Disclaimer : EXO dan SNSD milik agensi mereka, diri mereka, dan orang tua mereka masing masing.

Pair : Chanyeol/Baekhyun

Genre : Romance, Hurt/Comfort or Angst?

Rating : M karena terlalu banyak kata ciuman dan setting tempat, mungkin?

Warning : Shou-ai. Cinta yang tidak akan kesampaian.

"Aku tidak mau kalau bukan dia!"

+Terlarang+

Entah rasanya seperti apa, Chanyeol sudah mati rasa akan perasaannya sendiri. Dia tidak tahu harus sedih atau senang atau marah, lagipula dia tidak merasakan apa apa. Salahkan dirinya sendiri untuk tindakan bunuh diri seperti menghadiri pernikahan Baekhyun.

Entah dia sudah menabrak berapa orang hari ini, dia tidak peduli tidak juga minta maaf. Setiap benturan di bahunya sama sekali tidak ada apa apanya dibanding hatinya yang hancur, berlubang seperti batu ditetesi air.

Dan cintanya yang diharap hilang seperti asap, malah diam disana seperti tato, tidak akan hilang.

"ARGH!" Dia mengacak rambutnya lagi, membuat orang orang menoleh padanya dan bertanya apa yang membuat pemuda setampan dia jadi gila seperti itu.

Tapi Chanyeol sudah tidak peduli dan sama sekali tidak memikirkan orang orang di sekitarnya.

BRUKK!

"Aw!" Yuri, orang kesekian yang Chanyeol tabrak hari ini, mengaduh, gadis itu sudah ingin memarahi siapapun yang menabraknya kalau saja dia tidak lebih dulu terkejut.

"Chanyeol!" Serunya. Chanyeol terhuyung seperti ditiup angin saat tangannya di tahan Yuri, dia masih tetap diam saja walaupun Yuri mengenalinya sebagai sepupu Sooyoung.

"Hei, Yeollie?" Yuri jadi khawatir melihat Chanyeol yang biasanya hiperaktif tiba tiba diam seperti batu.

Dan Chanyeol masih tidak menjawab, Yuri menghela napas, ada satu cara yang pasti berhasil menyadarkan pemuda malang ini.

PLAKK!

Yuri tahu ini justru membuat Chanyeol dipandang sebagai pemuda kurang aja yang sampai membuat seorang gadis menamparnya di tengah jalan, tapi Yuri tidak peduli, yang penting si Chanyeol ini memperhatikannya dulu.

"Bodoh…" Kata Chanyeol, dia tidak meringis tidak juga mengusap pipinya yang memerah.

"Kenapa kau menamparku?" Tanyanya dalam tempo yang lambat, seakan dia tidak punya semangat hidup lagi.

"Itu tidak penting, bodoh! Kau harus ikut aku ke Bar!"

Chanyeol menghela napas dan ikut kemanapun Yuri menariknya.

Yuri membuka pintu Bar dan menarik Chanyeol masuk, di atas kepala Chanyeol ada lonceng kecil yang berbunyi.

"Yul, akhirnya kau da- Yeollie! Ada yang terjadi padamu?!" Sooyoung tiba tiba panik melihat sepupunya tampak semenyedihkan itu.

"Ada apa, Yeol?" Tanyanya, tangannya yang akan mengelus pipi Chanyeol segera ditepis oleh Chanyeol.

"Aku tidak apa apa." Katanya, dia mendudukan diri di salah satu sofa melingkar yang disediakan disana, Bar itu belum buka, jadi Chanyeol masih bisa bertindak semaunya.

Yuri pergi entah kemana dan Sooyoungpun tidak berani menanyai Chanyeol apa apa lagi, sepupunya itu terlihat berbeda, jauh dari dirinya yang selama ini dilihat Sooyoung dan juga berbeda dari dirinya yang datang dan memainkan musik mengiringi Seohyun bernyanyi.

Seohyun tiba tiba duduk di sebelah Chanyeol. "Halo, Chanyeollie." Sapanya lembut.

"Kau mau minum?" Tanyanya. Chanyeol awalnya terdiam, menghakimi Seohyun dari kepala sampai kaki dengan tatapan matanya.

"Tidak, pinjam bahumu saja." Katanya dan dia mengistirahatkan kepalanya.

"Kau kenapa, hm?" Tanyanya.

"Dia menikah." Jawab Chanyeol, Sooyoung dan Yuri segera merapat dan duduk di samping mereka berdua.

"Anak itu?" Tanya Sooyoung. Chanyeol mengangguk, Sooyoung mengacak rambutnya sayang.

"Di dunia ini masih banyak orang yang bisa dicintai." Katanya berusaha menghibur.

Chanyeol menatapnya kesal. "Aku tidak mau kalau bukan dia."

Ketiga gadis disitu hanya bisa tersenyum pada Chanyeol.

Tiba tiba Yoona datang dengan nampan di tangannya. "Empat air putih." Katanya dan itu membuat Seohyun tenang, alkohol tidak baik untuk suaranya.

"Dan kalian lebih baik bersiap siap, harusnya kita buka sepuluh menit lagi."

Dan mereka membuka Bar seperti biasa, Seohyun setia dengan mikrofonnya, Yoona dan Sooyoung masih melayani tamu dengan manis, yang membedakan hanya Chanyeol memainkan gitarnya dengan cara yang membuat semua orang jadi sedih.

Seohyun berhenti bernyayi. "bisakah kita memainkan satu lagu yang ceria?" Tanyanya. Chanyeol tetap diam saja.

"Lebih baik kau istirahat dulu, biar aku yang menggantikanmu." Kata Yuri, dia mengelus rambut Chanyeol lau mendorongnya pergi.

Chanyeol membuka pintu dapur, Sooyoung disana sedang membaca pesanan, para gadis telah memperbaiki kemampuan memasak mereka secara drastis. Chanyeol jarang masuk ke sini walaupun para gadis terbiasa lalu lalang disini, terlebih mereka buka di jam makan malam. Ya, bisa dibilang mereka serba ada untuk ukuran Bar kecil dengan hanya enam pekerja.

"Hai, Kyung." Sapanya pada pemuda dibalik layar, Do Kyungsoo yang betah dengan dapur Bar.

"Mau minum?" Si Koki itu malah menawarinya minum.

"Iya."

Dan Kyungsoo kembali dengan dua gelas air putih. Chanyeol menatap gelas itu lekat lekat, ini kedua kalinya dia diberi air putih seperti ini.

Melihat sepupu Bos-nya bertampang tidak mengenakan hati, Kyungsoo jadi tidak enak. "Tidak baik mabuk dengan keadaan seperti itu."

Chanyeol memandang Kyungsoo, belum meminum airnya, masih kesal rupanya. "Apanya yang seperti itu? Kau pikir aku akan mabuk kalau diberi segelas?"

"Tidak, hanya saja kau pasti tidak akan berhenti minum, lalu akhirnya akan sama saja, kau akan mabuk."

Chanyeol terdiam. "Kau benar."

"Kau tidak masak?" Tanya Chanyeol.

"Sudah ada Sooyoung Noona."

"Tidak usah pakai Noona segala, Kyungsoo." Kata Sooyoung, posisi mereka tidak begitu jauh memang, jadi Sooyoung sudah pasti mendengar apa yang Kyungsoo katakan.

Sooyoung lalu keluar, menjadi koki merangkap pelayan. Dapur jadi sepi, hanya Chanyeol dan Kyungsoo.

"Bagaimana dengan Kai?" Tanya Chanyeol.

Kyungsoo menatapnya dengan tatapan yang menggambarkan apa yang akan dia katakan."Tidak ada yang berubah." Jawab Kyungsoo.

"Kau belum membicarakannya dengan orang tua kalian?"

"Mau dibicarakan juga percuma." Kata Kyungsoo. Dia meneguk air di tangannya. "Yang begini memang terlarang bukan?"

Chanyeol jadi terdiam, terdiam saja dan tak bisa apa apa lagi. Terlarang, Ya, terlarang.

Selanjutnya Chanyeol hidup seperti biasanya hanya saja kata terlarang itu masih berkeliaran di kepalanya, tapi dia sendiri tidak membicarakannya dengan orang lain karena kata terlarang itu. Rasanya jadi tidak bisa dibicarakan dengan orang kalau terlarang seperti itu, bahkan pada Sooyoungpun dia hanya menyebut dengan kata dia atau anak itu, sama sekali tidak pernah sebut nama.

Dia merindukan Baekhyun.

Chanyeol menggelengkan kepalanya keras keras, dia tidak boleh merindukan Baekhyun. Dia melangkahkan kakinnya di jalanan kota, dari jauh ada Baekhyun menggandeng istrinya.

Tunggu! Ini bukan ilusi, kan?!

Chanyeol makin memperhatikan mereka, itu benar benar Baekhyun dan istrinya. Dia jadi menerawang, pikirannya melayang kemana mana, apakah mereka sebahagia kelihatannya? Apa Baekhyun sudah benar benar melupakannya? Ah, lagipula ciuman waktu itu juga bisa disebut kecelakaan. Chanyeol jadi berpikir, bagaimana kalau Baekhyun tidak menganggapnya kecelakaan? Ah, tidak mungkin, itu hanya dirinya yang berpikiran seperti itu, lagipula dia pihak yang menyerang saat itu.

Dan karena serangan itu, Chanyeol menghabiskan malam malam panjangnya untuk menghapus Baekhyun dari pikirannya.

Chanyeol berbalik dan pergi, mencoba melupakan dan membiarkan Baekhyun bersama dengan istrinya, juga mencoba menghapus perasaan. Sejak saat ini dan untuk seterusnya yang Chanyeol harapkan hanya kebahagiaan Baekhyun, jadi dia tidak perlu memikirkan apa apa lagi, jadi dia tidak menyesal tidak pernah benar benar mengucap cinta dan sembunyi sembunyi seperti Kyungsoo.

Untuk Chanyeol, Baekhyun harusnya tetap seperti matahari sepanjang hari, juga seperti langit biru yang sangat cerah dengan awan putih yang berarak indah. Dia harusnnya tersenyum polos seperti anak kecil tanpa dosa, tersenyum seperti tak ada yang salah.

Chanyeol melangkahkan kakinya lagi, dia menutupi wajahnya dengan topi supaya kalau Baekhyun lewat di sampingnya dia tidak akan sadar kalau itu Chanyeol padahal Chanyeol sudah sejak awal memandanginya. Semoga saja Baekhyun benar benar melupakannya, jadi kalau mereka bertemu hanya Chanyeol yang mengingatnya, lagipula Chanyeol yakin setelah waktu berlalu Baekhyun akan melupakannya dan dia akan baik baik saja tanpa Baekhyun.

+FIN+