One Day Like This

.

.

.

Disclaimer : Aoyama Gosho


Shiho berlari-lari kecil memasuki lorong rumah sakit yang putih. Langkahnya terdengar bergema memantul di penjuru ruangan. Matanya menyiratkan kecemasan dan tangannya sedikit gemetar ketika menaikkan selempang tasnya yang jatuh.

Bibirnya bergetar ketika menanyakan nomor ruangan kepada suster jaga di meja resepsionis kemudian dia berjalan cepat menuju ruangan yang ditunjukkan oleh suster itu.

Shiho mengetuk pintu perlahan tapi tak ada jawaban yang terdengar kemudian dia memutar gagang pintu pelan dan matanya menemukan orang yang dicarinya sedang terbaring di tempat tidur. Setelah menghela nafas berulang kali dan berusaha menenangkan diri, gadis itu masuk dan menutup pintu. Dia kemudian duduk di salah satu kursi di samping tempat tidur dan meletakkan tasnya.

"Shinichi…" gumamnya hampir tak terdengar. Matanya mengamati Shinichi yang tampak sedang tidur pulas. Wajah detektif itu terbalut perban disertai masih ada sisa luka di pipi, dagu dan mungkin ada juga di bagian lain yang tak kelihatan karena tertutup oleh pakaian pasien yang dikenakannya.

Shiho menggeser kursinya untuk mendekat kearah Shinichi. Gadis itu menopang kedua tangannya dengan posisi seperti berdoa dan menutup matanya.

"Shinichi…kau tak tau bagaimana cemasnya aku ketika mendengar berita kau kecelakaan karena berusaha menyelamatkan sandera dari bom yang akan meledak" Shiho membuka matanya, suaranya terdengar berat.

"AKu...Aku tau kalo selalu mengutamakan para korban..tapi bisakah kau lebih hati-hati? Keselamatan dirimu juga harus kaupikirkan…"desisnya lagi pelan.

Gadis itu membenarkan letak selimut Shinichi dan matanya memandang pria itu dengan lembut.

"Kau tahu aku sudah kehilangan begitu banyak orang yang kusayangi dalam hidup ini jadi aku tak sanggup kalau kehilanganmu lagi…"

Shiho memberanikan diri membelai pipi Shinichi yang pucat mungkin karena kehilangan darah. Gerakannya yang sedang membelai terhenti ketika tangan Shinichi yang terpasang infus terangkat dan menarik gadis itu jatuh kepelukannya tiba-tiba.

"Shinichi..apa.." seru Shiho kaget. Shinichi menempelkan jari telunjuknya ke bibir gadis itu dengan isyarat supaya dia diam. Tangannya yang satu lagi memeluk pinggang Shiho sehingga gadis itu tidak bisa bergerak.

"Ssstt… jangan bergerak, badanku masih sakit karena luka-luka tadi.." bisiknya.

Wajah Shiho memerah, " Sialan kau, Shinichi ! Kau tidak tidur tadi, kau mempermainkanku..kau.."

"Sssttt… suaramu jangan begitu besar, nanti ada suster jaga datang karena suaramu.." desis Shinichi senang. Matanya berkilat nakal ketika menyadari kalau wajah Shiho memerah. Dia senang karena mungkin hanya dia dari sedikit orang yang ada di dunia ini yang bisa membuat gadis itu malu dan kehilangan kata-kata.

Diciumnya aroma strawberry yang menguar dari rambut gadis yang dikasihinya itu. Kemudian dipandangnya bola mata lavender kebiru-biruan Shiho yang tampak berkilauan dari dekat.

"Maafkan aku, Shiho. Karena telah membuatmu cemas.. Kau tau kalau aku tidak mungkin membiarkan korban terluka.." gumamnya.

"Aku tau..tapi bisakah kau berjanji untuk lebih hati-hati lain kali, Shinichi?" ujar gadis itu pelan.

"Aku berjanji…tapi kalau itu menyangkut keselamatanmu, aku tidak bisa berjanji…Shiho.."

Shiho mengangkat wajahnya dan dia tampak sebal. Dia hendak bangkit dari pelukan Shinichi ketika pria itu menariknya lagi. Walau detektif ini sedang terluka tampaknya kekuatan fisiknya belum hilang.

"Jangan marah dulu, Shiho.." pintanya.

Shiho merengut," Aku tak berharga untuk kau tukar dengan nyawa.." Shinichi memotongnya cepat," Kaulah orang yang paling berharga dalam hidupku. Bagaimana aku bisa hidup tanpa dirimu, Shiho? Memikirkannya aku tak sanggup.."

"Dasar hero complex" desah Shiho pelan. Shinichi tersenyum kecil dan menarik gadis itu lebih dekat ke dadanya.

Shiho mengubur wajahnya di dada pria itu dan bergumam," Kalau begitu kau juga adalah orang yang paling berharga bagiku.."

Shinichi mengecup rambut pirang strawberry Shiho dan berbisik," Terima kasih, Shiho.."

"Hmm.. Untuk apa?"

"Untuk selalu mengerti keegoisanku.."

"Kalau bukan aku, siapa lagi yang bisa tahan keegoisanmu, bodoh!"

"Ha-ha"

Mata mereka tak sengaja bertemu kembali, Shiho dan Shinichi sama-sama tersenyum kecil. Kemudian Shinichi membelai pipi gadis itu dan menciumnya dengan lembut. Ciuman itu lalu bergeser ke pipi, mata, dagu sebelum kembali ke bibirnya.

"Shiho…." Bisik Shinichi parau di sela-sela ciumannya. Shiho hanya diam membiarkan dirinya dicium pria itu.

Setelah beberapa saat, mereka kembali saling menatap. Shinichi menyelipkan helaian rambut gadis itu dibelakang telinganya. Dia bisa mendengarkan debaran jantung gadis itu dan dia bersatu dalam irama.

Shinichi kemudian menciumnya lagi.

.

.

.


AN : halooo, aku balik dengan pairing ShinShi atau AiCon seperti biasa . Karena ideku mandek di fic "L" dan banyak yang pengen fic ShinShi yang romantic *pura-pura mengelak* jadi aku nulis yang ini dulu ya ;) kumpulan oneshots ini tentang kehidupan roman sehari-hari Shinichi dan Shiho.

Thanks untuk Aishanara87, nana-chan, RaisaZahra, renesmee cullen, aldo bautista, nana chan, Naila farafisha, guest, dan tim atas review dan ide untuk ShinShi. ide atau saran lain diterima. thanks yaaa :)