E-X-O
Cezzie Xonesotic
Cast : EXO members, TVXQ members and many more
Pair : I have not thinking about it
Genre : Yaoi, romance and friendship
Disclaimer : Tokoh di dalam fiksi bukan milik author, author hanya memiliki hak penuh pada plot cerita
E.X.O
Anak kecil berusia tujuh tahun itu berlari kecil menaiki sebuah bukit. Rambutnya yang berwarna pirang keemasan berloncatan kecil seiring dengan langkah mungilnya. Anak lelaki berkulit putih itu berhenti ketika matanya menemukan bunga yang tumbuh di semak-semak. Ia mencabut beberapa tangkai bunga dan merangkainya dengan sebuah tali, kemudian ia melanjutkan perjalanannya.
Langkahnya terhenti di hadapan sebuah gundukan tanah dengan kayu pendek menancap di salah satu ujung gundukan tersebut. Gundukan tanah yang merupakan sebuah makam tersebut terletak di bawah pohon rindang, menjadikan suasana di sana begitu sejuk. "Mommy..." Anak laki-laki itu tersenyum miris. Ia melangkah mendekati makam yang merupakan makam ibunya, diletakkannya bunga yang telah ia rangkai.
"Aku merindukanmu," ujarnya pelan. Anak itu berjongkok di samping makam ibunya, tangannya yang mungil mengambil beberapa helai daun di atas makam ibunya dan membuangnya. "Mommy, bagaimana di surga?" Ia bergumam seolah berbicara dengan ibunya, "Pasti menyenangkan yaa? Tidak seperti di sini..." Bola matanya bergulir menatap garis kebiruan di kakinya. Ibu tirinya memukul di sana dengan gagang sapu. "Apa salahku, Mom? Kenapa ibu tiriku dan orang-orang lainnya membenciku?"
Anak laki-laki itu mengubah posisinya dari jongkok menjadi duduk, kedua kakinya ia tarik dan ia peluk erat. Matanya terus menatap makam ibunya, seolah ia tengah melihat wajah ibunya. Wajah yang tidak pernah ia lihat, kecuali dari foto. Menit berikutnya ia menghela napas. Anak itu masih ingin berlama-lama di dekat –makam- ibunya, namun jika ia melakukannya maka ibu tirinya akan memukulnya lagi. "Aku harus pulang, Mom." Ia berdiri dan membersihkan celana bagian belakang yang terkena tanah. Dan dengan langkah tidak rela, anak kecil itu berlari pergi.
"DARI MANA SAJA KAU!" Bentakan kembali anak itu terima begitu ia sampai di rumahnya. Anak itu menatap takut-takut pada ibu tirinya yang gemuk itu. Tampak sebuah gagang sapu di genggaman ibu tirinya. Gagang sapu itu telah mengenal begitu banyak bagian tubuh anak itu. "JAWAB AKU, KRIS!"
Ya, anak itu bernama Kris. Lengkapnya Kris Wu atau Wu Yifan. Jika kalian melihat rambut pirangnya, kalian pasti mengira bahwa ia keturunan Eropa. Namun hal itu sangat tidak tepat, Kris adalah orang China. Ayah dan ibunya orang China. Lantas kenapa rambutnya pirang? Itu adalah suatu bagian yang spesial dari Kris. "A-aku habis mengunjungi makam mommy," jawab Kris terbata.
"Hah?! Untuk apa kau mengunjungi wanita jalang yang sudah mati itu?"
"MOMMY-KU BUKAN WANITA JALANG!" Kris berteriak. Kesal karena wanita gemuk itu seenaknya menghina mommy-nya. Dan sebagai akibat dari teriakan itu, ibu tiri Kris memukul wajahnya dengan gagang sapu.
'Brukk!'
Sontak tubuh kecil itu terhempas ke lantai. Pipinya terasa sakit dan berdenyut. Kris bisa merasakan sensasi asin-besi di mulutnya. Ia meludah ke lantai dan terlihat darah di sana. "Yah! Kau menjijikkan!" Wanita gemuk itu berseru kesal melihat Kris meludah pada lantai, segera ia angkat gagang sapunya dan menghempaskannya pada pinggang Kris. Kris mengerang kesakitan namun wanita itu memukulnya lagi dan lagi.
"Mommy, kau buang-buang waktu dengan memukuli anak setan itu." Eric, laki-laki berambut cokelat itu merupakan kakak tiri Kris. Dan sama seperti ibunya, ia juga membenci Kris. Namun tidak hanya mereka, Brenda, adik Eric, juga sama benci padanya. Ah... Kris melupakan sesuatu. Satu desa ini membencinya. Mereka membencinya karena Kris berbeda dari manusia normal.
"Yeah mommy, kenapa tidak kau bunuh saja anak itu lalu berikan dagingnya pada anjing kita," timpal Brenda, "Dasar anak setan!"
Kris hanya diam. Dan terpuruk. Di tempatnya berbaring ia tidak bisa melakukan apapun selain menerima kekerasan fisik dan mental dari orang-orang yang berstatus sebagai keluarganya. Anak Setan. Ya, itu julukannya dan julukan itu bukan tanpa alasan. Percaya atau tidak, Kris mampu mengeluarkan api dari tangan atau jari-jarinya. Api yang ia keluarkan terkadang kecil namun terkadang juga besar. Dan Kris tidak mampu mengendalikan apinya tersebut sehingga tidak jarang anak-anak yang bermain dengannya terkena luka bakar. Itulah mengapa Kris dibenci oleh penduduk lain. Dan itu mungkin menjadi penyebab mengapa rambut Kris berwarna keemasan.
"Aku yakin ibunya yang pelacur itu bercinta dengan setan," ejek Brenda dan kemudian ia tertawa keras.
Tubuh Kris menegang. Tidak. Tidak. Jangan hina ibunya. Siapapun boleh memukul atau menghina Kris, tapi jangan hina ibunya.
"Ou... Wanita yang sangat menjijikkan." Ibu tiri Kris menimpali dan kemudian ia tertawa bersama kedua anaknya.
"Ibunya pelacur dan anaknya setan. Kombinasi yang sangat menarik." Eric tertawa keras. Sangat keras hingga membuatnya rahangnya hampir putus.
Sekujur tubuh Kris terasa memanas. Sangat panas seolah ia dibakar. Tunggu... Dibakar? Kris membulatkan matanya saat ia mendapati asap tipis menguar dari sela-sela jarinya. 'J-jangan lagi...' batin Kris. Kris berusaha bangun, ia harus pergi atau sesuatu akan terbakar. Kris tidak mau melukai orang lagi.
"Kau mau kemana!" seru Eric ketika melihat Kris mencoba pergi. Ia menarik bahu Kris dan selanjutnya ia berteriak keras. Kris menoleh dan betapa ia terkejut melihat tangan Eric terbakar.
"Apa yang kau lakukan, Setan!" pekik ibu tiri Kris. Wanita itu tampak panik, sementara Brenda berlari ke kamar mandi dan kembali dengan semangkuk air. Gadis itu menyiramkan air ke tangan saudaranya, namun api itu tidak padam.
"Hentikan apinya! Hentikan apinya!" Brenda memekik bersama ibunya, sementara Eric berteriak seperti orang tidak waras. Tangannya terbakar dan api di tangannya perlahan membesar. Kris menatapnya dengan raut terkejut sekaligus takut. Belum habis rasa terkejutnya, kembali Kris dikejutkan saat ia melihat api menjalar dari tempatnya duduk ke arah keluarga tirinya.
"Kyaaa...!" Brenda menjerit. Api itu membakar kakinya dan terus menjalar ke atas. Tidak sampai di situ, mendadak kaki ibu tiri Kris pun ikut terbakar. Orang-orang itu berteriak bagai kesurupan. Kris mulai menangis. Sungguh, demi apapun ia tidak ingin melukai orang lain. Tapi apa yang bisa Kris lakukan? Ia tidak tahu bagaimana api itu bisa muncul, apalagi memadamkan api tersebut.
"Tidak... Tidak..." bisik Kris lirih, "TIDAK! KUMOHON HENTIKAN!" Kris berteriak. Namun apinya sama sekali tidak padam, justru membesar dan mulai menjalar ke benda di sekelilingnya. Kris hanya mampu terduduk, terdiam dan menangis. Keluarga tirinya kini terbakar tepat di hadapannya, demikian pula dengan perabotan sekitar. Rumah itu kini terbakar. Namun anehnya meskipun merasa panas dari api tersebut, Kris sama sekali tidak terganggu.
"Hiks... Hiks..." Kris menangis. Menatap tiga manusia yang telah hangus di hadapannya, sementara api kian membesar. Dan Kris tidak mampu lagi bertahan. Rasa bersalah sekaligus takut menyelimutinya. Perlahan ia kehilangan kesadaran dan tubuhnya terkulai lemas. Tampak kobaran api melingkupi sekeliling tubuh Kris, seolah-olah melindungi tubuhnya dari api.
.
E
X
O
.
Matahari pagi yang hangat menyambut laki-laki itu ketika ia membuka matanya. Laki-laki itu mendudukkan tubuhnya di atas kasur dan mengacak-acak rambut pirangnya. Ya, dia adalah Kris. Kris kecil yang kini telah tumbuh menjadi laki-laki dewasa yang sangat tampan. Dengan rahang yang tegas, hidung mancung, bibir kecil serta sepasang mata yang tajam, menjadikan Kris tampak bagai figur sempurna seorang laki-laki. Ditambah dengan tubuhnya yang tinggi, nyaris mencapai 190 cm.
Pria berusia dua puluh tahun itu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dan setelah selesai mandi, ia keluar dan mendapati sarapannya di dekat pintu. Kris berjalan dan mengambil makanannya, kemudian ia memakan sarapan dengan tenang. Tidak lupa sambil menonton acara televisi. Ia tersenyum miris saat menonton acara talkshow.
Bagaimana rasanya berbicara dengan orang lain...? Laki-laki itu membatin lirih.
Sejak dua belas tahun lalu, Kris sama sekali tidak pernah berbicara dengan orang lain. Tragedi di masa lalu, membuat dunia memandang Kris bagaikan monster yang tidak boleh didekati. Kris mengira dulu ia hanya membakar keluarga dan rumahnya saja namun ternyata tidak. Kris membakar seluruh desa dan tidak satu makhluk pun selamat, kecuali Kris tentunya.
Dan sejak saat itu dunia Kris diperkecil. Ia tinggal di sebuah ruangan berukuran sedang dan sebuah halaman kecil. Jangan kalian kira Kris tinggal di pemukiman umum, karena nyatanya ruangan yang dimaksud merupakan ruangan di sebuah instansi pemerintahan.
Kris memang sering dipindahkan dari satu negara ke negara lain, tapi tetap dunianya berupa sebuah ruangan berukuran sedang. Kasus yang Kris alami mendapat perhatian dari seluruh dunia. Beberapa negara mencoba untuk menghilangkan kekuatan aneh pada diri Kris namun mereka tidak menghasilkan apapun kecuali gedung mereka yang terbakar habis.
Usaha tidak sampai disitu, setelah percobaan untuk menghilangkan kekuatan Kris semuanya gagal dan mereka kemudian mencoba untuk membunuh Kris. Toh Kris hanya seorang diri, tidak ada satu keluarga pun yang mengakui Kris sebagai kerabat mereka. Namun percobaan pembunuhan itu tetap gagal. Api yang berada di dalam tubuh Kris, seolah melindungi Kris dari segala bahaya.
Dan di sinilah Kris sekarang, di ruangan sedang dengan fasilitas lengkap dan halaman kecil. Orang-orang pemerintahan meninggalkan Kris di sana dan mereka memberinya makan seperti biasa. Percuma jika mereka menaruh racun di makanan Kris dan percuma juga jika mereka tidak memberi makan Kris agar laki-laki itu mati kelaparan. Karena ketika tubuh Kris melemah, apinya mulai bertindak. Jadi orang-orang itu hanya bisa memperlakukan Kris seperti biasa. Entah sampai kapan. Barangkali sampai Kris menjadi tua dan kemudian mati. Well, tidak ada yang abadi di dunia ini.
Kris sendiri jika disuruh memilih, ia lebih ingin mati daripada menjadi beban seperti ini. Kris sudah tidak memiliki harapan. Ia tidak mau lagi berharap seseorang akan datang dan menyembuhkannya. Kris tahu ia akan di sini selamanya, sampai ia tua lalu mati dan membusuk.
Tapi yah... Tidak ada yang abadi, benar...?
.
E
X
O
.
Malam ini berbeda dari malam biasa. Kris yang tengah duduk di halaman kecilnya bisa merasakan hal itu. Ada sesuatu yang datang dan sesuatu itu sangat panas. Kris teringat akan film bertema meteor yang pernah ia tonton, apakah akan ada meteor? Tapi rasanya bukan itu. Panas yang ia rasakan ini, panas yang entah bagaimana mampu membuatnya nyaman. Namun tidak dapat dipungkiri jika Kris merasa sedikit cemas.
Kris menundukkan kepala dan menatap tangannya yang perlahan mulai mengeluarkan asap. Ini biasa terjadi, api yang ada dalam tubuh Kris sering bertindak semaunya saat Kris merasa cemas atau terancam.
"Jangan lagi..." bisik Kris lirih sambil mengepalkan kedua tangannya.
'Ziiiing...'
Kris menoleh saat mendengar pintu kamarnya yang terbuat dari besi terbuka. Laki-laki itu mengernyit heran melihat dua orang berada di sana. Kris tidak ingat ada barang elektroniknya yang rusak sehingga seorang teknisi harus datang. Salah satu dari orang itu mengenakan pakaian putih seperti pakaian astronot. Kris tahu pakaian itu tahan api dan berfungsi untuk melindungi si pemakai dari api milik Kris yang bisa berkobar kapan saja.
Kris tidak heran, orang-orang selalu memakai itu jika mereka harus berdekatan dengan Kris. Dan Kris sama sekali tidak merasa tersinggung. Justru ia bersyukur karena jika nanti apinya mendadak menyala, orang itu akan baik-baik saja.
Namun penampilan seorang lagi membuat Kris mengernyitkan dahinya. Laki-laki itu bertubuh tinggi dan Kris akui kalau wajahnya cukup tampan. Tidak seperti orang satunya yang mengenakan pakaian astronot, laki-laki itu tampak tenang dengan balutan busana normal. Celana jins berwarna hitam, kau berwarna biru gelap dan jaket kulit berwarna cokelat.
"Jadi... Kau yang bernama Wu Yifan?" Laki-laki itu bersuara dan ia tampak tenang. Berbeda dengan Kris yang tampak khawatir. Dirinya merasa kalau laki-laki itu berbeda dari manusia kebanyakan, hawa yang berada pada laki-laki itu membuat Kris penasaran sekaligus cemas. Kris mengepalkan kedua tangannya. Ia bisa merasakan api mulai melingkupi pergelangan tangannya.
"T-tuan, kusarankan anda mengenakan pakaian anti api," ujar Kris terbata. Lelaki itu hanya tersenyum tipis dan kemudian dengan tenang ia melangkah ke arah Kris.
"Hentikan Tuan! Dia bisa membakar anda!"Pria dengan pakaian seperti astronot itu berteriak. Kris perlahan berjalan mundur ke belakang. Ia tidak bisa berbuat apapun selain menghindar karena kini api dalam tubuh Kris sudah melingkupi sekujur tubuhnya.
Melihat Kris dengan kobaran api di sekujur tubuhnya sama sekali tidak membuat laki-laki itu merasa takut. Justru ia tersenyum dan tetap dengan santai berjalan mendekati Kris. "Kau anak yang bersemangat sekali," laki-laki itu berhenti sekitar satu meter di depan Kris, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, "Apa kau tidak bisa menahan apimu itu? Kau bisa membakar ruangan ini."
"K-karena itu menyingkir!" seru Kris. Laki-laki itu terdiam sejenak, namun kemudian ia mengulurkan tangannya. Kris tercekat, apinya membesar dengan sangat hebat. Tetapi tetap saja laki-laki berwajah kecil itu sama sekali tidak terlihat takut.
'Plok.'
Laki-laki itu menyentuh bahu Kris dengan ringan dan ia sama sekali tidak terbakar. "Kau dan apimu," ia menatap Kris dalam, "Kalian seperti individu yang terpisah. Apimu menginginkanmu maka ia melindungimu, sedangkan kau menolak apimu dan karena itu kau membiarkan ia bertindak sesukanya." Sepasang mata Kris menatap nanar laki-laki di hadapannya, sama sekal ia tidak mengerti ucapan laki-laki ini.
"Aku bisa membantumu," laki-laki itu berucap, "Aku bisa membuat kalian berteman."
"B-bagaimana?"
Laki-laki itu tersenyum miring. Ia menjentikkan jarinya dan dalam sekejap api di dalam tubuh Kris padam. Kris terkejut luar biasa. Ia menatap kedua tangannya dan mendapati mereka tidak berada dalam lingkupan api. Apinya sudah padam? Tidak, Kris masih bisa merasakan panas di dalam tubuhnya. Apinya tidak padam, apinya ditahan oleh sesuatu. Sesuatu yang lebih kuat dari api milik Kris. Sesuatu itu... Apa...?
Laki-laki itu menggenggam telapak tangan Kris dengan erat. Sepasang matanya yang kecil menatap langsung ke mata Kris. "Namaku Jung Yunho, ikutlah denganku, Kris."
.
E
X
O
.
Mobil-mobil dengan warna-warna yang berbeda serta jenis yang berbeda tampak melintasi jalan raya kota Seoul yang padat. Toko-toko di pinggir jalan mempercantik pemandangan malam dengan lampu-lampu kecil mereka. Orang-orang, perempuan dan laki-laki, berlalu lalang dengan mantel tebal mereka. Sesekali mereka tertawa pada temannya atau masuk ke sebuah toko. Kris menatap itu semua dengan mata berbinar.
Ia kini berada di dalam mobil bersama seorang laki-laki bernama Jung Yunho. Setengah jam yang lalu Kris baru saja keluar dari dunia kecilnya. Yunho telah mengambil hak asuh atas Kris dan jelas tidak seorang pun keberatan. Jelas kepergian Kris telah membuat instansi itu merasa lebih aman dari ancaman kebakaran.
Kris tampak begitu bahagia menghadapi dunianya sekarang. Dunia yang pasti lebih berwarna ketimbang ruangan kecilnya. Namun ada satu yang membuat Kris heran, yakni kendati tubuhnya terasa sangat panas sekarang, Kris sama sekali tidak melihat api atau bahkan asap dari jari-jarinya. Sesuatu yang tidak Kris ketahui itu masih menahan api tetap di dalam tubuhnya.
Perjalanan berlanjut dan kini mereka memasuki lapangan rumput yang luas namun sepi. Berbanding terbalik dari keramaian dan cahaya yang tadi Kris lihat, tempat ini sangat sunyi dan gelap. "Kenapa kau membawaku kemari?" tanya Kris bingung. Laki-laki itu tidak langsung menjawab, ia keluar dari mobilnya dan memerintahkan Kris untuk keluar juga.
"Baiklah, kalau begitu keluarkan," ujar Yunho sambil bersandar pada sebuah pohon.
"Keluarkan?" Kris mengernyit heran, "Apanya?"
"Apimu, tentu saja. Bukankah sangat menyakitkan ditahan seperti itu?" Dengan santai Yunho mengeluarkan rokok dari jaketnya, ia kemudian menjentikkan jari dan ujung rokok itu sudah terbakar. Kris yang melihat itu terkejut, "K-kau... Yang baru saja kau lakukan itu..."
"Kau terkejut?" Yunho menghirup rokoknya kemudian mengeluarkan asap tipis dari bibirnya, "Aku juga sama sepertimu, Kris."
"Sama sepertiku? Apa maksudmu?"
"Seperti ini." Yunho mengepalkan tangannya dan Kris terkejut ketika melihat api mulai melingkupi tangannya. "Aku bisa mengeluarkan api, sama sepertimu," ujar Yunho, "Dan yah... Tidak sama seratus persen juga, aku bisa mengendalikan apiku sedangkan kau tidak." Dalam sekejap api yang berada di tangan Yunho mendadak padam. Kris yang melihat hal itu hanya bisa tercengang.
"Baik, sekarang keluarkan api yang dari tadi kau tahan."
Kris menatap kedua tangannya. Panas itu memang masih ia rasakan. "Tidak bisa," gumam Kris pelan.
"Apa?"
"A-aku tidak bisa. Tadi kau yang mematikan api itu, jadi..."
Yunho menjentikkan jarinya dan mendadak tubuh Kris terlingkupi oleh api. "Jadi kau ingin aku juga yang menghidupkan apimu kembali?" ujar Yunho. Kris yang terkejut hanya mengangguk dengan tergagap.
"Oke, sekarang matikan apimu itu," ujar Yunho sambil menghirup rokoknya.
"Aku tidak bisa," sahut Kris, "Mematikan dan menghidupkan api itu aku tidak bisa. Ini terjadi sendiri."
Yunho menghela napas panjang mendengarnya. Ia melempar sebatang rokoknya ke udara kemudian laki-laki itu menjentikkan jarinya dan dalam sekejap rokok yang terlempar di udara itu terbakar hingga habis. "Bukan terjadi sendiri, kau hanya menolak keberadaan apimu."
"A-apa?"
"Sekarang pejamkan matamu. Berkonsentrasi dan coba matikan apinya."
Kris menatap bingung pada Yunho, namun ia tidak bersuara dan memilih untuk mengikuti apa yang Yunho katakan. Maka ia memejamkan matanya dan berkonsentrasi. Kris tidak merasakan perubahan apapun. Ia kemudian membuka matanya lagi, "Aku tidak bisa," ujarnya.
"Bukan tidak bisa, tetapi kau tidak mau."
"Aku tidak mengerti."
Yunho menghela napasnya. Anak ini membuatnya merasa lebih tua. Tapi sebagai orang yang sudah berada lama di bidang seperti ini, Yunho bisa berusaha untuk lebih maklum. "Baiklah, pakai ini," Yunho tampak melemparkan sesuatu yang keperakkan. Kris memberi tangkapan yang sangat baik namun kemudian ia mengernyit melihat benda yang berada di telapak tangannya sekarang.
Benda itu menyerupai gelang, uhm, mungkin itu memang gelang. Berwarna perak dan yang membuat Kris merasa gelang itu menarik adalah sebuah ikon simbol naga di gelang tersebut.
"Pakai itu," ujar Yunho setelah merasa kalau Kris sudah cukup untuk memperhatikan gelang tersebut. Kris menatap Yunho sejenak kemudian menatap gelang dan ia memakainya. Kris terpukau, karena begitu gelang itu terletak dengan manis di pergelangan tangan kirinya, secara perlahan api di sekujur tubuh Kris mulai memadam.
"Gelang itu berguna untuk menekan power si pemakai," Yunho menjawab pertanyaan yang baru saja muncul di pikiran Kris. "Oh ini bagus," Kris tersenyum, "Kenapa tidak ada seorang pun yang memasangkan ini padaku sebelumnya?"
"Well, gelang itu bukan gelang sembarangan," sahut Yunho, "Hanya tercipta satu untuk masing-masing pengguna dan itu bukan barang yang diserahkan secara sembarangan. Gelang itu membantu untuk mengendalikan apimu, tapi bukan untuk jangka panjang."
Kris yang masih mengagumi gelang peraknya mengangkat kepalanya dan menatap Yunho, "Maksudmu?"
"Gelang itu hanya mampu menahan power-mu selama sebulan, setelah itu ia akan terbakar dengan sendirinya."
"Kalau begitu sama saja benda ini tidak berguna, setelah sebulan pun akan sama saja kan?"
Yunho tersenyum tipis sambil menggoyangkan jari telunjuknya, "Karena itulah aku datang padamu, Kris."
"Eh?"
"Aku- Ah maksudku akademi akan melatihmu. Menjadikan kelebihan yang kau miliki sebagai sesuatu yang bermanfaat."
Alis Kris terangkat sebelah, "Akademi? Akademi apa?"
.
E
X
O
.
Ketika pertama kali berdiri di depan gedung tinggi itu, Kris merasa sedikit kecewa. Gedung ini tidak ubahnya dengan tempat ia menetap dulu. Kris sedikit takut kalau ia akan kembali pada kehidupan lamanya. Namun hal itu langsung sirna begitu Kris masuk ke dalam, tepatnya begitu ia tiba di lantai dua.
Kris tidak bisa menutup mulutnya saking ia terpukau ketika melihat seorang wanita melesat begitu cepat di koridor. "Kau akan segera terbiasa," ujar Yunho tenang melihat keterkejutan Kris. "Baiklah hentikan itu."
"Eh?" Kris menoleh bingung, Yunho berbicara pada siapa? Namun belum habis rasa bingungnya, Kris dikejutkan dengan suara tawa seorang gadis. "Ketahuan yaa?" Dan tiba-tiba seorang gadis berambut pirang panjang sudah berdiri tepat di belakang Kris. "Whoaa!" Kris terkejut, ia sampai terhuyung ke belakang.
"Ops, maaf," gadis itu menatap kepada Kris, lalu menoleh ke arah Yunho, "Orang baru?"
"Ya," jawab Yunho singkat.
"Power-nya?"
"Flame."
"Sama sepertimu dan Chanyeol oppa?"
"Ne, begitulah."
Kris mengernyitkan alisnya mendengar percakapan Yunho dengan gadis aneh ini. Ya, Kris menyebutnya aneh karena gadis itu beberapa kali menghilang dan kemudian muncul. Tetapi seharusnya Kris tidak bisa mengatakan gadis itu aneh, toh ia sendiri juga bisa mengeluarkan api dari tangannya.
"Jadi Jessica," Yunho menoleh pada gadis yang ternyata bernama Jessica, "Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah ini masih jam pelajaran? Kau membolos?"
Jessica sedikit terkejut, ia menutup mulutnya dengan tangan dan kemudian menghilang secara perlahan. "Dasar," celetuk Yunho.
"Dia menghilang?" Kris melihat ke sekitarnya.
"Tidak, dia masih berada di sini, tepat di samping kirimu." Kris mengernyit bingung dan begitu ia menoleh ia memang mendapati Jessica yang tiba-tiba di samping kirinya.
"Sebaiknya kau cepat pergi sebelum Taeyeon menemukanmu," ujar Yunho. Jessica mengembungkan pipinya dan kemudian ia menghilang lagi.
"Sekarang dia kemana...?"
"Dia baru saja berbelok di persimpangan koridor di belakangmu."
"Ohh..." Kris menganggukkan kepalanya, "Kau... Bagaimana kau bisa tahu keberadaannya? Bukankah dia tidak terlihat?" tanya Kris bingung. Ia mulai merasa kalau Yunho ini semacam cenayang.
"Dia hanya menghilangkan fisiknya, tapi tidak dengan hawa panas tubuhnya," ujar Yunho sambil tersenyum tipis.
"Eh? Apa maksudmu?"
"Power-ku adalah api dan itu membuatku sensitif pada hawa panas di sekitarku. Aku bisa merasakan hawa panas seseorang hingga radius 10 meter, tapi ada juga Invisible yang level tinggi, yang tidak hanya menghilangkan fisiknya tetapi juga hawa panasnya."
Kris mengangguk-angguk mendengar penjelasan Yunho. "Tunggu," jeda Kris, "Bukankah power-ku juga api? Kenapa aku tidak bisa merasakan hawa panasnya?"
"Tentu saja karena lever power-mu masih rendah."
"Dan di tempat ini power-ku akan dilatih, begitu?"
"Kau cepat juga menangkap," gumam Yunho kecil.
Diam-diam Kris menyimpan harapan pada tempat ini. Ia memang tidak mengerti sepenuhnya tempat macam ini, hanya Kris bisa menyimpulkan kalau di tempat ini ia akan menemui banyak orang dengan kelebihan tersendiri. Seperti Yunho dan Jessica contohnya. Dan melihat dari besar gedung ini, pasti ada lebih banyak orang lain dengan kelebihan yang unik.
Baiklah, ini menarik juga...
.
E
X
O
.
Mereka berdua –Kris dan Yunho- kemudian berhenti di depan sebuah pintu. "Kau akan memulai pelajaranmu di sini," ujar Yunho. Ia kemudian membuka pintu itu namun belum terbuka sepenuhnya tiba-tiba saja dari dalam ruangan menyembur air yang lumayan banyak. Begitu banyak hingga membuat Kris dan Yunho basah kuyup seketika. "Apa-apaan..." gerutu Yunho sambil mengusap wajahnya yang basah, demikian pula dengan Kris.
"M-maafkan aku...!" Seorang laki-laki, yang tampaknya seusia dengan Kris, berjalan mendekati pintu, "Aku tidak tahu ada orang di depan pintu."
"Tahu atau tidak tahu, tetap saja kau tidak bisa menggunakan power-mu berlebihan seperti itu, Suho." Yunho menghela napasnya. Tubuhnya sudah kering seperti semula, jelas karena ia menggunakan panas api dari dalam tubuhnya.
"Baiklah, ini Kris, teman baru kalian," gumam Yunho sambil melirik kepada Kris. Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya melihat Kris yang basah kuyup. Yunho kemudian memusatkan panas di tangannya kemudian menepuk bahu Kris dan dalam sekejap Kris yang tadi basah kuyup kini kembali kering seolah sama sekali tidak tersiram air.
Kris dan laki-laki bernama Suho itu sama-sama terpukau melihat aksi barusan.
"Aku akan meninggalkan kalian sekarang, kau segeralah mengakrabkan diri dengan teman-teman barumu," ujar Yunho singkat kemudian berjalan meninggalkan Kris dan Suho.
"Ah, jadi kau Kris?" Suho menoleh kepada Kris dan tersenyum dengan angelic smile-nya.
"U-umm, salam kenal- err..."
"Namaku Kim Joonmyeon, tapi kau bisa memanggilku Suho," ujar Suho, "Kajja, aku ajak kau berkenalan dengan yang lain."
Suho membawa masuk Kris ke ruangan tersebut. Kris sedikit terkejut melihat beberapa laki-laki lain berada di dalam ruangan tersebut dan mereka semua melakukan hal yang menurut Kris sedikit aneh. Ah, mereka semua ini juga sama seperti Kris. Namun yang paling menarik perhatian Kris adalah seorang laki-laki jangkung yang tengah asyik memunculkan dan mematikan bola api dari tangannya.
"Baiklah, perhatian sebentar semuanya," Suho menepuk tangannya, membuat perhatian mereka teralih kepada Kris dan Suho.
'Pluk. Pluk.'
Bola-bola plastik terjatuh mengenai kepala seorang laki-laki berambut pirang. Laki-laki itu menggeram kesal dan menoleh kepada Suho, "Yah Joonmyeon, kau mengacaukan konsentrasiku." Laki-laki pirang itu berseru kesal. Ia kemudian menggerakkan tangannya dan dua buah bola tadi perlahan terangkat dan melayang rendah.
"Ups, maaf Luhan hyung."
"Hyung dia siapa?" Seorang laki-laki dengan mata sayu yang menggemaskan menatap ke arah Suho.
"Oh ya, semuanya ini adalah teman baru kita, namanya Kris," ujar Suho mengenalkan Kris yang berdiri di sampingnya. Mereka semua yang berjumlah tujuh orang menatap kepada Suho dan Kris.
"Apa power-nya?" Tiba-tiba seorang laki-laki berkulit gelap muncul tepat di samping Kris. Kris terkejut, seingatnya laki-laki ini tadi berdiri sejauh tiga meter darinya.
"Jangan mengagetinya seperti itu, Kai. Ah, aku juga belum tahu apa power-mu," Suho menoleh kepada Kris.
"Power-ku..."
"Tunggu!" Belum selesai Kris berkata tiba-tiba saja laki-laki bermata bulat menyela ucapan Kris, "Lebih seru kalau kita lihat langsung power-nya."
"Ide yang bagus, Dio," gumam Suho, "Nah Luhan hyung, bisa kau dekatkan papan itu kemari?" Suho menunjuk kepada sebuah papan yang menempel di dinding dan terletak cukup jauh darinya. Kris mengernyit heran melihat papan tersebut, terdapat dua belas simbol yang bersusun seperti angka-angka pada jam dinding. Beberapa simbol tersebut memancarkan cahaya, sedangkan beberapa lagi tampak mati.
"Terlalu jauh, aku tidak yakin bisa menjangkaunya atau tidak," gumam Luhan, ia menggerakkan tangannya dan bola-bola yang tadi melayang kini terjatuh ke lantai. Luhan kemudian membuka telapak tangannya ke arah papan tersebut dan perlahan papan itu bergeser. Namun hanya sebentar sebelum papan itu tidak bergerak lagi. "Ah, kemampuanku masih payah sekali," gerutu Luhan.
"Sudah lumayan hyung," timpal laki-laki bermata sayu, "Jarakmu dan papan itu sekitar tujuh meter, kau bisa menggerakkan benda sejauh itu."
"Gomawo Baekkie-ah," sahut Luhan. Suho kemudian menarik Kris mendekati papan itu dan itu membuat Luhan memelototkan sepasang mata bulatnya yang menggemaskan. Ia tadinya berniat menggerakkan papan tersebut ke arah Suho dan Kris dengan menggunakan power-nya, sekalian Luhan melatih power-nya. Namun kini ia tidak harus melakukan itu lagi.
"Baik, Kris, sekarang letakkan tanganmu di tengah-tengah dan alirkan power-mu," perintah Suho. Kris, kendati tidak mengerti apa-apa, ia meletakkan tangannya di tengah-tengah dua belas simbol yang membentuk lingkaran itu. Dan Kris berusaha mengalirkan power-nya, entah bagaimana namun ia merasakan sensasi panas bersumber dari dalam perutnya dan secara perlahan mengalir ke dada kemudian ke tangannya. Begitu perlahan. Kris yakin ini adalah berkat gelang yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Sudah," gumam Kris saat ia merasa sudah mengalirkan power-nya. Kris menatap ke arah papan tersebut, rasanya sama sekali tidak terjadi. "Ah," ujar Suho tiba-tiba, "Power-mu flame, sama seperti Chanyeol," Suho menunjuk sebuah simbol yang bersinar. Kris mengalihkan bola matanya ke sana, ia sama sekali tidak sadar simbol naga itu kini berpendar. Simbol naga ini persis dengan yang terukir di gelangnya.
"Jinjja?" Tiba-tiba seorang laki-laki dengan suara besar mengalungkan tangannya di leher Kris, membuat Kris nyaris terlonjak karena kagetnya. "Yo, brother," laki-laki bernama Chanyeol itu menepuk-nepuk bahu Kris. Kris merasa bingung, namun kemudian ia tersenyum tipis.
"Namanya Chanyeol, Park Chanyeol," ujar Suho memperkenalkan Chanyeol yang kini berjalan mendekati seorang laki-laki dengan mata yang menggemaskan, "Sama sepertimu, power-nya adalah flame. Dan ini adalah simbolnya," ujar Suho sambil menunjuk simbol burung phoenix.
Kris menatap simbol Chanyeol sejenak, kemudian menoleh kepada Chanyeol, "Yang di sampingnya Chanyeol itu siapa?"
"Oh itu Baekkie ah- maksudku Byun Baekhyun, power-nya Light dan ini adalah simbolnya." Kali ini Suho menunjukkan sebuah simbol berbentuk cahaya.
Kris mengangguk paham. "Jadi simbol-simbol ini melambangkan power kita semua?"
"Ya," Suho mengangguk, "Dan ini simbolku, aku water controller."
Kris menganggukkan kepalanya.
"Lalu ini simbol Luhan hyung, power-nya adalah telekinesis, ia mampu memindah benda-benda dengan pikirannya."
"Laki-laki yang berambut pirang itu?"
"Yup. Dan ini," Suho menunjukkan simbol lainnya, "Ini adalah teleportasi, power milik Kai," Suho kemudian menunjukkan sosok Kai yang tengah berbicara santai dengan Kyungsoo.
"Yang di sampingnya adalah Do Kyungsoo, kami sering memanggilnya Dio dan ini power-nya adalah earth controller."
Kris mengangguk paham. Pandangannya kemudian tertuju pada dua orang laki-laki yang sedari tadi hanya berdiam-diaman. Salah satu dari mereka Kris akui sedikit terlihat cantik. "Lalu mereka?" Kris menunjuk kedua orang itu.
"Oh, itu adalah Chen dan Lay, mereka pendiam sekali. Power Chen adalah lightning sedangkan Lay adalah healing." Kris kembali mengangguk-anggukkan kepalanya. Jadi orang-orang di ruangan ini adalah Suho yang Water controller, Chanyeol Flame, Baekhyun Light, Kyungsoo Earth, Luhan Telekinesis, Kai Teleportasi, Lay healing dan Chen Lightning.
Kris kembali mengalihkan pandangannya ke arah papan penuh simbol tersebut, satu yang menjadi pertanyaannya sejak melihat papan tersebut adalah ada beberapa simbol yang berpijar dan beberapa tidak. "Kenapa simbol ini tidak menyala?" tunjuk Kris pada sebuah simbol yang menyerupai jam pasir.
"Karena pemilik power-nya belum ditemukan atau setidaknya tidak berada di sini," jelas Suho, "Setiap kali Yunho hyung membawa orang baru ke tempat ini, mereka harus menempelkan tangannya untuk mengetahui power mereka, yah semacam absen."
"Jadi selain kita masih ada lagi?"
"Hm," Suho mengangguk.
"Wind controller," Suho menunjuk sebuah simbol, "Lalu Ice controller," ia menunjuk simbol lain, "Dan..."
"Time controller," potong Kris. Suho menoleh kepada Kris kemudian menganggukkan kepalanya. "Kau sudah lama berada di sini, Suho?" tanya Kris.
"Hmm... Kurasa sebulan. Dan sampai sekarang kami belum benar-benar melakukan latihan. Yunho hyung bilang akan menunggu sampai kita berkumpul lengkap."
"Maksudmu berdua belas?"
"Ya."
Kris menganggukkan kepalanya. Ia memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Mereka tampak berkonsentrasi mengeluarkan power mereka. Lihat saja yang bernama Kai itu, ia berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, mengejutkan orang-orang. Entah berapa kali Luhan menjatuhkan bola-bola yang ia kendalikan.
"Suho-sshi," panggil Kris pelan.
"Hm?"
"Apa kau tahu kenapa kita memiliki power seperti ini?"
"Emm..." Suho tampak berpikir, "Yunho hyung tidak pernah memberitahukannya, ia bilang akan mengatakannya suatu saat nanti."
"Oh..."
"Whoaa! Kris awas!" Kris tersentak ketika ia mendengar seseorang meneriakkan namanya. Ketika Kris berbalik sepasang matanya membulat begitu lebar melihat api tersembur ke arahnya. Reflek Kris mengayunkan tangannya dan api itu seperti terayun ke arah lain. Kris berhembus lega, namun tidak ketika matanya menyadari api itu kini mengarahkan pada Lay.
"Yah!" Suho terpekik. Ia mengangkat tangannya dan curahan air tiba-tiba muncul dari atap serta memadamkan api seketika.
Tegang untuk sepersekian detik sebelum akhirnya mereka semua bernafas lega. Sedangkan Lay yang hampir saja terbakar kini terduduk lemas di lantai. "Lay kau tidak apa?" Dio berjalan menghampiri Lay dan menyentuh pundaknya. Lay mengangguk, tetapi tetap saja wajahnya memucat.
"Pabbo!" Baekhyun berseru kesal sambil memukul kepala Chanyeol, "Kau itu hampir membunuh orang tahu!"
"Y-yah! Jangan salahkan aku. Ini karena Kai yang tiba-tiba muncul di sampingku dan membuatku kehilangan konsentrasi," bela Chanyeol terhadap dirinya sendiri.
"Yah!" Kai berseru, tidak terima karena ia kini menjadi tersangka berikutnya.
"Ah sudahlah, yang penting tidak ada yang terluka," ujar Suho sambil menghela napas.
"Sekarang ini bagaimana?" Luhan menggumam polos sambil menunjukkan bajunya yang basah kuyup. Ups, kini mereka mulai menyadari kalau mereka kebasahan karena air dari Suho. Tidak hanya itu, kini lantai juga digenangi air hingga semata kaki. Air itu sendiri tidak mengalir keluar ruangan, karena lantai di ruangan ini sedikit lebih rendah dari di luar. Sepertinya karena terlalu panik Suho lupa mengontrol power-nya dan menghasilkan air begitu banyak.
"Yah, yah, Kris dan Chanyeol, berhubung power kalian adalah flame sekarang tolong buat air ini menguap," ujar Dio sambil menunjuk Kris dan Chanyeol.
"Kenapa tidak kau buat saja airnya menyerap ke tanah, Dio hyung?" timpal Kai. Dio memutar bola matanya, ia menepuk-nepuk lantai dengan kakinya, "Ini semen Kai, bukan tanah. Ini di luar kendaliku, oke? Yah, kalian berdua cepat lakukan, sebelum Yunho hyung datang dan melihat semua kekacauan ini."
Chanyeol mengerut kesal. Ia kemudian berjongkok dan meletakkan tangannya di atas lantai, "Kris kenapa kau diam saja?" tanya Chanyeol melihat Kris yang hanya diam.
"Err... Aku hanya berpikir, kenapa Suho tidak menghilangkan airnya saja?" Kris menoleh ke arah Suho. Suho tersenyum tipis, "Maaf Kris, power-ku memang water controller. Aku bisa memunculkan air tetapi aku tidak bisa melenyapkannya."
Kris mengangguk. Ia kemudian berjongkok dan menempelkan tangannya pada lantai yang tergenang air. Bersamaan, Kris dan Chanyeol menyalurkan power mereka. Air yang semula dingin itu perlahan berubah menjadi hangat.
"Tunggu, untuk membuat air menguap bukankah itu artinya air harus dipanaskan hingga 100 derajat Celcius?" celetuk Chen yang sedari tadi diam.
"Eh?" Baekhyun memiringkan kepalanya bingung, "Lalu kenapa?"
"Itu artinya mereka harus membuat air ini panas sampai mendidih." Ucapan Chen seperti menyadarkan mereka semua. Buru-buru mereka meninggalkan ruangan, meninggalkan Chanyeol dan Kris. "L-lalu bagaimana dengan kami?" seru Chanyeol bingung.
"Nikmati air panasnya ^^" Kai tertawa pelan sebelum menghilang meninggalkan ruangan.
-EXO/TBC-
Curcol pojokan author
Annyeong haseo~ Joneun Cezzie imnida *bow* Trims before buat yang udah baca ff Cezzie sebelum ini ^^ *bow lagi* Nih Cezzie bawa ff baru lagi :D Ff ini terinspirasi dari MV MAMA yang super duper keren xD Untuk pairing, Cezzie belum bisa menentukan pair apa-apa aja yang bakal nongol, yang pasti sih TaoRis sama HunHan bakal ada *kibar2 bendera* Tapi untuk pair lain belum terpikirkan
Cezzie adalah author baru jadi mohon kritik dan bimbingannya. Saran maupun flame sangat diterima *bow* Review plz ^^