Holaa minna-san~ Kembali dengan Yuu di sini. Kali ini HiruMamo lagi, saya nggak ada bosannya dengan pairing ini

Saya terinspirasi dengan salah satu novel yang mendorong saya untuk membuat fiction ini.

Ini saya coba Canon, tapi ceritanya akan berubah seiring ini adalah cerita karangan saya, ahaha.

Kalau begitu, selamat membaca minna-san :)


Deimon Devil Bats, tim amefuto yang bertekad mati-matian mencapai impian mereka, Christmast Bowl. Seiring waktu Devil Bats mengetahui Mamori mengidap penyakit yang tak pernah di duga siapapun, perasaan aneh di dalam diri Hiruma mulai tumbuh. Dapat 'kah Mamori mempertahankan hidupnya demi janjinya menuju Christmas Bowl bersama Devil Bats dan Hiruma?

THE PROMISES

Disclaimer : Riichiro Inagaki & Yusuke Murata

Story : Hiruma Yuuzu

Chapter 1 - Tiga Tahun yang Lalu

.

.

Hujan kembali mengguyur kota Deimon di bulan Oktober. Seorang laki-laki berusia 19 tahun yang menjabat julukan Eyeshield 21 berniat untuk mengunjungi suatu tempat yang lumayan jauh dari kediamannya, tapi tidak bisa karena hujan yang amat sangat deras disertai angin kencang membuat transportasi kota ini berhenti total.

"Sena, kau sedang lihat apa?" tanya seorang gadis berambut biru bernama Suzuna.

"Hanya melihat cuaca di luar" Sena tersenyum pada gadis itu, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Melamun lagi.

"Sena?" panggil Suzuna, ia duduk di kursi depan Sena duduk. Suzuna membuka mulutnya ingin membuka pembicaraan suasana sepi ini, tapi ia mengurungkan niatnya karena melihat kekasihnya juga ingin mengatakan sesuatu.

"Kalau melihat ini… aku selalu teringat dengan hari itu" sahut Sena serius tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela.

"Hari itu ya… Ini sudah hampir tiga tahun" Gadis di depan Sena ikut termenung ketika Sena menyinggung Hari itu.

Suzuna melihat sebuah bingkai foto di meja kecil kediaman Kobayakawa di depannya, foto beranggotakan 13 orang serta seekor anjing dan babi. Tertulis di sisi ujung kanan bawah bingkai, 'Deimon Devil Bats'.

Ia mengambil bingkai foto itu, memperhatikan wajah dari masing-masing orang di dalam foto, lalu dua jarinya menyentuh wajah orang itu.

"Kira-kira, apa yang sedang dia lakukan ya, sekarang?"

"Suzuna, lihat, hujannya sudah berhenti, ayo kita berangkat, yang lain pasti sudah menunggu"


Sena P.O.V

"Sena? Amefuto itu.. berbahaya untukmu" Itu lah yang ku dapatkan dari Mamori-neechan ketika aku membuka helm Amefuto di depannya, di pertandingan Bando ini.

"Maaf kan aku karena tidak memberitahukan mu selama ini, Mamori-neechan"

"OOH! SUGEE! Kau keren Sena waktu kau menjatuhkan eyeshield itu dan lari ke lapangan!" tiba-tiba Kuroki yang ada di sebelah kiriku berteriak di telingaku begitu aku menceritakan bagaimana aku memberitahukan identitas asliku pada Mamori-neechan.

"Bukankah seharusnya Sugoi?" Tanya Toganou yang ada di sebelah kananku sedang membaca komik terbarunya.

"Sugee ataupun Sugoi tidak ada bedanya!" seru Jumonji yang ada di depanku. Sekarang, kami bukanlah seperti waktu dulu pertama bertemu, aku bukan jadi pesuruh-suruh mereka sejak mereka bergabung dengan amefuto, mereka berubah.

"Sena, apa kau bawa bekal?" Tanya mereka bertiga

"Eh? Ya, aku bawa. Kalian mau? Ini silahkan" kata ku menyodorkan tempat makanku yang masih penuh.

"Tidak, kami bawa bekal sendiri. Kita makan di sini saja" kata mereka bertiga lagi menarik kursi dan meja mendekat dengan meja ku.

Ku dengar di luar suara ribut-ribut seperti sedang ada artis saja. Seorang perempuan yang kukenal sejak kecil, Mamori-neechan, dia masuk ke kelasku dengan sebuah benda berbentuk persegi berwarna biru di kedua tangannya.

"Sena, ini ku bawakan bekal untukmu". Oh, aku paham suara ribut-ribut apa itu. Ternyata ada Mamori-neechan, sepertinya fansnya berulah lagi. Dia menghampiriku memberikan bekal sambil senyum-senyum, ah, tak heran banyak yang menyukainya.

"Anezaki-senpai, cuma Sena yang di beri bekal?" tanya tiga orang itu serempak

"Eh, kalian mau? Maaf aku tidak tahu kalau kalian juga mau" sahut Mamori-neechan tersenyum minta maaf pada mereka

"Tidak, bukan untuk kami, Anezaki-senpai" kata Jumonji tersenyum jahil. Lalu ia menunjuk-nunjuk ke pintu. Aku dan Mamori-neechan tidak mengerti maksudnya, lalu aku menoleh pada suara ribut-ribut lagi yang ada di luar pintu, kali ini teriakan yang lebih histeris.

"Hi-Hi-Hiruma-san, jangan sebarkan rahasia ku!"

"Siapa yang mau menyebarkan rahasiamu anak sialan? Oi, Manajer Sialan, sedang apa kau di sana?" Hiruma-san datang ke kelas kami, melewati anak laki-laki yang sedang bersujud memohon didepannya begitu saja.

Ada angin apa dia datang ke wilayah kelas satu? Tidak biasanya. Mamori-neechan menghampiri Hiruma yang masih berada di depan pintu dengan wajah kesal.

"Hiruma-kun, kau mengancamnya ya? Dasar kau ini tidak ada habisnya. Eh, um, maafkan dia ya?" kata Mamori-neechan tersenyum lembut pada anak tadi. Dia hanya tersenyum karena bantuan Mamori-neechan. Lalu Mamori-neechan, dia pergi begitu saja dengan Hiruma-san. Seperti melupakan keberadaan kami sebelumnya.

"Mereka itu seperti pasangan saja ya" kata Kuroki memulai pembicaraan setelah mereka berdua pergi.

"Kenapa? Kau cemburu eh?" tanya Jumonji mulai memakan makanannya

"Tidak, hanya saja mereka itu seperti iblis dan malaikat"

"Keren, bukan? Itu seperti Anime atau Manga, iblis dan malaikat, kehidupan berbeda, tapi cinta mereka-"

"Cukup Toga, kau membuatku illfeel pada dirimu ketika kau menceritakan cerita cinta" sela Kuroki mengangkat sebelah tangannya di depan Toganou, yaah ku rasa mereka akan mulai berkelahi.

"Haah? Kau bilang apaaa?"

"Sudah, hentikan, lebih baik kalian habiskan bekalnya, sudah mau masuk" kata Jumonji melerai, ia menjadi lebih dewasa juga sejak masuk amefuto.

~ The Promises ~

Normal P.O.V

"Amanaka Tohru"

"Hadir"

"Anezaki Mamori"

"Anezaki Mamori?". Yosei-sensei yang tengah mengabsen, mengalihkan pandangannya dari buku absen dan melihat muridnya yang tidak menjawab absen. Mamori duduk dekat jendela, tengah memandangi gumpalan awan putih di luasnya langit biru.

"Anezaki Mamori!"

"I-Iya, aku akan segera menyelesaikan tugas..nya. Eh?"

"Kau melamun?" tanya Yosei-sensei dengan nada sedikit kesal

"Ma-Maafkan saya. Saya tidak akan mengulanginya lagi" kata Mamori berdiri dari duduknya dan membungkukkan sedikit badannya.

~ The Promises ~

Jam pelajaran terakhir sudah selesai, pukul 3 waktunya siswa/i Deimon untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Mamori-chan, kau sedang memikirkan apa?" tanya kedua sahabat Mamori, Ako dan Sara yang masih menemani Mamori di kelasnya.

"Aku tidak memikirkan apa-apa, Sara, Ako" jawab Mamori memberikan senyuman kecil untuk mereka sambil merapihkan peralatan sekolahnya.

"Benarkah? Kau itu melamun terus dari pagi. Kami khawatir Mamori" sahut Ako, gadis berkacamata.

"Ya, kalau kau punya masalah ceritakan pada kami, kami siap mendengarkan ceritamu kapan saja" sahut Sara. Mamori sedikit terkejut mendengar kedua sahabatnya yang terlihat khawatir. Ia kembali memberikan senyumannya sekadar menenangkan mereka.

"Akan kuceritakan kalau aku benar-benar punya masalah, tapi kali ini benar-benar tidak ada"

"Ya sudah, kalau begitu kau mau pulang bersama kami?" tanya Ako, Mamori menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Tidak, aku masih ada kegiatan club. Kalian duluan saja"

"Baiklah, kami duluan ya, sampai besok, Mamori"

~ The Promises ~

"Lari 10 putaran lagi anak-anak sialan!" Hiruma memberikan komando pada anggota Devil Bats yang baru saja menyelesaikan 10 putaran pertamanya mengelilingi sekolah. Tidak terdengar suara penolakan dari anggota Devil Bats, mereka semua sangat bersemangat hari ini. Mereka mulai berlari lagi diikuti dengan Hiruma di barisan paling belakang. Hiruma melihat Mamori sedang duduk di bench menuliskan data-data di atas papan jalannya, lalu pandangan Mamori terlihat kosong seketika.

Merasa dirinya tengah diperhatikan, Mamori menoleh pada Hiruma yang baru saja menyelesaikan putaran keduanya

Siapkan minuman dan handuk, Manajer Sialan. Jangan hanya melamun tidak jelas di situ

Hiruma memberi kode pada Mamori yang baru saja bangun dari lamunannya. Ia segera beranjak dari bench dan berjalan menuju club house.

"Oi, Sena" panggil Monta berlari di samping Sena

"Ada apa Monta?" tanya Sena, menurunkan dan mengimbangkan kecepatannya dengan Monta

"Kau lihat tidak, tadi? Mamori-san melamun"

"Benarkah? Aku tidak lihat. Dia juga agak aneh akhir-akhir ini, jadi lebih pendiam" sahut Sena

"Mungkin dia sedang memikirkan ku MAX!"

"Percaya diri sekali kau, monyet" sahut Jumonji, Kuroki, dan Toganou yang baru saja melewati mereka berdua dengan santainya.

"MUKYA! Aku bukan monyet! Dasar kalian Ha-ha bersaudara"

"KAMI BUKAN SAUDARA!" teriak mereka bertiga kompak

"Siapa yang suruh kalian mengobrol dan menurunkan kecepatan hah?! Cerberus! Kejar mereka berlima!" teriak Hiruma dari barisan belakang di susul dengan Cerberus berlari mengejar mereka dengan kecepatan penuh.

Mamori menghampiri dan memberikan minuman serta handuk untuk anggota Devil Bats yang tergeletak begitu saja di tanah setelah menyelesaikan 10 putaran terakhir bersama Cerberus yang sekarang sedang menggigit-gigiti Monta.

~ The Promises ~

Mamori P.O.V

Tinggal beberapa hari lagi sebelum turnamen Kantou di mulai, sebelumnya akan ada penarikan undian pertandingan. Hiruma itu, dia tidak mengizinkan yang lain untuk beristirahat selama satu-dua hari, terus saja latihan, apa dia tidak lelah? Yah, tidak untuk maniak amefuto.

Langit pagi yang kulihat dari jendela kamar ku ini agak gelap, lebih baik aku segera berangkat dan membawa dua payung, satu untukku dan lainnya untuk Sena. Pandanganku terhenti pada benda kecil berbentuk tabung kecil yang ada di meja belajar, sudah dua tahun aku tidak bergantung pada benda itu lagi dan sekarang aku memiliki firasat untuk membawanya. Apa aku akan baik-baik saja?

"Mamo-chan, ada temanmu datang menjemput" teriak kaa-san dari bawah. Temanku? Menjemput? Siapa? Aku kan biasa jalan sendiri atau dengan Sena. Kalau itu Sena, kaa-san tidak menyebutnya dengan kata 'temanmu' kan? Lebih baik aku turun dan segera berangkat.

"Yaa~ Mamo-nee, selamat pagi! Ayo berangkat" ternyata itu Suzuna, kukira si maniak amefuto itu. Aku sedikit kecewa, tapi kenapa aku berharap dia?

"Selamat pagi Suzuna-chan, tidak biasanya kau datang kemari. Kaa-san aku berangkat yaa" kataku sambil menuju gerbang

Aku dan Suzuna saling bercerita tentang hal-hal kemarin, hingga suasana sepi karena kami tidak membicarakan apa-apa lagi. Tiba-tiba aku mendapati Suzuna tengah memperhatikanku dengan tatapan aneh.

"Mamo-nee, apa kau kedinginan? Sepertinya kau menggigil?"

"Ya, kurasa begitu, tidak lama lagi musim dingin kan, hahaha"

"Bibirmu juga memutih, apa kau sakit?"

"Benarkah? Oh, ya aku lupa" Aku mengeluarkan sebuah lip gloss dari dalam tas dan mengoleskannya ke bibir ku

"Mamo-nee, itu lip gloss? Kenapa kau pakai lip gloss?"

"Supaya bibirku tidak kering, Suzuna-chan" Aku tersenyum simpul pada gadis yang masih setia berjalan bersamaku ini, ia hanya memperhatikan tidak mengerti. Tapi, aku memang benar kan? Lip gloss berfungsi untuk melembabkan bibir?

~ The Promises ~

Normal P.O.V

Anggota Devil Bats beranjak ke rumah masing-masing, Sena, Monta, Suzuna, dan Ha-ha bersaudara pulang lebih dulu memilih untuk beramai-ramai menuju rumah masing-masing.

"Sena.." Suzuna memanggil Sena yang sedang berbincang dengan Monta

"Ada apa Suzuna?" Tanya Sena menoleh Suzuna

"Apa Mamo-nee sedang sakit?"

"Kurasa tidak, memangnya kenapa?"

"Sikapnya aneh, tadi pagi juga dia memakai lip gloss"

"Kalau memakai lip gloss kenapa?"

"Dia menutupi bibirnya yang terlihat pucat, tandanya sedang sakit kan?"

"Ya, kurasa begitu, tapi Mamori-neechan itu tipe orang yang tidak tinggal diam. Maksudnya kalau dia memang sakit, dia akan segera berobat . Jadi kita tidak perlu khawatir"

~ The Promises ~

Kini tersisa Hiruma dan Mamori berdua di dalam club house, mereka baru saja menyelesaikan rapat strategi baru untuk turnamen Kantou. Begitu Mamori menyelesaikan pekerjaan lainnya, ia memilih untuk segera pulang. Dia merasa hari itu sangat melelahkan meskipun dia hanya berkutat dengan tumpukan kertas-kertas formasi.

"Hiruma-kun, kau masih mau tinggal di club house?"

"Hn" jawaban singkat 'ya' a la Hiruma

"Ya sudah, aku pulang duluan ya. Kau hati-hati ya nanti"

"Justru kau yang harusnya hati-hati, kau tahu? Penghuni sekolah ini sudah menunggumu di luar sana, kekeke"

Mamori yang sudah bersiap membuka pintu langsung menggagalkan niatnya dan berbalik menghadap Hiiruma. Terkejut dengan apa yang Hiruma katakan. Sosok iblis satu itu hanya menyeringai puas mendapati Mamori ketakutan.

"I-Itu tidak mungkin kan? Hahaha. Lagipula untuk apa me-mereka menungguku? Bukankah justru mereka menunggumu yang memang adalah teman mereka?" kata Mamori tergagap karena takut ditakut-takuti. Tapi ia mencoba untuk menyembunyikan rasa takutnya di depan Hiruma karena pasti akan dijadikan bahan ancaman.

"Hm? Kau takut ya Manajer Sialan? Kekeke" Tanya Hiruma dengan nada mengejek dan menyeringai lebih lebar daripada tadi.

"U-Untuk apa aku takut, hahaha"

"Akui saja Manajer Sialan, wajahmu itu sudah mengaku, pucat, kekeke" ejek Hiruma lagi sambil menunjuk-nunjuk wajah Mamori.

"Hiru-"

TEP

"KYAA!"

Tiba-tiba lampu ruangan itu mati membuat Mamori menjerit keras. Tidak lama lampu itu kembali menyala, Hiruma melihat Mamori yang merunduk memegangi kepalanya seakan-akan ingin tertimpa sesuatu yang berat.

KLIK

"KEKEKEKE" Suara tawa Hiruma yang menggelegar mengejutkan Mamori, ia mengangkat kepalanya melihat Hiruma ternyata tengah memfoto dirinya yang ketakutan.

"Hiruma-kun, kau jahat!"


Di awal-awal fic ini pertama-tama akan banyak POV dari Sena/Suzuna, tapi makin ke akhir cerita akan Hiruma, Mamori, atau Normal kok.

Romance-nya di awal juga belum berasa, tujuan ceritanya belum ketahuan di chapter satu ini. Buktinya, apaan tuh yang chap satu ini.. baru pemanasan saja :)

Romance nya akan saya banyak-banyakin nanti, tenang saja, nyahaha~

Minta review nya minna-san :3

Just tell me what you want to say about this, if you have any idea, I'll listen to it :)