Title: Kalau sudah besar mau jadi apa?
Author: Annisa - minnie minmin
hehehe
ini ff humor tapi gak lucu sama sekali..
selamat membaca
Sepasang kaki mungil yang berlari menimbulkan suara yang cukup nyaring karena kaki mungil itu dihentakkan sepenuh tenaga oleh pemiliknya. Anak itu berlari dengan tergesa-gesa menuju dapur. Tak hanya itu saja..
"UMMMAAAAAAAAA", teriakannya pun sangat amat nyaring , itu tidak berlebihan. Kalau saja rumah itu terbuat dari kaca, pasti rumah itu tak berbentuk lagi.
"changminnie sayang, jangan jerit-jerit. Nanti tetangga sebelah kesini lagi. Umma malas mendengarkan omelannya. Arra?", bahkan suaranya terdengar hingga rumah sebelah. Ckckck. Yang benar saja. Anak itu makan apa memangnya?
Kalian tahu reaksi anak tersebut? Oh, dia cemberut. Bibirnya mengerucut imut, bahkan ada kerutan diantara kedua alisnya. Sebal rupanya.
"mmm, anak umma kenapa, eum?", sang umma pun menghentikan kegiatan memasaknya. Sudah mengerti kebiasaan anaknya. Ngambek jika ia menyinggung 'jerit-jerit' dan 'tetangga sebelah'. Aigooo.
"ayo cerita pada umma, kenapa minnie jerit-jerit seperti tadi?"
"kalau cudah becal, minnie haluc jadi apa?", kini wajah cemberutnya sudah hilang, digantikan dengan wajah penasaran yang sangat imut menurut ummanya.
"minnie harus jadi orang. Jadi apa saja boleh. Pokoknya sukses seperti appa, sayang. Appa keren kan? Minnie bangga dengan appa kan?", anak kecil itu mengangguk mengiyakan pertanyaan ummanya. Sang umma –kim jaejoong- pun tersenyum. Ya, iya juga sangat bangga pada suaminya. Yunnie bearnya.
"kalau sukses, nanti anak-anak minnie pasti bangga pada minnie seperti minnie bangga pada appa"
"eum umma, minnie akan jadi olang cepelti kata umma bial nanti anak-anak minnie juga bangga cama minnie ne"
"ne!", seulas senyum terpampang di wajah keduanya. Benar-benar pemandangan yang indah.
"ya sudah, minnie main lagi ya. Umma mau melanjutkan masak dulu karena sebentar lagi appa datang. Kka", umma muda itu mengusak lembut rambut buah hatinya. Beruntungnya ia memiliki keluarganya ini.
Changmin atau biasa dipanggil minnie pun kembali berlari menuju ruang keluarga setelah sebelumnya mencium pipi ummanya. Ia pun kembali duduk dengan tenang di sofa depan televisi.
"minnie haluc jadi olang cepelti appa. OMO! Belalti cekalang minnie cama umma bukan olang. Apa minnie cama umma monctel ya? Hiii.. minnie tatuuuut" gumam changmin sambil menyembunyikan kepalanya pada bantal sofa.
Selang beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu terbuka.
"Appa pulaaaaaang", ucap namja tampan sambil menutup pintu.
"boo, aku pulang sayang", karena tak mendengar jawaban sama sekali, namja tersebut memutuskan pergi ke dapur setelah melepaskan sepatunya terlebih dahulu. Tumben sekali anak atau istrinya tak menyambutnya. Biasanya ketika ia pulang, anaknya yang tampan sepertinya pasti heboh dan berhambur minta digendong.
"iya yunnie sayaang, aku masih di dapur. Masih goreng ayam, nanti gosong kalau ku tinggal. Kamu mandi dulu saja", teriak istrinya dari dapur. Tega sekali istriku, masa dia lebih mentingin ayam daripada suaminya. Menyebalkan! Batin namja itu. Namja itu pun melemparkan tas kerjanya ke sofa di ruang keluarga.
"euh, minnie kenapa? Kenapa menungging?", yunnie atau yunho pun mengambil bantal sofa yang menutupi kepala anaknya. Lalu mengangkatnya dan memangkunya.
"minnie kenapa, eum?"
"minnie tatut, appaaaa", suara changmin mulai bergetar pertanda bahwa sebentar lagi anak ini akan menangis meraung-raung. Yunho pun mengelus punggung changmin sambil menunggu changmin mengeluarkan tangisnya. Aish, apa-apaan namja ini. Anaknya mau nangis malah dinanti bukannya membujuk atau apalah. Tapi ternyata..
"ehehehehehe, ih spombobnya mulai. Ehehehe.. ayay kapteeeenn" anak ajaib itu malah melonjak kesenangan dipangkuan appanya. Sial. Padahal yunho sudah memikirkan segudang ide untuk membuat anaknya berhenti menangis.
Karena kesal, yunho pun meninggalkan putra tersayangnya. Semua orang bilang dia beruntung karena memiliki istri yang cantik dan anak yang cerdas. Tapi mengapa ia merasakan kebalikannya? Istrinya lebih mementingkan ayam goreng daripada dirinya. Anaknya juga, dia lebih sayang pada makhluk dua dimensi berwarna kuning yang bahkan tidak nyata.
Setelah semuanya selesai dimasak, jaejoong pun menata semua menu makan malam di meja makan bundar. Berikutnya ia melepas celemek dan menggantungnya di dekat kulkas, mencuci tangannya dan mengeringkannya dengan lap bersih.
Lima belas menit telah berlalu, tapi kartun spongebob masih belum berakhir. Jaejoong menghampiri anaknya yang serius menonton spongebob. Sembari menunggu suaminya selesai mandi, ia menemani sang anak menonton spongebob.
"umma, apa kita cepelti spombob?", tanya changmin pada ummanya.
"tentu saja tidak sayang. Spongebob berbeda dengan kita. Warnanya kuning, kepalanya juga kotak. Apa kepala minnie juga kotak?" penjelasan jaejoong membuat changmin terheran. Yang ada dipikirannya adalah spongebob bukan manusia, sama seperti dirinya dan ummanya. Lalu kenapa spongebob tidak sama dengan mereka? Changmin pun memegang kepalanya. Kepalanya juga tidak seperti milik spongebob. Ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya.
"aaa.. berarti kita sama dengan kitwed (squirtward) ya umma?" ucapnya sambil berbinar. Oh, otakmu cukup cemerlang minnie, sayangnya tak cukup pintar. =="
"aish, bukan sayang. Mereka itu tidak nyata. Mereka itu hanya gambar saja. Mengerti?" changmin yang mencerna perkataan ummanya terlihat sangat imut. Ummanya pun mengusak kepalanya dengan lembut. Jaejoong sangat senang karena changmin selalu bertanya jika ia tak mengerti tentang suatu hal. Rasa penasarannya sangat tinggi sekali.
"aaaahh, appa sudah lapar. Apa makan malamnya sudah siap sayang?" terlihat yunho yang menuruni tangga sambil membenarkan lengan bajunya.
"ah, ne. Asudah siap. Ayo minnie kita makan"
"ne umma", dengan secepat kilat, changmin berlari menuju dapur dan berusaha duduk di kursinya walaupun usaha selalu gagal.
HAP.
Yunho pun mendudukkan anaknya di kursinya dan mendudukkan dirinya disebelah changmin. Makan malam pun berjalan dengan biasanya. Yunho yang makan dengan tenang dan jaejoong yang kerepotan dengan cara makan changmin. Bahkan wajah changmin sudah belepotan dengan kecap, minyak dan butiran nasi. Ckckck.
"appa, gimana calanya jadi olang?" pertanyaan dari changmin sukses membuat yunho menghentikan suapannya sendiri. Ia pun meletakkan kembali sendoknya. Yunho hanya menatap jaejoong dengan penuh tanya. Bermaksud meminta bantuan sang istri untuk menjawab pertanyaan anak mereka.
"maksud minnie apa?", akhirnya kalimat itu yang dilontarkan yunho. Ia benar-benar tak ada ide mengenai pertanyaan changmin.
"mmm..nyam nyam nyam.. kata umma, kalo cudah becal minnie haluc jadi olang. Cekalang minnie kan macih monctel. Umma juga monctel", mendengar ucapan polos anaknya, jaejoong pun tersedak. Ya Tuhan, salah apa dia mengandung? Sementara yunho hanya menatap istrinya yang tersedak.
"ayo appa, kacih tau minnie. Minnie gak mau teluc-telucan jadi monctel. Minnie tatut", ekspresi changmin sangat menggemaskan. Ia mendekatkan dirinya pada ummanya, dia ketakutan seolah-olah sedang melihat hantu. Sementara jaejoong menampilkan wajah tidak percayanya. Maksudnya kan bukan seperti itu. Kenapa anaknya bisa mengambil kesimpulan seenaknya saja?
Bagaimana dengan yunho? Oh, dia sedang memegangi perutnya yang kesakitan karena tak henti-hentinya tertawa.
"sayang.. hehehehe maksud ummamu hehehe bukan seperti itu hehehehe"
"berhenti tertawa atau piringku melayang ke wajahmu jung!", ehehehe ternyata nyonya jung marah, eoh? Hehehehe.
"apa appa juga monctel cepelti umma dan minnie?", kekehan yunho semakin menjadi saja mendengar ucapan polos anaknya. Tak ayal sendok sayur menepuk halus (kuat) kepalanya.
"ouh, sakit sayang. Kau tega sekali pada suamimu ini", ucap yunho sambil mengusap ubun-ubunnya yang berdenyut.
"aku sudah memperingatkanmu untung saja aku masih sayang padamu, makanya ku pukul pakai sendok sayur", eoh? Jaejoong merajuk. Mati kau yunho. Kau tak akan dapat jatah seumur hidupmu dari jaejoongmu tercinta emmuahe mmuah.
"sayang, maksud umma itu minnie harus jadi orang sukses seperti appa. Kenapa minnie berpikiran seperti itu?", bahkan ketika merajuk changmin pun kena imbasnya.
"kenapa umma malah cama minnie? Hiks hiks huaaaa..", dan pada akhirnya butiran nasi di mulut changmin pun berjatuhan.
"cup cup cup, ya tuhan. Kita sedang makan, kenapa suasananya jadi seperti ini? ayo minnie berhenti menangis", yunho menghentikan makannya dan menghapus air mata anaknya serta membersihkan mulut changmin menggunakan tisu yang tersedia di meja makan.
"boo, jangberhentian merajuknya. Minnie kan masih kecil. Daya tangkapnya juga belum maksimal. Maafkan minnie ne?", jaejoongpun menganggukkan kepalanya pelan, tak lupa pula bibirnya yang mengurcut imut yang ia turunkan pada changmin.
Kalau seperti ini, rasanya yunho memiliki dua anak saja. Benarkan, sebenarnya dia beruntung atau gimana?
"minnie, kita itu orang, sayang, bukan monster seperti kata minnie. Apa minnie sudah mengerti dengan penjelasan umma barusan?" changmin pun mengangguk.
"minnie boleh menjadi apa yang minnie inginkan. Dokter, pilot, guru, penyanyi, presiden, atau pengusaha seperti appa juga boleh yang penting halal. Intinya harus sukses dan membanggakan umma sama appa. Ingat loh, kalau sudah besar tidak boleh merugikan orang lain" petuah yang diberikan appanya dicerna satu-persatu oleh changmin.
"ne appa"
"lalu kalau sudah besar, minnie mau jadi apa, sayang?", yunho penasaran sekali dengan cita-cita changmin saat ini.
"changmin pingin jadi pembacmi monctel, appa. Hiiii", changmin pun tersenyum menampilkan gigi susunya yang putih cemerlang.
Sementara umma appanya?
GUBRAAK
=="
-end-
makasi uda baca..
minta reviewnya ya..
:D