Second Life

.

By: Gia-XY

.

Previously:

"Doushita no?" tanya lelaki berambut silver dengan nada agak khawatir.

"W-Wheel of Fate … yang terbalik …," ucap sang lelaki beriris violet dengan nada tidak percaya.

Sang pemilik iris cobalt mengernyitkan alisya bingung.

"Apa artinya?" tanyanya pada sang lelaki yang memegang kartu yang disebut Wheel of Fate tadi.

"Seseorang tengah melawan takdirnya …," ucap sang lelaki beriris violet itu dengan nada masih kaget.

"Siapa?" tanya sang pemilik surai perak lagi.

Lelaki beriris violet itu hanya menggelengkan kepalanya saja, lalu menatap kartu itu lekat-lekat.

Apa mungkin ini ada hubungannya dengan ramalanku yang sebelumnya? pikir lelaki itu bingung.

Ia lalu menatap sang lelaki pemilik iris cobalt dengan tatapan agak khawatir.

Kuharap … mereka berdua baik-baik saja ….

.

Summary:

Yurika kembali pergi menemui Juudai, adik kelasnya. Siapa sangka sesuatu yang besar akan terjadi hari itu juga, dengan melibatkan Juudai dan beberapa orang lainnya?

.

Disclaimer:

Yu-Gi-Oh! © Takahashi Kazuki

Yu-Gi-Oh! GX © Takahashi Kazuki & Kageyama Naoyuki

Story; Gia's OC: Kisaragi Yurika, Yukarina Hikari © Gia-XY

.

Warning:

OC, OC as mainlead (Maybe), AU, OOC, typo(s), misstypo(s), gender bender, vocabulary crisis, some Japanese, some non-formal language, DLDR, dll.

.

Chapter 6

Birthday and Promise

.

.

"Semua kebenaran akan kau dapat hari ini …."

Diriku terbelalak menatap sosok vampire di depanku. Ia menundukkan wajahnya, sementara aku mengernyitkan alisku dan menatapnya dengan tatapan bingung.

"Apa maksudmu?"

Kami sama-sama tediam. Keheningan menyelimuti kami berdua. Pada akhirnya, sebuah cahaya kembali datang menyelimuti tempat ini sebelum aku tahu maksud dari perkataannya.

"Sampai bertemu nanti, Hika …."

~XxX~

"Yuu, aku pergi dulu!"

Sang gadis berambut blond kini melangkahkan kakinya keluar dari ruang tamu setelah berpamitan dengan teman masa kecilnya. Yugi hanya mengehela napas lega setelah gadis itu keluar dari mansion yang ditempatinya sekarang.

"Yugi, ayo kita mulai," ucap Atem yang baru saja muncul bersama Yami yang terus memegang sebuah handphone di tangannya sambil tersenyum pada Yugi.

"Ah, benar juga. Semoga gadis itu menjalankan tugasnya dengan benar. Bagaimana dengan kedua orang lainnya?" tanya Yugi.

Yami yang sejak tadi terus-terusan memegang handphone-nya, akhirnya membuka mulutnya.

"Mereka akan datang sebentar lagi. Cih, untung saja aku dia tidak lupa memberiku makan hari ini," ucap Yami sambil menoleh ke arah pintu.

Ah, memang benar, Yurika sempat lupa memberikan Yami jatah makanannya beberapa hari lalu, makanya Yami sempat mengomel panjang lebar setelah dirinya pingsan kekurangan darah. Yugi dan Atem hanya terkekeh kecil saja mendengar ucapan Yami.

"Yah, dia memang belajar dari pengalaman. Kalau begitu, ayo kita mulai," ucap Atem dengan nada ceria sambil tersenyum lebar.

~XxX~

"Namaku Johan Anderson! Yoroshiku, Yurika-senpai!"

Yurika tertegun melihat sosok lelaki berambut teal yang kini berdiri di depannya. Lelaki itu … cara tersenyumnya benar-benar mirip Juudai ….

"Jadi kau sahabat Juudai? Wah, aku kaget melihatmu. Sifatmu benar-benar mirip dengan Juudai," ucap Yurika sambil terkekeh kecil.

Lelaki itu, Johan, menggaruk-garuk kepalanya sambil tersenyum mendengar perkataan Yurika.

"Ahaha, banyak yang berkata seperti itu kok," ucap Johan malu-malu.

Saat ini, Yurika sedang berada di café yang didatangi bersama Juudai beberapa hari lalu. Johan baru saja datang, sementara Juudai sudah duduk di depannya sejak tadi. Juudai hanya tersenyum saja melihat kakak kelasnya, Yurika, dan mantan pacarnya, Johan, bisa akrab dengan cepat, sepertinya dirinya dan Yurika dulu. Yurika dan Johan lalu mengambil kursi masing-masing untuk diduduki.

"Ah, ya, kalian sudah dengar belum gosip baru-baru ini?" tanya Juudai.

Yurika dan Johan sama-sama mengernyitkan alisnya bingung. Gosip? Gosip apa memangnya? Dan lagi, tumben sekali Juudai tahu gosip yang sedang beredar baru-baru ini.

"Memangnya ada gosip apa, Juudai?" tanya Johan bingung.

Judai melipat tangannya dan menumpukan siku tangannya di atas meja. Dirinya memejamkan matanya sambil mengingat-ngingat cerita yang didengarnya dari seseorang pemilik surai perak yang dikenalnya baru-baru ini.

"Ano, itu, desas-desus lama kembali beredar. Katanya, makhluk penghisap darah sepertinya kembali muncul. Ada beberapa warga Domino yang ditemukan tidak sadarkan diri di gang-gang dengan keadaan lehernya terdapat dua bekas tusukan, seperti bekas gigitan," ucap Juudai.

"Maksudmu vampire, Juudai?" tanya Johan bingung sambil menaikkan sebelah alisnya.

Juudai mengangguk. Yurika hanya bisa terdiam kaget saja mendengar cerita Juudai. Apa ia tidak salah dengar tadi? Vampire berarti … Yami …. Tidak! Tidak mungkin! Yami tidak bisa meminum darah orang lain selain darahnya! Tetapi, mungkin saja lelaki itu berbohong dan berakting di depan mereka semua untuk menutupi kalau dia yang melakukan semua ini, 'kan? Untuk menutupi rencananya? Ah, tidak! Tidak baik berpikir tidak baik tentang orang lain tanpa bukti! Tetapi kalau memang bukan Yami, berarti ada vampire lain …. Tetapi kenapa vampire itu baru beraksi sekarang? Kenapa tidak dari kemarin-kemarin?

"Ada apa Yurika-senpai? Wajahmu kalihatan pucat," ucap Juudai khawatir.

Yurika menggeleng pelan. Ia tidak mau Juudai khawatir padanya.

"Senpai yakin? Apa tidak lebih baik kalau—"

Sebelum Johan sempat menyelesaikan kata-katanya, seseorang sudah menepuk pundaknya dari belakang. Mereka bertiga langsung menengok ke arah orang itu. Terlihat seorang lelaki berambut silver dengan wajah feminine dan mengenakan jas kini menatap mereka dengan sepasang iris cobalt blue-nya.

"Johan?"

Itu kata pertama yang diucapkan lelaki itu. Johan hanya bisa terbelalak menatap lelaki itu. Juudai tersenyum lebar menatap Johan dan lelaki itu.

"Wah, sepertinya kalian sudah saling kenal ya?" tanya Juudai dengan nada senang.

"Dia siapa?" tanya Yurika sambil menunjuk ke arah sang pemilik surai silver.

"Edo Phoenix, dia anak angkat teman ayahku," ucap Johan.

"Johan, kau tidak tahu kalau dia ini teman dari Saiou Takuma?" tanya Juudai sambil menaikkan sebelah alisnya.

Johan terkesiap kaget, ia lalu menggeleng. Yurika menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Saiou itu orang yang meneleponmu beberapa hari lalu itu, 'kan?" tanya Yurika bingung.

Juudai mengangguk, sedangkan Johan kini menatap Juudai dengan tatapan bingung.

"Untuk apa dia meneleponmu?" tanya Johan.

Lelaki bersurai silver itu, Edo Phoenix, mengambil tempat duduk di samping Johan, lalu menghela napas pelan.

"Juudai … mendapat ramalan yang sama denganku …," ucap Edo sambil melipat tangannya di atas meja.

Yurika dan Johan mengernyitkan alis mereka bingung. Ramalan? Ramalan apa yang dimaksud Edo? Yurika berpikir sejenak. Apa mungkin ada hubungannya dengan kata-kata Juudai yang mengatakan orag benama Saiou itu menyuruhnya untuk berhati-hati?

"Kau tahu Edo, kau mendapat ramalan yang sama denganku, jadi seharusnya kau melindungi dirimu sendiri, bukan melindungiku," ucap Juudai sambil menghela napas pelan.

"Yah, Saiou juga berkata seperti itu padaku. Tetapi aku malas disuruh berdiam diri di mansion terus, jadi lebih baik aku bersamamu, sekalian untuk mengecek keadaanmu," ucap Edo dengan nada bosan.

Yurika dan Johan menatap kedua orang itu dengan tatapan penasaran. Sebenarnya ramalan apa yang dimaksud mereka?

"Hei, ramalan apa yang kalian maksud?" tanya Johan.

"Bukan sesuatu yang pentng kok, setidaknya untukmu," ucap Edo.

Johan hanya mendengus kesal saja mendengar jawaban seenaknya Edo. Hei, dia kan teman dari Juudai dan Edo, jadi tentu saja itu da hubungannya dengannya! Merasakan hawa-hawa mengerikan dari mantan pacarnya, Juudai langsung berusaha mengalihkan topik.

"A-ano, E-Edo, kalau tidak salah, beberapa hari lalu kau berkata tentang desas-desus lama yang kembali beredar itu, 'kan?" tanya Juudai sambil tersenyum kecil.

Edo lalu meletakkan jarinya di depan bibirnya sendiri, sedang mengingat-ngingat desas-desus itu.

"Ah, ya, benar. Apa kalian pernah mendengar kalau vampire itu sebenarnya sekumpulan orang-orang dengan penyakit bernama Porphyria?" tanya Edo sambil menatap ke arah ketiga orang lainnya.

Yurika mengangguk, lalu berkata, "Ah, ya, benar. Memang ada yang mengatakan seperti itu, tetapi …"

Edo tersenyum kecil. Sepertinya gadis di depannya ini lumayan tahu banyak.

"Sepertinya kau lumayan tahu banyak, Nona," ucap Edo.

"Yurika, namaku Yurika, cukup panggil dengan nama itu," ucap Yurika.

"Yah, tidak aneh kalau Yurika-senpai tahu banyak, dia kan ilmuwan," ucap Juudai sambil tersenyum lebar.

"Yah, seperti yang dengar dari Yurika-san tadi, masih ada 'tetapi' di pernyataan itu, tetapi saying tidak banyak orang yang tahu. Walau seperti yang orang-orang tahu, vampire sebenarnya sekumpulan orang berpenyakit Porphyria, sebenarnya masih ada yang lain lagi," ucap Edo sambil menatap mereka dengan tatapan serius.

Yurika mengangguk kembali. Memang benar kata Edo, sebenarnya masih ada yang lain lagi.

"Vampire itu … sebenarnya terbagi dua …," ucap Yurika sambil memejamkan matanya.

Juudai dan Johan mengernyitkan alis mereka bingung.

"Ya, benar. Yang satu adalah sekumpulan manusia penderita Porphyria, yang satu lagi adalah … sekumpulan makhluk berkekuatan gaib. Ada yang mengatakan kalau mereka adalah penderita Porphyria yang melakukan ritual untuk mendapatkan kekuatan yang tidak dimiliki manusia," jelas Edo.

Juudai dan Johan mengangguk-ngangguk paham kali sendiri mulai berpikir, sebenarnya vampire jenis apa Sennen Yami? Versi pertama, atau kedua?

"Ah, ngomong-ngomong, Yurika-senpai, bukannya sudah saatnya senpai pulang? Kalau tidak salah tadi Yugi-san mengirim e-mail padaku agar aku mengantar senpai pulang," ucap Juudai sambil beranjak dari tempat duduknya.

Yurika megernyitkan alisnya. Yugi, mengirim e-mail pada Juudai? Untuk apa Yugi menyuruh Juudai untuk mengantar Yurika pulang? Masa Yugi khawatit, terlalu tidak mungkin. Yurika menghela napas pelan. Ya sudahlah, ikuti saja perintah Yugi.

~XxX~

Sepanjang perjalanan, wajah Edo terlihat gelisah. Perasaannya tidak enak sejak mereka keluar dari café. Entah apa perasaannya benar atau tidak, dirinya hanya bisa berharap sesuatu yang buruk tidak terjadi.

Kini mereka sudah berada di dalam mansion. Yurika baru saja membuka pintu ruang tamu, tetapi dirinya langsung disambut dengan ruangan tanpa lampu yang menyala. Baru saja Yurika menyalakan lampu, dirinya langsung disambut dengan suara terompet dan teriakan.

"TANJOUBI OMEDETOU, YURIKA!"

Yurika terlonjak kaget, ia lalu menoleh ke belakangnya. Juudai, Johan, dan Edo hanya tersenyum iseng saja padanya. Yurika lalu menghela napas pelan. Ternyata mereka bertiga sekongkol dengan orang-orang lain yang sudah ada di dalam ruang tamu ini sebelum mereka …. Di dalam ruangan, telihat Yugi tersenyum lebar sambil memegang terompet bersama dengan Yami dan Jou. Dari dapur, ke luar Aem dan Seto yang membawa kue ulang tahun.

"Akhirnya si jenius ini berumur 20 tahun," ucap Seto sambil tersenyum kecil.

"He, bukannya kau lebih jenius dariku," ucap Yurika sambil tersenyum mengejek pada Seto.

"Ayo ditiup lilinnya!" seru Atem sambil memberikan kue yang dibawanya kepada Yurika.

Yurika mengambi kue itu, lalu meniup lilin berbentu angka 20 di atasnya. Semua orang di sana bertepuk tangan setelah lilin itu padam. Entah hanya perasaan mereka atau apa, sejak tadi Jou sejak tadi tidak tersenyum. Yugi lalu menyenggol lengan Jou, mengisyaratkan lelaki berambut blond itu untuk melakukan sesuatu. Jou langsung berjalan ke arah Yurika dan menarik lengannya.

"Maaf, Min'na, aku pinjam birthday girl-nya sebentar ya," ucap Jou sambil tersenyum lebar.

"E-eh? Ada apa, Katsuya?" tanya Yurika bingung.

"Atem, bisa tolong potongkan kue untuk yang lainnya. Kami akan segera kembali kok," ucap Jou.

Atem mengangguk pelan. Setelah itu, Jou menarik Yurika ke luar dari ruangan itu.

~XxX~

Yurika kini berada di dalam laboratorium bersama Jou. Jou mengunci pintu laboratorium, lalu berbalik dan berjalan ke arah Yurika.

"Ada apa, Katsuya?" tanya Yurika bingung.

Jou lalu menatap Yurika dengan tatapan tajam, lalu memegang pergelangan tangan gadis itu dengan kasar.

"Ka-Katsuya! Ada apa denganmu?! KATSUYA!" seru Yurika berusaha menyadarkan sepupunya itu.

Yurika terkesiap kaget. Warna mata Jou yang tadinya berwarna hazel brown, berubah menjadi crimson red. Tidak, ia tidak kerasukan, Yurika tahu itu. Hawa Jou masih ada di sana.

"Kau bodoh … bagaimana mungkin kau percaya begitu saja kalau kau itu sepupuku …?" tanya Jou dengan wajah kesal.

Yurika terbelalak kaget. Apa maksud Jou? Apa mungkin maksudnya kalau mereka itu sebenarnya …

"A-apa maksudmu, K-Katsuya …?" tanya Yurika pura-pura tidak mengerti.

"Kau, kau sebenarnya sudah tahu tentang lelaki itu, 'kan?" tanya Jou dengan nada datar.

Yurika mengernyitkan alisnya bingung. Lelaki itu? Masaka! Apa mungkin maksudnya ...

"Ya, maksudku adalah … lelaki yang selama ini muncul di mimpimu … Yami Atemu …," ucap Jou sambil menggertakkan giginya kesal.

Yurika terbelalak kaget. Ternyata benar tebakannya selama ini! Ia memang merasa pernah bertemu dengan vampire mengesalkan—setidaknya menurutnya—entah di mana! Ternyata benar, selama ini bukannya Yurika tidak pernah bermimpi, ia hanya melupakan mimpinya setelah bangun!

"Ja-adi lelaki itu … Yami Atemu …?!" seru Yurika kaget.

"Ya … dan kau adalah Yukarina Hikari …," ucap Jou.

"Tidak! Tidak mungkin! Aku Kisaragi Yurika! Aku bahkan masih ingat persis kalau aku tidak pernah dijadikan bahan percobaan—"

"KAU MENGGUNAKAN KEKUATAN VAMPIRE-MU UNTUK MENGUBAH TUBUHMU KEMBALI MENJADI BAYI DAN MENYEGEL SELURUH INGATANMU SEBAGAI YUKARINA HIKARI BERSAMA SETENGAH KEKUATANMU DI DALAM DIRIKU YANG MASIH BERADA DALAM KANDUNGAN IBUKU, BAKA!" seru Jou kesal.

Matanya semakin memerah. Yurika terbelalak kaget. Yukarina Hikari itu dirinya, dan ia adalah … tidak mungkin …. Dirinya berkeringat dingin. Perlahan, berbagai pengelihatan muncul di kepalanya. Dirinya melihat sebuah cahaya berwarna kebiruan yang menyelimuti tubuh Jou kini mulai mengalir menuju ke tubuhnya.

"Maaf membentakmu …. Sesuai janji ibuku padamu, aku akan mengembalikan semua kekuatan, ingatan, dan DNA Vampire-mu pada umurmu yang ke-20 tahun sebagai Kisaragi Yurika …. Selamat ulang tahun yang ke-34 tahun, Hikari-chan …," ucap Jou sambil tersenyum kecil sambil mentap Yurika dengan matanya yang perlahan-lahan kembali ke warna hazel brown.

~XxX~

Di ruang tamu, Yami hanya bisa duduk terdiam saja di atas sofa. Entah kenapa, ia masih memikirkan mimpinya tadi malam.

"Nee, Yami-san, kau tidak apa-apa, 'kan?" tanya Juudai sambil duduk di sebelah Yami dan menyodorkan sepiring kue padanya.

"Ah, aku tidak apa-apa. Arigatou, Juudai-kun," ucap Yami sambil menerima piring kue yang diberikan Juudai padanya.

Juudai lalu termenung sebentar. Yami menatap gadis itu dengan tatapan bingung. Kenapa tiba-tiba gadis itu diam sekali?

"Yami-san … apa kau ini … vampire …?" tanya Juudai dengan nada datar.

Yami terkesiap kaget. Kenapa gadis ini tahu?! Tidak mungkin kan Yurika yang memberitahunya!

"Ke-kenapa kau bisa menyimpulkan seperti itu …?" tanya Yami kaget.

"Simpel saja, aku bisa membedakan aura manusia biasa dan yang bukan," ucap Juudai sambil tersenyum kecil.

"Yah, memag benar sih. Kau … kekuatan apa yang kau miliki?" tanya Yami dengan nada penasaran.

Juudai menatap Yami sejenak. Baru saja akan menjawab, tiba-tiba kaca jendela dan lampu di ruangan itu pecah dan angin kencang berhembus ke dalam ruangan itu.

"JUUDAI!"

Juudai menoleh ke arah Edo. Kini Edo dan Johan berusaha berlari ke arahnya dengan wajah gelisah. Yugi berdecih kesal. Ia lalu berteriak—entah pada siapa ia berteriak.

"BARANG YANG KALIAN CARI TIDAK DI SINI!" seru Yugi dengan nada tegas, berusaha meyakinkan orang yang diajaknya bicara.

Semua orang menoleh ke arah Yugi dengan tatapan kaget. Barang? Barang apa yang dimaksud Yugi? Dan lagi, siapa yang diajaknya bicara? Apa Yugi tahu siapa yang menyebabkan semua kejadian ini?

"Hmph, bukan hanya benda itu yang kami cari, Ilmuwan bodoh."

Dari jendela, dua sosok makhluk bersayap hitam bak kelelawar masuk ke dalam ruangan itu. Yang satu berambut raven dan yang yang satu berambut teal. Yami kini meyakini satu hal tentang kedua makhluk itu, mereka vampire …. Yami bisa merasakan hawa itu di tubuh mereka. Hanya saja karena gelapnya ruangan itu, Yami tidak bisa melihat wajah mereka. Jendela juga kembali tertutup oleh gorden yang tadinya menari-nari karena tertiup angin.

"Well, kami juga datang untuk menjemput kedua orang itu," ucap sang pemilik surai teal sambil menunjuk Edo dan Juudai.

Edo dan Juudai terbelalak kaget. Edo lalu berdecih kesal. Dirinya mengambil sebuah pedang yang berada di samping sofa yang tadi diduduki Yami dan Juudai. Yugi memng suka mengoleksi berbagai senjata, jadi tidak aneh kalau banyak senjata bertebaran di mansion itu. Edo lalu berdiri di depan Juudai, berusaha melindungi Juudai dari kedua makhluk itu.

"Tidak akan kubiarkan kau menyentuh Juudai satu helai rambut pun! TIDAK AKAN PERNAH! Aku akan menepati janjiku pada Takuma untuk melindungi Juudai!" seru Edo dengan nada lantang pada kedua vampire itu.

"Ck! Jangan mempersulit perkerjaan kami! Aku tidak mau menjadi pesuruh kedua orang itu hanya karena aku tidak mendapatkan destiny servant-ku!" seru vampire yang memiliki surai raven sambil terbang mendekati Juudai bersamaan dengan temannya yang mulai melesat menuju ke arah Edo.

"BERHENTI SAMPAI DI SANA, KALIAN BERDUA!"

Semua yang ada di ruangan itu langsung menoleh ke asal suara. Terlihat Yurika kini berdiri di sana sambil memapah tubuh Jou yang pingsan.

"Well, kita lihat siapa yang ada di sini. Yukarina Hikari, si Half Vampire yang telah mengambil kekuatan master-nya," ucap sang vampire bersurai teal dengan nada mengejek.

"DIAM! DIAM! Pokoknya aku tidak akan menbiarkan kalian membangkitkan master-ku, raja kalian! TIDAK AKAN PERNAH! AKU JUGA TIDAK AKAN MEMBIARKAN KALIAN MENGAMBIL TEMAN-TEMANKU!" seru Yurika dengan nada lantang.

Yami terkesiap melihat mata Yurika yang kini berwarna crimson red. Gadis itu … ada yang berubah pada diri Yurika ….

"Ke mana benda itu …?" tanya sang pemilik surai raven dengan nada dingin.

Yurika hanya menyeringai puas saja mendengar pertanyaan vampire itu. Ia menyandarkan Jou ke dinding, lalu kembali berdiri tegap sambil menatap kedua vampire itu.

"Heh, kau pikir aku akan memberitahunya? Kalian tidak akan pernah tahu, dan … PERGI DARI TEMPAT INI!" seru Yurika sambil mengacungkan pedang yang tadi dibawanya.

Edo hanya terdiam kaget saja mendengar percakapan ketiga orang itu. Apa mungkin, kalau Kisaragi Yurika itu adalah … JADI YUKARINA HIKARI BELUM MENINGGAL?!

"Ck, menyusahkan saja! Kaiser, aku akan mengurus Yukarina Hikari! Kau urus mereka berdua!" ucap sang vampire berambut raven itu sambil melesat ke arah Yurika.

Sang vampire berambut teal yang dipanggil Kaiser itu mengangguk, lalu melesat ke arah Edo dan Juudai. Johan langsung mengambil inisiatif merebut pedang Edo dan berdiri di depannya.

"AKU LAWANMU! Aku tidak akan membiarkanmu melawan wanita! Itu tindakan pengecut!" seru Johan.

Yugi, Atem, Seto, dan Yami terbelalak mendengar ucapan Johan. Apa? Mereka tidak salah dengar kan? Edo, wanita? Bukankah ia memperkenalkan dirinya sebagai lelaki tadi?

"Menarik. Baiklah, kuterima tantanganmu, Manusia," ucap sang Kaiser sambil menyeringai licik.

Di sisi lain, terlihat Yurika sedang berusaha menusuh sang vampire berambutraven tepat di jantungnya. Yurika terengah-engah. Matanya berangsur-angsur berubah menjadi prussian blue, tanda kekuatannya melemah. Sepertinya kekuatannya terkuras banyak karena pemindahan kekuatan yang dilakukan Jou pada dirinya tadi.

Merasa musuhnya lengah, sang vampire berambut raven itu menjentikkan jarinya. Seketika, tubuh Yurika ambruk ke lantai, seakan-akan lumpuh dan tidak bisa digerakkan.

"Khh! Sial!" seru Yurika kesal.

Vampire itu lalu berjongkok, lalu tersenyum puas penuh kemenangan sekaligus mengejek pada Yurika. Dirinya lalu mencari-cari sesuatu di sekitar kantung baju Yurika.

"Sepertinya ousama akan membawamu juga. Ah, dan mungkin saja dia akan mencabut setengah kekuatanmu dan mengembalikanmu seperti dulu," ucap vampire itu sambil mengambil botol kecil yang ditemukannya di dalam saku baju Yurika.

"KEMBALIKAN!" seru Yurika dengan nada memaksa.

Benda itu … abu yang sempat terjatuh waktu itu …. Yurika kini sudah mengingat persis kejadian saat abu itu terjatuh dan … kenapa sebenarnya abu itu sangat penting ….

"Nah, tunggulah di sini dengan manis, Hikari," ucap vampire itu dengan nada mengejek.

Yurika menggeram kesal. Vampire itu lalu berjalan meninggalkan Yurika menuju ke tempat sang Kaiser.

"Kau hanya manusia, manusia lemah! ENYAH!" seru sang Kaiser dengan nada marah.

Matanya berubah menjadi crimson red, menandakan emosi yang berkumpul di dalam dirinya. Dirinya merentangkan tangannya. Dari tangannya, ke luar angin kencang yang siap menghantam Johan dan kedua orang lainnya ke ujung ruangan. Johan berusaha menahan kekuatan yang dikeluarkan sang Kaiser sambil merentangkan tangannya berusaha melindungi kedua gadis di belakangnya. Yami sejak tadi masih duduk terdiam di atas sofa. Dirinya tidak tahu harus berbuat apa. Ia ingin melindungi orang-orang di ruangan itu, tetapi di sisi lain, jika ia melakukan itu, berarti ia akan mengkhianati teman satu rasnya. Benar, dirinya sekarang vampire, ia tidak tahu jalan mana yang harus diambilnya.

Sang vampire berambut raven tersenyum licik. Dirinya melangkah ke arah Yami, lalu perlahan membuka botol yang diambilnya dari Yurika.

"Well, Ousama, saatnya kembali membangkitkan suku kita," ucap vampire itu.

Yami terbelalak mendengar panggilan yang dilotarkan sang vampire bersurai raven itu padanya. Kenapa vampire itu memanggilnya begitu?

"JANGAAAN!" seru Yurika.

Dirinya terus berusaha bergerak, tetapi tidak bisa …. Tidak ada yang bisa dilakukan olehnya saat ini ….

Vampire bersurai raven itu menyeringai licik, lalu perlahan mengalirkan kekuatannya ke botol itu. Seiringan dengan aura berwarna hitam milik vampire itu menyelmutinya, abu di dalam botol itu perlahan keluar dan masuk ke dalam tubuh Yami. Yami terbelalak dengan kejadian itu. Dirinya merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhnya.

"TIDAAAAAAAAAK!"

Masih tidak bisa bergerak …. Yurika terus berusaha bergerak dan menatap Yugi untuk menghentikan semuanya, hanya saja Yugi hanya terdiam di , dirinya tidak punya kuasa apapun untuk menghentikan vampire itu.

Angin yang dikeluarkan sang Kaiser perlahan mereda. Johan masih bertahan di posisinya yang semula. Sang Kaiser berdecih kesal, lalu menjentikkan jarinya. Tubuh Johan langsung terpelanting ke ke samping, membuat kedua gadis yang berada di belakangnya tadi tidak memiliki pertahanan apapun.

Di sisi lain, abu di dalam botol yang dipegang sang vampire berambut raven kini telah habis. Yami ini terdiam di tempatnya sambil meremas kepalanya. Sang vampire bersurai raven hanya tersenyum puas saja dengan hasil pekerjaannya.

"Selamat datang kembali, Ousama …," ucapnya dengan nada hormat.

Edo kini hanya bisa meringis kesal saja. Kenapa dirinya membiarkan Johan melindunginya tadi?! Seharusnya Edolah yang melindungi Juudai dan Johan, juga semua orang di sana!

"AKH! KAU KALIAN BENAR-BENAR MENYEBALKAN!" seru Edo kesal.

Dirinya menarik pergelangan Juudai, mengajak gadis berambut brunette itu untuk menghampiri Johan. Sayangnya, baru selangkah Edo berjalan, sang Kaiser sudah menjentikkan jarinya, dan seketika, tubuh Edo dan Juudai terdiam di tempat, tidak bisa bergerak.

"Kau sungguh merepotkan, Gadis kecil," ucap sang Kaiser sambil tersenyum menyindir dan menghampiri Edo dan Juudai.

Edo meringis kesal. Dirinya berusaha menggenggam tangan Juudai erat-erat.

Di sisi lain, terlihat Yami mulai menurunkan tangannya dari kepalanya dan berdiri. Dirinya lalu menatap Yurika yang kini lumpuh tiadk bisa bergerak. Yurika hanya bisa bergetar takut saja begitu Yami mulai menengok ke arahnya. Yami lalu megangkat kepalanya dan menyeringai lebar.

"Aku kembali, Hikari …."

.

.

Tsuzuku

.

.

Gia: Hai-hai~ Akhirnya main event di mulai~! Semoga fic ini bisa segera mencapai ending!

Johan: AKHIRNYA GUE NAMPANG!

Edo: Bisa jelaskan kenapa gue mesti ikutan juga?

Gia: Er, takdir?

Yami: Jadi apa yang terjadi pad ague di atas?

Yurika: *Cuek* Akan dijelaskan di chapter depan

Yugi: Gue serasa bego ….

Atem: Bales review~

.

Ricchan Yami no Hime:

Gia: Gak apa~ Emang makin gaje kok~

Yami: Maksudnya apa *Sweatdrop* Gue emang gak tahan sih, kayaknya darahnya enak gitu~

Yurika: Enak banget ngomongnya, sini yang menderita!

Yami: Emang … apes banget ….

Gia: Bagus kalau begitu *Ngacungin jempol*

Jou: Thanks for review!

.

PC Semi Hiatus:

Yami: Udah dibilang … GUE KEPAKSA BEGOOOO! LIATIN AJA! HABIS CHAPTER INI GUE BAKAL BALIK JADI PINTER!

Gia: Gue gak jamin loh~ Sip deh, Nak~

Johan: Iya, apes gue …. Ah, bener juga, dari pada jadi selingkuhan ….

Jun: Gue ngamuk ya? *Ketawa kering* Ahaha, mungkin aja ….

Gia: Rukun kok, Cuma kaa-sama lagi dapet periode bulanan aja …. *Lirik Juudai*

Juudai: *Diem* ….

Takuma: Sini kaga bikin iklan woi!

Edo: Ha? Emang ada iklan apaan?

Johan: *Face palm* Ra … untung polos lu gak separah Juudai ….

Gia: *Sembunyi di belakang Jun* E-emang fic yang mana …?

Juudai: Ahaha~ Makasih~

Jun: Yah, tentunya berkat ajaran gue

Gia: Ane berusaha nyocokin sama data dari otouto sekarang, berhubung tuh anak entah kenapa tau banyak~ Cuma ada beberapa juga yang ngarang

Seto: Bener juga sih …. *Lirik Jou* Tapi kayaknya sih tuh anak udah gak bahaya, jadi gue udah aman~

Jou: Shut up, Moneybag ….

Atem: Thanks for review~

.

Gia: AMIN! AKHIRNYA MISTERI ABU TERUNGKAP SETENGAHNYA! GUE JADI GAK SABAR BIKIN CHAP DEPEN! SEMOGA NIH FIC CEPET SLESAI! MUAHAHAHA!

All: *Sweatdrop*

Edo: Ngomong-ngomong, gue masih penasaran soal ramalan kecelakaan yang terakhir di chapter lalu itu

Gia: Yang kartu jatoh mendadak itu?

Edo: Iya

Gia: Pokoknya, sebenarnya ada yang melawan takdirnya

Yurika: Bukan gue kan …?

Gia: Ada deh~

Atem: Maaf kalaun ada typo dan kesalahan lainnya, berhubung author-nya burur-buru karena udah diteror

Jou: Thanks for reading this chapter!

Seto: Kalau niat, tungguin aja chapter depan ….