Hallo minna~ masih ingat dengan saya? ini loh saya adalah author dari fic "You Make Me Feel"

Sebelumnya mohon maaf, fic itu saya hapus karena ada kesalahan. chapter 1 nya terhapus T.T maka saya putuskan untuk publis ulang fic ini

Dan judulnya pun saya ganti karena tidak bisa publish cerita dengan judul yang sama

Mohon maaf yang sedalam dalamnya kepada para readers, reviewers, followers saya. Dan juga yang udah favoritin fic ini T.T

Jangan pernah bosan untuk membaca fic ini ya...

Daripada banyak bacot, mending langsung baca aja ya minna :)

Happy Reading ^^

The Easy Way

Chapter 1

Fanfiction wrote by Uchiha Nisa Chan

Dislaimer : Naruto owns Masashi Kishimoto

WARNING : OOC, AU, Typo bertebaran, EYD gak jelas, dan kesalahan lainnya

Semilir angin yang berhembus lumayan deras mengakibatkan dedaunan dan beberapa ranting pohon jatuh dari pohonnya. Namun angin yang berhembus cukup kuat itu tidak membuat seorang gadis berambut indigo yang tengah duduk di taman untuk beranjak pulang ke rumahnya. Meskipun hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang punggungnya. Keadaan di taman itu pun juga terbilang sepi hanya ada segelintir orang bodoh saja yang mau berlama-lama terkena angin tersebut. Gadis berambut indigo itu sepertinya sedang duduk di bangku taman yang cukup panjang dibandingkan bangku-bangku taman lainnya. Kepalanya menunduk dan jika diperhatikan lagi bisa terlihat mata lavender indah miliknya tengah mengeluarkan air mata. Ya, dia sedang menangis. Namun tangisannya itu sama sekali tidak membuat kecantikannya hilang. Ia terlihat manis memakai gaun putih selutut dimana ada renda-renda di bagian lehernya.

"Hinata-chan ternyata kau ada di sini"

Mendengar suara yang sangat dikenalinya itu, ia segera menghapus air matanya dan melihat lawan bicaranya.

"Nii-san…"

"Aku mencemaskanmu, aku mencarimu kemana mana. Ayo pulang, kau bisa sakit jika terlalu lama berada disini." Ia menarik lengan Hinata dan membawanya pulang

Orang yang menjemput Hinata tadi adalah saudara sepupu Hinata, namanya Neji. Mereka berasal dari keluarga yang terpandang di desa Konoha. Ayah Hinata bernama Hiashi Hyuga. Saat ini Hiashi sedang merencanakan perjodohan Hinata dengan putra kenalannya. Hal itulah yang membuat Hinata menangis tadi. Ia tidak mau dijodohkan sama pria yang tidak ia cintai bahkan tidak ia kenal sama sekali. Namun, ia tidak bisa menolak karena ayahnya sangat keras dan tidak akan pernah membatalkan sesuatu yang telah ia tetapkan termasuk perjodohan ini.

"Nii-chan sudah pulang ?" ujar Hanabi menghambur ke pelukan Hinata

"Nii-chan ke mana saja ?" Hinta hanya bisa tersenyum melihat adiknya ini

"Nii-chan mu tidak apa-apa Hanabi-chan, sudah biarkan Nii-chan mu ke kamar nya dulu dia butuh istirahat" ujar Neji

Hanabi yang mendengar perkataan kakak sepupunya itu langsung menggembungkan pipinya. Hinata semakin geli melihat adik kecilnya ini. Ia mencubiti pipi Hanabi.

"Nii-chan hanya jalan-jalan sebentar tadi, kau tidak usah khawatir yang penting Nii-chan sudah pulang kan" Hinata berkata lembut pada adiknya lalu ia langsung naik ke lantai dua menuju kamarnya.

"Hinata-chan boleh aku masuk ?"

"Bo boleh Nii-san, buka saja pi pintunya"

Neji memutar knop pintu dan masuk ke dalam kamar Hinata, ia duduk di kursi tak jauh dari kasur Hinata.

"Apa ini karena perjodohan itu ?" kata Neji membuka percakapan

"Ma maksud Nii-san a apa ?"

"Aku tahu ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu belakangan ini"

Hinata terdiam sejenak. Melihat Hinata yang tak kunjung bicara, Neji menghampirinya dan duduk di depan Hinata. Ia mengambil jeda sedikit dan lalu menarik pelan tubuh Hinata ke dalam dekapannya.

"Menangislah kalau kau ingin menangis"

"Nii-san…"

Untuk beberapa saat Hinata menangis di pelukan kakak sepupunya itu. Ia meredam semuanya. Pelukan Neji persis pelukan seorang kakak yang akan selalu menjaganya. Kemudian Hinata melepaskan pelukan itu.

"Nii-san aku tidak mau dijodohkan, hiks hiks"

"Aku tahu perasaanmu, tapi maafkan aku karena tidak bisa berbuat apa-apa. Cobalah ambil hikmahnya, siapa tau kau akan suka dengannya dan ini baik untukmu agar kau bisa melupakan Naruto"

"Nii-san tapi aku…"

"Hinata, sudahlah Naruto sama sekali tidak pernah menyukaimu jadi lupakanlah dia. Jika memang nanti dia jodohmu, tentu pada akhirnya kau akan menikah juga dengannya"

Seorang pria berkulit tan keluar dari pintu keluar bandara. Ia mengenakan kacamata hitam dan membawa koper besar. Ia tampak sedang mencari-cari seseorang yang akan menjemputnya disini.

"Hei Naruto, aku disini" tampak seorang pria memakai baju hijau ketat melambai-lambaikan tangannya ke arah Naruto, pria berkulit tan tadi. Segera saja Naruto menghampiri orang tersebut.

"Lee… Ahahahaha kau datang menjemput ku ya, hehehehe"

"Naruto sikapmu sama sekali tidak berubah, sama seperti dulu hanya saja kau lebih tinggi dan lebih tampan dari zaman SMA dulu" kata Lee menepuk Naruto.

Naruto dan Lee mereka berteman saat masih sama-sama menjadi siswa di SMA Konohagakure. Naruto selepas SMA, ia melanjutkan pendidikannya di Amerika dan sekarang ia telah menjadi pemimpin perusahaan milik ayahnya sendiri. Namun, meski perusahaan itu milik ayahnya tapi hal itu berkat kerja kerasnya sendiri selama ini.

"Konoha, aku sangat merindukan kota ini" Naruto menghirup udara segar

"Apa hanya kota ini yang kau rindukan ?" Tanya Lee tiba-tiba

Naruto mengangkat sebelah alisnya. "Maksudmu ?" Tanya Naruto bingung

"Apa tidak ada hal lain yang kau rindukan selain kota ini sendiri ?"

"Ahahahahahaha kau ini Lee lucu sekali" Naruto tertawa sambil memegang perutnya yang kesakitan

"Kenapa tertawa ? memangnya ada yang lucu ?"

"Tentu saja banyak sekali yang aku rindukan dari kota ini. Aku merindukan kaa-san dan oka-chan ku, ramen, kamarku, dan tentu saja kau Lee" kata Naruto girang

"Kau tidak merindukan calon istrimu hah ?" Tanya Lee menggoda

Mendengar kata 'calon istri' Naruto terdiam. Sebenarnya tujuannya pulang ke Konoha adalah untuk memenuhi panggilan orang tuanya yang memintanya untuk segera menikah dengan gadis pilihan mereka. Hinata, batin Naruto.

"Aku benar-benar tidak menyangka bahwa pada akhirnya aku akan menikah dengan Hinata, wanita yang telah aku sakiti sejak dulu. Ternyata sekuat apapun aku menjauh darinya, tapi tetap saja dia terikat padaku"

Mobil itu meluncur ke kediaman Naruto. Membawa Naruto dan Lee pulang. Sesampainya disana, tampak nyonya Namikaze bersama suaminya telah menunggu Naruto di depan pintu. Ia tersenyum hangat kepada putra semata wayangnya itu.

"Naruto, kaa-san sangat merindukanmu" kaa-san memeluk erat putranya. Air hangat keluar dari pelupuk matanya.

"ehehehe iya, aku juga merindukan kaa-san dan oka-chan"

Mereka bertiga pun beristirahat dan saling melepas rindu setelah sekian lama ditinggal Naruto pergi. Lee yang mengantar Naruto tadi tidak lama setelah sampai, langsung pamit pulang karena katanya ada urusan yang masih harus diselesaikannya.

Malam ini adalah malam pertama kalinya Naruto dan Hinata akan dipertemukan. Naruto yang sudah tahu bahwa gadis yang akan dijodohkannya adalah Hinata, teman sekolah nya dulu sudah lebih siap untuk bertemu Hinata. Meskipun sebenarnya ia ingin menolak perjodohan ini, namun ia tidak mau mengecewakan kaa-san dan oka-cha nya. Tetapi meski begitu, sebenarnya Naruto juga penasaran sama Hinata yang sekarang, seperti apa wajahnya, apa ia masih malu-malu seperti dulu, malu jika bertemu dirinya dan yang terpenting apakah Hinata masih memendam rasa padanya. Tetapi Naruto mengambil kesimpulan sendiri. Ia beranggapan bahwa Hinata tidak menyukainya lagi. Mana mungkin kan ? kejadian itu sudah lama sekali. Bagaimana mungkin Hinata masih memendam rasa pada orang yang tidak bertemu dengannya selama belasan tahun bahkan tidak pernah berhubungan dengannya. Apalagi Hinata gadis yang cantik, pasti banyak pria-pria tampan dan kaya yang ingin menikahinya. Eh ? Hinata cantik ? kalau Hinata cantik mengapa Naruto tidak menyukainya ya ? entahlah, cinta itu kan tidak butuh alasan. Karena cinta itu emosi bukan definisi.

Hinata memandangi foto teman-temannya dulu. Disana ada Sakura, Sasuke, Shikamaru, Ino, Sai, dan Lee. Namun tidak ada Naruto disana. Betapa ia sangat merindukan pria berkulit tan itu. Ia hanya ingin melihat bagaimana Naruto sekarang. Apakah ia masih secerah seperti matahari ? Hinata merindukan rambut pirang jabrik nya, dan tentu saja mata sapphire blue itu yang selalu membuat Hinata terpesona akan cerahnya warna mata itu.

Kediaman Hyuga, semua anggota berkumpul di ruang tamu. Mereka tentu saja menunggu kedatangan keluarga Naruto. Hinata yang tidak tahu siapa calon suaminya itu hanya bisa berharap semoga suaminya itu kelak bisa membahagiakan dirinya dan bisa membantunya untuk melupakan Naruto. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya ada suara mobil yang memasukki halaman kediaman Hyuga. Ayah Hinata, Hiashi Sama dan Neji menyambut tamu yang telah lama ditunggunya itu. Hinata pun ikut berdiri ketika tamu tersebut mulai menuju ruang berkumpul. Namun sayang gadis itu hanya menunduk, ia tidak berani melihat calon suaminya itu. Naruto memberi hormat kepada Hiashi dan Neji. Neji pun ikut terkejut, ia tidak menyangka pria yang akan dijodohkan dengan adik sepupunya itu adalah Naruto.

"Selamat malam Neji-san" kata Naruto ramah

"Kau ? benarkah ini ?" kata Neji bingung. Neji melihat Naruto, Hinata, dan Hiashi bergantian. Naruto hanya tersenyum menanggapi Neji. Dan sepertinya ia masih sibuk dengan Hanabi belum memperhatikan Hinata yang sejak tadi hanya menunduk ria saja. Tiba-tiba Neji berjalan mendekat ke arah Hinata, ia membisikkan sesuatu bahwa sudah saatnya ia mengangkat wajahnya. Melihat itu, Hiashi Sama membuka mulut (?)

"Hinata, ayo beri salam kepada calon suami dan mertuamu" namun kali ini ucapan Hiashi lebih lembut

Seketika itu Hinata mengangkat wajahnya, dan ia melihat mata sapphire blue itu. Betapa terkejutnya ia melihat Naruto berada di rumahnya sekarang. Apa yang ia lakukan ? Mana calon suamiku ? Hinata mencari-cari di sekeliling ruangan itu. Namun tidak ada pria muda lain disana selain Neji dan Naruto. Berarti ? Hinata hampir kehilangan nafasnya. Ekspresi kedua insan itu saat beradu pandang sangat berbeda. Hinata terkejut sedangkan Naruto biasa saja tidak ada ekspresi kaget sama sekali. Bahkan ia tersenyum pada Hinata. Naruto berjalan mendekat ke arah Hinata. Ia pun mengulurkan tangannya kepada Hinata.

"Apa kabar ?" katanya ramah

Rasanya Hinata ingin menangis, ini begitu nyata untuk disebut mimpi. Ia benar-benar merindukan pria di depan nya ini. Ia merindukan kulit tan itu, mata sapphire blue itu, rambut jabriknya dan tentu saja senyuman nya yang secerah matahari. Ingin rasanya ia memeluk pria di hadapannya ini tapi itu tidak mungkin ia lakukan.

"Hinata ? kau tidak apa-apa ?" Tanya Naruto melihat Hinata

"Na na ruto…." Hinata menatap lurus pria dihadapannya. Ia masih tidak percaya bahwa itu Naruto

"Ehehehe iya Hinata, ini aku"

"Ehem" suara oka-chan Naruto menghentikan aktivitas Hinata dan Naruto. Kaa-san dan oka-chan Naruto berjalan mendekat

"Eh, Ohayou goizamasu" Hinata memberi hormat pada keduanya. Kaa-san Naruto memeluk Hinata dan berbisik "calon menantuku" yang membuat pipi Hinata memerah.

Setelah acara makan malam, mereka duduk berkumpul. Seperti biasa hal yang dibahas adalah perbincangan orang tua yang membuat Naruto bosan. Ia mengajak Hinata keluar. Mereka duduk di halaman belakang kediaman Hyuga. Awalnya tidak ada obrolan di antara mereka. Saling diam seperti orang bermusuhan. Hal ini membuat Hinata risih, ia ingin mecairkan suasana yang dingin ini namun ia tidak tahu apa yang harus ia katakana. Seperti biasa, gadis Hyuga itu bukanlah orang yang pandai membuka percakapan. Melihat Hinata yang risih, Naruto akhirnya berbicara.

"Bagaimana kabarmu ? apa kau baik-baik saja ?"

"A aku ba baik sa sa saja Naruto-kun. Ba bagai mana de dengan Na na naruto-kun ?

"Hya, seperti kau lihat sekarang aku sehat walafiat"

"Syu syukurlah"

Suasana kembali dingin seperti tadi. Tidak ada yang memulai obrolan lagi. Hinata semakin gugup dan gerah berada di sebelah Naruto apalagi dengan suasana yang seperti ini. Ingin rasanya ia masuk saja dan kembali duduk berkumpul dengan ayah dan kedua orang tua Naruto di ruang tengah. Namun ia tidak mau meninggalkan Naruto sendirian disini, ia takut nanti Naruto marah padanya. Sebenarnya Naruto juga bosan dengan suasana yang seperti ini, ia ingin Hinata membuka pembicaraan namun ia sadar Hinata itu orangnya pendiam, membosankan.

"Hinata, apa kau suka dijodohkan denganku ?" Pertanyaan Naruto membuat Hinata kaget

"Na na naruto-kun"

"Jawab aku Hinata"

"I ini te terlalu ce cepat, a aku ti tidak bi bisa menjawabnya Na naruto-kun" kata Hinata sambil memegang gaunnya pertanda bahwa ia sangat gugup. Naruto menoleh ke arah Hinata menampakkan mata sapphire blue nya yang indah.

"Aha ya kau benar, kau begitu kaget saat melihat aku tadi. Hahahaha kau ini kenapa sampai sekaget itu ? seperti melihat hantu saja, memangnya aku sangat menyeramkan ya ?" Tanya Naruto bercanda untuk mencairkan suasana

"Bu bukan be begitu Na naruto-kun, maaf"

"….."

"Na naruto-kun, bo bolehkan aku bertanya ?"

"Apa ?"

"Me mengapa Na naruto-kun tadi tidak kaget saat melihat ku ? ma maksudku kan kita su sudah lama tidak bertemu, te tentu Naruto-kun akan kaget juga kan akan dinikahkan de dengan teman SMA nya dulu ?"

"Aku sudah tahu bahwa kau yang akan kunikahkan"

"Eh ? ba bagaimana bisa ? kenapa aku ti tidak diberi tahu ?"

"Aku memaksa kedua orang tua ku untuk memberi tahu identitas wanita pilihan mereka. Awalnya aku juga terkejut begitu tahu bahwa itu kau"

"La lalu mengapa Na naruto-kun tidak menolak perjodohan ini ?"

"Kenapa aku harus menolaknya ?"

"Loh, bukannya Naruto-kun tidak menyukai ku ?" Tanya Hinata bingung akan sikap Naruto

"Aku hanya tidak ingin mengecawakan kaa-san dan oka-chan ku, lagipula akan membuang tenaga saja jika menolaknya. Sekuat apapun aku berontak, tetap saja perjodohan ini akan terjadi karena kedua kakek kita telah berjanji akan menikahkan kita jika kita sudah dewasa nanti. Itu sama saja dengan wasiat. Wasiat mana boleh diingkari"

Hinata tidak tahu harus bahagia atau sedih. Ia bahagia karena ia bisa bertemu dengan Naruto lagi, pria yang sangat ia cintai bahkan ia akan menikah dengannya. Namun, ia juga menyimpan kesedihan yang mendalam karena ia harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak mencintainya bahkan Naruto sendiri yang bilang tadi, bahwa ia mau menikah dengan Hinata hanyalah karena wasiat itu bukan karena ingin bersamanya.

TBC

Chapter pertama sampai sini dulu ya minna ^^