Disclaimer: Masashi Kishimoto

Warning: Sho-ai, gaje, OOC dan hal-hal lainnya.

Pairing: NaruxSasu

Rating: T


Daily Life Of Yakuza

.

.

(Part 13)

Special: Ghost Story 2


"GWAAAAAA!" Naruto berteriak ketakutan. Didepannya sebuah wajah mengerikan dan rambut panjang terurai menatap Naruto dengan seram.

Sasuke yang jatuh dari pangkuan Naruto hanya memandang 'Hantu' tadi dengan kesal.

"Sai, hentikan menakuti Naruto!" Seru Sasuke sambil memunguti ceceran popcorn.

Topeng hantu tadi terbuka memperlihatkan wajah Sai yang tersenyum. "Tapi aku suka melihat wajah ketakutan Naruto. Manis sekali."

Naruto yang sadar dirinya dikerjain Sai hanya mendengus kesal, "Kau itu! Kalau aku mati mendadak bagaimana?!"

Sai beralih duduk ke sofa, "Ya kalau mati ya mati saja."

Naruto ingin sekali menghajar anak itu, benar-benar deh... Lagi asyik-asyiknya malah diganggu oleh dia. Tetapi bukan berarti Naruto ingin terus menggerayangi Sasuke walau hatinya ingin. Tapi serius! Semua orang pasti akan kesal kalau momen berharganya diganggu orang lain, dalam hal ini adalah 'menggerayangi Sasuke'.

"Tunggu disini Naruto." Kata Sasuke sambil membawa mangkuk sisa popcorn ke dapur.

Naruto duduk di sofa tepat disebelah Sai dengan lemas.

Cowok berambut hitam itu melirik ke arah Naruto, lalu menatap sesuatu yang mqsih menonjol dari balik celana Naruto. Sai menyentuhnya.

"Gwaaaa!" Naruto spontan berteriak kaget.

"Ada apa lagi?!" Teriak Sasuke dari arah dapur.

Naruto terlihat panik, "Ti...Tidak ada apa-apa." Sahut Naruto sambil menyingkirkan tangan Sai dari atas celananya.

Naruto melotot pada pemuda pucat itu, "Mau apa kau kemari?"

Sai mengangkat bahunya, kemudian mengambil remote TV, "Aku disuruh Ayame-san kesini untuk menginap. Teuchi-jiisan sakit, jadi kamarku dipakai." Jawab Sai tidak peduli.

"Hahhhhh..." Naruto mendesah pelan sambil menyenderkan kepalanya di bantalan sofa.

Sai meliriknya, "Kau tidak suka?"

Naruto memejamkan matanya, "Bukan itu sih..." Tapi kau menganggu acaraku dengan Sasuke, Sambung Naruto dalam hati. Bisa tidak sih kau menggangguku setelah aku menyelesaikan 'niat' jahatku?

Sasuke kembali dengan beberapa gelas jus jeruk. "Jadi... Kau ingin menginap disini?"

Sai tidak menjawab hanya mengangguk kecil sambil tetap fokus ke TV. Sasuke melirik Naruto sebentar, meminta pendapat cowok blonde itu. Sesungguhnya, Sasuke sama sekali tidak suka Sai menginap disini. Ah bukan, maksudnya BENCI... SANGAT BENCI.

Naruto mengangkat kedua tangannya, "Terserah kau, Sasuke."

Sasuke berdehem, "Sai, Kau tidak bis~"

"Hei..." Sai mengambil beberapa lilin yang entah didapatnya darimana, lalu menyusunnya di lantai, "...Bagaimana kalau kita bercerita tentang hantu?" Katanya lagi memotong pembicaraan Sasuke.

Cowok raven itu menatapnya sebal, lalu memijat keningnya, "Dengar Sai, Kau tidak bisa menginap dis~"

"Bagaimana Naruto? Apa kau mau ikut bercerita hantu?" Sai mengalihkan pandangannya ke cowok blonde itu, mengacuhkan perkataan Sasuke.

Sasuke menatap Sai marah. Oke! Ini sudah kelewatan, cowok muka tembok ini memang harus diusir dengan kejam dari rumah, dia hanya akan membawa penyakit disini dan mengganggu suasana romantisku dengan Naruto.

Tunggu. Sasuke sedikit tersentak dengan pikirannya sendiri. Apa tadi aku bilang romantis? Ah bukan... Aku bilang dramatis. Sasuke mengangguk berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Ya! Aku bilang dramatis.

Sai tidak mempedulikan tingkah aneh Sasuke matanya menatap penuh harap ke Naruto, "Kau pasti mau kan, Nar~"

"Tidak Mau!" Jawab Naruto tegas.

"Tapi, Naru~"

"Tidak! Tidak! Tidak!... Aku tidak suka cerita hantu!" Ucap Naruto tegas berusaha keluar dari ruangan itu.

Sai terdiam lalu menyeringai aneh, "Ohh.. Aku pikir kau berani..."

-Deg- Naruto tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Sai menyeringai lagi, "...Dan aku pikir kau tidak takut pada apa pun."

Naruto meneguk liurnya susah payah. Bagaimana dia bisa mengaku kalau dia takut hantu? Bakal hancur image cool dan kerennya. Oh my god! Tidak boleh! Dia harus terlihat kuat dan berani!

Naruto berbalik sambil mengacak pinggang, "Ha..Ha..Ha... Aku ini kuat dan berani, aku tidak takut hantu..." Serunya dengan suara kering menahan gemetar dikakinya.

Sai tersenyum, "Naruto hebat... Sangat macho..."

Naruto memperlihatkan otot lengannya, "Ha..ha.. Aku macho-man tidak mungkin takut pada hantu... heh, yang benar saja, hantu itu tidak ada apa-apanya!"

Sasuke menepuk kepalanya frustasi. Cowok blonde itu memang tidak tahan pujian, sekali dipuji pasti langsung melayang kelangit ketujuh. Apa Naruto tidak tahu kalau Sai hanya berpura-pura, lihat saja wajah dan senyum datarnya!

Naruto duduk bersila di dalam lingkaran lilin, "Sasuke, ayo..."

Sasuke hanya memutar bola matanya malas lalu duduk disebelah Naruto, matanya melirik Sai tajam, "Dengar, kalau sudah selesai dengan permaianan bodohmu ini, kau keluar dari rumah kami, mengerti?!"

Sai tidak menjawab hanya menampilkan senyum dinginnya, "Ayo berpegangan tangan... Lalu kita akan mulai bercerita dan meniup lilinnya satu persatu."

Kekanakan! Pikir Sasuke lagi. Siapa juga yang akan berpegangan tangan lalu bercerita tentang hantu dan meniup lilin? Serius! Orang yang berumur 18 tahun dan memiliki otak pintar tidak akan melakukan hal diluar logika. Sasuke melirik Naruto, cowok itu meneguk liurnya susah payah sambil memegang tangan Sai dan Sasuke dengan erat. Ah iya! Sasuke baru ingat, cowok blonde itu juga masih kekanakan dan... Bodoh kuadrat!

"Baiklah, aku yang mulai duluan..." Kata Sai kemudian memejamkan matanya, "...Dulu saat aku menjadi pembunuh..."

"Tu..Tunggu... Kau menjadi apa?" Jelas Naruto yang sedikit kaget.

"Ssst, diamlah Naruto." Bisik Sai lagi. Naruto terpaksa menahan rasa penasarannya. Tadi Sai bilang apa sih? Pembunuh apa pemburu? Ah, mungkin pemburu, kurasa Sai suka berburu hewan liar.

Sai membuka matanya pelan, berusaha merasakan hawa ngeri disekitar mereka lalu mulai bercerita.

.

Sai berlari menuju sebuah gedung tua yang usang. Napas cowok itu tersenga-sengal, dadanya sakit tetapi dia berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

Gerombolan orang-orang yang berada dibelakangnya terlihat marah, "Dia Masuk Ke Dalam Gedung Tua Ini!" Teriak salah satu gerombolan tadi.

"Ayo Kejar!" Teriak yang lain.

Sai yang bersembunyi di balik dinding kemudian segera bergegas pergi. "Aku...Harus keluar dari sini..."

Sai bergerak masuk kesebuah ruangan untuk bersembunyi.

-Trek- Sai berbalik waspada "Si..Siapa itu?"

Hening. Tidak ada suara.

Sai berusaha menyingkirkan pikiran negatifnya, tangannya mengeluarkan sebuah pistol.

-Trek-Trek- Suara aneh itu lagi. Sai mengarahkan sesuatu dipojokkan ruangan. "Ke..Keluar...Kau!" Teriaknya terbata-bata.

Sekali lagi masih hening. Sebelum Sai melonggarkan otot kakunya, sebuah tangan panjang keluar dari bayangan hitam dipojokan kamar.

Sai menatap tercengang, Tangan itu patah dengan posisi yang janggal, beberapa tulang terlihat mencuat keluar, kemudian helaian rambut menjalar di lantai.

Sai Mundur perlahan, kakinya gemetar. "Si..Siapa kau?!"

Suara cekikikan ngeri terdengar, "Apa kau begitu ingin tahu...?" Suara berat yang membuat bulu kuduk merinding terdengar dari arah belakang Sai. Cowok itu yakin belakangnya hanya ada dinding.

Sai berusaha melirik dengan ekor matanya, dan memutar perlahan kepalanya.

Sai berbalik. Kosong! Tidak ada apa-apa hanya ada sebuah dinding dengan lubang yang kecil. Sai melirik ke lubang itu. Ruangan disebelahnya kosong, hanya ada beberapa meja, kursi dan lemari usang.

Bola mata Sai jatuh pada sesuatu yang bergelantungan di plafon atap, sebuah tubuh wanita yang tercekik tali tambang. Tubuh yang kaku dengan lidah menjulur, mata wanita itu terpejam.

Sai yang kaget berusaha menormalkan detak jantungnya. Dia melihat tubuh itu terayun lemah.

"Kau suka melihat tubuh matiku?"- Tiba-tiba suara berat terdengar dari belakang punggungnya. Sai berbalik kaget.

Dihadapannya, sepasang wajah rusak dan mata yang mencuat keluar menatapnya tajam.

.

"GWAAAAAA!" Naruto berteriak, Sasuke berusaha menutupi telinganya yang berdenging.

"Diam, Dobe! Kau bukan anak umur 5 tahun!" Desis Sasuke marah. Sai hanya terkikik geli melihat tingkah 'Macho' Naruto.

"Ta..Tapi Teme, cerita itu benar-benar seram..." Ucap Naruto seraya menggenggam tangan Sasuke erat.

"Itu sama sekali tidak mengerikan..." Sasuke merapikan posisi duduknya lalu berdehem, "...Ceritaku lebih mengerikan."

Naruto menatap Sasuke dengan pandangan horor, tenggorokannya benar-benar kering saat ini. Cowok blonde itu menyesal telah terjebak di permainan mengerikan begini.

Sasuke berdehem, membuat suaranya terdengar berat dan seram, "..Dulu, ada sebuah permainan yang dimainkan oleh murid perempuan... Permainan kejar kematian..."

.

Sasuke yang saat itu berumur 17 tahun dan memasuki tahun kedua ajaran sekolah terlihat sedang berjalan menuju kamar mandi melewati koridor kosong. Memang pada saat itu sedang ada pelajaran, jadi seluruh koridor sepi karena semua murid sedang belajar dikelas.

Sasuke melangkahkan kakinya dengan santai disepanjang koridor sepi itu. -Tap-Tap-Tap-Srek-Tap-

Sasuke berhenti. Dia merasa ada suara lain yang mengikutinya. Suara gesekan sesuatu dengan lantai. Sasuke berbalik, tidak ada apa-apa selain koridor panjang. Sasuke hanya mengangkat bahu tidak peduli, dia mulai melangkah lagi.

Tap-Tap-Srek- Sasuke berhenti lagi. Dia benar-benar yakin mendengar sesuatu. Sasuke tidak menengok kebelakang, cowok raven itu berusaha berjalan pelan.

-Tap- Satu langkah kaki Sasuke, -Tap- Langkah lain dari kaki Sasuke, -Srek- Suara sesuatu dibelakang Sasuke. Cowok raven itu berhenti.

Serius! Ini benar-benar membuat perasaan Sasuke ngeri. Dia hanya berusaha berjalan ke arah kamar mandi melewati lorong, dan sekarang diiikuti oleh-entah-apa-itu-namanya yang mengekornya dibelakang.

Sasuke berusaha melirik kebelakang tetapi sedetik kemudian dia mengendurkan niatnya itu. "Lihat, tidak, lihat, tidak..." Sasuke berusaha menghitung kesepuluh jarinya.

-TENG!-TENG!- Bel istrirahat berbunyi sebelum Sasuke selesai menghitung kesepuluh jarinya, Sasuke sedikit tersentak kaget. Kemudian Sasuke berusaha berbalik kebelakang.

Beberapa murid cowok dan cewek keluar dari ruang kelas, mereka semua sibuk berbincang atau berlarian menuju kantin. Sasuke menghela napas lega.

Beberapa gerombolan cewek berjalan melewati Sasuke menuju kamar mandi. "Kau tahu..? Kata salah seorang cewek, "...Katanya kamar mandi pria disekolah ini dihantui."

Sasuke melirik gadis itu dengan penasaran.

Salah seorang gadis terlihat bersemangat bercerita, "Iya, semua cowok dikelas kita pernah bertemu hantu wanita itu, kata mereka setiap mereka pergi kekamar mandi selalu ada bunyi aneh yang mengikuti..." gadis itu terlihat berpikir sebentar, "...Mereka bilang, mereka melihat seorang cewek denan bagian tubuh yang janggal, mengejar mereka dengan ngeri."

Salah seorang cewek kelihatan ketakutan, "Hiii.. Seram, cewek itu pasti murid disini yang suka bermain kejar kematian."

Beberapa gerombolan cewek itu melirik gadis yng bercerita tadi, "Kejar kematian?"

Gadis itu mengangguk pelan, "Dulu, seorang cewek bermain petak umpet, kemudian dia jatuh dari atas atap gedung sekolah karena berusaha bersembunyi, dia terpeleset. Makanya sekarang, bermain petak umpet dilarang oleh para guru." Jelas gadis itu mengakhiri ceritanya.

Sasuke terlihat gelisah, dia menundukkan wajahnya bingung. Ingin ke toilet apa tidak ya? Ya sudahlah tahan saja dul~

Belum sempat Sasuke menyelesaikan pikirannya, tiba-tiba semua orang sudah menghilang dalam sekejap. Ketika dia menengadah semua murid terlihat tidak ada lagi. Koridor itu sepi sekarang, benar-benar kosong.

Sasuke panik. Dia terus berpikir 'Kemana semua orang?' padahal baru saja istirahat, seharusnya koridor penuh dengan murid tetapi sekarang malah sunyi senyap. Sasuke berbalik menuju kelas. Dia berusaha menanamkan dalam pikirannya apapun yang terjadi jangan menengok kebelakang, "Cukup ambil tas lalu pulang, oke?" Kata Sasuke berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

-Tap-Tap- Sasuke melangkah pelan. Jantungnya berdebar cepat. Tenang Sasuke, Tenang.

-Tap-Tap-Srek-Tap- Sasuke berhenti. Suara itu pun berhenti. Sasuke meneguk liurnya susah payah. Oh Tuhan, Dewa jashin, Shinigami, siapa saja, tolong aku! Sasuke menjerit dalam hati tetapi dia berusaha tetap tenang.

Sasuke berjalan lagi, suara itu masih mengikuti, cowok raven itu mempercepat larinya, suara yang mengejarnya dibelakang juga semakin cepat. -Srek-Srek-Srek-

Ini benar-benar kelewatan! Dia hanya berusaha menuju toilet tetapi malah dikejar sesuatu yang menurut gerombolan cewek-cewek tadi adalah 'Hantu'. Oke! Sasuke mungkin tidak takut hantu, tetapi tetap saja, kakinya berusaha lari dari yang namanya 'Hantu'.

Sasuke merasakan jantungnya meletup-letup kencang, bukan pertanda baik, terlebih lagi keringat yang membasahi keningnya.

-TAP- Sasuke tiba-tiba berhenti. Dia mencoba yakin tidak ada namanya hantu. Dia mencoba menghitung angka, "Oke... Dalam hitungan ketiga aku akan berbalik..."

"Satu..." Sasuke menghitung, "..Dua..." Kata Sasuke pelan.

"Tiga-" Suara berat mencuri hitungan Sasuke. Cowok itu berbalik kaget. Seorang wanita dengan kepala terbalik menatapnya dari atas plafon atap.

.

"GWAAAAA!" Naruto hampir menjambak rambutnya ngeri. Sasuke sekali lagi tersentak dengan teriakan Naruto.

"Astaga Naruto! Bisa kau berhenti berteriak! Kau mau membuatku jantungan?!" Seru Sasuke kesal sambil melotot ke arah cowok berambut blonde itu.

Naruto terlihat meringkuk ketakutan, Sasuke tidak tega memarahi cowok penakut itu. "Hahhhh..." Sasuke menghela napasnya. "...Sekarang giliranmu Naruto."

"E..Eh? A..Aku?" Tanyanya sedikit tergagap.

"Memangnya siapa lagi?" Balas Sasuke sebal.

Naruto meneguk air liurnya susah payah, "Baiklah..." Katanya lagi, "...Ini dimulai waktu aku masih berumur 10 tahun." Naruto menghentikan kalimatnya, matanya terpejam.

.

Naruto kecil berjalan dengan riang bersama Kurama. Mereka menelusuri jalan yang saat itu memang sepi. Naruto menggenggam tangan Kurama erat, "Nii-chan, jalan disana sepi... Aku takut."

Kurama menyeringai, "Heh! Jadi cowok itu jangan takut hantu!..." Seru sang Kyuubi sambil menepuk kepala Naruto. "...Kalau begitu aku akan jalan duluan." Sambung Kurama lagi.

Anak berambut merah terang itu bergerak menuju tikungan jalan yang sepi dan gelap. Setelah sampai disana Kurama berbalik nyengir ke arah Naruto lalu merentangkan kedua tangannya, "Lihat tidak ada ap-" sebelum Kurama meneruskan perkataannya, bocah laki-laki itu ditarik oleh sesuatu.

Naruto terbelalak ngeri, "Nii-Chan!" Anak berambut pirang itu bergegas berlari menuju kakaknya, tetapi nihil Kurama sudah menghilang.

Naruto ketakutan, badannya gemetaran. Dia menatap kiri jalan. Gelap.

Lalu beralih menatap sisi kanan jalan. Masih gelap dan kosong. Tidak ada siapa-siapa yang berjalan pada pukul 9 malam saat itu. Gang di tempat tinggal mereka memang sepi. Harusnya Kurama menuruti perkataan Minato untuk tidak berbelanja malam-malam, harusnya Naruto juga tidak membantah perkataan Minato untuk membawa dua bodyguard untuk menjaga mereka. Kini, Kurama menghilang entah kemana.

"Nii-chan..." Naruto berusaha berjalan. -Trek- suara langkah yang berada didepannya membuatnya berhenti. Bocah itu tidak dapat melihat apa yang berada didepannya. Terlalu gelap.

"Nii-chan?" Tanya Naruto lagi berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

-Trek-Trek-Trek- Suara itu makin keras. Naruto mundur dengan ketakutan. Dia sudah yakin itu bukan kakaknya. Kakaknya tidak akan begitu. Kemudian terdengar suara nyanyian anak-anak.

Naruto menajamkan pendengarannya lagi. Ya itu suara nyanyian anak laki-laki. Satu.. Ah bukan, tapi dua orang anak laki-laki. Ya memang dua orang! Suaranya terdengar berbeda.

"Ha..Hallo... Si..Siapa disana?" Seru Naruto takut-takut. Suara nyanyian tadi berhenti, berganti menjadi suara cekikikan anak kecil. Naruto benar-benar merinding.

"Ingin bermain?" Sebuah suara anak kecil terdengar oleh Naruto. Bocah itu tidak dapat melihat jelas. Hanya siluet kaki yang dapat dilihatnya.

"Ya, ayo bermain." Kata suara yang lain. Naruto mundur perlahan ketika siluet tadi menampakan sosok dua orang anak laki-laki. Wajah mereka masih tersembunyi di balik bayangan. Naruto berusaha menatapnya lebih jelas lagi.

Naruto terbelalak ngeri saat melihat wajah mereka. Wajah mereka berlumuran darah, salah satu mata anak itu menyembul keluar dan satu lagi bibirnya terbelah dengan goresan yang mengerikan.

.

"GWAAAA!" Naruto berteriak lagi sambil memeluk tubuhnya sendiri. Mengigil. "Mengingat itu, makin membuatku ketakutan." Sambung Naruto.

Sasuke dan Sai terdiam dan saling pandang. Bahkan Sasuke yang cerewet pun kini hanya terdiam mendengar teriakan Naruto. Dia tidak protes lagi. Sai menyenggol Sasuke. Kemudian Sai berbisik pelan ke Sasuke tanpa diketahui Naruto, "Sudah ku bilang, seharusnya kita jangan menakuti dia waktu itu."

Sasuke melotot, "Mana aku tahu kalau ternyata anak yang kita takuti itu Naruto, saat itu gelap!" Bisik Sasuke lagi.

Sai terlihat berpikir, "Ternyata yang bersama Itachi-nii waktu itu kakaknya Naruto ya?..." Sasuke menatap adiknya itu bingung.

Sai berbisik lagi, "Itu lho, waktu kita disuruh Itachi-nii untuk menakuti orang, saat itu dia dengan seseorang'kan? Di pojokan jalan."

Sasuke berpikir sebentar. Ohh, jadi yang bermesraan dengan Itachi saat itu kakaknya Naruto ya?

Naruto berbalik menatap Sai dan Sasuke, "Apa yang kalian bicarakan? Sampai berbisik begitu?"

Sasuke tersenyum dipaksakan, "A..ahaha, Tidak ada apa-apa."

Sai menyodorkan lilin ke arah Naruto, "Ayo tiup lalu kita akan mulai berhitung."

Naruto terlihat enggan tetapi akhirnya ditiupnya juga lilin tadi. Sasuke dan Sai meniup semua lilin yang menyala. Sekarang mereka bertiga berada dalam kegelapan. Tidak ada lampu maupun lilin. Benar-benar gelap.

"Baiklah.. Kita mulai..." Kata Sai lagi, "Satu!"

Sasuke membuka mulutnya, "Dua!"

Tenggorokan Naruto tercekat selama sedetik, "Ti..Tiga."

Kemudian mereka diam, menunggu seseorang untuk mengatakan empat. Itu peraturannya, selesai bercerita, tiup seluruh lilin dan mulai berhitung, jika seluruh anggota sudah berhitung, maka bila terdengar satu lagi yang berhitung maka yang berhitung terakhir itu adalah hantunya.

Tangan Naruto terasa berkeringat, Sasuke melirik cowok pirang itu dengan pandangan kasihan. Seharusnya waktu dia kecil dulu, dia tidak menakut-nakuti Naruto, kalau begitu Naruto tidak akan menjadi penakut seperti sekarang ini. Sasuke mendesah pelan.

"Sudah hentikan..." Kata Sasuke lagi sambil bangkit dari duduknya, "... Percuma." Sambung Sasuke lagi. Sai terlihat kecewa sedangkan Naruto menghembuskan napas lega.

Cowok blonde itu terlihat meregangkan ototnya, kemudian menyalakan seluruh lampu ruangan, "Kau tahu? Aku pikir hantu itu tidak ad-"

"Empat."

Naruto terdiam. Begitu juga dengan Sai. Sasuke sepertinya tidak mendengar. Cowok raven itu sibuk merapikan DVD yang teronggok begitu saja.

Naruto mulai ketakutan, "Sa..Sasuke..."

"Hn?"

"Ka...Kau dengar tadi?" Nada suara Naruto terdengar mencicit ditelinga Sasuke.

"Dengar apa?" Tanya Sasuke bingung. Naruto mendekat ke arah Sasuke dengan wajah horor.

"Ta..Tadi... Ada yang menghitung 'Empat' begitu." Jelas Naruto sambil mempraktekkan dengan gaya horor. Sasuke mendengus.

"Hantu itu tidak ada, Nar-"

-Sreekk-Sreekk- Terdengar suara yang bergesekan dengan tembok. Naruto menatap ngeri seluruh dinding. Lengan Naruto memeluk Sasuke dari belakang. "Sa..Sasuke... Itu apa?"

Sasuke menatap tajam keseluruh penjuru ruangan. "Naruto kau tunggu disini." Kata cowok raven itu sambil bergegas menuju pintu depan. Naruto terlihat kecewa ditinggal Sasuke.

Sai melirik Naruto lalu tersenyum, "Kau bisa memelukku kalau takut."

Naruto terlihat salah tingkah, "A...Ahaha... Ti..Tidak perlu." Jawab Naruto lagi.

-Trek-Trek- Suara yang mengganggu dari arah jendela. Naruto sedikit merinding. Dia tidak berani berbalik. Sai ikut-ikutan membeku.

Sai melirik Naruto, "K..Kau macho'kan? Ka..kalau begitu periksa jendela."

Naruto menggeleng mantap, "I..Ini bukan masalah macho atau tidak... Lagipula kenapa bukan kau saja yang periksa jendela?"

Sai sedikit melotot, "Kan disini, cuma kau saja yang paling 'Cowok'!"

Naruto mendesah pasrah. Padahal jelas-jelas mereka bertiga cowok, apa maksudnya kalau aku saja yang 'cowok', memangnya mereka apa? Hermaphrodite?

Naruto bergerak perlahan menuju jendela, Sai membuntuti Naruto dari belakang. "Cepat, Naruto." Kata Sai lagi.

Naruto menepis dorongan Sai, "Se..Sebentar." cowok blond eitu mengulurkan tangannya ke arah jendela, hingga...

"Gyaaaaa!" Teriakan Sasuke membuat Naruto tersentak kaget. Mata Naruto yang ketakutan kini berubah menjadi waspada.

"SASUKE!" Naruto berlari menuju pintu depan tanpa mempedulikan rasa takutnya. Sai hanya terdiam ditinggal begitu saja oleh Naruto.

Cowok blonde itu melihat Sasuke terduduk dilantai sambil menunjuk ke arah sesuatu di balik pintu yang terbuka. Naruto menatap tajam sesuatu yang kini menampakkan wujudnya.

Kurama berdiri didepan pintu, "Oh, Hai..."

"Ka...Kakak?" Naruto sedikit kaget, terlebih lagi Kurama membawa sesuatu di bungkusan plastik. Sepotong tangan dan kaki mayat.

Sasuke bergerak lalu bersembunyi dibelakang Naruto. Dia ngeri menatap potongan mayat. Naruto mengacak rambutnya kesal, "Bisa tidak jangan menakuti orang seperti itu?"

Kurama terkekeh, "Habisnya kalian serius sekali berhitung, jadi aku ikut berhitung juga..." cowok berambut merah itu melempar kantong mayat tadi ke Naruto.

Naruto menangkapnya dengan sigap, "Potongan mayat apa ini?"

"Bukti pembunuhan, jangan sampai rusak." Kata Kurama lagi.

Sasuke langsung menghindar dari Naruto yang membawa kantong mayat, "O...Oi Dobe! Kau takut hantu tapi tidak takut mayat?"

Naruto menampilkan senyuman lebarnya, "Mayat sih tidak bergerak, kalau hantu dia bisa menembus dinding." Jawab Naruto dengan alasan kekanakan. Sasuke tidak habis pikir dengan otak cowok pirang itu. Dimana-mana orang pasti lebih takut dengan mayat dibandingkan hantu. Sebenarnya otak dobe ini terbuat dari apa sih?

Kurama hanya tertawa lalu berjalan masuk ke dalam rumah tetapi langsung terhenti ketika sosok Sai yang tersenyum menyapanya, "Hai... Kurama-san."

.

.

.

TBC

Maaf telat update hehehe *garuk2 pala*

Special thanks:

vivi, ash, TheBrownEyes'129, AiCinta, Noirouge, Collin Blown a.k.a AnakYunjae, MORPH, Balck Lily, Sabaku-Yuuhi, Yue lawliet, rere, Akira no Sikhigawa, Ati, Akira Naru-Desu, Fishiie LophehaeUKE, Anaatha Namikaze, Kyu-chan, Kirika no karin, Nura, Yu, L : Thanks buat kalian semua. i luph u all *hug* ^O^