Disclaimmer: Masashi Kishimoto

Pairing: NaruxSasu

Warning: Crack, Typo, Gaje, Sho-ai, OOC dan hal lainnya.

Rating: T


Daily Life Of Yakuza

Meeting

.

.

(Part 1)


Sekolah... Sekolah.. Sekolah...

Setting yang terlalu biasa untuk kemunculanku, bukan? Setiap tokoh utama, tentu saja seperti diriku dan tokoh utama lain, harus muncul di sekolah pada episode pertama...

Pffttt... Jangan bercanda... Aku tidak akan muncul di sekolah dengan ciri khas seperti terlambat berangkat ke sekolah sambil menggigit roti tawar di mulutku.

No! Never! Aku bukan tokoh utama cewek cantik yang harus diperebutkan cowok-cowok tajir.

Aku Uzumaki Naruto. Seorang cowok tulen. Tidak akan memulai episode kehidupanku di sekolah.

Tidak, aku tidak akan muncul disekolah sebelum...

.

"KUHAJAR KAU!" Suara cowok yang berteriak nyaring membuat telingaku sakit.

"Bisakah kau diam sedikit? Ini terlalu pagi untuk berteriak." Jawabku dengan seringai jahil. Mata biruku menatap cowok-cowok berandalan tadi dengan tajam.

Yeah, adegan biasa perkelahian, tokoh utama dan para pemeran 'pembantu' tidak terpakai. Benar-benar deh... Pikirku lagi.

Aku menguap malas sambil mengacak-acak rambut blonde-ku. Jam tanganku menunjukkan pukul 9 pagi tepat.

"Entah kenapa ini harus terjadi setiap harinya, benar-benar memuakkan." Kataku pelan.

Dibelakangku, beberapa berandalan amatir tadi sudah tumbang di tanah sekitar 25 detik yang lalu, Sedangkan aku hanya mengalami lecet-lecet ringan.

Aku merapikan seragam sekolahku, lambang "High School Konoha" terpampang dengan jelas.

Yep! Aku Sang Uzumaki Naruto, siswa berandalan paling mematikan di wilayah Konoha.

"Naruto-sama..." Beberapa pria berrpakaian jas hitam membungkuk hormat saat aku datang. Aku tersenyum senang.

Tidak... Mereka bukan anak sekolahan sepertiku, mereka anak buahku. Lebih tepatnya, anak buah ayahku yang merupakan seorang yakuza disini.

Jangan pernah menanyakan pekerjaan ayahku. Oh sungguh... Jangan pernah menanyakan hal itu. Aku malu menceritakannya. Akan kuceritakan nanti, oke? Kalian akan mengetahuinya sendiri.

.

-DIINN- DIIINN- Suara klakson tepat di belakang mobil Buggati Veyron-ku, membuatku harus berpaling. lambang kipas yang aneh terlihat di depan kap mobil itu. ya ampun... jangan si brengsek itu lagi...

"Sasuke-sama..." Beberapa pria berjas hitam membuka'kan mobil Ferrari Enzo merah milik keluarga Uchiha. Aku hanya memutar bola mata malas.

Oh Yeah... Yakuza lainnya. Pikirku sarkastik.

Kenapa sih sih di wilayah ini perlu dua Yakuza? Kenapa ayah tidak memusnahkan keluarga Uchiha.

Lihat saja tingkah si bungsu menyebalkan itu, memangnya dia merasa bagus apa punya rambut mengkilat hitam seperti model iklan shamppo, aku bertaruh, rambut Neji lebih halus.

Dan kulitnya, terlalu putih untuk dikatakan sebagai cowok, atau jangan-jangan dia selalu luluran, meni-pedi dan spa yang selalu dilakukan ibuku.

Aku merinding sebentar membayangkan hal mengerikan itu. Sasuke melirikku sadis.

"Aku tebak... Jorok?" Kata Sasuke sambil tersenyum pongah. Aku menatapnya geram.

"Enak saja, Aku tidak melamun jorok, Teme!"

"Hn... Aku ragu..." Jawab Sasuke dengan singkat dan jelas kemudian berlenggang pergi dengan dua bodyguard kekar disamping kiri dan kanannya.

Si sialan itu... Rutukku dalam hati.

.

.

.

Sebuah Gedung... Tidak.. Ini bukan gedung sekolah...

Ini gedung mengerikan, tapi sungguh ini bukan gedung sekolah. Ini... Apa ini?!

"APA-APAAN INI...!" Teriakku tidak terima.

Beberapa anggota yakuza lain melirikku sadis. Mereka duduk dengan rapi tersusun dengan meja persegi panjang diantara mereka.

Yup! Ini gedung pertemuan organisasi yakuza, mereka semua adalah ketua masing-masing yakuza di beberapa kota wilayah Konoha.

Tidak... Aku bukan heran karena aku berada disini, tetapi aku lebih heran kenapa pertemuannya harus di gedung tua yang kalau disentil anak kecil juga bakal hancur lebur.

"Ini sudah menjadi kesepakatan bersama.." Sahut sebuah suara, membuatku langsung berpaling cepat.

Seorang kakek tua, berpakaian ninja muncul tiba-tiba dari atap. Aku kaget.

Bukan... Bukan kaget seperti adegan dramatisir di sinetron-sinetron Indonesia, yang setiap ingin membunuh orang harus di zoom kemudian di close-up seluruh muka dan tersenyum sinis sambil berkata, "Aku akan membunuh ibunya, kemudian menjadi istri ayahnya, lalu menguasai harta warisannya."

Tidak, aku belum menjadi alay...

Aku hanya... Cengo...

Kemudian aku melirik anggota yakuza lain, semua anggota yakuza terlihat sedang minum teh ala tradisional upacara teh asal jepang (Sadou) sambil berbicara barengan, "Ah, Damainya suasana.."

"Jangan santai-santai..!" Aku membalik meja dengan marah.

"Sudahlah, Dobe... Nikmati tehnya.." Kata Sasuke sambil mengecap dalam-dalam rasa teh hijau. Di samping kiri-kanannya, dua bodyguard tadi memayungi Sasuke dan memijat punggungnya.

"Jangan enak-enakkan!" aku menunjuk kesal Sasuke dengan tidak bermoral. Sungguh lama-lama berada di gedung pertemuan rahasia ini benar-benar membuat tensi darahku meningkat.

"Ini sudah menjadi kesepakatan. Dua pewaris organisasi yakuuza ini harus belajar hidup bersama dan berbaur pada masyarakat." Kata kakek tadi yang kini sudah duduk dan berganti pakaian hakama ala jepang.

"Dua pewaris? Hidup bersama?" Tanyaku bingung. Kakek tadi hanya mengangguk.

"Sudah turun temurun wilayah ini harus dikuasi dua pemimpin, untuk menjaga keselarasan yin dan yang." sambung kakek tadi dengan mata yang serius. Aku meneguk ludah dengan susah payah.

"Jadi... Aku mengangkat kau Naruto, dan kau Sasuke, sebagai calon pewaris organisasi Yakuza besar ini." Kakek tadi menunjuk aku dan Sasuke secara bergantian.

"A..APA! TIDAK! AKU TIDAK MAU HIDUP DENGAN DIA!" Teriakku tidak terima sambil menunjuk Sasuke yang masih menikmati teh hijaunya.

"Tolong, kue berasnya.." Ujar Sasuke pelan tapi tegas pada salah satu bodyguardnya. Urat-urat marah terlihat di pelipisku.

"KAU MENDENGARKAN, TIDAK SIH?!" Aku membanting dua kali meja tadi sambil berteriak pada Sasuke.

"Aku mendengar dan aku mau kue beras..." Jawab Sasuke dengan sikap angkuh. Aku makin naik darah.

"Kau Anak Manja! Lagipula Kue Beras Tidak Cocok Dengan Teh Hijau, Bodoh!" Teriakku lagi. Sasuke mendelikku tanpa ekspresi.

"Kalau begitu, kue manju saja." Sahut Sasuke lagi, kali ini aku menjambak-jambak rambutku hingga botak.

'Ya Tuhan, Bunuh aku sekarang..' Rintihku dalam hati, sambil berurai air mata ala serial cantik di komik-komik.

.

"Ubi Bakar..!" Suara teriakan dari luar gedung membuatku kaget.

Ja..jangan bilang kalau...

Aku segera berlari menuju jendela, membukanya dengan paksa dan kulihat...

Seorang pria berambut mirip denganku sedang menjajakan ubi bakar dagangannya bersama seorang pria yang mirip Sasuke.

"I..Itukan..." Aku agak terbata-bata. Sasuke ikut melirik ke jendela.

"Ah, itu ayahku dan ayahmu sedang berjualan." Ekspresi Sasuke datar. Benar-benar datar.

"...Ayah.. Aku mau ubi bakar!" Sasuke kembali melambai tanpa ekspresi, dia bahkan tidak malu ditertawai beberapa ibu-ibu yang sedang belanja sayuran.

Aku gemetar kesal. Kemudian...

"HYAAATTTT...~~" Aku menendang kepala ayahku, setelah terjun dari gedung tiga tingkat.

Yup! Begitulah akhirnya... Aku menyeret yakuza terkuat Sang Minato, dan yakuza terkejam Sang Fugaku. Kelakuan mereka berdua berbeda 360 derajat dari image saat bertempur melawan yakuza lain. Konon kombinasi kekuatan mereka sanggup melumpuhkan aksi-aksi para FBI dan tim Swat untuk menangkap mereka.

Tapi kalau melihat kenyataan mereka berjualan ubi bakar, aku jadi ingin menangis darah di dalam kamarku.

Padahal kalau dipikir-pikir mereka sangat kaya, benar-benar kaya, tetapi kenapa... Kenapa Tuhan? Kenapa harus berjualan ubi bakar? Dosa apa hamba dan keluarga hamba? Apa ini gara-gara hamba kencing sembarangan di pohon, Tuhan? Atau karena hamba mengikat patung dewa Jashin-sama kemudian menenggelamkannya di sungai? Maaf Tuhan, tapi entah kenapa patung itu suka dengan cowok kece seperti hamba. Hamba tidak mau di perkosa oleh patung.

"Begitulah Naruto, kau sudah dipilih oleh 'ketua' jadi kau harus menurut, ok?" Kata Minato sambil mengedipkan satu mata dan membuat lambang 'victory' dengan dua jari ala cewek-cewek ababil kalau lagi foto di Facebook. Oh.. God... Kali ini tolong, bunuh aku...

Aku melirik sekilas ke arah Sasuke yang sedang diberi nasehat oleh ayahnya. Mereka terlihat serius, aku jadi ikut-ikutan tegang. Beberapa keringat menetes di pelipisku.

"..." Fugaku menatap Sasuke tajam.

"..." Sasuke membalas tatapan Fugaku tanpa ekspresi.

"..." Fugaku diam.

"..." Sasuke mengangguk, kemudian berkata, "Baiklah... Aku mengerti.." Katanya tegas.

"APANYA YANG MENGERTI! KALIAN SAMA SEKALI TIDAK BICARA!" Teriakku lagi, kali ini sambil membalik tempat duduk ayahku, karena meja tadi sudah hancur kubalik dua kali.

Aku menarik Sasuke kesal, "Dengar, Teme... Kau mengerti maksud kakek tua itu, tidak?" Kataku sambil mengguncang-guncang bahunya kesal. Sasuke masih dengan ekspresi datar.

"Iya... " Katanya singkat sambil menghirup teh hijau dengan nikmat.

"Jadi, Kau setuju kalau kita tinggal berdua, di kontrakkan kumuh?" Tanyaku bingung.

Sasuke diam.

Sasuke menatapku tanpa ekspresi, "Tinggal denganmu..?"

Aku mengangguk gugup.

Sasuke menatapku lagi masih dengan ekspresi datar, "Di.. Dikontrakkan.. kumuh?"

Aku mengangguk dua kali dengan keringat bercucuran menunggu jawabannya.

Kemudian...

"OHOK...OHOK!" Sasuke tersedak minumannya dengan wajah yang hampir sekarat.

"YA AMPUN! KAU BARU SADAR!" Aku benar-benar murka sambil mengacak-acak rambutku, sedangkan Sasuke dengan wajah shock masih tersedak teh nya.

Beberapa yakuza lain tidak peduli dengan teriakkanku, juga dengan Sasuke yang hampir sekarat. Mereka asyik menikmati teh hijau mereka dengan wajah tak berdosa.

"Ahh... Damainyaaa.." Ucap mereka barengan.


TBC...

.

.

Maaf kalau jelek minna ,

saya masih pemula... hehehehe.. dan maaf kalau jadi OOC..

mw coba bkin fict humor T^T tp malah jdi gaje.. ya sudahlah..

RnR please... saran dan kritik yang membangun... ^O^