E-X-O

3

Cezzie Xonesotic

Cast : EXO members and another SM's artists

Pair : HunHan, BaekYeol and TaoRis

Genre : Yaoi, romance and friendship

Disclaimer : Tokoh di dalam fiksi bukan milik author, author hanya memiliki hak penuh pada plot cerita.

-EXO-

Tidak seperti pagi sebelumnya, pagi ini suasana rumah berlantai dua tempat grup EXO tinggal terkesan sangat sepi. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Hampir semua penghuninya masih terlelap di atas kasur empuk mereka. Setelah semalam mereka habis-habisan bertarung dengan Minoz, tenaga mereka benar-benar terkuras. Bahkan Dio yang biasanya bertugas memasak sarapan pun hingga jam segini masih belum bangun.

Hanya Suho yang tampak sudah terbangun. Laki-laki tampan itu kini tengah duduk tenang di sofa sambil menikmati segelas teh lemon hangat. Ingin Suho memasak, tapi apa boleh buat, masakannya tidak terlalu enak.

"Selamat pagi," Suho mendongakkan kepalanya saat mendengar sapaan seseorang. Ia melihat Kris berjalan ke arahnya. "Oh Kris, selamat pagi."

Kris duduk di samping Suho. "Uhh..." Ia meringis pelan membuat Suho menatap heran kepadanya, "Kau kenapa?" tanya Suho.

"Punggungku masih terasa nyeri," gumam Kris, berhati-hati ia menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Bagaimana pun Kris sempat dilempar oleh Minoz dan ia mendarat tepat pada punggungnya. Suho mengangguk paham. "Lay belum bangun?"

"Belum," Kris menggeleng, "Di antara kita kurasa dialah yang paling ketakutan kemarin. Apalagi Lay yang diserang pertama kali dan nyaris dibawa pergi juga."

Suho mengangguk, "Mungkin karena power-nya healing, dia jadi tidak memiliki keberanian untuk menghadapi makhluk itu. Kau tahu, healing sama sekali tidak berguna untuk melakukan serangan."

"Hmm..." Kris mengangguk-angguk sambil memejamkan matanya, "Dia adalah anggota yang harus dilindungi."

"Oh, kalian berdua sudah bangun," ujar Dio yang baru saja keluar dari kamarnya. Ia berjalan menghampiri Suho dan Kris, "Kenapa tidak membangunkanku? Aish, ini sudah jam sembilan dan aku belum memasak."

"Sudahlah," Suho menggenggam tangan Dio, "Biar nanti kita semua makan di kantin akademi saja. Kau sudah terlalu lelah." Dio mengangguk, kemudian ia duduk di samping Suho dan menyenderkan kepalanya ke bahu Suho.

Kris yang melihat itu menaikkan sebelah alisnya, "Err... Kalian pacaran?"

"Mwo?" seru Suho dan Dio bersamaan.

.

E

X

O

.

Kris berjalan tenang di koridor SM Academy. Hanya dia sendiri, karena beberapa temannya sudah duluan di ruangan sedangkan beberapa lagi masih di rumah. Baekhyun, Luhan dan Lay masih istirahat, maklum mengingat mereka sempat terkena serangan Minoz. Kris sendiri sebenarnya merasa ragu meninggalkan rumah dengan penghuninya yang masih kelelahan seperti itu.

"Annyeong."

Kris terkejut ketika sebuah suara tiba-tiba saja menyapanya. Ia menoleh ke belakang dan mendapati seorang gadis tercantik tersenyum padanya, "Oh annyeong," sahut Kris.

"Apa aku mengagetkanmu, oppa?"

"Sedikit."

Gadis itu tertawa pelan, "Mianhae. Oh ya, aku belum pernah melihatmu sebelumnya."

"Aku memang masih baru di sini," sahut Kris.

"Oppa dari grup EXO?" gadis itu bertanya dan Kris mengangguk sebagai jawabannya.

"Oh, aku Kim Hyoyeon dari grup Shidae. Power-ku Clear-up," ujar gadis itu mengenalkan dirinya.

"Aku Kris, power-ku flame. Clear-up itu power yang bagaimana?"

"Aku bisa menghilangkan power orang lain," sahut Hyoyeon.

"Kedengarannya menarik. Berarti kau sangat kuat."

"Ah tidak juga," Hyoyeon tertawa sambil mengibaskan tangan di depan wajahnya, "Pengendalianku sangat parah. Terkadang bukannya menghilangkan power orang lain, malah power-ku sendiri yang hilang." Kris ikut tertawa mendengarnya.

Mereka berdua –Kris dan Hyoyeon- berjalan menyusuri koridor bersama sambil mengobrol. Kebetulan letak ruangan Shidae searah dengan ruangan EXO. Hyoyeon gadis yang menarik, ia bercerita banyak hal tentang grup Shidae-nya dan itu membuat Kris merasa nyaman. Ia tidak pernah dekat dengan perempuan sebelum ini.

"Jinjja? Kalian melawan Minoz semalam?" seru Hyoyeon terkejut ketika Kris bercerita tentang kejadian kemarin. "Yah begitulah," sahut Kris, "Apa itu mengejutkanmu?"

"Ya," ujar Hyoyeon, "Taeng unnie baru mengijinkan kami melawan Minoz setelah dua bulan latihan. Dan grup Shinee juga baru bertempur dengan Minoz setelah satu bulan. Wow, tapi kalian bahkan baru sehari berlatih, kalian pasti sangat hebat."

"Ah tidak juga, malah setelah mendengar ceritamu aku jadi merasa kalau Yunho hyung dan Boa noona ingin membunuh kami," gumam Kris, membuat Hyoyeon tertawa pelan.

"Tapi setidaknya kalian tidak berbuat keributan yang memancing orang-orang kan? Ah, memancing orang-orang pun tidak masalah, toh manusia biasa tidak bisa melihat Minoz.

"Hmm..." Kris mengangguk pelan namun sedetik berikutnya ia menoleh cepat ke arah Hyoyeon, "Apa kau bilang?"

"Mwo?" Hyoyeon terkejut, "A-apa?"

"Manusia biasa tidak bisa melihat Minoz?" Kris kini melotot kepada Hyoyeon.

"N-nde," Hyoyeon mengangguk-anggukkan kepalanya, ia tampak sedikit takut dengan reaksi Kris yang mengejutkan, "Manusia biasa hanya bisa melihat Minoz jika Minoz itu menyamar, tapi kalau wujud asli Minoz mereka tidak akan bisa melihatnya."

Kris kini terdiam. Kalau memang benar apa yang diucapkan oleh Hyoyeon, jadi laki-laki kemarin itu siapa? Kris masih ingat betul akan tatapan ketakutan laki-laki itu terhadap Minoz semalam. Apa laki-laki itu pengguna power? Tapi kalau memang dia pengguna power kenapa dia hanya diam saja?

"W-waeyo oppa?" tanya Hyoyeon pelan.

"Oh ani," Kris langsung menggeleng, "Hyoyeon-sshi, maaf tapi aku duluan ne?" ujar Kris dan ia langsung berlari meninggalkan Hyoyeon yang kebingungan. "Aneh..." gumam Hyoyeon sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

'Brak!'

Kris membuka pintu ruangannya dengan keras, sukses membuat perhatian semua yang berada di ruangan tersebut teralih kepada Kris dan sukses juga membuat konsentrasi mereka buyar. Padahal tadinya mereka tengah berlatih men-stabilkan power masing-masing.

"Ehem," Yunho berdehem seraya melipat tangan di depan dadanya. Sepasang matanya yang kecil menatap tajam pada Kris. "Tolong sopan santunmu," ujar Yunho dingin.

"M-maaf, tapi ada sesuatu yang ingin kuberitahu padamu, Hyung."

Yunho menatap Kris sejenak lalu mengalihkan tatapannya pada yang lain. "Oke, ulangi lagi. Kali ini aku ingin kalian memperbesar power kalian," Yunho berujar tenang mengacuhkan Kris.

Latihan pun kembali di mulai. Luhan, Chanyeol, Suho dan Dio kembali memunculkan power mereka di atas telapak tangan. Khusus untuk Dio, tampak sebuah pot kecil berisi tanah berada di hadapannya. Apa boleh buat, latihan dilakukan di dalam ruangan.

"Hyung!" seru Kris merasa kesal karena diacuhkan, "Hyung, kemarin ada manusia yang melihat Minoz," ujar Kris lagi. Kali ini berhasil memancing perhatian Yunho, terbukti dengan laki-laki itu berbalik menatap Kris, "Apa?"

"Seorang manusia, melihat Minoz," ujar Kris pelan. Hal itu menarik perhatian yang lain, pasalnya Kris mengatakan sesuatu yang menurut mereka biasa-biasa saja, namun reaksi Yunho sangat berbeda. Yunho terlihat cukup terkejut.

"Baiklah," Yunho menghela napasnya, "Kalian lanjutkan yang tadi." Laki-laki bertubuh tinggi itu kemudian keluar sambil menarik tangan Kris. Suho dan yang lain menatap bingung ke arah Kris dan Yunho, namun mereka tidak mengatakan apa-apa.

"Sebaiknya apa yang kau katakan barusan bukan sebuah candaan," ujar Yunho begitu mereka berada di luar ruangan.

"Aku tidak bercanda," sahut Kris cepat, "Malam itu, aku melihat seorang laki-laki menatap ketakutan pada Minoz."

"Mustahil seorang manusia biasa bisa melihat Minoz," kata Yunho.

"Kecuali dia seorang pengguna power."

Yunho menatap Kris dengan tatapan dalam, kemudian ia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. "Kau kembali ke ruanganmu, aku akan membicarakan ini dengan pelatih yang lain."

"Ye Yunho hyung."

Kris kembali ke ruangannya, ia duduk di samping Chanyeol. "Apa yang kau bicarakan dengan Yunho hyung?" Chanyeol langsung bertanya karena ia begitu penasaran. Suho yang juga penasaran menoleh kepada Kris.

"Aku mengatakan kepada Yunho hyung kalau aku baru saja menemukan seorang pengguna power," jawab Kris.

"Mwo?" seru Dio terkejut.

"Jinjja? Kapan?" tanya Chanyeol bingung.

"Kemarin malam, ketika kita melawan Minoz. Ketika Kai tiba-tiba saja muncul dan menendang Minoz itu."

"Benarkah?" Chanyeol menarik sebelah alisnya, "Saat itu aku tidak melihat orang lain."

"Umm, dia sudah pergi sebelum kau dan Kai datang."

"Bagaimana kau yakin kalau dia pengguna?" tanya Chen penasaran.

"Karena dia bisa melihat Minoz dalam wujud asli," sahut Kris. Dan selanjutnya Kris bisa melihat tatapan bingung dari Suho, Chanyeol, Dio dan Chen. "Hyoyeon-sshi dari grup Shidae bilang kalau hanya pengguna power yang bisa melihat Minoz dalam wujud asli."

"Jinjja? Jadi, apa power-nya?" tanya Chen lagi.

"Entahlah, ketika aku melihatnya anak itu hanya terdiam. Ia tidak melakukan apapun dan Minoz itu juga aku merasa beberapa detik ia sempat terdiam."

"Aneh," gumam Chanyeol, "Kalau memang dia pengguna power, seharusnya di saat seperti itu ia mengeluarkan power-nya kan? Aku ketika pertama kali mengeluarkan api adalah ketika seekor anjing besar mengejarku."

"Ya, biasanya pengguna power reflek menggunakan power-nya saat ia merasa ketakutan atau terjepit," timpal Suho, "Kecuali dia menahan power-nya."

"Tapi dia tidak. Ia terlihat ketakutan sampai-sampai tidak bergerak," ujar Kris, "Aku bahkan harus meneriakinya dua kali baru ia lari."

"Hmm..." Dio mengangguk-anggukkan kepalanya, "Aku jadi penasaran dengan power-nya. Apa mungkin dia telekinetic seperti Luhan hyung?"

"Entahlah," Kris mengangkat sebelah alisnya, "Ah, ngomong-ngomong aku tidak melihat Kai." Kris melihat sekeliling ruangan dan benar saja si teleporter itu tidak terlihat dari tadi.

"Ah, tadi Yunho hyung menyuruhnya latihan teleportasi. Entah di mana dia sekarang," jawab Dio cuek sambil mengangkat bahunya. Baru Dio berkata seperti itu, tiba-tiba saja muncul kepulan asap tipis. "Panjang umur, dia sudah kembali," celetuk Dio.

Kepulan asap itu perlahan menghilang, memperlihatkan sosok Kai yang... "Kenapa kau lebam-lebam begitu?" tanya Suho bingung. Ya, saat ini tampak bekas memar berwarna kebiruan di pipi kiri Kai.

"Ah itu... Secara tidak sengaja aku teleportasi ke toilet perempuan dan ternyata ada Taeyeon noona di sana. Ia memukulku dengan pintu toilet."

Hening sejenak dan detik berikutnya dari ruangan itu terdengar tawa yang sangat keras.

.

E

X

O

.

'Blllbb.'

Sejumlah debit air itu terangkat membentuk bulatan yang cukup besar. Berputar-putar sesuai dengan arah jarum jam.

'Bwooossh!'

Mendadak semburan api menyerang bulatan air tersebut. Membuat bulatan air itu terpecah atas dua bagian. Melayang-layang dan mengambang. Namun sekali lagi muncul semburan api menyerang bulatan air. Bulatan air yang kini terbagi atas dua bagian itu bergerak ke sana kemari, menghindari dua semburan api yang terus menyerangnya. Hingga kemudian dua bagian air itu kembali menyatu, tetapi dengan cepat dua semburan api itu berputar mengelilingi sang air. Semakin lama semakin besar hingga air tersebut perlahan menguap dan menghilang.

"Yes!" Kris dan Chanyeol berseru bersamaan sambil melakukan toast. Merayakan kemenangaan atas pertarungan kecil melawan –air- Suho.

"Aish," gerutu Suho sambil menggaruk belakang kepalanya. Saat ini grup EXO berada di lapangan, melatih power mereka. Namun dengan cara yang menyenangkan.

Dio tampak tengah mengepalkan tangannya ke arah segumpal tanah yang melayang. Ia menggerakkan kepalan tangannya dan segumpal tanah itu bergerak mengikuti pergerakan tangan Dio. Dan ketika Dio membuka tangannya, segumpal tanah itu terpecah-pecah menjadi gumpalan yang lebih kecil lagi. Dio lalu memukulkan tangannya ke tanah dan gumpalan-gumpalan tanah kecil itu jatuh.

Lain lagi dengan Chen, laki-laki bernama asli Kim Jongdae ini saling menghadapkan kedua telapak tangannya. Dan dari telapak tangannya tampak terhubung aliran petir yang stabil namun mematikan. Teknik ini Chen rasa lebih baik ketimbang ia menggunakan satu tangannya untuk memunculkan petir, karena dengan teknik ini Chen merasa lebih mampu mengendalikan petirnya tanpa khawatir tangannya akan terluka. Terima kasih kepada Lightning Controller, Shim Changmin, yang ia temui tadi.

Sedangkan Kai, ah entah di mana teleporter itu sekarang.

"Kris!" Laki-laki tinggi dengan rambut pirang keemasan itu menoleh ketika mendengar seseorang memanggilnya. Ia melihat Yunho melihat ke arahnya, "Ikut aku!" seru Yunho dari kejauhan. Kris mengangguk dan berjalan mengikuti Kris.

"Ada apa ya?" tanya Chanyeol bingung, entah ia bertanya pada siapa. Tampak sekumpulan api mengambang di atas telapak tangannya, Suho yang merasa melihat kesempatan langsung menggerakkan tangannya, menggerakkan airnya dan...

'Ceeeeshh...'

...mematikan api Chanyeol. "Yah! Suho hyung kau curang!"

-EXO-

"Ada apa hyung?" tanya Kris setelah ia sampai di hadapan Yunho.

"Ini tentang laki-laki yang kau bilang tadi, seperti apa wajahnya?"

"Eh?" Kris bergumam pendek. Ia mulai mengingat-ingat. Tidak terlalu jelas karena suasana saat itu gelap. Kris hanya bisa mengingat sepasang mata laki-laki itu yang ketakutan dan bibirnya yang gemetaran. Ah, menurut Kris dia punya bibir yang sangat bagus. Ketika Kris melihatnya, kesan pertama yang didapat Kris adalah... "Dia seperti panda."

"Aku sedang serius Kris," ujar Yunho dingin.

"M-mianhae hyung, aku tidak bisa mengingat persis wajahnya, tapi ia seperti panda."

"Apa dia gemuk?" tanya Yunho.

Kris menggeleng, "Badannya kurus tapi lumayan berisi dan tubuhnya tinggi, hampir setinggi Chanyeol."

"Lalu sisi sebelah mana yang membuatnya seperti panda?" tanya Yunho lagi sambil melipat tangan di dada. "M-molla," desis Kris, "Ketika melihatnya aku langsung teringat panda."

"Oh baiklah Kris Wu," Yunho memutar bola matanya bosan, "Nanti malam bawa aku ke tempat kau melihat laki-laki itu. Jika beruntung mungkin kita bisa bertemu dengannya."

"Ye, hyung."

.

E

X

O

.

Suasana malam itu di rumah grup EXO terdengar ramai. Semuanya dikarenakan televisi yang sedang menampilkan acara komedi, membuat member EXO tertawa keras. Apalagi Chanyeol dan Baekhyun. Mereka semua baru saja menyelesaikan makan malam dan kini tengah berkumpul di ruang menonton.

"Sudah merasa lebih baik?" Kris meletakkan secangkir teh lemon hangat di depan Lay.

"Umm..." Lay mengangguk, seharian ini memang kepalanya terasa pusing luar biasa. Mungkin karena efek semalam dan juga dikarenakan daya tahan tubuh Lay yang tidak begitu bagus. "Maaf jadi merepotkan," gumam Lay pelan.

"Hmm... Gwaenchana." Kris mengambil posisi duduk di antara Lay dan Suho. Oh baiklah, Lay merasa demamnya naik. Ini selalu terjadi ketika Kris berada di dekatnya.

Oke, Lay akui dia menyukai Kris. Hebat sekali bukan? Mereka bahkan belum seminggu bertemu, tapi begitulah adanya. Lay merasa dirinya sangat konyol bisa menyukai orang begitu cepat, namun jika mengingat perhatian Kris padanya membuat Lay tidak bisa menahan perasaan.

'Ting nong.'

Bunyi bel pintu membuat perhatian Suho teralih. Laki-laki manis itu berjalan menuju pintu dan membukanya, ia mengernyit heran melihat Yunho berdiri di depan itu. "Yunho hyung? Ada apa?"

"Mana Kris?" Yunho bertanya langsung tanpa menjawab pertanyaan Suho. Kris yang secara tidak sengaja melihat ke arah pintu, segera bangkit dan berjalan menuju Yunho.

"Kita pergi sekarang," ujar Yunho. Kris mengangguk, ia mengambil jaket dari kamar dan pergi bersama Yunho. Tanpa disadari kedua orang itu, mereka mengacuhkan Suho yang kini menggaruk kepalanya bingung.

-EXO-

"Aku melihatnya di sini," ujar Kris. Saat ini ia dan Yunho berdiri tepat di jalanan di mana Kris melihat laki-laki panda –sebut saja seperti itu- kemarin. Dan juga di waktu yang tepat.

"Baik, kita tunggu saja." Yunho mengeluarkan rokoknya, ia mengapit rokok tersebut dengan kedua bibirnya. Ujung rokok itu terbakar dengan sendirinya.

"Apa Minoz akan muncul lagi?" tanya Kris. Sejujurnya dia sedikit takut kalau Minoz tiba-tiba saja muncul dan menyerangnya, terlebih Kris hanya sendiri dan dia tidak yakin Yunho mau membantunya jika Minoz datang dan menyerang.

"Mungkin," ujar Yunho santai, ia melepas rokoknya dan menghembuskan asap tipis.

Sekitar sepuluh menit lamanya mereka berdiri di sana, sampai kemudian Kris mendengar suara langkah kaki seseorang. Kris menoleh dan ia melihat seorang laki-laki berjalan. Lampu jalan di sana tidak terlalu terang, namun Kris yakin kalau laki-laki itu adalah si panda yang ia lihat kemarin. Terlihat dari postur tubuhnya.

"Itu dia?" tanya Yunho. Kris mengangguk tanpa mengalihkan tatapannya dari laki-laki itu.

Laki-laki itu berjalan mendekat, sesekali ia melirik ke arah Kris dan Yunho. Merasa aneh karena Yunho dan Kris menatapnya begitu intens. "Maaf," gumam Yunho ketika laki-laki itu mulai melewatinya.

"Apa?" Laki-laki itu berbalik dan kini Kris bisa melihat wajahnya dengan jelas. Satu kesimpulan Kris melihat wajah laki-laki itu adalah laki-laki itu seperti panda yang manis dan imut. Dan kemudian Kris merasa aneh sendiri dengan kesimpulannya.

"Boleh kami tahu namamu?" tanya Yunho sesopan mungkin.

Laki-laki itu bergantian menatap Yunho dan Kris dengan tatapan tidak nyaman. Bagaimana tidak, di malam hari di tempat yang sepi, dua orang laki-laki mendekat dan menanyakan namanya. Ia hanya bisa berharap semoga dua laki-laki ini tidak bermaksud jahat.

"Aku Tao. Huang Zitao," ujar laki-laki panda yang diketahui bernama Tao.

"Baiklah Tao. Aku Yunho dan dia Kris," Yunho mengenalkan dirinya dan Kris pada Tao.

"Apa mau kalian?" tanya Tao langsung ke inti.

"Aku hanya ingin bertanya, apa kau melihat semacam monster di tempat ini kemarin?"

Tao terlihat terkejut, matanya yang seperti panda sedikit membulat. Tentu saja Tao mengingat monster lalat yang mengerikan itu, juga seseorang yang melindunginya kemarin. "A-aku tidak lihat," gumam Tao. Kedua laki-laki di hadapannya ini pasti terlibat atau mengetahui tentang monster tersebut dan Tao memilih untuk tidak ikut terlibat.

"Jangan berbohong. Aku tahu kau melihat monster itu semalam," sergah Kris cepat. Tao tertegun sejenak, suara ini pernah ia dengan sebelumnya. "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan," ujar Tao.

"Biar kujelaskan, Tao-sshi," ujar Yunho tenang, "Makhluk kemarin disebut Minoz, makhluk itu hanya bisa dilihat oleh pengguna power. Menurut Kris, kau melihat makhluk itu kemarin dan itu berarti kau adalah orang yang kami cari."

Tepat dugaan Tao. Orang-orang ini mengetahui sesuatu tentang monster-monster yang terkadang sering Tao lihat. Dan mungkin orang-orang ini juga mengetahui kenapa terkadang lingkungan di sekeliling Tao kadang-kadang berhenti. Namun begitu tetap Tao tidak mau terlibat dalam hal seperti ini.

"Maaf, kalian salah orang," gumam Tao datar. Ia beranjak pergi dari sana, tetapi tiba-tiba saja seseorang menahan pergelangan tangannya. Tao menoleh, orang bernama Kris itu memegang tangannya.

"Jangan berbohong! Aku tahu kau melihat monster itu semalam!" seru Kris.

"Aku tidak lihat!" balas Tao. Ia berusaha menarik tangannya dari genggaman Kris, "Lepas!" desis Tao.

"Tidak sampai kau jujur."

"Aku harus mengatakan apa? Aku tidak lihat! Aku tidak lihat!"

Yunho hanya bisa menghela napas melihat pertengkaran dua laki-laki tinggi. "Oke, oke, Kris sebaiknya kau jangan memak-" Yunho tidak mampu lagi melanjutkan ucapannya ketika mendadak jantungnya berdebar keras. Minoz berada di dekat mereka.

Kris menolehkan kepalanya ke berbagai arah. Dan matanya tertuju pada seorang gadis kecil yang berada di belakang mereka. "Hyung, apa mungkin itu..."

"Ya," sahut Yunho cepat. Matanya menatap tajam pada gadis kecil berkuncir dua yang tengah memegang lolipop.

"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Tao berseru keras sekaligus gemetaran. Kalau bukan karena kegiatan tambahan di sekolahnya, Tao tidak akan mau pulang malam-malam begini. Selalu seperti ini, jantungnya berdetak keras ketika melihat seseorang yang ternyata adalah monster.

"Kenapa? Kau takut? Takut?" Kris mencecar Tao dengan pertanyaan beruntun, "Kau takut karena kau merasakan aura monster itu kan? Lalu kenapa kau berbohong?"

Tao mulai panik. Terutama ketika matanya melihat kedua anak tangan perempuan itu memanjang seperti tentakel, belum lagi tangan Yunho yang mendadak terbungkus oleh api. Mendadak Tao menarik tangannya yang dipegang Kris dan menggigit keras tangan Kris.

"Yakh!" Kris reflek melepaskan tangannya dan Tao memanfaatkan moment itu dengan berlari sekencang-kencangnya. "Yah kau!" teriak Kris. Tidak ingin kehilangan Tao, ia pun ikut berlari mengejar Tao. Meninggalkan Yunho yang hanya bisa melongo.

"Yah tunggu!" Kris berusaha berlari secepat mungkin. Kendati kakinya panjangnya tapi tampaknya itu tidak terlalu membantu, Tao berlari sangat cepat. Kris melihat Tao berbelok di persimpangan depan. Kris ikut membelok namun sayang ia kehilangan jejak Tao. Akan tetapi suara pintu yang tertutup cepat menarik perhatian Kris.

"Jadi kau tinggal di situ?" gumam Kris sambil menatap sebuah rumah.

.

E

X

O

.

Kris berdiri tenang di lapangan tempat ia biasa latihan. Di depannya tampak dua bola api yang bergerak-gerak sesuai dengan ayunan tangannya. Kris hanya sendiri di sana, karena sekarang sedang jam makan siang maka member lain berada di kantin. Kris sendiri menyelesaikan makan siang lebih cepat dari yang lain.

"Kau di sini ternyata." Kris menolehkan kepalanya dan ia melihat Lay berjalan menghampirinya. "Apa yang kau lakukan?" tanya Lay.

"Oh, hanya melatih power-ku," jawab Kris singkat. Kris kemudian mengangkat tangannya membuat salah satu dari kedua bola api itu terangkat ke atas dan ketika Kris menjentikkan jarinnya, bola api itu berubah menjadi percikan-percikan, seperti kembang api.

Lay tersenyum simpul. "Kadang aku merasa iri denganmu," gumamnya pelan.

"Eh?" Kris menoleh kepada Lay.

"Tidak hanya kau, tapi juga yang lain. Kalian semua mempunyai power yang bisa digunakan untuk menyerang sekaligus melindungi diri sendiri. Sedangkan aku?" Lay berujar lirih sambil menatap telapak tangannya.

"Tidak apa, kami akan melindungimu," sahut Kris.

"Aku jadi merasa merepotkan orang lain. Aku ini memang tidak berguna ya? Kemarin saja belum apa-apa aku tertangkap dengan mudah. Aku ini bodoh sekali."

Kris menatap dalam ke arah sang Healer. Tangannya terangkat dan membingkai kedua pipi Lay. "Kau tahu?" ujar Kris serius sambil menatap ke kedua mata Lay, "Kau iri dengan kami semua, tetapi kami semua sangat membutuhkanmu. Kalau tidak ada kau mungkin kami akan mati cepat dalam pertarungan." Lay terperangah mendengar ucapan Kris, terlebih dengan sepasang mata yang menatapnya sangat tajam itu.

"Ehem." Suara deheman singkat, membuat Kris dan Lay tersontak. Reflek Kris melepas tangannya dari kedua pipi Lay. "Suho-sshi," gumam Lay pelan.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Suho. Ia merasa bingung melihat posisi Kris dan Lay yang agak... errr... Intim?

"Bukan apa-apa," jawab Kris cepat. Suho mengangkat sebelah alisnya. Matanya menangkap wajah manis Lay yang memerah. Oke, Suho tahu ia telah mengacaukan suasana di sini. "Kris, Yunho hyung menunggumu di ruangannya," ujar Suho mengutarakan maksud kedatangannya.

"Yunho hyung?" Kris mengangkat alisnya, ada urusan apa sampai-sampai Yunho memanggilnya. Apa ada hubungannya dengan laki-laki bernama Huang Zitao itu? "Oh baik, terima kasih Suho," Kris menganggukkan kepalanya, ia kemudian pergi meninggalkan Lay dan Suho.

Lay menghela napasnya melihat punggung Kris yang berlari menjauh. "Err... Apa aku mengganggu kalian?" tanya Suho tidak nyaman.

"T-tidak," sahut Lay cepat.

"Begitu? Habisnya ketika aku datang kalian terlihat sedang membicarakan sesuatu yang penting."

"Tidak, sungguh." Lay menggeleng sambil tersenyum, memperlihatkan lesung pipit yang membuatnya tampak semakin manis. "Ah baiklah, aku harus pergi sekarang. Boa noona mengatakan akan melatihku hari ini," ujar Lay. Ia mengangguk di hadapan Suho dan berlalu pergi. Meninggalkan Suho dengan helaan napasnya.

-EXO-

"Hyung? Kau memanggilku?" Kris membuka pintu ruangan Yunho. Dilihatnya Yunho tengah berdiri di depan jendela dengan tangan terlipat di depan dada. Terlihat di depan Yunho, sepasang burung yang terbuat dari api bergerak-gerak bagaikan menari. "Ah, Kris." Yunho menoleh dan sepasang burung api itu lenyap begitu saja.

"Ini soal anak bernama Huang Zitao kemarin," ujarnya. Kris menganggukkan kepalanya. "Aku sudah meminta bantuan senior lain untuk mencari informasi apakah pernah dilakukan penyuntikan terhadap bayi bermarga Huang. Satu-satunya informasi yang didapat adalah bayi bernama Huang Eddison. Itu pun tersiar kabar bahwa bayi itu telah meninggal dunia."

"Mwo? Tapi aku yakin sekali kalau semalam itu ia benar-benar melihat Minoz. Aku memegang tangannya dan tangannya terasa gemetaran," sahut Kris.

"Aku juga merasa begitu. Jadi Kris, tolong selidiki anak ini. Senior yang lain..." Di tengah-tengah perkataan Yunho, tiba-tiba saja terdengar suara dering ponsel. Yunho segera merogoh ponselnya, ada panggilan ternyata. "Sebentar," ujarnya kepada Kris, Yunho kemudian berjalan menuju sudut ruangan dan menjawab teleponnya.

Kris menghela nafasnya. Tidak habis pikir kenapa laki-laki bernama Tao itu harus berbohong. Larut dalam pikirannya, tiba-tiba tatapan Kris tertuju pada sebuah pigura foto. Kris menaikkan sebelah alisnya, di foto itu terlihat lima orang laki-laki. Termasuk Yunho dan seorang laki-laki yang Kris rasa pernah lihat. Ah, itu senior Changmin kalau tidak salah. Tapi tiga orang lain Kris belum pernah melihat mereka.

"Nah Kris," suara Yunho mengalihkan perhatian Kris, "Jadi selidiki anak ini, senior lain merasa ini buang-buang waktu untuk menyelidiki anak yang tidak jelas. Kau bisa?"

"Tentu hyung. Lagipula aku sudah mengetahui tempat tinggalnya."

"Baguslah kalau begitu."

-EXO-

Malam ini Kris menyelesaikan latihannya di akademi lebih cepat, sekitar jam tujuh malam, sedangkan jam pulang untuk trainer akademi adalah sekitar pukul delapan. Kris sengaja karena setelah ini ia akan pergi ke tempat kediaman Tao. Kris tahu ia tidak akan bertemu Tao jam segini, tetapi setidaknya Kris ingin bertanya kepada keluarga Tao. Siapa tahu mereka mengetahui sesuatu.

Kris sedikit tertegun saat melihat kedai mie di depannya. Ia saat ini berdiri di depan rumah yang diduga sebagai tempat tinggal Tao dan ternyata rumah ini sekaligus kedai mie. Tidak berlama-lama, Kris segera melangkahkan kakinya memasuki kedai mie yang sederhana itu.

"Selamat datang," seorang wanita paruh baya menyambut kedatangannya. Kris menduga wanita ini adalah ibu Tao.

"Maaf, apa benar Huang Zitao tinggal di sini?" tanya Kris sopan.

"Tao? Ya benar. Anda siapanya ya?"

"Saya Kris Wu, teman Tao," balas Kris dengan sedikit kebohongan.

Wanita itu mengangguk-angguk, "Ah tapi Tao masih di kampusnya. Dia pulang sekitar jam sembilan atau sepuluh nanti."

"Kalau begitu boleh saya menunggu Tao di sini?"

"Tentu, tentu." Wanita paruh baya itu mempersilahkan Kris duduk di salah satu bangku yang ada di sana.

Kris menyapukan pandangannya ke seluruh kedai. Kedai mie ini tidak terlalu besar tapi juga tidak bisa disebut kecil. Ada enam buah meja dengan masing-masing empat kursi. Kendati kecil namun tempat ini bersih dan terasa nyaman. Saat ini kedai cukup ramai, empat meja penuh seluruhnya. Kris merasa heran karena ia tidak menemui seorang pekerja pun di sini, hanya ada ibu Tao dan wanita itu tampak kerepotan melayani pembeli.

"Ahjumma, mie-nya dua mangkuk," sepasang remaja yang baru datang duduk tepat di belakang Kris.

"Ne, ne tunggu sebenar," ibu Tao menyahut. Wanita itu mondar-mandir mengantar pesanan pelanggan. Kris merasa sedikit kasihan, ia kemudian berdiri dan menghampiri wanita paruh baya itu.

"Ahjumma biar aku bantu," ujar Kris.

"Ah tidak usah. Jadi merepotkan."

"Gwaenchana, aku juga bosan kalau hanya duduk diam saja," Kris bersikeras. Ia kemudian mengambil dua mangkuk dan mengantarnya ke pelanggan. Dan begitulah, Kris membantu dengan mengantarkan mangkuk mie ke pelanggan atau membawa mangkuk mie yang kotor ke tempat cuci piring. Meskipun kedai ini sederhana, tapi ternyata banyak juga pembeli yang datang.

'Trek.'

"Eh?" Kris sedikit heran saat Huang ahjumma –begitu pelanggan lain memanggil beliau- meletakkan semangkuk mie di hadapannya. "Aku tidak memesan," ujar Kris.

"Tidak apa, ini gratis. Sebagai rasa terima kasih karena kau sudah membantuku." Kris menganggukkan kepalanya, kebetulan sekali ia sedang lapar, terakhir Kris makan hari ini adalah saat makan siang tadi. Dan melayangi pembeli yang cukup ramai tadi membuat Kris semakin kelaparan. Saat ini kedai sudah sepi, sehingga Kris bisa makan dengan tenang.

"Aku sudah selesai, gamsahamnida," Kris mengangguk sopan setelah mangkuk mie-nya kosong, ia merasa sedikit malu menyadari kalau mangkuk mie-nya benar-benar kosong. Huang ahjumma hanya terkekeh kecil melihatnya.

"Mian ahjumma, apa Tao memang sering pulang malam?"

"Tidak juga," Huang ahjumma menarik kursi dan duduk di depan Kris, "Biasanya dia pulang jam tujuh, tetapi belakangan ini dia ada pelajaran tambahan sehingga sering pulang malam." Kris menganggukkan kepalanya. "Sebenarnya aku agak khawatir kalau Tao pulang malam," lanjut Huang ahjumma.

"Kenapa?"

"Yah memang Tao itu laki-laki, tapi aku cemas terjadi sesuatu dengannya. Tao selalu pulang dengan wajah ketakutan, tapi kalau kutanya ia tidak menjawab."

'Minoz.' Kris membatin dalam hati. Tidak salah lagi, Tao memang pengguna power.

"Ahjumma, apa ahjumma pernah melihat Tao melakukan hal-hal aneh? Seperti magic begitu."

"Eoh? Rasa-rasanya tidak ada yang aneh dengan anak itu," jawab Huang ahjumma. Kris hanya menganggukkan kepalanya. Baiklah, ia bingung sekarang. Kris yakin benar kalau Tao adalah pengguna power. Tapi apa power-nya? Ketika bertemu Minoz tempo hari, ia tidak melakukan apa-apa. Dan kini ibu Tao pun mengatakan kalau tidak ada yang aneh pada putranya.

"Aku pulang." Suara seseorang terdengar dan mengalihkan perhatian Huang ahjumma dan Kris.

"Oh kau sudah pulang," Huang ahjumma tersenyum, "Ini ada temanmu. Baiklah, umma ke belakang dulu." Huang ahjumma pun berjalan meninggalkan Tao dan Kris.

"Kau yang kemarin kan?" ujar Tao setelah ia berhasil mengingat laki-laki berambut pirang di hadapannya ini.

"Ya," Kris mengangguk.

"Apa maumu kemari?"

"Urusanku masih sama seperti yang kemarin. Kau adalah orang yang kami cari."

Tao memutar bola matanya bosan. Ia kemudian meletakkan tasnya, dengan sedikit membanting. Ia berjalan ke depan Kris dan berkacak pinggang, "Aku sangat tidak mengerti apa mau kalian. Berapa kali kukatakan kalau aku tidak melihat apapun kemarin. Kenapa kau sangat bersikeras eoh?" seru Tao dengan nada ketus.

"Aku bersikeras karena kau berbohong!" Kris ikut berdiri dan menatap Tao dengan tajam, "Kau keras kepala sekali. Kenapa tidak kau katakan saja kalau kau memang melihat monster itu semalam? Kau adalah orang spesial, kau punya suatu kemampuan khusus!"

Tao tercengang untuk sekian detik, sebelum akhirnya ia membuang wajahnya dari Kris. Tao terlihat bingung dengan kata 'kemampuan khusus' yang Kris katakan. Kemampuan apa? Kemampuan melihat monster mengerikan itu? Atau kemampuan membuat sesuatu berhenti? Bagi Tao itu bukan kemampuan, itu kutukan.

"A-aku..."

"Tao, lihat aku." Tao membalikkan badannya dan betapa ia terkejut ketika melihat di atas tangan Kris tampak bola api kecil melayang-layang.

"A-apa yang kau lakukan...?"

"Ini disebut power," gumam Kris, ia melonjakkan tangannya sedikit ke atas, membuat bola api kecil itu terloncat dan kemudian melayang. Kris menjentikkan jarinya dan kemudian bola api itu menghilang. "Ada macam-macam power. Api, air, petir dan masih banyak lagi," ujar Kris, "Hanya orang-orang yang bisa melakukan power seperti ini yang bisa melihat monster bernama Minoz. Dan aku tahu kau bisa melihat monster itu semalam."

Tao terdiam sesaat. Ia memejamkan matanya erat, tubuhnya mendadak lemas dan terduduk di atas kursi. "Aku tidak mau lihat monster itu lagi..." ujar Tao lirih. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam. "Setiap aku pulang malam, tiba-tiba saja jantungku berdetak keras dan tahu-tahu aku diikuti oleh monster yang sangat mengerikan." Bahu Tao perlahan bergetar, membuat Kris merasa iba.

"Dengar," Kris menepuk bahu Tao pelan, "Ada sesuatu dalam dirimu yang bisa menghentikan monster itu. Seperti aku yang bisa menggunakan apiku, kau pun juga pasti bisa melakukan sesuatu."

"Apa?" Tao mengangkat kepalanya cepat, "Aku tidak bisa mengeluarkan api, satu-satunya yang bisa kulakukan hanya membuat mereka tidak bergerak."

"Tidak bergerak? Apa maksudmu?"

Tao menghela nafas panjang. "Aku merasa aku dikutuk, terkadang jika aku menatap suatu benda yang bergerak aku bisa menghentikan benda itu."

Kris mengangkat sebelah alisnya, "Maksudmu?"

"Seperti ini," Tao mengambil sebuah pulpen dari tasnya. Ia kemudian melempar pulpen itu ke atas dan Tao menatap pulpen yang tengah melambung itu dengan intens.

'Set.'

Mendadak pulpen itu berhenti di udara. Benar-benar berhenti. "M-mwo," desis Kris terkejut.

"Seperti itulah," dengan santai Tao mengambil pulpennya di udara, "Kalau dengan benda mati aku bisa menghentikannya dengan mudah. Tetapi tidak dengan monster-monster itu, aku hanya bisa membuat mereka berhenti beberapa detik saja sebelum akhirnya mereka kembali mengejarku." Tao menarik napas dan menghembuskannya perlahan, "Aku tidak pernah memberi tahukan ini pada siapa pun. Bahkan umma-ku pun tidak tahu tentang kutukan ini."

"Itu bukan kutukan," sahut Kris. Ia menarik senyum simpulnya, "Itu disebut power."

"Apa hal ini yang membuatku dikejar-kejar oleh monster itu?" tanya Tao.

"Ya, karena pada dasarnya Minoz tertarik pada pengguna power, seperti kau dan aku."

"Kalau begitu ini kutu-" Tidak sanggup meneruskan ucapannya, mendadak jantung Tao berdebar-debar keras. Sepasang mata pandanya membulat, ketakutan menari-menari di sana. "A-andwae..." lirih Tao lemah.

"Akan kutunjukkan bagaimana caranya menghadapi makhluk itu," ujar Kris sambil berdiri.

"T-tidak... Aku tidak mau..." Tao menggeleng-geleng.

"Sampai kapan kau mau menghindar eoh?" Dengan sedikit kasar Kris menarik lengan Tao dan membawanya keluar. Tao berusaha melepaskan tangannya, namun ketika matanya menangkap sosok wanita berjalan ke arahnya, sukses membuatnya seolah membeku.

Tanpa mengatakan apapun, Kris segera menarik tangan Tao untuk menjauh. Ia tidak bisa menghadapi Minoz di sini, salah-salah justru membakar kedai milik orang tua Tao. Sementara Tao tidak bisa melakukan apa-apa. Sesekali ia menoleh ke belakang dan memang wanita itu mengikutinya.

"Baiklah," Kris berhenti di sebuah tanah lapang yang sepi. Ia terengah-engah, begitu pula dengan Tao. Tao menoleh ke belakang, ia mengernyit heran. Tidak ada siapapun di sana. "K-kurasa dia sudah pergi," ujar Tao. Kris ikut menoleh ke belakang.

"GRAAAWWRR!" Mendadak terdengar suara auman yang sangat keras. Kris dan Tao tersentak, bersamaan mereka menoleh ke arah suara auman. Dan betapa terkejutnya mereka ketika melihat monster berwujud serigala raksasa dengan bulu hitam dan mata yang bersinar merah. Ditambah lagi gigi-gigi tajam terlihat tiap kali makhluk itu mengaum.

Makhluk itu meloncat, menerjang ke arah Kris dan Tao. Dengan sigap Kris langsung menghindar namun sedetik kemudian ia menyadari bahwa Tao sama sekali tidak bergerak. Dengan cepat Kris mengarahkan telapak tangannya ke arah monster tersebut, kontan bola api kecil meledak di sana. Membuat monster tersebut terkejut dan terjatuh.

Tapi Minoz itu segera bangkit, ia menoleh kepada Kris, menjadikan Kris sebagai sasarannya. Tahu dirinya akan mendapat serangan, Kris kembali menciptakan bola api yang lebih besar tepat di depan wajah monster tersebut. Minoz itu meraung kesakitan, hidungnya yang sensitif terbakar oleh api. Emosinya meningkat, dengan membabi buta monster itu menyerang Kris.

'Bugh!'

Tubuh Kris terjatuh terkena pukulan dari sang Minoz. Kris membuka matanya, ia melihat Tao meringkuk ketakutan pada pohon. "TAO! GUNAKAN KEMAMPUANMU! HENTIKAN DIA!" teriak Kris. Minoz serigala itu datang lagi, Kris yang kehilangan konsentrasinya sejenak tidak mampu bertindak saat monster itu mengangkat tubuhnya.

'Brugh!'

Kali ini tubuh Kris terlempar dan terhempas ke tanah. Bahunya terasa sakit luar biasa. Entah terkilir entah patah. Kris memukulkan telapak tangannya ke arah tanah dan kemudian muncul api yang menjalar ke arah kaki monster tersebut.

"GRAAAAAAGGHHH!" Minoz itu mengaum kesakitan saat kakinya terbakar. Dengan penuh amukan, ia berlari ke arah Kris. "Tao! Lakukan sesuatu!" teriak Kris.

Tao bukan tidak mau menolong Kris, ia terlalu takut. Bahkan untuk menatap ke arah makhluk tersebut dan menghentikan pergerakannya. Ia memang bisa melakukan apa? Menghentikan makhluk itu pun hanya sekian detik sebelum makhluk itu bergerak lagi.

"Aaargh!" Tubuh Tao tersentak mendengar erangan sakit dari Kris. Reflek ia menoleh dan sepasang matanya terkejut ketika melihat tubuh Kris tersungkur di atas lapangan, tampak lengannya berdarah terkena cakaran dari sang monster. Namun kondisi monster itu juga bukannya baik, ada luka bakar di beberapa bagian tubuhnya.

Minoz serigala itu mengangkat kakinya, berniat menginjak tubuh Kris yang tersungkur di bawahnya. Melihat itu Tao terkejut, reflek ia menggunakan powernya. Menghentikan telapak kaki sang monster yang hanya berjarak tiga senti dari tubuh Kris.

Kris menyadari Minoz itu berhenti, segera ia bergerak dari tubuh beku sang Minoz. Namun hanya beberapa detik sampai Minoz itu kembali bergerak. "Tao! Kembali hentikan dia!" seru Kris. Tao mengangguk gugup, kendati dia takut pada monster tersebut tetapi dia lebih takut jika Kris terluka.

'Tek.'

Monster yang tadinya berniat mencakar Kris kini kembali membeku. Tidak membuang waktu, Kris segera menempelkan satu tangannya ke atas tanah, alhasil semburan besar api keluar dari bawah kaki Minoz. Menghanguskan Minoz itu dalam sekejap.

'Brukk.'

Kris terduduk di atas lapangan. Nafasnya berebutan keluar dari mulutnya. Ini lebih melelahkan daripada Minoz sebelumnya, mungkin karena kali ini ia menghadapinya berdua dengan Tao. Tao berlari ke arah Kris, ia terkejut melihat tubuh Kris penuh dengan luka.

"M-maaf," gumam Tao lirih sambil menundukkan kepalanya. Kris menoleh dan tersenyum tipis. Ia sangat paham jika Tao sangat ketakutan. Kris mengangkat tangannya dan menepuk-nepuk kepala Tao, "Tidak apa, tidak apa," ujarnya lembut.

"Hiks... Hiks..." Tao tidak bisa menahan air matanya yang perlahan bergulir menuruni pipinya. Melihat sejumlah luka di tubuh Kris membuat Tao merasa sangat-sangat bersalah. Pasti rasanya sakit sekali. "M-maafkan aku... Hiks..."

"Aigoo, kenapa kau menangis? Aku masih hidup," Kris sedikit bergurau. Ia menundukkan kepalanya ingin melihat wajah Tao.

"Hiks, maafkan aku!" Tao tiba-tiba saja bergerak memeluk Kris namun langsung dilepasnya begitu mendengar Kris mengerang. "Eh eh?" Tao menunjukkan wajah polosnya.

"Bahuku kurasa terkilir," gumam Kris sambil memegang bahunya yang terasa ngilu.

Tao mengangguk. Ia kemudian mengusap air matanya, "Kajja, biar kuobati."

-EXO-

"Aish, apa yang kalian lakukan sampai dihajar preman eoh?" omel Huang ahjumma sambil mengobati lengan Kris yang terluka. Tao dan Kris tentu tidak bisa mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, mereka mengatakan kalau mereka baru saja dihajar preman.

"Kami tidak tahu umma, tiba-tiba saja dia mengikuti kami," ujar Tao dengan bibir mengerucut lucu. Ia melihat umma-nya melilitkan perban di lengan Kris yang terluka. Tao sendiri saat ini tengah mengompres bahu Kris yang terkilir dengan air dingin.

"Selesai," ujar Huang ahjumma. Tao kemudian meletakkan sebentar kantung berisi air dingin yang ia gunakan untuk mengompres, Tao mengambil kausnya dan membantu Kris memakainya. Tentu saja saat diobat tadi Kris tidak memakai pakaian alias bertelanjang dada.

"Setelah ini jangan melakukan hal-hal berat dulu. Kau perlu istirahat untuk memulihkan bahumu yang terkilir," ujar Huang ahjumma.

"Ne, ne," sahut Kris.

"Nah Tao, sekarang kau ambilkan bantal di lemari."

"Mwo? Untuk apa umma?"

"Untuk apa? Tentu saja untuk Kris. Dia tidak bisa pulang dengan kondisi seperti itu, jadi dia akan menginap di sini."

"A-apa?" seru Tao terkejut.

"Nah Kris, lebih baik kau menghubungi keluargamu. Atau kau ingin ahjumma yang melakukannya?"

"Tidak usah," Kris menggeleng, "Biar aku saja."

Huang ahjumma mengangguk. Ia membereskan peralatan untuk mengobati lengan Tao dan berjalan keluar kamar Tao. "Maaf jadi membuatmu repot," ujar Kris, ia tersenyum simpul pada Tao.

"Bukan masalah," jawab Tao sambil mengibaskan tangannya. Tao kemudian berjalan menuju lemari, ia mengambil sebuah kaus longgar dan kemudian tanpa sungkan Tao berniat melepas pakaiannya.

"Y-yah!" seru Kris tiba-tiba. Tao bingung dan menoleh pada sang flame controller, "Apa?" tanyanya dengan wajah yang amat sangat polos.

"K-kau kalau berniat ganti baju di sini bilang dulu, biar aku keluar," ujar Kris gusar.

Tao mengedip-ngedipkan mata pandanya, "Kenapa? Kukira kita sama-sama laki-laki."

"Memang sama-sama laki-laki, tapi... Aish," Kris menggerutu. Memang mereka sama-sama laki-laki, tapi kalau seperti itu terasa risih juga kan? Tao tadi berniat membuka bajunya, lalu apa dia juga akan membuka celananya di depan Kris? Anak ini benar-benar...

"Baik, baik, aku akan ganti di kamar mandi," ujar Tao akhirnya sambil membawa kausnya dan berjalan keluar kamar.

.

E

X

O

.

Kris tersenyum melihat nasi goreng yang mengepulkan asap tipis. Bau nasi goreng buat Huang ahjumma ini benar-benar menggugah selera. Ya, seperti yang diceritakan sebelumnya, semalam setelah menghubungi Suho Kris menginap di kediaman Huang. Dan dia tidur satu kasur dengan Tao. Meski Kris merasa sedikit tidak nyaman seranjang dengan laki-laki, tapi Tao tampak tidak keberatan. Entahlah. Kris merasa Tao itu sangat polos. Melebihi polosnya anak umur lima tahun.

"Aku harap sesuai dengan seleramu," ujar Huang ahjumma sambil tersenyum ramah. Kedai mie milik Huang ahjumma buka pukul dua belas siang. Di pagi hari beliau membereskan rumah dan menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan, biasanya Huang ahjumma dibantu oleh Tao dan seorang pegawai yang datang pukul sepuluh. Hanya saja kemarin pegawainya sakit sehingga Huang ahjumma bekerja sendiri.

"Selamat pagi," Tao berjalan menuju dapur yang sekaligus ruang makan. Ia menarik kursinya dan duduk di samping Kris. Tao menoleh kepada Kris, ia melihat Kris kesulitan makan dengan tangan kiri. Maklum saja, bahu yang terkilir adalah bahu sebelah kanan dan Kris merasa kesulitan melakukan aktifitasnya setelah bangun tidur tadi.

"Sini biar aku suapi," tawar Tao sambil mengambil piring dan sendok Kris. Huang ahjumma sedikit melongo, oh dia baru ingat kalau bahu kanan Kris terluka.

"Tidak usah," Kris menolak. Merasa sangat merepotkan Tao, padahal Tao juga harusnya sarapan.

Alis Tao menyatu di tengah, dia kesal, "Kau ini benci padaku eoh?" seru Tao tiba-tiba membuat Huang ahjumma menatap bingung dua pemuda tinggi di depannya, "Tadi pagi aku menawari untuk membantumu mandi, kau menolak. Aku mau membantumu memakai baju, kau juga menolak. Dan sekarang aku mau menyuapi, kau juga menolak. Kau ini kenapa sih?" cerocos Tao tanpa henti membuat Kris melongo.

Memang tadi pagi Tao menawarkan beberapa bantuan padanya dan Kris bukannya tidak mau menerima bantuan dari Tao, hanya saja... Hey! Bisakah anda membayangkan seorang Kris Wu dimandikan oleh Huang Zitao? Bagi anda (dan juga saya) mungkin sangat menyukainya, tapi tidak bagi Kris. Oh God, bahkan Kris malu berganti pakaian di depan laki-laki lain, apalagi jika ia telanjang.

Dan bagaimana reaksi Huang ahjumma. Wanita paruh baya itu nyaris pingsan mendengar ucapan polos anaknya. Tidak heran seluruh pelanggan di kedai mie selalu memanggil Tao dengan sebutan Tao-er. Di mana di China, panggilan seperti itu biasa digunakan untuk memanggil anak kecil. Yah seperti definisi '-chan' di Jepang.

.

E

X

O

.

Huang Zitao mendongakkan kepalanya menatap gedung tinggi di depannya. Semalam sebelum mereka tidur, Kris sudah menceritakan tentang ini. Tentang power, tentang bagaimana mereka mendapatkannya dan tentang SM Akademi. Tao sendiri sebenarnya tidak yakin ingin bergabung dengan mereka.

"Kenapa melamun?" Kris yang sudah beberapa langkah di depan Tao berbalik, ia menemukan Tao hanya berdiri diam.

"Oh ne," Tao mengangguk dan mengikuti Kris memasuki gedung tersebut.

"Oh Kris!" Kris mengangkat sebelah alisnya ketika tiba-tiba saja Kai muncul di hadapannya. Tampak asap tipis di sekitar Kai. "Siapa dia?" tanya Kai bingung melihat Tao. Sementara Tao terkejut setengah mati, kemunculan Kai yang tiba-tiba membuatnya sangat terkejut. Tanpa sadar Tao memegang lengan Kris kuat. "Oh, apa aku membuatmu terkejut?" ujar Kai sambil tersenyum simpul.

"Namanya Tao, dia adalah pengguna power."

"Jinjja?" Kai tersenyum lebar. Ia kemudian menghilang lagi dan mendadak muncul di hadapan Tao. "Woaa...!" Tao terkejut, reflek ia bersembunyi di balik punggung Kris. "Aku Kai, teleporter. Apa power-mu?"

"Belum tahu," jawab Kris. Kris dan Tao, serta Kai kemudian berjalan menuju ruangan mereka. Berbeda dengan kedua temannya, Kai menggunakan power-nya. Menghilang kemudian muncul lagi, sekalian ia melatih power-nya. Tao yang mulanya sedikit takut, kini mulai kagum melihat Kai.

Mereka sampai di ruangan, semua member berada di sana dan mereka mengalihkan tatapan mereka pada Kris dan Tao. Tao sedikit risih, semua orang memandangnya membuat ia merasa tidak nyaman. "Oh, dia yang kau bilang kemarin itu?" tanya Suho. Kris mengangguk, ia kemudian berjalan ke arah Lay dan meminta Lay menyembuhkan bahunya.

"Mari kita lihat power-mu!" seru Baekhyun riang, ia memeluk lengan Tao dan menyeret Tao mendekati papan dengan dua belas simbol. "Tempelkan tanganmu di sana dan alirkan power-mu," ujar Baekhyun memberikan instruksi.

Tao menarik sebelah alisnya. Ia mengikuti apa yang Baekhyun instruksikan, Tao menempelkan tangannya di papan tersebut dan mengalirkan power-nya. Hening sesaat, member lain tampak mengantisipasi simbol apa yang akan berpendar.

"Yeeiy!" Baekhyun berseru riang, "Selamat datang Time Controller!"

.

E

X

O

.

Laki-laki berwajah tampan itu berdiri di sebuah ruangan khusus, ia bertelanjang dada dengan aliran listrik mengelilingi tubuhnya. Aliran listrik itu bertambah kuat seiring dengan laki-laki itu yang menambah power dari dalam tubuhnya. Listrik yang cukup kuat untuk membunuh ribuan manusia dalam sekejap. Dan ruangan ini memang di-design khusus untuk menahan power-nya.

"Changmin-ah." Terdengar suara seorang wanita dari loudspeaker yang menempel di sudut atap ruangan. Loudspeaker itu di-design sedemekian rupa sehingga tidak terpengaruh oleh listrik yang dihasilkan oleh Shim Changmin, sang Lightning Controller.

"Boa noona?" Changmin menggumam pelan. Ia mematikan power-nya dan mengambil sebuah headphone mini, kemudian menempelkan headphone itu di telinganya. Seorang senior biasanya tidak mengganggu senior lain yang tengah latihan, kecuali ada sesuatu yang benar-benar penting.

"Ya noona?" Changmin berkomunikasi melalui headphone mini-nya.

"Frozt sudah ditemukan."

"Mwo?"

-EXO/TBC-

Curcol pojokan author

Maaf buat lama apdet~ Soalnya kemarin laptop Cezzie rusak jadi mesti diperbaiki dulu~

Eh? Eh? Entah kenapa Cezzie merasa enggak puas dengan chapter ini~ Rasanya ada yang kurang, tapi udah bolak balik Cezzie edit tetap aja~ Cezzie memutuskan untuk menggunakan pair TaoRis ^^ Tapi KrAy tetap ada kok :D Cuman ending-nya Kris sama Tao :3

Makasih banget buat review sebelumnya :D Chapter ini di-review juga yaa ^^

#bbuing-bbuing#