Lee harika present

.

.

.

.

.

.

.

.

LIFE IN MEXICO.

.

.

.

.

.

.

.

pair: jung yunho(39th)Xkim jaejoong(39th) and the others

genre: PG 16, romace, yaoi, angst, fluf, gaje-_-

rated:T

disclaimer: ini fic pertama saya di peryunjaean yang saya ketik ulang, fanfic ini terinspirasi dari fic di yunjae secret page yang judulnya alejandro, ff yang masih jadi nomor satu di hati saya sampai sekarang , tapi sayang sekarang di protect(kecuali sequelnya) dan saya juga udah gak pernah nemuin alamat blog itu lagi hiks T_T

arghhh saya pingin kenal sama author itu i_i)*readers:malah curhat -_-*

warning: udahlah tau kan kelemahan gua di EYD? gua lagi belajar buat fic bukan ahli buat fic, bahasanya brantakan, jelek, ancur-ancuran, juga ini bukan mpreg(gua belum bisa bikin mpreg), endnya aneh, okeh daripada bacot gua nambah banyak yang masih minat silakan dinikmati^^*anak autis*

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

LIFE IN MEXICO TO THE ENDING

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

DOUZO^^

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Aku benar-benar tak bisa fokus bekerja, memikirkan bagaimana nasibku di pabrik setelah makan siang yang tinggal beberapa menit lagi yeah aku putuskan untuk langsung melanjutkan pekerjaanku saja meninggalkan rekan-rekanku yang masih beristirahat,menunggu pencernaan mereka selesai melakukan tuganya. Sendiri aku merekatkan lembar-lembar tipis plywood menjadi lama para suasana pabrik yang sepi kembali menjadi ramai dengan kembalinya para karyawan.

Dari kejauhan tampak Antonio berlari kearahku kemudian memelukku erat disusul dengan yang lain. samar aku melihat uriko menangis dipelukan jenny. aku tak tahu kenapa wanita jepang bertubuh mungil itu menangis juga pelukan erat ini…aku membeku, apakah ini berarti..

"ada apa?"lirihku yang sepertinya terdengar oleh Antonio, ia lepaskan pelukannya kemudian menatapku dengan matanya yang memerah

"k-kau di PHK , aku sudah berusaha menemui mereka dan mempertahankanmu ta-tapi tidak bisa"

DEG!

Tubuhku rasanya begitu lemas, pandanganku berubah kosong menatap orang-orang disekelilingku yang menatapku dipikiranku kini, wajah pucat istriku pagi tadi, jaejoong..

"jung" seru Antonio menepuk-nepuk pipiku, membuatku sedikit meringis,

"iya….hh….." jawabku lirih, mengela nafasku, dan berusaha tersenyum, bagaimanapun aku pria, tak pantas rasanya jika aku harus meluapkan rasa yang sedang kurasakan ini dengan kemarahan ataupun tangisan di depan mereka semua.

"jung, kau tak apa-apa?"

"aku ta ap-apha…ssh.. aku akan berkemas, lanjutkan pekerjaan kalian saja"

kulangkahkan kakiku menuju ruang ganti setelah sebelumnya mengambil kardus besar di gudang, aku mulai membereskan barang-barangku bersama rekan-rekanku yang di PHK lainnya, inilah resiko hidup di negeri orang, selalu ada diskriminasi.

Disepanjang perjalanan pulang aku terus berfikir, bagaimana aku bisa mendapat pekerjaan? kalaupun membuat usaha sendiri itu sangat sulit mengingat ini bukanlah perkotaan atau tempat keramaian, juga membutuhkan modal, sedangkan uang yang kuterima dari pabrik dan tabungan kami hanya sanggup untuk mencukupi kebutuhan beberapa bulan kedepan secara pas-pasan.

TES TES ZZZRRRASSSHH

"yahh!" pekikku terkejut saat tiba-tiba hujan turun lebat , langit yang tadinya hanya berawan pun berubah menjadi hitam pekat yang sesekali menampakan kilat. Aku putuskan untuk berteduh di teras gubuk kecil yang kutahu tak lagi berpenghuni, duduk di bangku kecil yang kebetulan cukup kuat sambil memeluk kardus besar yang kubawa sedari tadi.

"bolehkah aku menangis sekarang yoochun ahh?,,, aku gagal chun..ak-aku tak bisa membahagiakannya " bisa kurasakan air mataku yang terasa hangat menyentuh pipiku, ingin rasanya aku menceritakan ini semua ke yoochun, sahabatku yang selalu mau mendengar keluh kesahku, menerima bahwa aku mencintai dan menjalin kasih dengan jaejoong(pria), entahlah sudah tak terhitung jasa yoochun untuk kami hingga aku dan jaejoong memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan semua yang ada di korea termasuk dia

kupandangi air hujan yang tak kunjung reda, teringat awal pertemuanku dengan jaejoong di universitas, berawal dari sebuah organisasi kemanusiaan dan entahlah bagaimana kami jadi begitu dekat dan memutuskan untuk menjalin komitmen meski kami sadar bukanlah hal yang mudah, mengingat hubungan kami masihlah tabu di mata masyarakat. Di umurku yang kedua puluh tujuh, ayah menjodohkanku dengan yuri, wanita yang mampu membuatku tertarik dengan kesederhanaan dan kepandaiannya dalam urusan rumah tangga, kami(aku dan jaejoong) akhirnya memutuskan untuk berpisah atas alasan ini, tapi tidak berlangsung lama saat yuri dinyatakan mengidap tumor jinak dirahimnya saat mengandung putra kami tujuh bulan dan disaat itupula aku kembali bertemu dengan jaejoong, tak kupungkiri bahwa dia tetaplah pemenang dihatiku, aku sadar, aku hanya tertarik kepada yuri bukan mencintainya.

Di bulan terakhir kehamilan yuri, jaejoonglah tempat pertamaku menceritakan semua rasa bahagia dan sedihku menyambut kehadiran putra kami yang pertama juga yang terakhir karena setelah itu rahim yuri akan diangkat untuk menghindari kemungkinan yang lebih buruk.

Setelah kelahiran moonbin, kami tetap berhubungan sebagai sahabat, semua orang kembali bersikap biasa kecuali, yuri. Ia terpukul atas kenyataan bahwa ia kehilangan rahimnya, aku memakluminya bahkan saat ia menolak tugasnya sebagai istri setiap aku memintanya. Waktu terus bergulir, lambat laun akhirnya perasaan jenuh pun hadir dalam diriku, aku bukanlah pria yang buta sex atau impotensi, aku adalah pria normal yang memiliki istri, namun tidak bisa memberikanku kebahagian batin, terlalu hanyut dalam pusaran kesedihan yang ia ciptakan sendiri.

Hingga aku datang kepada jaejoong, kembali menceritakan semua keluh kesahku atas perkawinan kami yang tak harmonis lagi, kuakui memang aku bukanlah tipe manusia yang bisa menutup rapat masalah yang ada di hidupku begitu saja dan entahlah semenjak itu aku dan jaejoong menjadi sex partner bahkan kembali menjadi sepasang kekasih . aku selalu pulang larut dengan alasan lembur atau menghadiri party relasiku, terus berulang sampai aku menggunakan moonbin sebagai alasanku untuk menghabiskan waktu dengan jaejoong,

*_YUNJAE_*

CEKLEK

"aku pulang" teriakku seperti biasa, namun lebih terdengar seperti gumaman karna gigi-gigiku tak henti-hentinya bergemeletuk, kedinginan karna terguyur hujan yang belum juga berhenti, hhh… mungkin jika aku tidak nekat , aku benar-benar tak bisa pulang. Ku taruh kardus yang kubawa tadi ke meja, menjemur kertas-kertas yang kurasa masih dibutuhkan diatas tutup panci besar yang kugunakan untuk merebus air Dan mengganti pakaianku yang basah dengan pakaian yang teronggok di kursi sementara menunggu air matang untuk kugunakan mandi dan membuat kopi.

"jae" panggilku pelan sambil memasuki kamar kami, hanya ingin melihat wajah istriku yang sedang tidur, namun ternyata tak sesuai harapanku, aku sama sekali tak menemukan sosok istriku dikamar bahkan di seluruh ruangan rumah kecil kami. Apa dia kerumah abuelo? Haish... aku pun bergegas mengambil payung yang tergantung di rak bermaksud untuk menjemput jaejoong, namun langkahku terrhenti saat kudengar sayup-sayup suara yang berasal dari pintu belakang,

"JAE-joonghh" teriakku berubah menjadi desisan melihat keadaan jaejoong dengan tubuh yang basah kuyup juga darah yang mengotori kakinya yang tak beralas itu.

"ma-af yun, aku membantu abuelo membetulkan atap rumahnya…shhh atapnya bocor yunh akku-"

"perutmu masih sakit? haish.. kakimu kenapa huh?" tanyaku khawatir memotong ucapannya, berjongkok untuk memeriksa kakinya yang berlumuran darah bercampur air luka lumayan besar di sisi kanan telapak kaki kirinya.

"aahhh? Iya… eummhh kakiku terkena paku " lirihnya menjawab pertanyaanku, kenapa hari ini terasa sangat buruk?.aku mendesis pelan,menahan air mataku

"yunho ahh, aku minta maaf…bukan maksudku untuk melanggarmu" ucap jaejoong berulang kali.

"yayahhh, aku tahu…. Akan kusiapkan air hangat, mandilah, setelah itu minum obat" perintahku , mematikan kompor, menaruh kertas yang masih agak lembab itu ke tempat yang aman, lalu menuang air panas ke dua cangkir yang telah kuisi kopi dan gula juga ke bak besar di kamar mandi yang sudah kuisi air dingin sebelumnya.

"cepat mandi"

"iya" jawab jaejoong sambil mengaduk kopi setelah selesai ia pun melangkah perlahan memasuki kamar mandi.

Sudah pukul sembilan malam, namun hujan tak kunjung mereda ataupun berhenti. Hal yang makin menekankan sisi melankolisku kini. Ku tatap jaejoong,disampingku yang tengah menatap kosong kearah dinding bercat orange yang mendominasi ruangan. hatiku mencelos saat melihat ekspresinya setelah aku menceritakan semua kejadian siang tadi di pabrik sambil membalut luka di kakinya. hanya Diam, membuatku khawatir.

Tatapanku makin intens saat ia mulai bergerak, menolehkan kepalanya kearahku. Dari wajahnya kini, aku tahu bahwa ia tengah menahan rasa sakit di perutnya yang belum juga reda dan tangis.

Aku mengerti,meski ia berkata bahagia bersamaku dengan kondisi seperti ini tetaplah ada rasa sedih atau kecewa, bagaimanapun cinta bukan satu-satunya pemenuh kehidupan, finansial/ harta juga begitu penting dan aku cacat akan hal itu.

"hiks" isakan lolos dari bibirnya membuatku langsung memeluknya, berusaha mati-matian untuk tidak ikut terhanyut oleh kesedihan yang tercipta.

"maafkan aku yunh….maaf" gumamnya berulangkali

"aku yang membuatmu menderita seperti ini, pergi jauh dari mereka dan segala yang kau punya di korea, bersusah payah menunjang kehidupanku, segalanya! Aku membuatmu menderita yunho!" raung jaejoong dengan tubuh bergetar. aku tak tahu apa yang harus kulakukan selain memeluknya dan berusaha menarik kedua sudut bibirku, tersenyum, sebagai sebuah pembuktian bahwa tak ada rasa sesalku meninggalkan mereka atau apapun yang dulu kumiliki, pembuktian hari esok akan membaik-meski aku tak terlalu yakin akan hal itu-

"tidak jae….demi tuhan berhentilah menangis sayang, berhenti menyalahkan dirimu. Ini bukanlah kesalahan siapapun!"ucapku, mengecup bibirnya yang bergetar menahan isak. Aku tahu, kata-kata itu adalah kata-kata klasik yang bukanlah pertama kali aku taupun orang lain ucapkan dengan perasaan seperti ini, namun biarlah, kuharap ia bisa sedikit membuatnya tenang. Benar aja Jaejoong terdiam kembali, menatap wajahku yang masih tersenyum

"berhenti dari pabrik itu bukan akhir dari semuanya boo…besok aku akan ke city mencari pekerjaan" ujarku tegas penuh perhatian, menyeka buliran airmata yang jatuh di sudut mata jaejoong, menuntunnya memasuki kamar kami dan merebahkan tubuh kami di ranjang.

"maafkan aku yunh" gumamnya lagi membuatku terkekeh getir

"yaya, aku maafkan….tidurlah, aku tak mau sakitmu bertambah parah… akan ku sempatkan menyuruh tuan will kerumah besok pagi"

"hhmmm…."

Suara rintik hujan yang bergemuru mendominasi bagai musik klasik penghantar tidur kami. Aku kembali mendesis menahan air mata di pelupuk mataku saat menatap wajah jaejoong yang terpejam, sangat sakitkah perutmu sayang? Tatapanku beralih ke beberapa bingkai foto yang ada dinding, foto pernikahan kami! Itu merupakan hari yang sangat-sangat membahagaiakan di hidupku! Aku, disebelah kiri dengan tuxedo hitamku dan jaejoong di sebelah kanan dengan tuxedo berwarna putih, suatu penekenaan akan status yang kami sandang dalam hubungan sebagai suami istri. Tersenyum manis dengan gaya resmi yang biasa di pertontonkan saat berfoto, namun entahlah, aku merasa itu sangatlah istimewa

_YUNHO POV END_

*:YUNJAE:*

_AUTHOR POV_

langit masih menampakan sisa-sisa malam juga gerimis. Kabut tebal pun masih terlihat saat yunho dengan ekspresi paniknya mengetuk rumah tuan will, pria berumur yang merupakan bekas dokter di barca yang mengasingkan dirinya di desa ini. Bukannya tanpa alasan yunho melakukan hal sekurang ajar itu, alasannya adalah jaejoong,keadaaan jaejoong yang semakin buruk membuat yunho panic dan pergi ke rumah tuan will.

"ada apa yunho? Ahh ayo silakan masuk terlebih dahulu" tuan will terkejut saat mengetahui tamu subuhnya adalah yunho terlebih lagi melihat keadaan pria berkebangsaan korea selatan itu dengan kaki yang dipenuhi Lumpur dan nafas yang memburu, apa ia berlari tadi? Tentu saja!

"hhhahaa…hhaah…tdhhhakhhh…usahhh tuan hhh will, trimakasih, maaf aku menganggumu, tapi bisakah kau membantuku? Istriku sakit" jelas yunho dengan nafas terengah-engah diawal juga ekspresi paniknya yang sama sekali tak berkurang

"tentu saja, aku akan mengambil peralatanku di gudang dulu, dan kau…cucilah kakimu di sumur itu" ucap tuan will sambil menunjuk sumur kecil di dekat sudut pagar membuat yunho tersenyum kecil dan membungkukan tubuhnya .

"baik tuan …trimakasih"

"aku tidak bisa memastikan penyakit apa yang tengah istrimu derita, tapi dari gejalanya ku rasa ada masalah dengan ususnya. luka,radang ,atau lebih parah lagi aku tidak bisa memastikannya akan lebih baik jika kau membawanya ke rumah sakit di city."ujar tuan will,membenarkan selimut yang menutupi tubuh mengigil jaejoong. Yunho terlihat linglung mendengar ucapan tuan will tadi,namun tak lama ia mengagukan kepalanya

"kurasa aku sudah selesai,aku pulang " pamit tuan will,

"terima kasih tuan" ucap yunho sambil memberikan beberapa lembar peso, namun tuan wiil menolaknya.

"kau gunakan saja untuk membawa istrimu ke rumah sakit"

"tapi-"

"sudahlah,bisa membantu seperti ini saja aku sudah senang. Lebih baik secepatnya kau bawa jeje ke rumah sakit sebelum bertambah parah"

"iya tuan, terimakasih"

setelah menghantar tuan will, yunho pun bergegas ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan menyikat giginya lalu pergi menuju rumah roberto untuk meminjam mobilnya.

"abuelo, bolehkah aku meminjam mobilmu?"Tanya yunho langsung saat melihat kakek tua itu tengah membereskan sisa-sisa runtuhan genting karna hujan kemarin.

"ahh, yunho! Untuk apa?"Tanya roberto agak heran saat yunho datang untuk meminjam mobil tuanya yang biasa ia pakai untuk menghantar hasil peternakan atau ladang ke city.

"hanya menghantar jaejoong ke city untuk berbelanja, jalan sangat susah dilewati akibat hujan kemarin"bohong yunho tak mau membuat pria tua itu sedih, mengingat roberto sangat menyayangi istrinya itu.

"kau tidak bekerja?"

"ahh itu aku..aku sedang cuti"

"oh, baiklah,kau ambil saja kuncinya di atas kursi kesayanganku itu."

"trimakasih abuelo" yunho berlari kecil,mengambil kunci mobil itu.

BREEEMM~

Yunho mulai menjalankan mobil tua itu dan memberhentikannya di perkarangan rumah.

"sabarlah jae, kita akan berobat"lirih yunho meletakan tubuh jaejoong ke kursi di sebelah pengemudi.

"yun….ssakithh…hiks"

"iya, sabarlah sebentar" hati yunho mencelos melihat jaejoong yang tampak kesakitan, tak pernah ia lihat jaejoong mengeluh seperti ini saat sakit.

"bertahanlah jaejoong"

DOCTOR'S ROOM

"tuan jung,ada yang ingin kubicarakan padamu"

"iya dok"

"apa kau tinggal dengan tuan kim?"

"iya"

"baguslah, ada beberapa pertanyaan yang kuharap kau dapat menjawabnya" ucap dokter bernama henry itu dengan nada yang serius. Yunho mengagukan kepalanya,mengerti.

"apa tuan kim makan dengan baik?"

"dia makan dengan sangat baik! "

"eumhh aku rasa memang bukan masalah dari makanan atau pencernaanya …tapi..apa kalian pasangan?" Tanya dokter henry tiba-tiba membuat yunho terkesiap.

"ehh….itu…itu-"

"jujur saja"

"iyahh..hh..kami pasangan." Ungkap yunho akhirnya. Dokter henry tersenyum kecil, namun tak lama kembali menampakan wajah seriusnya.

"aku menemukan ada infeksi parah di daerah pertemuan usus dan anus tuan kim, kemungkinan itu karna hubungan seks yang kalian lakukan terlalu rutin"

"eh?"

"hubungan seks anal memang sangat berbahaya walau bukan berarti tidak diperbolehkan,tapi jika dilakukan rutin itu dapat menyebabkan kerusakan pada system ekresi istri anda bahkan lebih parahnya lagi penyakit-penyakit kelamin atau lainnya yang dapat berujung pada kematian" jelas dokter henry membuat yunho diliputi rasa bersalah. Harusnya sebagai seseorang yang berpendidikan ia mengetahui bahaya itu semua, namun entahlah jujur saja,ia terlalu tertutupi nafsunya saat keinginan itu timbul.

"jadi bagaimana agar istriku sembuh?"

"operasi"

DEG!

"ap—apa?"

"infeksinya sangat parah dan dapat memicu kanker nantinya, tak ada jalan lain selain operasi" cetus dokter muda itu telak, seketika air muka yunho menjadi keruh.

"apa aku masih dapat mempertimbangkannya?"

"tentu saja, tapi lebih cepat itu akan lebih baik"

"baiklah, terimakasih"

"sama-sama oh..ini resep obatnya…kuharap tiga hari kedepan kau sudah dapat memprtimbangkannya, yang terbaik"

"iya, terimakasih"

ini sudah lepas dari tiga hari setelah yunho membawa jaejoong ke rumah sakit, namun bukan berarti hari ini yunho akan menghantar jaejoong ke rumah sakit untuk melakukan prosedur oprasi seperti anjuran dokter henry. Factor utamanya adalah ketidak adaannya biaya untuk melakukan operasi itu karna ia belum mendapat pekerjaan untuk menambah keuangan . Sempat yunho berpikir untuk menggadaikan harta satu-satunya mereka yaitu, rumah dan cincin kawin mereka, namun dengan bersikeras pula jaejoong menolaknya. 'lebih baik aku mati daripada harus sembuh dengan uang hasil menjual harta kita ini yun! aku tak mau!', ucapan yang selalu terngiang di pikiran yunho. Ia tak bisa menganggap remeh perkataan jaejoong tersebut, bagaimanapun jaejoong tetaplah pria yang berpegang teguh pada setiap ucapannya.

Mati-matian yunho memberi alasan kepada roberto yang selalu menanyakan keberadaan jaejoong semenjak membantunya membenarkan atap saat hujan beberapa hari yang lalu jaejoong tak pernah menemuinya lagi bahkan untuk menghantarkan makanan.

Yunho cukup segan meminta bantuan dengan pria berumur 65 tahun itu, ia tak mau terlalu menyusahkan roberto dengan masalah-masalah seperti ini, masalah yang sudah seharusnya ia yang menangani sebagai kepala keluarga tanpa campur tangan orang lain didalamnya,membuatnya terlihat egois memang.

"apa jeje belum pulang jung? Huh aku merindukannya" lirih roberto saat yunho membuka makan siang yang ia buat untuk aberto, hanya nasi dan sup kentang yang bisa ia masakan untuk roberto juga dirinya sendiri.

"belum abuelo, akan agak lama ia menginap di rumah sahabat kami itu. Ia juga merindukamu, aku yakin. aku masih cuti jadi kau tenang saja " Ucap yunho berusaha tersenyum.

"hahaha yah aku rindu kepada jeje bukan hanya pada masakannya saja ahh…bilang pada istrimu itu agar cepat pulang ya? Akan ku potongkan sapiku untuk menyambutnya nanti"

"hahaha, baik abuelo"

yunho mengusap wajahnya berulang kali, merasakan pusing yang teramat sangat akibat situasi yang ia jalani saat ini.

"darimana aku bisa mendapatkan uang? sshhhh" gumamnya tanpa henti, terduduk disudut ruang kamar mereka sambil sesekali memandang kearah ranjang, tempat jaejoong berbaring dengan tubuh yang tak henti-hentinya menggigil.

"arghh!" ia sangat rapuh sekarang. jaejoong tak kunjung sembuh, keuangan mereka semakin menipis dengan pekerjaannya yang tak tetap sebagai penghantar barang di city, jangankan untuk operasi, bahkan membeli obat dan bahan bakar untuk memasak saja susah apalagi tagihan listrik yang ikut membelit keuangannya , membuat yunho benar-benar merasa depresi!

Lama yunho merenung hingga sebuah senyum kecil penuh kepedihan terukir di bibir hatinya

'kuharap aku berhasil'

_AUTHOR POV END_

mexico city, 01.30 a.m

_YUNHO POV_

kuarahkan tatapanku kesekeliling yang tampak lengang mengingat ini sudah lewat tengah malam hh akhirnya aku sampai juga setelah begitu jauh berjalan kaki , biasanya aku bisa sampai dalam waktu 1jam jika menumpang bus,namun aku tak mau ambil resiko makin menipiskan dompetku.. Aku nekad melakukan ini semua demi jaejoongku! Aku tak tau lagi bagaimana caraku untuk menyembuhkannya dan mengembalikan kecukupan ekonomi kami selain ini.

Dengan sebuah belati tajam yang terselip di jaketku kuberanikan diri memasuki sebuah bank yang tengah lengang dan aku pun memulai mendekati wanita muda yang merupakan petugas bank.

"ada yang bisa kami Bantu tuan?" Tanya petugas wanita yang kudekati itu dengan sebuah senyum lebar penuh keramahan ia pertontonkan kepadaku yang kubalas dengan todongan belatiku.

"AAkhh!" pekiknya kaget saat benda tajam itu menempel di lehernya, dapat kudengar orang-orang disana juga terkejut dan suara langkah yang mendekatiku

BUAGH!

Kuarahkan tendanganku kebelakang,mengenai lutut seorang petugas yang ingin menghentikan aksiku

"serahkan semua uang yang ada disini atau kau mati!"ancamku membuat petugas wanita itu ketakutan dan menuruti ucapanku terbukti ia mulai memasukan uang-uang dari loker yang dibukannya ke dalam amplop coklat besar.

"shit!" umpatku saat mendengar suara sirine dari mobil milik kepolisian. Bodoh! Aku lengah haish. Segera saja kuambil amplop coklat itu dan berusaha keluar, namun terlambat, baru beberapa langkah setelah berhasil menumbangkan 3 orang yang ingin menghentikanku beberapa polisi sudah masuk dan mengepungku dengan pistol-pistol yang mengarah padaku sedangkan diluar sudah banyak orang-orang yang mungkin saja telah bersiap-siap mengahajarku membuatku sedikit merasakan penyesalan melakukan ini jika aku tertangkap? Jaejoongku? Tidak! Aku tidak boleh tertangkap!

"buang senjatamu bung, menyerahlah "seru seorang polisi yang berdiri paling dekat denganku. dengan sigap aku lemparkan belati yang kupegang ke arah dada kiri polisi itu dan dalam sekejap tubuhnya telah rubuh yang langsung kumamfaatkan pistolnya

"AAAaaa…!' triak orang-orang diluar. aku kembali mengacungkan senjataku yang bukan lagi belati melainkan sebuah pistol ke kepala petugas wanita tadi.

Nafasku memburu, jujur aku sangat ketakutan saat ini melihat hampir sepuluh orang yang terkapar dilantai karnaku,oh tuhan.

"biarkan aku pergi atau dia mati!"aku makin menekan pistol itu ke kepala sosok disampingku ini membuat riuh suasana diluar makin menjadi. Polisi-polisi itu saling berpandangan kemudian tak lama mereka mengagukan kepala dan menurunkan senjata mereka tak kusia-siakan kesempatan itu,segera aku keluar dengan amplop coklat yang terlebih dulu kumasukan ke jaket dan menarik petugas wanita itu ikut bersamaku tentu saja dengan pistol yang masih menempel di pelipisnya. Bisa kudengar suara ringisan disela isakannya.

Setelah kurasa aku sudah ada di posisi yang aman,jauh dari kerumunan orang-orang disana aku pun melepaskan wanita yang kini tengah menangis ketakutan,aku benar-benar merasa bersalah.

"maafkan aku nona" lirihku membuatnya terdiam juga mengerutkan keningnya.

"maaf….tapi aku benar-benar membutuhkannya"seruku,mulai berlari menjahuinya,namun

DOORR!

"ARGH!" pekikku merasakan peluru yang menembus kulit punggungku,menyakitkan,kebas dan perlahan pandanganku berubah gelap aku harus berakhir seperti ini?kehidupanku? bersama jaejoong? Kita?

.

'aku juga mencintaimu'

'aku tahu dan sudah seharusnya pria bersanding dengan wanita,baiklah kita berpisah mulai detik kau bahagia'

'dia calon anakmu! Bahkan seburuk apapun ia nantinya,ia tetaplah buah hati yang harus kau sayangi jung!'

'aku merasa berdosa! Bagaimana perasaan yuri?'

'aku memang egois,aku mencintaimu… dan moonbin! Yakan baby?hahahaha"

'appa~ jae ajhuci mecum!'

'mwo?hahaha'

'sehat maupun sakit, susah maupun senang slalu bersama..mencintai dan mengasihi sepenuh hati…tentu saja aku bersedia'

'yah mexico! Dan aku jadi jung jaejoong sekarang'

'yah kau kekanakan! Jika itu alasanmu meragukanku itu berarti selama tiga belas tahun ini kau anggap aku hanya mencintai materimu huh? Jahat sekali!'

'aku yang membuatmu menderita seperti ini, pergi jauh dari mereka dan segala yang kau punya di korea, bersusah payah menunjang kehidupanku, segalanya! Aku membuatmu menderita yunho!'

Sentuhan tangannya,senyumnya,tawanya,semua ekspresi dan kata-kata bijaknya juga diriku sendiri mulai memenuhi kepalaku,bagai film yang terus diputar,apa ini sudah berakhir?

"bodoh! Hiks..jae..maafkan aku"

~OWARI~

*Epilog*

mexico city, 10 years later

tak terasa sudah sepuluh tahun akhirnya aku 12ias kembali menghirup udara kebebasan dengan segala perubahan yang terjadi baik padaku dan negara ini.

Aku tak terlalu berharap pada kedatanganku kembali ke rumah pada natal diawal kebebasanku stelah apa yang kulakukan sepuluh tahun yang lalu, sebuah tindakan yang sangat bodoh!

"kemana tujuanmu di natal yang membahagiakan ini tuan?kulihat kau bukan orang mexico,asia timur?" Seru pria muda yang bertugas mengurusi karcis penumpang di bus yang kutumpangi

"woodpile, yah kau benar sekali" jawabku ramah, menerima potongan karcis yang ia berikan sambil membenarkan jaket usang yang kebesaran ditubuhku.

"whoa..itu kota kecil yang indah tuan,sungguh!" ucapnya antusias membuatku sedikit terkejut, benarkah desa kami(aku dan jaejoong) telah berubah menjadi perkotaan? Terkurung selama sepuluh tahun membuatku seperti orang baru lagi disini.

"ahh, benarkah? Yang kutahu itu desa kecil yang damai"

" hmm, tapi tempat itu telah berubah sejak kedatangan para transmigran dari amerika. Kau 13ias menemukan orang –orang ataupun rumah-rumah bergaya amerika 1899 disana. Sangat indah!"

"YAAHHH!ALVIN! HENTIKAN MULUT TUKANG OBATMU!CEPATLAH BEKERJA!"triak sang supir didepan membuat obrolan kami berhenti

"haish,dasar pria tua bangka itu,menyebalkan! Sudah tak bisa cuti, mengobrol pun tak boleh…haish" desis pemuda yang ternyata bernama Alvin itu membuatku tertawa kecil.

"bergembiralah di natal penuh berkat ini tuan,aku harus kembali bekerja hehe"

"iya, kau juga anak !"

"semangat! Hahaha,terima kasih"

"woodpile" gumamku,memandang takjub ke desa kami sekarang. Meski ini merupakan kota kecil, namun bagi penglihatanku tempat ini tak begitu bebeda dengan sepuluh tahun yang lalu, hamparan ilalang serta tumbuhan dandelion yang tertutup salju dan benar saja ucapan Alvin , disini banyak orang-orang dari amerika juga rumah-rumah yang terbuat dari kayu pinus,jati dan kayu kualitas terbaik lainnya,sungguh seperti masuk ke zaman klasik berpuluh-puluh tahun yang lalu.

Ku telusuri jalanan yang ramai dengan orang-orang yang berlalu-lalang juga nyanyian-nyanyian surga yang berkumandang berasal dari gereja setempat,suasana yang kurindukan. Perihal jaejoong, Aku tak mau terlalu berharap bertemu dengan sosoknya mengingat sepuluh tahun yang lalu aku meninggalkannya dengan keadaan seperti itu, dapat melihat nisannya juga hunian kami dulu itu sudah cukup bagiku.

Nafasku tercekat saat berhenti di depan sebuah peternakan yang tak begitu asing bagiku,peternakan abuelo, kudekati pagar kayu setinggi satu meter serta bercat biru langit yang kini terlihat lebih terawat,perlahan aku membuka pagar peternakan itu,namun aku kembali menutupnya, aku berfikir bagaimana jika peternakan ini sudah bukan lagi milik abuelo? Aku tak mau mengambil resiko jika diriku dicurigai sebagai pencuri karna masuk tanpa izin sang pemilik. Akhirnya aku melanjutkan langkahku, berharap rumah kami(aku dan jaejoong) memilikai nasib yang sama dengan peternakan abuelo.

Betapa girangnya hatiku melihat rumah kami dari kejauhan,langsung saja aku berlari menerobos krumunan kecil orang-orang di lapak daging kalkun hingga akhirnya….

DEG! DEG! DEG!

Senyum kecil terukir di bibirku yang kini telah membiru akibat suhu dingin yang makin menyekik, namun semua seperti tertutupi rasa hangat yang menjalari perasaanku, dapat kembali melihat rumah kami masih berdiri dengan kokohnya di tengah perubahan woodpile selama sepuluh tahun ini. Aku terus mberdiri memandang rumah kecil yang banyak menyimpan kenanganku bersama istriku tercinta,jaejoong ahhh jika sudah seperti ini harapanku untuk bias memutar waktu kembali hadir. Tak lama pintu minimalis itu terbuka menampakan sosok gadis berumur 15 tahun yang kurasa merupakan keturunan rambut merah,terlihat jelas dari warna rambut serta alisnya yang mencolok, mendekatiku sambil mengeratkan mantel hangatnya membuatku salah tingkah.

" ada yang bias saya Bantu tuan?" sapanya ramah

"aku—aku"

"iya?"

"apa kau tau pemilik rumah ini sebelumnya?...jae-jaejoong?"

"terimakasih" lirihku,mengusap batu nisan yang tertutup oleh tumpukan salju.

"atas semuanya,aku sangat—bertrimakasih" sambungku, mengeratkan pelukanku ke sosok yang tak henti-hentinya mengusap punggungku,sosok yang begitu kucintai serta kurindukan." aku berdoa semoga tuhan memberimu tempat terbaik di nirwana…abuelo"

"amin"serunya pelan ,tersenyum lebar sangat kontras dengan mata doenya yang dikelilingi oleh kerutan-kerutan kecil akibat pertambahan umur kini tergenangi oleh air mata,membuatku beralih menatapnya.

"jangan menangis lagi" kuusap linangan air matanya. Setelah pertemuanku dengan Victoria,gadis rambut merah yang tak lain adalah cucu dari almarhum abuelo yang diasuh oleh jaejoong sebagai rasa balas budinya karna abuelo dan anaknyalah yang membuatnya dapat hidup sampai sekarang. setelah kepergian kedua orang tuanya tujuh tahun silam akibat kecelakaan, abuelo dan jaejoong yang sebelumnya ikut tinggal di brownvill memutuskan untuk kembali ke woodpile bersama tak lama setelah tiga tahun berselang giliran abuelo yang menghadap tuhan membuat jaejoong dengan senang hati mengangkat Victoria yang sebatang kara itu sebagai anaknya yang berarti anakku juga mulai sekarang. Natal semalam suntuk kami habiskan untuk bebagi cerita juga tangis.

"aku mencintaimu"

"aku tahu...aku juga mencintaimu" aku tersenyum kecil sambil membetulkan tubuhnya yang berada di gendonganku dan melangkah pelan menuruni bukit yang tertutupi salju,meski tubuhku tak sekuat dulu, tapi aku tetap berusaha menggendongnya , aku takut bila aku tak bisa melakukan ini lagi jika kelak tuhan tak memberikan umur panjang ke salah satu dari kami. Di hari-hari tua kami aku ingin tuhan mengabulkan keinginanku untuk terus bisa bersamanya, memberikan kebahagian, menjadi suami dan ayah yang baik bagi jaejoong dan Victoria hingga ajal memisahkan kami.

"jangan pergi lagi"

"aku tak bisa berjanji"

"kenapa?"

"kita sudah tua"

"umur kita masih setengah abad…buang pikiran seperti itu jauh-jauh dan berhenti makan hewan berkaki empat!"

"hahaha,tapi aku rindu sup iga buatanmu"

"bagaimana bila kuganti dengan hal yang lebih hangat dari sup iga?malam ini?"

"hahaha….kau menggodaku,hei aku sudah jera sayang,lagipula Victoria….aku tak mau kedatanganku membuatnya tak nyaman "

"hmmm…."

Aku tidak menyesal dengan semua yang telah kulakukan,bertahan pada sebuah dosa hingga ajalku yang kelak, menghantarkanku ke sengsaraan di akhir zaman,menyakiti orang-orang di masa laluku demi pria yang untuk sisa-sisa hidupku….aku bisa merasakan kebahagiaan bersamanya,bersama istriku jaejoong.

"saranghae…'

END

Mian ini publhisnya satu abad dikarnakan jadwalku makin padet T_T

Juga epilognya yang agak aneh huhu bikin happy end itu susah lhu T_T

dan…..GRACIAS BUAT YANG UDAH LIKE DAN KOMENT CHAP KEMAREN! ITU SUATU PENYEMANGAT BUAT AKU^O^/ dan kumohon untuk JANGAN JADI SILENT READER! Sakit hati tahu susah-susah bikin eh malah gitu hiks kalo aku gak cinta dunia perauthoran ajh pasti aku udah berenti nulis

Yah untuk ff chapter kayakmya aku hiatusan dulu deh diganti sama ff oneshoot,twoshoot gitu yang gak sengaja nangkring di otak hehehehe….

Say bye buat lee harika and welcome buat azura di ff selanjutnya hahah pasti tau genrenya lah yakan kukuku XD

1 komen yang kalian berikan sangat sangat berarti buat seorang author..yang gak habis pikir ada lho sider yang marah-marah karna dsuruh komet kyak gini OO

ngomong author gak punya perasaanlah,gak tau diuntunglah waiks aku berharap gak ada yang koment kayakgitu di ffku takut azura ngamuk O_O

nti yunjae yang disiksa huwa….jaejae! yunyun! TOT*buang solder,umpetin piso lipetnya uchun*

dan bla bla bla…

yah yah gua ngilang sekarang U_U

*CLING*

BYE~