I Only Need A World That Has You In It….

(Final)

Rated: T

Main pair: Sasuke X Naruto,

Slight pair: Sasuke x Sakura, Gaara x Naruto

Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto

Genre: Romance, Drama,Hurt/Comfort, Angst,

Warn : Boy x Boy, Cowok suka sama Cowok

Summary:

'Sasuke.. setelah 3 tahun akhirnya kau kembali, walaupun kini status kita sebagai saudara, tapi dengan kau disini itu sudah cukup bagiku, tetaplah seperti ini, disisiku menemani rasa sepi yang akau rasakan, temani aku disini, selamanya…'

#previews chapter

"...Dengar apapun yang terjadi di masa lalu, anggap saja tak pernah terjadi, sekarang yang harus kita pikirkan adalah bagaimana caranya agar Naruto nyaman dan dapat bertahan, aku tidak ingin mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya, kehilangan orang yang berharga bagiku. seperti kehilangan istriku dulu. Apapun akan aku usahakan agar putraku itu bisa hidup lebih lama dari apa yang dokter perkirakan." Tuturnya.

"Akupun berharap seperti itu paman," Sasuke menatap pintu kamar yang terletak tepat dibawah tangga. Kamar yang didalamnya telah tertidur dengan nyaman sosok bersurai pirang.

Kamar bernuansa layaknya buah jeruk itu nampak sepi. Hanya terdengar alunan nafas yang teratur. Bukan. Penghuni kamar itu tidak tidur, ia hanya diam memandang ke arah langit-langit kamar. Berusaha mengerti tentang keadaan yang ia alami saat ini. Mata sapphire nya berkedip beberapa kali. Bergulir ke kiri maupun ke kanan. Sesekali ia menghela nafas berat yang terdengar putus asa. Hingga pintu terbuka dan menampakkan sosok pria tampan yang sampai saat ini tak ia kenali—namun, disamping itu ada sebagian hatinya yang merasa rindu akan kehadiran pria itu.

"Kau sudah bangun?" pria tampan itu meletakkan nampan berisi makanan yang berbetuk kental berwarna putih. "Aku membawakan bubur untukmu," lanjut pria itu lagi. Mata sapphire yang telah teralihkan dari kegiatan menatap langit-langit kamar itu memandang sang pria dengan tatapan yang sulit diartikan. Sang pria nampak maklum.

"Bangunlah, kau harus sarapan," mata sapphire itu mengikuti pergerakan si pria yang kini berusaha mendudukkannya di atas ranjang.

"Kenapa?" sebuah pertanyaan meluncur dari bibir merahnya. Si pria berhenti merapikan selimut yang menutupi sebagian tubuh si pirang.

"Hn?" pria itu memandang sebentar ke arah si pirang.

"Kenapa aku sama sekali tidak mengenalmu?" si pria terdiam kaku. Ia perlahan menegakkan tubuhnya, menatap dengan tatapan bercampur—kalut, sedih, kecewa—di iris onyx miliknya.

'Bagaimana mungkin aku mengatakan bahwa kau telah melupakanku, Dobe?' suara dalam hatinya meraung ingin keluar. "Bagaimana kalau mulai saat ini kau mengenalku?" ujar pria itu pada akhirnya. Memberikan sedikit ulasan senyum maklum.

"Aku Uchiha Sasuke. Kau bisa memanggilku Sasuke," Sasuke menjulurkan tangan kanannya untuk bersalaman.

"Sa..suke?" ujar si pirang pelan—nampak bingung. Sasuke kembali menunjukkan senyum maklumnya.

"Aku?" si pirang nampak bingung untuk memberi balasan akan pertanyaan yang diajukan oleh Sasuke.

"Aku tidak tahu siapa aku," kepala pirang itu tertunduk, perasaan kesal menyelimutinya karena sampai saat ini ia tidak bisa mengetahui apapun—baik itu tentang orang lain, atau bahkan dirinya sendiri.

"Kau adalah Namikaze Naruto." Tangan kanan Sasuke masih terulur. Kepala pirang itu mendongak. Terlihat kernyitan di dahi berwarna tan miliknya—bingung. "Kau adalah Namikaze Naruto, putra tunggal dari pengusaha terkenal Namikaze Minato." Lanjutnya lagi '—dan kau adalah pria yang aku cintai.' Tambahnya dalam hati.

"Namikaze Naruto?" Sasuke mengangguk mengiyakan.

Dengan ragu-ragu dan perasaan bingung masih menjalar di hatinya, Naruto meraih tangan yang sejak tadi terjulur kearahnya. Menjabatnya dengan pelan.

"Senang berkenalan denganmu," ujar Sasuke tersenyum kecil kearah Naruto. Naruto hanya mengangguk mengiyakan.

"Boleh aku memelukmu?" sekilas Sasuke nampak terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Tentu," ada rasa senang dalam dadanya ketika mengiyakan permintaan Naruto.

Ia mendekat, kemudian duduk di pinggir ranjang Naruto, perlahan tubuhnya mendekat, kedua tangan tan Naruto terangkat, dengan perasaan ragu-ragu tangan tan itu terkalung di leher Sasuke. Tangan putih milik Sasuke memeluk tubuh Naruto dengan lembut, seolah si pirang adalah gelas kaca yang bisa pecah kapanpun.

"Entah mengapa, aku merasa nyaman berada dalam pelukanmu," kepala pirang Naruto menyamankan dirinya di leher Sasuke.

'Seandainya penyakit sialan ini tak menyerangmu, aku akan merasa sangat senang, Dobe.'—hatinya berdenyut nyeri.

"Aku sama sekali tak bisa mengingat kehidupan apa yang aku jalani sebelumnya,"

'Aku harap kau tidak mengingat hal buruk yang kulakukan padamu,'

"Bagaimana aku dulu, siapa saja orang yang aku kenal, apa saja yang telah aku lakukan, dan apa mimpiku..." Sasuke semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Naruto.

'Maaf... maafkan aku, Dobe,'

"Tapi, aku tidak menyesal. Mungkin ini yang terbaik untukku,"

"Tidak apa. Meskipun kau melupakan semua yang telah terjadi di kehidupanmu sebelumnya, aku akan tetap berada disampingmu." Ujar Sasuke masih memeluk dengan erat tubuh Naruto.

"Apapun yang terjadi. Aku akan selalu disampingmu. Aku akan menjagamu," ia merasa kedua matanya terasa panas.

"Kenapa kau begitu memperhatikanku?" pelukan itu terlepas, kali ini ada sedikit jarak diantara mereka. Sapphire itu menatap onyx dihadapannya penasaran.

"Karena kau adalah segalanya bagiku. Karena aku mencintaimu, Naruto." Sapphire itu terkejut. Ia mencari-cari dalam onyx dihadapannya, adakah keraguan saat ia mengucapkan hal itu. Namun, ia tak menemukannya sama sekali.

"Meskipun kau terus melupakanku. Aku tetap akan membuatmu mengenalku." Onyx itu menatap sapphire Naruto penuh keteguhan.

"Sampai kapan pun aku akan terus mencintai Namikaze Naruto," ujarnya dengan penuh keyakinan.

Sapphire yang masih menatap onyx dihadapannya, perlahan meneteskan air mata. Sang pemilik mata sapphire itu sama sekali tak tahu mengapa ia bisa meneteskan air mata begitu mendengar pernyataan pria di depannya saat ini.

"Entah mengapa dadaku terasa hangat." Naruto menatap Sasuke, si pirang kemudian mengulum senyum manis kearah Sasuke.

"Terima kasih, karena kau mencintai orang seperti aku," Sasuke kembali memeluk si pirang setelah ia mendengar ucapan si pirang. Meskipun, nantinya kata-kata itu hanya bisa diingat oleh dirinya saja, meskipun kata-kata itu tak akan pernah lagi ia dengar dari bibir si pirang. Untuk saat ini saja, biarlah. Biarkan dia menyimpan setitik kenangan manis ketika ia berada bersama Narutonya—bersama orang tercintanya.

*OOO*

Hari demi hari, bulan demi bulan pun dilalui, meskipun ingatan Naruto tak bisa bertahan lama ia tetap bersabar. Meskipun ia merasakan perasaan kecewa yang sangat berat, ia tetap berdiri di kamar itu, tetap setia menemani Naruto, ia tetap setia, tetap bersabar menanamkan ingatan-ingatan yang selalu sama kepada kekasih tercintanya. Tak ada satupun penyesalan ia rasakan. Selama ia bisa berada disisi Naruto, selama ia bisa menjaga dan menemani si pirang, itu sudah cukup baginya. Meskipun saat ini, Naruto sudah benar-benar tidak bisa lagi mengingat siapapun. Meskipun saat ini kekasihnya itu tak lagi bisa berkomunikasi dengan siapapun—bahkan termasuk dirinya. Meskipun ia tidak bisa lagi melihat senyuman di wajah tan Naruto. Meskipun kesehatan Naruto semakin menurun dari hari ke hari. Meskipun ia sama sekali tidak bisa bergerak, bahkan hanya untuk menggerakkan jari-jemarinya saja sangat sulit. Dan meskipun vonis dokter mengatakan hidup Naruto sudah sangat dekat dengan kematian. Namun, ia selalu setia menjaga kekasihnya, memberikan semua yang ia bisa kepada pria pirang itu, sampai saatnya nanti.

Namun, satu hal yang tidak bisa ia sembunyikan. Setiap kali ia melihat Naruto tertidur, ia akan merasa sangat ketakutan. Ia tak akan bisa tidur dengan nyenyak. Ia tak bisa. Karena ia tahu, waktu bersama dengan kekasihnya sudah diambang batas. Ia tak ingin melewatkan semenit bahkan sedetik saja untuk selalu bersama kekasihnya.

Ia yang sekarang bukan seorang pria tampan, rapi dan bersih. Ia hanya seorang Uchiha Sasuke yang kumal, berkumis dan berjenggot, rambut ravennya memanjang—sangat jauh dari kata 'tampan'. Ia sama sekali tak memperdulikan semua itu. Bahkan, ayah si pirang yang rutin mengunjungi kediaman Sasuke untuk menengok keadaan putra tercintanya hanya bisa angkat tangan. Ia pun tak bisa membujuk Sasuke untuk paling tidak membenahi penampilannya. Ia hanya berkata, "Aku tidak punya waktu untuk mengurusi penampilanku, Paman. Karena yang terpenting saat ini adalah Naruto. Semua waktuku hanya kucurahkan untuk dirinya." Jawaban telak yang sama sekali tak bisa dibantah keluar dari mulutnya. Minato hanya menghela nafas berat—nampak menyesal dan prihatin melihat kondisi dua makhluk yang ia sayangi seperti itu.

*OOO*

"Kami turut berduka, Sasuke." tangan – tangan silih berganti meremat pundak Sasuke. Menyalurkan perasaan sedih dan prihatin mereka.

"Kami harap ia tenang disisi-Nya." Pria bersurai panjang yang dulu merupakan sahabat dari Sasuke—Hyuuga Neji.

"..." tak ada satu pun kata yang keluar dari mulutnya. Ia bungkam. Sama sekali tak merespon apa yang dikatakan oleh orang-orang disekitarnya. Onyxnya masih tetap setia menatap pusara yang masih basah yang dihiasi dengan rangkaian bunga kematian di sekelilingnya. Menatap nanar kearah nisan batu yang bertuliskan nama orang yang dicintainya—Namikaze Naruto.

Ya, pria pirang layaknya mentari itu telah pergi jauh—jauh sekali. Ia pergi tepat di hari dimana ia lahir. Meninggalkan sejuta kenangan dan penyesalan dalam lubuk hati seorang Uchiha Sasuke.

Dan semua orang yang mengenalnya.

Tak ada lagi senyum lima jari miliknya.

Tak ada lagi mata sapphire yang menyiratkan keteduhan miliknya.

Tak ada lagi suara khas yang bisa memekakkan telinga miliknya.

Tak ada lagi lelucon aneh miliknya.

Tak ada lagi raga yang selalu bisa Sasuke lihat.

Semua itu sudah hilang, terkubur bersama tanah dihadapan Sasuke.

Namun, setidaknya pria pirang itu masih sempat meninggalkan jejak yang tidak akan bisa dilupakan oleh Sasuke.

Bahwa...

"Teme!, Aku akhirnya mengingatmu!"

"Karena kau adalah orang yang sangat-sangat-sangaat aku cintai~"

Dobemu tercinta

END

Fiuhhhh akhirnya selesai juga...

Maaf fic gaje yang updatenya lama sekali ini akhirnya saya tamatkan.

Dan mengenai endingnya, hmmm... no commentlah #plaak

Dan saat ini saya masih memprogress lanjutan fic yang lain, jadi harap bersabar ya~

Terima kasih banyak karena sudah menunggu fic bulukan milik saya...

Salam...