Magic Spell

Judul : Magic Spell

Sub Judul : Vol. 1 – Fallin' Love

Author : Kailee

Rated : T

Genre : Hurt/Comfort, Romance, Fantasy, little comedy

Warning : OOC, YAOI, Fiksi

Cast : Kaido / Kaisoo; Other EXO couple

Summary : Apa jadinya jika Kai adalah seseorang yang periang, lugu, ceroboh dan doyan ayam layaknya Onew? Seseorang yang mencintai Kyungsoo dan sangat berambisius untuk mendapatkan hatinya dengan cara apapun, termasuk menggunakan mantra yang ia dapatkan di dalam buku dongeng milik kakek dari kakeknya. Apakah mantranya akan bekerja? Atau buku itu hanya buku dongeng biasa?

A/N : Haiiiiii, chingudeul~ Kali ini saya membawa cerita cinta yang lucu dari seorang Kai wkwk. Tadinya, aku ingin Kyungsoo yang merasakannya. Hanya saja, sifat uke yang seperti Kai dicerita ini sudah sangat biasa. Makanya aku merubahnya menjadi Kai. Bukankah itu lucu, kalau ada seme sekonyol dia? Haaaaah~ Walaupun begitu, dia tetap tampan dan menggemaskan wk. Sebenarnya, FF ini udah dipos beberapa hari yang lalu. Hanya saja, akunku terblokir dan cerita ini hilang begitu saja. Aneh-_- Yasudah, lupakan curcolnya! Happy reading! Minta review-nya ya, teman!

...

KRIIIIIIIIINGGGG

Seorang lelaki tampan masih tidur dengan damainya sebelum deringan alarm menggema panjang di kamar tersebut. Dengan mata yang masih terpejam, ia meraba-raba meja kecil disamping tempat tidurnya untuk mencari sumber suara dan mematikannya. Setelah bunyi tadi dirasa tidak terdengar lagi, ia pun kembali memejamkan matanya. Namun, 10 menit kemudian seseorang telah berteriak seraya menggedor pintu kamar pribadinya.

"YAK! Kim Jong In! Kai! Kkamjong! Atau siapapun nama panggilanmu. Ayo cepat bangun! Aku tahu kau tidur lagi! Kita ada kelas pagi, kau tahu?! Hoy, Kkamjong!"

Lelaki yang bernama Kai pun segera bangkit dari tidurnya dan melambungkan sendal tidurnya ke arah pintu, sehingga terdengar dentuman keras. "YAISSSH! Sehun-ah, shikeurowo!" balasnya tak kalah sengit, lalu kembali menyembunyikan seluruh tubuhnya di bawah selimut.

"10 menit lagi kau tidak keluar, kau akan kutinggal!"lanjut lelaki bernama Sehun. Kai berdecak, "Kalau kau mau tinggal, tinggal saja. Aku tidak peduli! Masih ada supir Shin dan mobil lainnya" ujar Kai dengan suara yang tidak jelas karena terlalu malas membuka mulut.

"A- a- a- aaa-" Sehun diluar menggelengkan kepalanya sesuai lantunan perkata sambil melipat tangannya di dada dan bersandar di dinding dekat pintu.

"Tidak semudah itu. Kau tidak bisa meminta bantuan Shin ahjussi. Umma tidak mengizinkanmu pergi ke kampus dengan Shin ahjussi atau naik mobil sendiri. Kau harus ikut bersamaku. Begitu pesan dari umma sebelum dia berangkat ke California" lanjutnya.

Lagi-lagi Kai menggeram kesal seraya mengacak rambutnya frustasi. "NE! NE! Aku bangun!" ucapnya sambil bangkit dari baringnya. Dengan langkah malas ia menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya untuk membersihkan diri dan bersiap menuju kampus.

"Tunggu, sejak kapan ibuku menjadi ibunya?"

...

"Kau ini bagaimana? Kau lebih tua dariku tetapi kau lebih kekanak-kanakan dariku" keluh Sehun sambil terus melangkahkan kakinya menuju kelasnya. Kai mendengus sambil terus melangkahkan kakinya mengikuti Sehun.

"Yak! Panggil aku hyung!" protes Kai. Sehun berdecak, "Kau? Hyung-ku? Tidak mungkin. Kau tidak pantas dipanggil hyung, Kim Jongin" ucap Sehun. "Tapi aku lebih tua darimu, sepupuku, Oh Sehun. Dasar anak kurang ajar" jawab Kai. "Kau itu yang kurang ajar. Bagaimana mungkin kau kupanggil hyung jika tidur saja aku yang bangunkan?".

Kai mematung didepan pintu kelasnya seraya berpikir, membiarkan dirinya tertinggal dibelakang. "Ah benar juga" gumamnya pelan. Lalu, ia pun segera menyusul Sehun ke dalam kelas. "I-itu kan kebiasaanku" belanya. "Lagipula, kau dan aku hanya berbeda 3 bulan, Kkamjong" ucap Sehun dengan wajah flat saat menatap sepupunya yang kini sudah duduk disebelahnya.

"Mmmm!" Seorang lelaki berwajah cantik ikut-ikutan mengiyakan. Ia melingkarkan tangannya di pundak Sehun dari belakang. "Sehunnie benar. Kau itu kekanak-kanakan, Kkamjong" tambahnya seraya mengeratkan rangkulannya pada leher Sehun. Sehun menatap kekasihnya sambil tersenyum, lalu mengecup lembut pipi putih lelaki tersebut. "Pagi, Luhan baby" ucapnya. Sedangkan Kai menatap jijik pada sepasang kekasih yang sedang bermesraan didekatnya.

"Benar sekali" sambung lelaki bermata sipit. Sedangkan lelaki berbadan jangkung yang merangkulnya hanya tertawa dengan suara baritone khasnya.

"Ah, sepertinya sebentar lagi kelasmu masuk. Aku tunggu di kafetaria jam 2. Bye, honey" ujar Luhan dengan suara pelan—bisikan. Sehun tersenyum, lalu melambaikan tangannya ke lelaki tersebut sambil bergumam "Annyeong, hon".

"Kkamjong, Kkamjong, Kkamjong. Malang sekali nasibmu" ucap lelaki berbadan jangkung tersebut sambil menggeleng, lalu menyusul kekasihnya yang bermata sipit untuk pergi meninggalkan Sehun dan Kai di kelasnya.

"Yak! Berhenti memanggilku hitam, Chanyeol! Dasar tiang listrik sialan!" teriak Kai sambil menunjuk lelaki jangkung bernama Chanyeol. Namun, Chanyeol telah menghilang dan Kai malah menunjuk sengit guru musiknya yang baru memasuki kelas. Guru itu berdehem sambil membetulkan kacamata besarnya.

"Sialan?" Guru itu mengulang—satu-satunya—kata yang ia dengar sangat jelas dari muridnya tersebut. "Kim Jong In! Saya baru masuk dan kamu sudah membuat kegaduhan. Jaga sikapmu! Ini sudah yang ketiga kalinya kamu berani memperlakukan saya dengan tidak sopan. Keluar dari kelasku...SEKARANG JUGA!"

Seketika kampus tersebut seperti akan segera runtuh, akibat dilanda gempa dadakan.

"Y-ye, sonsaengnim. Maafkan sayaaaaa "

Mahasiswa lainnya tertawa terbahak, sedangkan Sehun tertawa kecil guna menjaga image-nya yang cool dan kalem sekalem air di sumur.

Guru musik tersebut berdehem, membuat mahasiswa-mahasiswa tersebut berhenti tertawa. Guru itu menghela nafas beratnya. "Anak itu... Bagaimana bisa menjadi pewaris tunggal SM Group—yang memiliki Playgroup hingga Universitas ternama dan perusahaan cabang lainnya—dan akan menggantikan ayahnya? Luarbiasa" gumamnya seraya memijit kedua pelipisnya.

Setelah menggendong tasnya, Kai pun bangkit dan keluar dari kelasnya. "Maafkan saya, Choi sonsaengnim" ucapnya memelas, namun guru musik ber-name tag Choi Siwon itu tidak bergeming. Asik memijit-mijit keningnya.

Dengan gontai, Kai berjalan keluar dari kelasnya. "Ah, babo" gumamnya. Sampai di luar kelas, ia menggerakkan kepalanya untuk menatap lorong disebalah kanan dan kirinya. "Sepi" gumamnya pelan. "Aku harus kemana?" gumamnya lagi, kali ini ia melibatkan tangannya untuk menggaruk tengkuknya.

Selang beberapa lama, ide pun menghampiri otaknya dan saat itu pula bohlam khayalan diatas kepalanya menyala dengan sangat sangat terang hingga meledak.

"Practice room!" serunya. Ia pun segera berlari menuju ruangan yang biasa dia gunakan untuk menari saat ada kelas menari. Ia terus berlari dan berlari. Namun, hidungnya mencium ayam goreng. Seketika badannya berbelok ke lorong yang berlawanan arah dengan wajah konyolnya. Matanya merem melek, badannya condong kedepan—membungkuk—dengan hidung yang kembang kempis dan tangan yang terkulai lemas ke bawah. Bisa dibayangkan, 'kan?

Kai mengecek satu persatu ruangan tersebut. Namun saat ia berdiri di pintu ketiga, terdengar sebuah lantunan lagu dan suara merdu yang yangat harmonis dan indah. Kai berjinjit, menoleh kanan dan kiri, serta meloncat-loncat untuk menatap siapa yang bernyanyi lewat jendela kecil di daun pintu tersebut. Namun, hasilnya nihil. Dia tidak tahu siapa yang bernyanyi, hingga pada akhirnya ia berinisiatif untuk masuk secara diam-diam ke dalam ruangan tersebut dan mulai melupakan ayam gorengnya.

"Nae simjangeul geodu-oega. Geurae nalgarogul surok joha. Dalbichjogado noneul gameum bam. Na anin dareun namjayeotdamyeon. Hwiguk ani han geojori-oetdoramyeon. Neoye geu saram—"

"Whoaaa" Tanpa sadar, Kai telah mengeluarkan suaranya. Membuat lelaki berkulit seputih susu dan berbadan mungil itu berbalik dan menatapnya intens. "Kau sudah datang?" tanyanya. Kai mengernyitkan keningnya, "N-ne?".

"Aku sudah menunggumu emmm—" Lelaki itu mengintip jam tangannya di balik kaus panjangnya sesaat. "17 menit" lanjutnya. "Nah, sekarang, bernyanyilah. Aku ingin mendengar suaramu sebelum aku mengajarimu" ucapnya lagi. Kai semakin bingung, ia hanya menggaruk kepalanya sedari tadi. "Ak-aku tidak bisa bernyanyi. Aku bukan dari kelas menyanyi" ucap Kai akhirnya.

"Tentu saja. Kalau kau dari kelas menyanyi, aku tidak mungkin diminta olehmu untuk mengajarimu bernyanyi dan aku pasti sudah mengenalmu. Nah, sekarang bernyanyilah"

"Aku tidak-"

"Hanya lakukan"

Kai menghela nafas. "Baiklah. Tapi, aku tidak tanggung jika telingamu sakit". Lelaki itu hanya menanggapinya dengan tawa kecilnya, membuat jantung Kai sedikit berdebar lebih kencang.

"Chukgo chukigo ssaugo oechigo igeon jeongjaengi aniya! Dowajwoyo mamama—"

"STOP!"

"Wae?"

Lelaki bermata bulat tersebut melepas tangannya yang sedari tadi menutup kedua daun telinganya. "Ngggg— Bisakah kau memulainya dengan lagu yang lebih lembut?". Kai manggut-manggut, tetapi sebenarnya dia bingung.

"Neoui sesangeuro yeorin barameul tago. Ne gyeoteuro eodieseo wannyago. Haemarkge mutneun nege bimirira malhaesseo. Manyang idaero hamkke georeumyeon, eodideun cheongugilteni" Kai mengakhiri nyanyiannya. "Bagaimana? Buruk, kan?" tambahnya.

"Nggggg" Lelaki tersebut bergumam panjang saat sedang berpikir. "Suaramu bagus" lanjutnya.

Kai melongo dengan wajah sumringah. "Benarkah?"

"Lebih bagus lagi jika tidak bernyanyi"

Seketika ekspresi Kai berubah 360 derajat. Lelaki bermata bulat itu tertawa terbahak melihat wajah Kai yang—ia pikir—sangat konyol. "Aku bercanda" tuturnya. Kai menghela nafas lega.

"Suaramu berat. Kenapa memilih untuk menjadi penyanyi daripada rapper? Kupikir, suaramu cocok untuk jadi rapper" jawab lelaki tersebut. "Benarkah?" tanya Kai dengan pipi yang sedikit merona akibat pujian dari lelaki tadi.

"Tapi, bukankah rapper juga penyanyi?" tanya Kai polos.

Lelaki tersebut menepuk jidatnya dengan sebelah tangan, "Ah, kau benar".

Kai terkekeh geli, "Kau lucu sekali" ucapnya. Lelaki tersebut ikut tertawa bersama. Sebenarnya yang lucu disini lelaki itu atau dia?

"Oh, ya. Ngomong-ngomong, namamu siapa?" tanya lelaki tersebut. "Aku? Kim Jong In. Panggilanku Kai, tapi teman-temanku yang menyebalkan itu memanggilku Kkamjong" jawab Kai dengan polosnya. Lelaki itu tertawa lagi, "Unik sekali. Aku suka dengan nama panggilan yang diberikan temanmu".

Mata Kai segera melebar, "Benarkah? Baiklah, kalau begitu aku ingin dipanggil Kkamjong saja. Hehehe" ujarnya terkekeh. "Bagaimana dengan umurmu?" tanya lelaki itu lagi. "Aku 19 tahun, kalau kau?" balas Kai. Lelaki itu tersenyum lembut, "Aku 20 tahun. Satu tahun diatasmu. Kau boleh memanggilku hyung" ujarnya. Kai mengangguk-angguk, tanda bahwa ia mengerti.

"Dan namamu?" tanya Kai kemudian. "Aku? Bagaimana kau bisa lupa? Bukankah kau yang memanggilku untuk mengajarimu bernyanyi?"

Lagi-lagi jantung Kai berdebar menjadi dua kali lipat. Namun, kali ini bukan karena pesona lelaki didepannya. Tetapi, dia takut ketahuan jika dia bukanlah orang yang meminta diajari bernyanyi oleh lelaki dihadapannya.

"Kenapa ekspresi wajahmu begitu? Kau takut padaku karena telah melupakan namaku?" tanya lelaki itu. Kai tidak menjawab, bahkan tidak berani menatap sepasang bola mata indah milik lelaki didepannya sekarang.

"Tenang, aku bukan kanibal. Namaku Kyungsoo. Do Kyungsoo" ujarnya. "Kali ini jangan dilupakan, ya!" tambahnya lagi. Kai mengangguk dengan semangat sambil menunjukkan senyumnya. "Baiklah! Aku tidak akan lupa". Lelaki bernama Kyungsoo itu tertawa renyah, lalu mengacak rambut Kai seraya berkata, "Kau sangat menggemaskan".

...

"Jadi dia satu angkatan denganmu?"

Lelaki mungil bermata sipit itu mengangguk yakin. "Bahkan kami sudah saling mengenal. Tidak terlalu dekat tapi lumayan dekat (nah loh?)" ujarnya. "Bagaimana sifatnya?" tanya Kai semangat. "Dia baik, ramah, murah hati, penuh semangat, periang, pengertian, keibuan, pandai memasak, lalu... Ah! Banyak banget deh pokoknya"

"Lalu, bagaimana menurutmu?"

"Apanya?"

"Wajahnya"

"Memang wajahnya kenapa?"

Kai menepuk jidatnya frustasi.

Lelaki jangkung berambut coklat ikal masuk dan ikut terhanyut didalam dialog Kai. "Maksudmu, dia cantik atau tidak?" tanyanya. Kai menyeringai, "Ya! Itu maksudku. Bagaimana menurutmu, Yeol?"ujar Kai. "Baekhyun cantik. Manis. Karena itu aku suka padanya". Baekhyun merona, sedangkan Chanyeol asik mentoel-toel dagu baconnya tersebut.

Lagi-lagi Kai menepuk jidatnya frustasi.

"Oh, aku ngerti!" Baekhyun mengacungkan jari telunjuknya setinggi wajahnya. "Kau bertanya padaku kalau wajahnya cantik atau tidak?" tanya Baekhyun—lelaki bermata sipit yang dimaksud. "Chagiya, bukankah tadi aku berkata seperti itu?" Kini giliran Chanyeol yang angkat bicara. "Benarkah? GYAAAA! Kita sehati!" teriak Baekhyun dan langsung menghambur ke Chanyeol, semenya, untuk memeluknya erat-erat. Begitupula Chanyeol yang lebay.

Untuk yang kesekian kalinya, Kai menepuk jidatnya lagi. Entah kenapa di chapter ini Kai sering sekali menepuk jidatnya, hingga jidatnya memerah dan menjadi lebih lebar selebar GBK.

"Ini nggak ada gunanya. Nggak ada gunanya gue nanyain ini semua ke mereka" jeritnya dalam hati dan penuh frustasi, sambil menjambak rambut Taemin yang lewat. Salah! Menjambak rambutnya sendiri. Eh, sama aja deh. Mereka kan 11 : 12 *plak

...

CIIIIIT

Kai mencoba menghentikan larinya hingga bunyi dencitan—akibat alas sepatunya dan lantai yang bergesekan—terdengar. Ia segera memasuki ruangan yang tak lain adalah kelasnya. Karena dia sudah telat 15 menit dan kejadiannya diperparah karena Sehun benar-benar meninggalkannya, ia mencoba memasuki kelas dengan cara mengendap-endap saat sang guru mulai mengabsen.

"Kim Jong Woo?"

"Ne!"

Begitu namanya hampir disebut, ia segera duduk dibangkunya dan melepas tasnya dengan segera.

"Kim Jong In?"

"N-ne!" jawabnya.

Guru itu membetulkan kacamata besarnya dan memandang wajah Kai dengan pandangan mengintimidasi. "Kenapa kau berkeringat dan...napasmu tersengal?" tanyanya. Kai semakin gugup. Ia bahkan tidak berani menatap mata sang guru saat mencoba menjelaskan yang terjadi. Tentu saja dengan sebuah kebohongan.

"Eunggg— Anu... Aku— Aku mimpi buruk" jawabnya asal. Guru itu melebarkan matanya saat mendengar penuturan Kai. "Y-ye? Jadi dari tadi kau tertidur?" tanya guru itu lagi.
"Ahaha, n-ne. EH? A- aniya, aniya!"

Guru itu meletakkan buku absen dan segera menggebrak meja. "Beraninya kamu tidur dipelajaran saya!" ujar guru tersebut dari balik rahang yang mengeras dan mengatup. Sehun yang berada disebelah Kai hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat Kai dengan tampang konyolnya.

"Ma-maafkan saya, Kang sonsaengnim "

"KELUAR SEKARANG!"

Tanpa ba-bi-bu, Kai melesat keluar kelasnya sambil merutuki dirinya didalam hati. Sepertinya, dia bernasib buruk terus. Ibaratnya, sudah jatuh tertimpa tangga. Menyedihkan, poor Kai.

Kai berjalan menuju ruangan penuh cermin yang biasa ia gunakan untuk latihan menari bersama Lay, Sehun, Luhan, dan Xiumin. Ia meletakkan tas punggungnya sembarang, lalu melepas hoodie yang sedari tadi ia kenakan. Ia mulai mengacak tasnya, mengeluarkan sebuah MP3, dan mulai menyetel lagu History.

Gerakan dimulai dari sakin'-pocket yang terlihat keren padahal gampang banet, lalu mulai ke gerakan-gerakan yang sulit seperti saat dibagian mendekati reff. Badannya meliuk kesana kemari, mengikuti irama yang terdengar ditelinganya. Semakin lama keringat yang bercucuran semakin banyak. Entah kenapa, keringat saat sedang menari lebih banyak daripada ia berlari tadi. Padahal, rasanya lebih lelah berlari daripada menari. Kai bingung memikirkannya, begitupula author yang bingung mau ngomongin apa lagi-_-

"Whoaaa, keren sekali"

Kai segera menghentikan gerakannya dan menatap seseorang yang sedang berdecak kagum saat melihatnya. Lelaki tersebut berdiri diambang pintu dengan mata bulat yang lucu. Seseorang yang diam-diam Kai sukai

Kai segera berlari menuju MP3-nya yang ia letakkan di lantai beberapa meter di depannya dan segera mematikannya.

"A-ah. Kyungsoo-hyung! A-anyyeong" sapa Kai gugup. Kyungsoo segera melesat ke dalam ruangan tersebut dan menghampiri Kai. "Gerakanmu sangat bagus! Pantas saja, namamu terkenal hingga ke kelas musik dan lainnya" ujar Kyungsoo antusias. "Benarkah? Kenapa bisa? Aku 'kan tidak setampan Sehun. Kenapa bisa?"

Kyungsoo ikut duduk disamping Kai, lalu memaksa tubuh Kai untuk menghadapnya. Kai bergetar, ia sangat gugup. Apalagi saat wajah Kyungsoo yang semakin dekat dengan wajahnya, sehingga mau tak mau Kai harus memejamkan matanya secara paksa hingga kerutan di dahinya muncul.

Kyungsoo tertawa diam saat melihat Kai. Tangannya ia angkat, lalu menyingkirkan poni panjang milik Kai. "Hmmm, sebenarnya kau cukup tampan" ujarnya, lalu segera menjauhkan wajahnya lagi.

Kai mengintip dari sebelah matanya yang terbuka—dengan ragu. Saat dirasa aman, ia lalu membuka kedua matanya dengan normal sambil mengelus dada. Kyungsoo hanya tertawa menanggapinya.

...

Kai berjalan mondar mandir didepan lorong kelas menyanyi. Cukup lama menunggu, akhirnya kelas menyanyi sudah bubar. Semuanya berhamburan keluar kelas layaknya semut yang sedang melarikan diri karena sarangnya kebanjiran.

Dari sekian kerumunan semut, eh salah, mahasiswa, ia melihat seseorang yang paling bersinar dihatinya. Jantungnya berdegup kencang sehingga bunyinya nyaring senyaring bunyi bajaj yang sedang melaju di Stasiun Balapan (?).

"Kyungsoo-hyung!"

Akhirnya Kai mampu menegurnya. Kyungsoo kini melambaikan tangannya ke arah Kai. Dengan segera, Kai menghampiri Kyungsoo. "Sudah pulang?" tanyanya. Kyungsoo tertawa, "Tentu saja. Sekarang aku disini" ujarnya. Kai tertawa canggung sambil menggaruk tengkuknya. Entah kenapa Kai sering banget garuk tengkuknya. Antara untuk berbasa-basi atau beneran gatel karena panunya. Author sih curiganya ke 4 kata terakhir-_-

"Sudah siap?" tanya Kyungsoo. Kai mengangguk seraya tersenyum lebar. "Baiklah, ayo kita latihan nyanyi lagi~"

"Nah, sekarang suaramu sudah lebih bagus dan jernih. Kalau didenger sih, suara kamu memang cocok untuk nge-rap" ujar Kyungsoo. "Terima kasih, ya" ujar Kai. "Mau kukenalkan dengan temanku yang jago nge-rap?" tanya Kyungsoo menawarkan. "Bagaimana, ya? Sepertinya aku ingin fokus di dance dulu" jawab Kai. "Lagipula, aku juga punya teman yang memang bisa nge-rap. Mungkin, lain kali aku kenalan sama temanmu" tambahnya.

Kyungsoo mengangguk. "Oh, ya. Kau 'kan sangat ahli menari. Aku ingin melihat tarianmu lagi, boleh?" tanyanya. Lagi-lagi Kai menggaruk tengkuknya. "Bagaimana, ya?" gumam Kai ragu. "Ayolah~ 2 bulan kita selalu bersama, berlatih nyanyi bersama, tapi aku belum pernah melihatmu benar-benar menari, dari awal hingga akhir lagu" bujuk Kyungsoo.

"Tapi, ada sesuatu yang ingin kuberi tahu pada hyung"

"Mwonde?"

"Se-sebenarnya aku bukan orang yang meminta hyung untuk mengajariku bernyanyi"

"Maksudmu?"

"Aku... tidak tahu apa-apa saat itu. Saat kau bilang kau mau mengajariku bernyanyi, aku langsung mengiyakan bahwa ak- akulah orang yang... memintamu untuk menjadi guru vokal. " ujar Kai jujur.

"Jadi selama ini..."

Kai menunduk dalam. "Mianhae, hyung. Kau boleh marah padaku"

Kyungsoo tersenyum simpul. "Gwaenchanha. Tidak apa-apa". Kai melebarkan bola matanya, "Jinjja?". Kyungsoo mengangguk yakin. "Tentu saja. Aku sangat senang bisa mengenalmu dan menjadi temanmu" ujarnya. Kai segera menghambur ke Kyungsoo dan memeluknya erat. "Aku sangat senang! Gomawo!" serunya. Kyungsoo membalas pelukan Kai seraya tertawa.

"Jadi, kita masih tetap berteman, masih bisa tetap mengobrol seperti biasa, masih bisa tetap bersama, masih bisa tetap—."

Kyungsoo membungkam bibir—kissable—Kai dengan jari telunjuknya. "Ssst... Tentu saja" ujarnya, lalu tersenyum lembut.

Tanpa Kyungsoo sadari, arwah (jiwa) Kai sudah keluar dari tubuhnya. Sedang asyik menjerit senang diatas tubuhnya, meninggalkan raganya yang kosong dengan wajah konyol—seperti orang teler dengan air liur yang menetes di sudut bibir.

"OH GOD! Tangannya harum sekaliiiiiiii"

TBC