Derap langkah kuda yang terpacu diantara rimbun hutan lebat sukses memecah hening senja yang melingkupi. Bunyi berisik retakan ranting yang terinjak atau pepohonan kecil yang patah turut serta mengambil alih sebagai asal muasal keributan kecil ini. Kuda hitam besar itu masih terus berlari kencang, membawa serta sang majikan yang tengah memeluk kuat leher sang kuda.

―Menjaga agar tubuhnya yang telah berlumuran darah tetap mampu bertahan diatas tunggangannya. Dia sedang dalam situasi yang gawat sekarang.


Senbonzakura

―Aku hanya ingin sebebas ribuan sakura yang terbang bersama angin.

.

KyuMin/Romance/Drama/Colossal Fiction/YAOI/Rated T


Antara kedamaian yang semu, kejayaan kerajaan yang menaungi, serta cinta yang tumbuh tanpa tahu asalnya. Mana yang akan kau pilih? Cho Kyuhyun, Sang Pangeran Goguryeo, Lee Sungmin, Putra Silla yang agung, bersama cinta mereka yang merekah dalam rengkuhan peperangan.


.

.

Matahari sudah mulai tergelincir di ufuk barat saat Cho Kyuhyun dengan baju besinya yang berat masih tetap melaju kencang di atas tunggangannya. Perbatasan antara Silla dan Goguryeo masih jauh. Sementara luka menganga di dadanya kekeuh meneteskan darah segar.

Purnama tampak meraja saat dia merasa pandangannya mulai kabur. Dibelakang sana, teriakan dan derap kuda dari para hwarang Silla sudah mulai tenggelam. Menandakan jika pilihannya untuk mengambil rute memutar guna kembali ke negerinya adalah benar. Pangeran dari negeri sebelah itu kembali mengumpat saat perih dan pening yang menyambang kepalanya kembali terasa. Darahnya sudah berkurang drastic tampaknya, terimakasih untuk para hwarang Silla Yang Agung yang dengan gagah berani mengangkat pedang saat penyusupannya terbongkar tadi.

Tapi itu tidak penting, bagian utamanya yang sekarang adalah dia yang telah berhasil membawa ―baik dalam bentuk fisik sekaligus memori di kepala, berbagai rahasia penting dari Negara lawan. Kyuhyun yakin, baginda raja tidak akan menyesali keputusannya yang telah menyetujui putra mahkota untuk menyusup jauh hingga negeri lawan.

Hanya saja, lukanya memang tidak kecil, dan berhasil bertahan hidup untuk beberapa jam kedepan adalah sesuatu yang tampak mustahil ―bahkan oleh Kyuhyun sendiri. Lalu, apa gunanya pelarian dan penyusupannya yang berat jika rahasia ini tidak sampai ke negerinya sendiri? Oh.. Kyuhyun belum memikirkan sampai sana.

BRUK

Kyuhyun masih mampu merasakan lengannya yang langsung ngilu begitu beradu dengan tanah keras di hutan perbatasan. Nafasnya yang semakin memburu, dan detak jantung yang semakin lemah, telinganya yang terisi denging lembut sayup-sayup masih menangkap dengkingan kudanya yang mulai meringkik gelisah, menunggu sang tuan yang kini terbaring di tanah tanpa bisa kembali berpijak. Tubuhnya sudah mulai mati rasa, meski begitu, matanya yang seindah malam saat ini masih mampu menangkap bayang merah menyala yang mulai mendekat ke arahnya. Refleksi seseorang dengan yang terdominasi warna merah.

Warna kebanggaan Negeri Silla.

"Si..al.." ―sepertinya dia benar-benar akan mati malam ini.

.

.

Bunyi tak koheren yang berasal dari tumbukan bebatuan.

Wangi khas tanah hutan yang mulai berembun kala malam.

Kobaran api kemerahan yang berasal dari api unggun yang menebar kehangatan.

―Oh.. aku masih hidup, ternyata. Pikir Kyuhyun konyol. Tentu saja, nirwana tak mungkin penuh dengan rasa sakit dan ketidak nyaman bukan? Sang pangeran masih bisa merasakan pungungnya yang beradu dengan tanah keras tak nyaman. Bagian dada yang terasa perih dan tercabik, serta seluruh tubuh yang masih kaku dan sulit digerakkan. Lagi pula, Kyuhyun juga yakin nirwana tidak akan mungkin mau menerima seorang Jendral Perang yang sudah mencabut ribuan nyawa ―bahkan hanya untuk menginjakan kaki di jengkal terluarnya.

Lupakan hal tidak penting barusan.

"Arrgghh.." desisan pelan yang lolos dari sepasang bibir tebal sang pangeran membuat seseorang yang dari tadi sibuk melakukan-entah-apa disamping Kyuhyun menoleh. Dia langsung bergerak mendekat, menyentuhkan tangannya yang terasa dingin untuk mengusap peluh yang mengalir bebas di dahi putih sang pangeran.

"Kau sudah sadar ternyata, tenanglah. Dan jangan banyak bicara, aku masih belum selesai menjahit lukamu."

Kyuhyun hanya menatap datar bagaimana orang yang tengah menarikan tangan di dadanya itu bekerja. Kesadarannya yang semakin pulih membuat obsidian hitam itu mampu memfokuskan pandangan. Menelisik pada raut datar nan dingin sang penolong. "UHUK.. hahh.. hah.." mulutnya dengan nakal terbatuk. Memuntahkan seluberan cairan merah pekat yang mengalir turun ke dagu. Kyuhyun merasa nafasnya kini mulai sesak.

"Ya Tuhan.." Kyuhyun dapat melihat rasa cemas dan panic dari binar mata pemuda ini. Tangannya yang ―juga terasa lembut di kulit Kyuhyun kembali melakukan serangkaian hal yang kiranya mampu meringankan penderitaan sang pangeran. Dia menarik Kyuhyun untuk mengangkat kepala dengan berbantal tangannya, menyorongkan cairan khas berbau tumbuhan herbal dan mendekatkannya ke bibir. "Minum ini. Kau kehilangan banyak darah, setidaknya ramuan ini akan mampu membantumu."

Kyuhyun menurut ―tentu saja, memang apa yang bisa dilakukan dengan tubuhnya yang setangah sekarat ini?

"Kau… putra Silla?―UHUK!" lagi, tubuh sang pangeran terbatuk hebat. Muntahan darah pekat kembali mengalir disudut bibirnya. Menjadikan sang pemuda lain didepannya kembali menatap sebal. "Kubilang jangan bicara dulu, kalau kau memang benar-benar ingin mati, bilang saja. Biar aku tidak perlu repot menolongmu."

Dia menatap Kyuhyun tajam, dengan lembut mengembalikan kepala berambut cokelat gelap untuk berbantal pada jubah merah terang miliknya. Walau kalimat sarkastik itu tadi yang terlontar, tapi Kyuhyun masih bisa menangkap nada khawatir dalam suara lembut pemuda ini. Pun tangannya yang masih telaten menangani 'lubang'didada Kyuhyun juga terus bekerja. Tanda bahwa ketulusan sang pemuda bukan suatu tipu untuk mengelabuhi Pangeran Goguryeo itu.

Kyuhyun dapat melihat dia yang kembali sibuk dengan lukanya. Membersihkan, menjahit, dan melakukan-entah-apa yang mampu membuat Kyuhyun mengerang sakit. Perih sekali, dan panas. Lukanya terasa panas setelah entah benda apa yang terasa lunak dan lengket ditempelkan olehnya. Sesekali, erang kesakitan sudah tak mampu ditahan oleh Kyuhyun. Gumam tak koheren itu akan meluncur keluar dari mulutnya, dan sang penolongnya akan membalas dengan usapan lembut di kepala. Bukan seringai ejekan atau tawa merendahkan, tapi benar-benar belai lembut yang tulus. Seolah memberikan ucapan tanpa kata yang menguatkan. Hal ini membuat Sang Pangeran Goguryeo itu menyimpulkan satu hal.

Dia benar-benar orang baik.

"Kenapa menolongku?" setelah diam yang lama dan Kyuhyun merasa bahwa bicara tidak akan membuatnya mati, kalimat tanya itu terlontar. Mata tajamnya turut menilik bagaimana pahatan wajah sempurna sang pemuda yang tertangkap. Mengamati, kalau-kalau terdapat 'raut lain' dibalik rupa lembut dan peduli sang penolong. "Harusnya kau langsung membunuhku."

Tanpa Kyuhyun duga, sebaris tawa lembut yang mengiring jawaban atas pertanyaannya tadi. Bukan wajah dingin khas jendral perang yang biasa di temuinya saat menghabisi lawan, tapi senyum khas yang memancarkan ketulusan yang dibentuknya kini.

"Kau memang musuhku jika di medan perang, Pangeran Cho Kyuhyun. Tapi di depanku yang sekarang hanya ada manusia yang tengah terluka dan nyaris mati. Sekali pun kau Pangeran dari Goguryeo, Kau pikir aku tega membunuhmu yang seperti itu? Asal kau tahu, aku tetap manusia yang punya hati."

"Kau.. tahu?" mata Kyuhyun membulat dalam kejut. Orang ini tahu identitasnya? Berarti dia bukan orang sembarangan bukan?

"Tentu saja, kau terlalu berani dengan selalu tampil di garis depan peparangan. Semua orang juga akan langsung sadar jika di hadapan mereka ini Yang Mulia Pangeran Cho Kyuhyun, sang putra mahkota Goguryeo."

Yang disebut namanya hanya mendecih saat jawaban sarkastik kembali menjadi balasan baginya. Tangannya menepuk lembut bagian dadanya saat rasa sesak kembali menyapa. "Apa baik-baik saja? Kau masih merasa sesak?" tanggap sang penolong cepat saat melihat gerak Kyuhyun tadi.

"Baik-baik saja. Dari pada itu.. siapa kau sebenarnya?"

Orang di depan Kyuhyun kembali tertawa ringan. Menampilkan raut ramah yang benar-benar tidak pantas dengan jubah Hwarang yang tengah di kenakan. Dia berdehem singkat sebelum kembali memasang wajah datar yang semu ―seolah puas saat Kyuhyun tak berhasil menyingkap identitas aslinya, "Kau tidak tahu aku ternyata. Hmm.. kau bukan orang pertama juga yang hanya tahu topengku. Tapi akan segera bertanya "Siapa kau?" begitu aku membukanya." Dia kembali menyeringai, sama sekali tidak pantas dengan raut manis ―apa Kyuhyun bilang?!― yang melekat di wajah putih itu.

"Meski begitu, kau pasti tahu ini, bukan, wahai putra Goguryeo?" orang itu menarik tangannya yang asalnya mengurus luka Kyuhyun. Memakai sebentuk topeng keperakan yang menutup penuh wajahnya. Menjadikan figure dihadapan Kyuhyun ini sebagi sosok si "bayangan hitam" yang selalu dikenalnya di garis depan sana. Sosok familiar, tentu. Bukan hanya baginya, tapi juga seluruh orang yang pernah melawan kekuasaan Silla.

Kuroi tenshin, Lee Sungmin. Sang putra mahkota Silla Yang Agung.

"Si Malaikat Kegelapan, huh? Sosok yang digadang-gadang sebagai dewa perang Silla? Entah aku harus merasa beruntung atau sangat sial karena mampu melihat wajah di balik topeng itu."

Kyuhyun mendecih pasrah. Dia mati tidak, ya? Lee Sungmin adalah orang yang selalu bersembunyi di balik topeng Buddha, dia yang selalu menjadi momok bagi para pahlawan perang. Orang dengan kemampuan berpedang dan menunggang kuda yang mengerikan. Si pemanah jitu, hingga perancang paling kejam saat melukis jebakan atau strategi perang bagi Silla.

Tentu saja Kyuhyun tahu itu, kehebatan pemuda di depannya sudah bukan hal asing untuk dibicarakan. Sudah terlalu tersohor, bahkan menyebrang hingga ke Goguryeo yang terkenal tertutup oleh isu. Jika sudah begini, apa dia masih memiliki kesempatan hidup?

Lalu untuk apa dia menolongku jika diakhir akan membunuhku juga?

"Kau membuatku terdengar mengerikan."

Gumam lirih yang terlontar membuat Kyuhyun mengernyit, menatap tak mengerti pada Lee Sungmin yang memutuskan untuk kembali mengurus luka Kyuhyun. Membalutnya dengan kain bersih sewarna darah. "Bukankah kau memang seperti itu?" balas Kyuhyun tak kalah sarkastik.

"Tapi aku tidak ingin menjadi seperti itu." Sungmin tampak mengigit bibir pelan. Menatap Kyuhyun dengan pandangan sendu yang sulit diartikan. "Sungguh, aku tidak pernah ingin menjadi sosok yang begitu ditakuti. Aku bahkan membenci diriku yang seperti ini."

"Apa maksudmu? Bukankah image itu kau sendiri yang menciptakan? Kau orang yang telah membawa Silla menaklukan berbagai wilayah bukan? Jangan sok suci didepanku, aku tahu semua kebusukanmu, wahai Kuroi tenshin." Kyuhyun berujar penuh tekanan. Menatap tajam pada Sungmin yang kini memejamkan mata di atasnya. Dua tangan pemuda itu terkepal erat dikanan kiri tubuhnya. Seolah tengah menahan beragam emosi atas tuduhan ―yang memang benar adanya― dari sang pangeran Goguryeo. "Kau orang yang kejam. Yang akan menghalalkan segala cara untuk kebesaran Silla. Bagaimana bisa―"

"Aku hanya ingin kedamaian! Aku hanya ingin perang konyol antara Silla, Goguryeo atau Baekje berakhir. Aku hanya menginginkan itu." Suaranya naik beberapa oktaf, mata hazelnya menatap Kyuhyun jujur. Sendu, dan bukan tatapan dingin khas sang malaikat kegelapan yang selalu di temui Kyuhyun saat medan perang membentang. "Salah jika aku ingin semua pertumpahan darah ini berakhir? Aku ingin hidup damai."

Dan Kyuhyun?

Tentu saja terpana ―sekaligus tak percaya, dengan jawaban naïf dari sang putra Silla ini.

"Jangan gila. Kau naïf sekali jika hal bodoh macam kedamaian yang kau gunakan sebagai alasan. Kau pikir kedamaian akan tercipta jika semua negeri bernaung di bawah Silla, begitu?!" Kyuhyun membantah keras. Membuat nafasnya kembali berantakan hanya karena bentakan kasar tadi. "Kau yakin itu memang demi kedamaian dan bukannya salah satu ambisimu guna menguasai Korea―UHUK.."

"Kau tidak akan mengerti, lukamu akan semakin parah jika terus berteriak. Jadi diamlah dan tidur. Itu akan baik untuk tubuhmu." Sungmin berkata final. Wajah penuh emosi tadi hilang entah kemana, kembali berubah datar seperti yang pertama Kyuhyun lihat. "Bukankah kau juga akan membunuhku? Kenapa harus basa basi begitu, huh?" Sang pengeran kembali mengeluarkan kalimat pedasnya. Hanya menutup mata tanpa melihat bagaimana raut sang lawan bicara.

"―Dan lagi, kenapa kau harus menceritakan semua itu padaku? Ahh.. tentu saja karena kau akan membunuhku sebentar lagi."

Sungmin terdengar diam. Sebelum menjawab tak acuh kemudian. "Biasanya aku akan membunuh semua orang yang telah melihat wajah asliku, tapi tidak untukmu pangeran Goguryeo. Tidurlah untuk malam ini, kau tenang saja. Wilayah ini sudah bukan milik Silla. Para Hwarang tidak akan bisa menemukanmu disini. Aku pergi."

Kyuhyun dapat mendengar hela nafas lelah orang ini. Suara denting logam dan barang-barang yang mulai ditata serta langkah kaki yang bergesekan dengan gemerisik dedaunan, membuat Kyuhyun mengernyit ragu. Terlihat menimbang sejenak untuk kalimatnya yang selanjutnya. "Hey putra Silla.." panggilnya akhirnya. Dia membuka matanya. Mendapati kalau sang Pangeran Silla itu bersedia menoleh.

"Terimakasih sudah membiarkanku hidup. Dan.. ma'af."

Sang Kuroi tenshin tersenyum. Benar-benar tersenyum dan bukan salah satu jenis seringai atau ejakan. Lee Sungmin itu tersenyum tulus ―nyaris sedih, hingga mampu membuat Kyuhyun merasakan satu cubitan di hatinya. Perasaan bersalah.

"Bukan apa-apa, pangeran. Aku harap kita bisa bertemu lagi," Sungmin kembali menggigit bibir sebagai jeda "dan bukan dalam medan perang. Sampai jumpa."

.

.

Desir angin turun untuk membawa ribuan sakura melayang bebas. Kau tahu? Terkadang, aku juga ingin menjadi sakura itu. Menjadi makhluk bebas yang bisa kemana pun tanpa kekangan. Bersamamu.

To be continued…

.

.

Mind to RnR?

Arigato gozaimasu~ :)