantungnya. Meskipun ia sudah berlubang dan kepayahan, namun ia masih mampu menghabisi nyawa Kris dan Tao sekaligus. Sudah cukup dengan drama yang terjadi pada Sue Ji dan rusa-rusanya, ia akan menghabisi Kris dan Tao lalu merebut Dragon dan juga Chrono. Ia mengarahkan tangannya ke udara dan gumpalan kilat berukuran besar yang menyilaukan mulai terbentuk. Ia menatap Kris dengan wajah tak sabaran karena ia akan memperoleh Dragon yang selalu diidam-idamkannya selama sembilan ratus tahun hidupnya.
Satu hentakan dan gumpalan kilat itu akan terlempar ke arah Kris. Terdengar suara Zi Tao.
"Hentikan, Baekhyun."
Crash
Sosok Bossie menoleh ke belakang saat ia merasakan sebuah belati menancap di dada kirinya. Ia melihat Zi Tao di belakangnya, di tangannya ada belati berwarna hitam.
"Sudah cukup, hentikan,"
Sosok Bossie mengarahkan tangannya ke Zi Tao namun Kris lebih cepat dan ia menghantam tubuh Bossie sampai ia terhempas beberapa meter ke tanah.
"Jangan sakiti dirimu lebih jauh lagi,"
Tudung yang menutupi wajah tua Bossie terbuka dan wajahnya retak karena terhantam dengan permukaan tanah yang keras. Air mata keluar dari kedua bola mata kecokelatan miliknya. Chanyeol yang berada tak jauh dari tubuh Bossie berusaha untuk merangkak dan mendekati tubuh tergeletak itu meskipun luka akibat panah Sue Ji di bahunya semakin besar.
Chanyeol menggenggam tanah dengan jari-jarinya dan ia menyeret tubuhnya mendekat ke tubuh Bossie yang bergetar. Bossie menangis dan air matanya keluar dengan deras. Chanyeol segera meraih tubuh kecil itu ke dalam pelukannya dan merapalkan sebuah nama berulangkali.
"Baekhyun. Baekhyun. Baekhyun. Baekhyunku tersayang, jangan menangis."
Chanyeol mengusap wajah Bossie yang retak ketika retakan itu semakin jelas dan yang nampak kemudian adalah wajah Byun Baekhyun. Baekhyunnya yang manis. Baekhyunnya yang mencuri hatinya. Baekhyun tercintanya.
Dua iblis itu berpelukan di tanah saat sedikit demi sedikit tubuh mereka mulai menjadi tua. Chanyeol semakin erat memeluk tubuh Baekhyun dan membiarkan wajah Baekhyun terlindung di lehernya. Ia merasakan napas Baekhyun di lehernya dan ia semakin kuat melingkarkan tangannya di tubuh Baekhyun.
"Kematian tidak semengerikan apa yang kau bayangkan, karena aku selalu berada di sisimu," kata Chanyeol. Ia mencium dahi Baekhyun dan menutup matanya.
Dua iblis itu berubah menjadi abu dan hilang tanpa jejak ditiup angin. Meninggalkan cerita dan kenangan menyedihkan tentang dua iblis yang terikat satu sama lain. Meskipun ikatan itu tak benar-benar diakui dan hanya terjadi secara sepihak, namun pada akhirnya mereka kembali pada belahan jiwanya. Zi Tao yang melihat hal itu hanya bisa diam dan menatap nanar tanah tempat Baekhyun dan Chanyeol terbaring saat kematian menghampiri mereka secara bersamaan.
Angin semilir dengan harum aroma bunga berhembus perlahan. Helai-helai rambut Zi Tao bergoyang lembut ketika ia merasakan sebuah lengan merangkulnya dan memeluknya dalam sebuah pelukan hangat. Pandangan matanya bertemu dengan bahu Kris dan ia menangis sesenggukan disana.
"Sudah selesai, Tao."
.
.
.
.
.
.
"Hei Chanyeol," teriak sosok anak kecil berusia dua belas tahun sambil berlarian mengejar sosok anak lain yang lebih tinggi, "Jangan lari terlalu cepat, aku lelah."
Anak yang lebih besar tertawa dan berhenti berlari di bukit bunga di salah satu sudut kota di India, ia membalikkan badannya dan merentangkan kedua tangannya. Anak yang lebih kecil mendarat dalam pelukannya dan ia mulai memutar tubuhnya bersama-sama. Menikmati langit senja yang begitu oranye dan menyenangkan di bukit itu. Mereka tertawa-tawa bahagia sambil berlarian bersama.
"Kalau Baekhyun lelah, Chanyeol akan menggendong Baekhyun. Chanyeol tidak akan berlari jika harus meninggalkan Baekhyun," katanya.
"Karena Chanyeol akan selalu bersama Baekhyun—"
"—apapun yang terjadi."
.
.
The End
.
.
Tapi bohong :P
.
.
Masih Te Be Ce, beb
.
.
(a/n):
Calamlekom (^^)/
Ada yang mau membunuh saya karena lelet buanget buat apdet ini epep?
Silahkaaaaan~ *pasang muka pasrah* *menyerahkan diri*
.
Yehet~ *ada yang tau, yehet itu termasuk dalam bahasa apa?* #INIPERTANYAANSERIUS #GUECARIDIYAHUAMAGUGELGAKETEMUJAWABANNYA
Ini chapter rada ambigu loh buat saya.. *ya terus*
Pas saya tanya ke MD—gebetan saya yang garap tiap chapter genap ini epep—katanya ini epep belum selesai. Tapi pas dikirim ke saya tulisan di akhirnya "The End", halah embuh~ (-_-)
Jadi kalau masih berkenan ini epep buat lanjut, bolehlah kasih pendapatnya melalui review *ea, modus*.
.
Ya udin, reviewnya ditunggu ya sobat.
Tetep dukung kita berdua yak. Moga bisa lolos SMGA #SALAH *abaikan aja kalimat ini* *suer, kita ga ikutan kok, lagi pengen iseng aja*
See you guys..
Calanghae~ :3